ISSN: 2597-8012             JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019

DOAJ≡F               OsTnta

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK-ANAK DI SDK 1 SANTO YOSEPH DENPASAR BALI

Audrey Christina Gosal1, Kunthi Yulianti2, Lely Setyawati3

  • 1    Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2    Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 3    Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Media massa berperan dalam penyebaran informasi sehingga dapat meningkatkan inisiatif orang tua untuk mendapatkan informasi lainnya mengenai Child sexual abuse (CSA). Penelitian ini meneliti hubungan akses media massa dengan tingkat pengetahuan orang tua terhadap CSA pada anak-anak di SDK 1 Santo Yoseph Denpasar, Bali. Rancangan penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) dimana subjek penelitian adalah orang tua dari anak-anak yang bersekolah di SDK 1 Santo Yoseph Denpasar. Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Kendall’s tau dapat disimpulkan, ada hubungan terbalik yang signifikan antara media Koran/majalah/buku dengan tingkat pengetahuan orang tua tentang CSA. Serta tidak ada hubungan yang signifikan antara media radio/tv dan internet dengan tingkat pengetahuan orang tua tentang CSA.

Kata kunci: kekerasan seksual, CSA, tingkat pengetahuan, orang tua, media massa

ABSTRACT

Mass media is playing a role in spreading information so that can increase parent's initiative in obtaining information about Child sexual abuse (CSA). This study is to know is there any relation of usage of mass media with parents knowledge level about CSA in Santo Yoseph 1 Elementary School Denpasar Bali. The study design is cross-sectional analytic approach and the research subjects are parents from Santo Yoseph 1 Elementary School Denpasar students. The statistical result with Kendall's Tau shows there is a significant reversed relation between newspapers/magazine/books with parent's knowledge level about CSA. Also there is no significant relation between radio/TV and internet with parent's knowledge level about CSA.

Key words: sexual abuse, CSA, knowledge level, parent, mass media

PENDAHULUAN

Kekerasan pada anak saat ini sedang menjadi perhatian publik. menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF), satu dari 4 orang anak di dunia pernah mendapatkan pengalaman kekerasan fisik yang berat dan berkelanjutan.1

Pada awal tahun 1970-an, CSA masih langka dan lebih banyak terjadi pada orang-orang miskin. Oleh karena rasa tabu, anak menjadi takut untuk melaporkan dan membicarakan hal tersebut dengan orang tuanya, sehingga angka kejadian CSA pun tidak dapat diketahui dengan pasti. Saat ini, rasa tabu berkurang di kalangan masyarakat, kemajuan teknologi juga mempermudah masyarakat mendapatkan segala informasi, termasuk informasi mengenai CSA melalui media massa. Dengan

begitu CSA menjadi berita yang lebih banyak dibicarakan.2

Kekerasan yaitu suatu kegiatan dengan kekuatan fisik, kekuasaan, ancaman atau tindakan yang dapat mengakibatkan trauma pada korban.3

Kekerasan pada anak adalah tindakan berulang-ulang yang ditujukan kepada anak dengan cara melukai secara fisik dan emosional, termasuk dengan kekerasan seksual.4

Dalam pendidikan anak, komunikasi dengan orang tua yang baik merupakan dasar terpenting. Kebanyakan orang tua merasa anak-anak masih terlalu muda untuk diajak membahas tentang suatu masalah dalam keluarga termasuk mengenai seksualitas.1

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS



Pada jaman yang serba modern ini, media massa menjadi sarana penyebaran informasi handal dan cepat tidak terkecuali mengenai CSA. Orang tua dapat mencari dan mendapatkan pengetahuan agar dapat memberikan nasihat yang benar mengenai seksualitas kepada anak-anak mereka melalui media massa.5

Kebanyakan korban perkosaan akan mengalami trauma dengan gejala kecemasan, ketakutan, dan emosi yang labil. Trauma ini merupakan suatu gangguan psikologis yang dikenal dengan Post-traumatic stress disorder (PTSD).6

Pada CSA, temuan fisik banyak sekali ditemukan dan bentuknya bervariasi.7 Pada anak perempuan paling sering adalah eritema yang tidak spesifik dan abrasi akibat luka penetrasi pada vagina. Pada laki-laki, kebanyakan adalah fisura, abrasi pada batang atau kelenjar pada penis, robekan pada frenulum, petechiae, serta tanda gigitan atau hisapan.8

Lesi pada daerah anus berupa robekan perianal yang dalam dan hematoma. Lesi bagian dalam dilihat menggunakan anoscopy sekaligus memeriksa apakah terdapat bukti biological. Reflex anal dilatation juga dapat ditemukan.9

BAHAN DAN METODE

Penelitian dimulai pada bulan Agustus 2016, lalu dilaksanakan di SDK 1 Santo Yoseph pada orang tua siswa siswi kelas 6 SD menggunakan rancangan analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) dimana subjeknya adalah orang tua dari anak-anak yang bersekolah di SDK 1 Santo Yoseph Denpasar. Total sampling pada penelitian ini adalah 71 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui izin dari Kepala Sekolah SDK 1 Santo Yoseph untuk membagikan kuesioner kepada siswa-siswi yang akan diberikan kepada orang tua murid sebagai subjek penelitian untuk diisi dan dikumpulkan kembali pada hari yang telah ditentukan. Setelah data terkumpul maka diolah secara statistik menggunakan alat bantu program SPSS dan hasilnya dianalisis secara univariat dan multivariat. Penelitian ini sudah mendapatkan kelaikan etik dengan nomor 1533/UN.14.2/Litbang/2016.

HASIL

Dapat diketahui berdasarkan tabel 1 bahwa usia orang tua bervariasi dari 26-55 tahun, dan usia terbanyak berkisar antara usia 36-45 tahun (76,1%). Dari tingkat pendidikan sebagian orang tua (57,7%) merupakan lulusan perguruan tinggi.

Distribusi tingkat pengetahuan responden tentang CSA dapat dilihat pada tabel 2 dimana 52,1% berpengetahuan kurang dan sisanya baik.

Berdasarkan tabel 3, dari 71 responden, sebanyak 32,4% responden menggunakan media cetak seperti koran/majalah/buku, 42,3% responden

menggunakan radio/TV, dan 54,9% menggunakan internet.

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SDK 1 Santo Yoseph Denpasar (n=71)

No.

Karakteristik

Jumlah(n)

%

1.

Usia Orang tua

26-35 tahun

6

8,5

36-45 tahun

54

76,1

46-55 tahun

11

15,5

2.

Usia Anak

10 tahun

9

12,7

11 tahun

58

81,7

12 tahun

4

5,6

3.

Tingkat Pendidikan

SD

15

21,1

SMP

-

-

SMA

15

21,1

PT

41

57,7

4.

Tingkat Penghasilan <2000.000

9

12,7

2.000.000

5.000.000

23

32,4

<5.000.000

39

54,9

5.

Frekuensi Penggunaan Media Massa 4 jam sehari

33

46,5

2 jam sehari

29

40,8

30 menit sehari

9

12,7

Tabel 2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden Tentang CSA

Tingkat

Pengetahuan

Frekuensi

%

Baik

34

47,9

Kurang

37

52,1

Tabel 3. Gambaran Akses Media Massa Responden

Jumah responden

Koran/ majalah/ Buku

Radio/ TV

Internet

%

%

%

Mengakses

32,4

42,3

54,9



Tidak mengakses Total

67,6

100


57,7

100


45,1

100


Tabel 4. Uji Statistik dengan Analisis Kendall’s Tau antara Akses Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Responden

Akses

Media

Massa

Keterangan

Tingkat

Pengetahuan

Koran/

Correlation

-0,242*

Majalah/

Coefficient

Buku

P

0,043

Correlation

Radio/

-0,078

TV

Coefficient

P

0,514

Correlation

Internet

Coefficient

0,132

P

0,271

Dalam tabel 4, hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Kendall’s Tau pada akses media massa cetak seperti koran/majalah/ buku pengetahuan didapatkan nilai τ sebesar -0,242 dengan nilai P sebesar 0,043 atau kurang dari 0,05, sehingga diambil keputusan bahwa antara akses media koran/majalah/ buku pengetahuan dengan tingkat pengetahuan berhubungan terbalik dan signifikan. Lalu pada media radio/TV didapatkan nilai τ sebesar -0,078 dengan nilai P sebesar 0,514, sehingga dapat diambil keputusan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penggunaan media radio/TV dengan tingkat pengetahuan. Pada media internet, nilai τ yang dihasilkan ialah sebesar 0,132 dengan nilai P sebesar 0,271, sehingga diambil keputusan antara penggunaan internet dengan tingkat pengetahuan tidak ada hubungan signifikan.

Pada tabel 5, uji statistik dengan menggunakan analisis Kendall’s Tau pada tingkat pendidikan didapatkan bahwa antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Tabel 5. Uji Statistik dengan Analisis Kendall’s Tau antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan

Keterangan

Tingkat

Pengetahuan

Tingkat

Correlation Coefficient

-0,086

Pendidikan

P

0,452

Sedangkan, hasil uji statistik dengan menggunakan analisis Kendall’s Tau pada frekuensi akses media massa (tabel 6) didapatkan nilai τ sebesar 0,1 dengan taraf signifikansi 0,383 sehingga diambil keputusan bahwa antara frekuensi akses media massa dengan tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Tabel 6. Uji Statistik dengan Analisis Kendall’s Tau antara Frekuensi Akses Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan

Ket.

Tingkat

Pengetahuan

Frekuensi

Correlation

0,383

penggunaan

Coefficient

media massa

P

0,1

DISKUSI

Dalam penelitian ini usia responden bervariasi dari 26-55 tahun, dan usia terbanyak berkisar antara usia 36-45 tahun (76,1%) dan bila ditinjau dari frekuensi penggunaan media massa, sebanyak 46,5% orang tua menyatakan menggunakan media massa selama 4 jam sehari, 40.8% menyatakan 2 jam sehari, dan sisanya 30 menit sehari menggunakan media massa.

Rata-rata jawaban kuesioner responden yang paling banyak salah ialah pada soal mengenai istilah-istilah terkait kekerasan seksual. Hal ini dapat disebabkan oleh jarangnya penggunaan istilah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sebagian besar (57,7%) pendidikan terakhir responden adalah perguruan tinggi, namun tidak menutup kemungkinan responden tidak mengenal istilah-istilah tersebut karena tidak semua responden menerima materi pendidikan mengenai seksualitas di masing-masing bidang. Sedangkan rata-rata jawaban yang paling banyak benar ialah pada soal pengetahuan mengenai tindakan orang tua yang melarang anak untuk mengikuti kegiatan ekstra di sekolah untuk melindungi anak dari kekerasan seksual. Rata-rata responden menjawab bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang salah. Menurut Anindita Dianingtyas10 kegiatan ekstrakurikuler di sekolah memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar. Hasl ini sejalan dengan cara berpikir responden yang kebanyakan memberikan alasan bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan penting yang mampu membawa pengaruh positif bagi anak-anak. Dari 71 responden, sebanyak 32,4% responden menggunakan media cetak seperti

koran/majalah/buku,      42,3%      responden

menggunakan radio/TV, dan 54,9% menggunakan internet. Hal ini dapat dilihat pula dari keseharian masyarakat yang sekarang ini lebih sering menggunakan internet karena internet bagi responden (orang tua) merupakan hal yang baru. Namun internet lebih memperlihatkan pengguna hal-hal yang bersifat rekreasi dibandingkan informasi, sehingga responden akan lebih banyak mengakes hal-hal yang rekreatif dibanding yang informatif.

Media massa cetak seperti koran/majalah/buku pengetahuan dalam penelitian ini didapat hasil berhubungan terbalik dengan tingkat pengetahuan, dimana responden yang lebih banyak menggunakan media memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah dari pada yang tidak menggunakan. Ini bertolak belakang dengan pendapat Kartika yang menyebutkan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Namun, hal ini dapat pula dikarenakan orang tua tidak selalu akan membaca berita atau mencari informasi mengenai kekerasan seksual, apalagi bila media cetak yang biasa digunakan bukanlah media yang menyajikan informasi kesehatan ataupun kriminal khususnya mengenai kekerasan seksual pada anak-anak.

Begitu pula dengan media massa lain seperti radio/ TV dan internet tidak ada hubungannya dengan tingkat pengetahuan responden. Hal ini dapat dimengerti dengan melihat data KOMINFO di tahun 2013 melaporkan, di Indonesia sebanyak 63 juta pengguna, namun 95 persennya hanya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial.

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden merupakan lulusan perguruan tinggi. Dengan bagitu pendidikan yang tinggi tidak memastikan

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Solihin, L. Tindakan Kekerasan pada anak dalam keluarga. Jurnal Pendidikan Penabur 2004;3:3.

  • 2.    Putnam F. Ten-year research update review: Child sexual abuse. J Am Acad Child Adolesc Psychiatry 2003; 42: 269-278.

  • 3.    World Health Organization. Report of the Consultation on Child Abuse Prevention, Geneva: 29-31 March, 1999.

  • 4.    Abu Huraerah. Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta :Penerbit Nuansa. 2007.

  • 5.    Tower, Cynthia Crosson. Understanding Child Abuse and Neglect. Boston: Allyn & Bacon. 2002.

  • 6.    Straubharr, Joseph and LaRose, Robert. Media Now :  Communication Media in the

Information          Age,          Belmont:

Wardsworth/Thomson Learning. 2002.

seseorang memiliki tingkat pengetahuan mengenai kekerasan seksual yang baik. Tentu hal ini dapat dimengerti apabila orang tersebut bukanlah orang yang menempuh pendidikan di bidang kesehatan maupun bidang yang dekat hubungannya dengan kekerasan seksual. Orang tua yang telah menempuh pendidikan di fakultas teknik tentu memiliki tingkat pengetahuan tentang CSA yang berbeda dengan orang tua yang telah menempuh pendidikan di fakultas kedokteran. Selain itu, rata-rata usia responden yang mengisi kuesioner adalah sekitar usia 36 sampai 45 tahun, yang artinya para orang tua tersebut lahir di tahun 70 tahunan dimana pada waktu itu hal-hal mengenai seksualitas masih dianggap tabu untuk dibicarakan, sehingga pada saat menempuh jenjang pendidikan, pengetahuan mengenai seksualitaspun diberikan sangat terbatas, bahkan tidak diberikan sama sekali.

Frekuensi akses media massa dengan tingkat pengetahuan tidak memiliki hubungan yang signifikan dalam penelitian ini. Hal ini dapat dikarenakan oleh media massa jarang memberikan informasi mengenai kekerasan seksual, sehingga sesering apapun masyarakat mengakses media massa, tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan responden tentang kekerasan seksual terhadap anak-anak.

SIMPULAN

Tingkat pengetahuan orang tua tentang CSA pada anak-anak di SDK 1 Santo Yoseph Denpasar Bali tidak jauh berbeda antara yang kurang dengan yang baik.

  • 7.    Csorba R, Lampé R. Póka R: Surgical repair of blunt force penetrating anogenital trauma in an 18-month-old sexually abused girl: a case report. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2010; 153: 231.

  • 8.    Trubner K, Schubries M, Beintker M, Bajanowski T. Genital findings in boys suspected for sexual abuse. Int J Legal Med; 2013;127: 967–70.

  • 9.    Adams JA. Medical evaluation of suspected child sexual abuse. J Child Sexual Abuse 2011; 20: 588–605.

  • 10.    Anindita Dianingtyas Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler Di Sekolah Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Yogyakarta Tahun Ajaran.2010.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum