ISSN: 2597-8012                   JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.6,JUNI, 2019

DOAJ?=                 OsTnta

HUBUNGAN ANTARA AKTIFITAS FISIK DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN PADA REMAJA SMA DI KOTA DENPASAR

A. A. Putu Eka Darmaputra Juliantara1 ,I Made Pande Dwipayana2 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana 2Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Email : [email protected]

ABSTRAK

Gizi merupakan sebuah permasalahan yang dimiliki oleh hampir semua negara di dunia. Umumnya negara miskin akan berkutat dengan masalah gizi kurang atau gizi buruk, negara maju akan menghadapi tantangan dibidang gizi berlebih, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia biasanya memiliki keduanya, yaitu gizi kurang dan gizi berlebih. Salah satu masalah gizi yang dihadapi adalh obesitas dan kelebihan berat badan. Dengan demikian peneliti ingin mengetahui hubungan antara obesitas dan kelebihan berat badan berdasarkan Indeks Masa Tubuh dengan Aktifitas Fisik yang dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional yang menggunakan rancangan cross sectional analitic study terhadap siswa remaja SMA di Denpasar Bali. Siswa SMA yang dijadikan responden adalah siswa kelas X dan XI di SMA N 3 Denpasar, SMA N 2 Denpasar, SMA N 8 Denpasar, dan SMAK Santoyosep Denpasar. Dengan melakukan pengisian data menggunakan kuisioner Beacke kemudian melakukan uji tabel silang dengan nilai p dianggap bermakna apabila sama dengan atau kurang dari 0,05. Hasil yang di dapat dari penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik yang dinilai berupa Indeks Aktivitas Olah Raga dan Leisure Indeks atau Indeks Aktifitas Sedentari dengan status nutrisi berupa Indeks Masa Tubuh dan Lingkar Pinggang dari responden dengan nilai p di atas 0.05. Sehingga aktifitas fisik tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian obesitas dan kelebihan berat badan pada remaja usia SMA di Kota Denpasar.

Kata kunci: obesitas, kelebihan berat badan, aktifitas fisik, status gizi

ABSTRACT

Nutrition is a problem that occurs in almost all countries in the world. Generally, poor contries will strunggle with the malnutrition or poor nitrition, developed countries will face challenges in the field of nutritional excess, while developing countries such as Indonesia usually has both, malnutrition and nutritional excess. One of the problem faced nutrition is obesity and overweight based on the Body Mass Index and Physical Activity. This study is observational study that used cross sectional analytical design study on adolescent high school student in Denpasar Bali. High school student were used as respondent were students of class X and XI in SMA N 3 Denpasar, SMA N 2 Denpasar, SMA N 8 Denpasar, and SMAK Santoyosep Denpasar. Data collected by using Beacke questionaires to perform cross-tab test with p values were considered significant if it is equal to or lesss than 0.05. The result of this study showed no significant relation between Physical Activity were assessed in the form of Sport Index (IAOR) and Leisure Activity Index or Index of Sedentary Activity (LI) with nutritional status such as Body Mass Index and Waist Circumference of respondents with p values above 0.05. So physical activity does not have a significant relation to obesity and overweight in adolescents high school in Denpasar.



Keywords: obesity, overweight physical activity, nutritional status PENDAHULUAN

Gizi merupakan sebuah permasalahan yang dimiliki oleh hampir semua negara di dunia. Umumnya negara miskin akan berkutat dengan permasalahan gizi kurang, negara maju akan menghadapi tantangan gizi lebih, sedangkan negara berkembang seperti Indonesia akan memliki keduanya.1

Obesitas dan kelebihan berat badan merupakan sebuah keadaan yang sering terjadi di kalangan dewasa dan orang tua.2 Salah satu penelitian menyebutkan obesitas merupakan epidemi di negara maju seperti Singapura, Australia, dan New Zeeland. Hal ini diperkirakan akan berkembang ke negara lain di sekitarnya.3

Di Amerika lebih dari 60% populasi masyarakat dewasa mengalami overweight dan obesitas, sedangkan pada anak 20-25% mengalami overweight dan obesitas.4 Sementara di daerah Asia Pasifik, prefalensi kelebihan berat badan dan obesitas mengalami peningkatan yang sangat tajam.5

Obesitas dan kelebihan berat badan terjadi akibat tidak seimbangnya antara berat badan dengan tinggi badan. Biasanya hal ini terjadi akibat dari penumpukan jaringan lemak di tempat tempat tertentu. Kelebihan berat badan

dan obesitas dapat dinilai dari indeks masa tubuh. Orang dengan keadaan obes dan kelebihan berat badan akan memiliki risiko terhadap kesehatan yang besar. Hal serupa juga berlaku pada anak dan remaja.6

Obesitas dan kelebihan berat badan sendiri terjadi akibat berbagai macam faktor. Pada anak dan remaja kejadian obesitas dipengaruhi oleh pola makan, aktifitas fisik, keadaan sosial-ekonomi, genetik, dan tingkat pengetahuan gizi.7,8 Kondisi dan perkembangan jaman juga menjadi pemicu peningkatan angka obesitas dan kelebihan berat badan pada segala usia.9

Banyak masyarakat termasuk kaum remaja salah mengartikan aktifitas fisik sebagai olah raga dengan waktu yang lama, dan dengan intensitas gerakan yang berat.10 Namun tidak demikian, menurut WHO aktifitas fisik merupakan berbagai jenis kegiatan dengan berbagai intensitas yang menggunakan dan melibatkan adanya gerakkan tubuh yang memicu terjadinya kontraksi dan relaksasi otot dan rangka yang membutuhkan energi untuk dapat melakukannya.11

Atas dasar uraian tersebut, maka peneliti ingin melihat bagaimana gambaran Indeks Masa Tubuh, Lingkar

ISSN: 2597-8012

.    ∕ Directoryof

OPEN ACCESS I .» JOURNALS Pinggang, Aktifitas Fisik dan hubungannya dengan berat badan pada remaja usia SMA di Kota Denpasar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian      ini      bersifat

observasional yang mengggunakan rancangan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktifitas fisik dengan obesitas pada siswa remaja SMA di Denpasar Bali.

Penelitian yang dilakukan mengambil populasi target seluruh remaja di Kota Denpasar, dengan sampel    populasi    yang bisa

mencerminkan gambaran aktifitas fisik dengan    menggunakan    populasi

terjangkau adalah siswa kelas X dan XI di SMA N 8 Denpasar, SMA N 2 Denpasar, SMA N 3 Denpasar, dan SMAK Santoyosep Denpasar. Kriteria inklusi dan eksklusi sudah ditentukan oleh penulis sebelumnya.

Subjek penelitian ini diambil secara cluster sampling yaitu dengan sampel yang dipilih secara subjektif oleh peneliti. Jumlah sampel yang di ambil      dilakukan     perhitungan

sedemikian rupa hingga mendapatkan sampel sebesar 185 orang dari total empat sekolah yang dijadikan sampel. Jumlah sampel telah dilakukan penyaringan menurut kriteria eksklusi https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

dan inklusi yang sudah di tentukan oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan di SMA yang sudah dipilih yang ada di Kota Denpasar dan dilakukan pada bulan Juli 2015. Data didapat dengan menggunakan kuisioner Beacke yang pengisiannya sudah dijelaskan terlebih dahulu kepada responden. Bersamaan dengan pengisian kuisioner, peneliti mengukur indeks masa tubuh dan lingkar pinggang pada responden. Data yang di dapat kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak SPSS versi 21. Analisis deskriptif dilakukan untuk karakteristik responden seperti usia, jenis kelamin dan lingkar pinggang berdasarkan jenis kelamin, serta aktifitas fiik dan status gizi.

HASIL

Berdasarkan hasil dari analisis data pada 185 responden, didapat bahwa proporsi antara remaja laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang cukup besar. Jumlah perempuan (64.9%) lebih besar dari pada laki-laki (35,1%). Berdasarkan hasil pengukuran lingkar pinggang terhadap jenis kelamin didapatkan bahwa remaja laki laki dominan memiliki lingkar pinggang <90 (84,6%) dibandingkan dengan yang memiliki lingkar pinggang >90 (15,4%), sedangkan untuk perempuan

yang memiliki lingkar pinggag <80

pinggang >80 (18,3%). Data akan di

I DIRECTORY OF OPEN ACCESS LJ∖->ΓΛU JOURNALS

Karakteristik Responden

Frekuensi (N)

Persentase (%)

Umur

Median

15

48,6

IQR

1

53,8

Jenis Kelamin

Perempuan

120

64,9

Laki-laki

65

35,1

Asal Sekolah

SMA N 2 Denpasar

31

16,8

SMA Santoyosep Denpasar

33

17,8

(81,7%) lebih besar di bandingkan dengan mereka yang memiliki lingkar

jabarkan pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Remaja SMA di Kota Denpasar pada Tahun 2015 (N=185)

ISSN: 2597-8012

∕ Directoryof OPEN ACCESS

I             JOURNALS

SMA N 8 Denpasar

JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.6,JUNI, 2019

OsTnta

59                31,9

SMA N 3 Denpasar

62                33,5

Lingkar Pinggang Berdasarkan

Jenis

Kelamin

Laki-laki    <90

55                 84,6

>90

10                  15,4

Perempuan <80

98                 81,7

>80

22                 18,3

Gambaran aktifitas fisik dari

seluruh responnden diklasifikasikan menjadi aktif dan tidak aktif sesuai dengan kuisioner Baecke. Responden yang tergolong aktif (62,2%) lebih besar daripada yang tidak aktif (37,8%) (Tabel 2).

Tabel 2. Distribusi Aktifitas Fisik pada Remaja SMA di Kota Denpasar

Frekuensi Persentase

Aktivitas      (N)         (%)

Aktif          115         62,2


Tidak

Aktif


70         37,8


Total          185         100

Gambaran status gizi dari remaja SMA di Kota Denpasar yang menjadi responden penelitian cenderung normal. Hal ini di buktikan dengan indeks masa tubuh remaja pada nilai <23 lebih tinggi (70,3%) dibandingkan dengan mereka yang memiliki indeks masa tubuh >23 (29,7%) (Tabel 3).

Tabel 3. Distribusi Status Gizi pada Remaja SMA di Kota Denpasar

Status

Frekuensi

Persentase

Gizi

(N)

(%)

Normal

<23

130

70,3

Kelebihan

Berat Badan

55

29,7

>23

Total

185

100


Aktifitas fisik digolongkan menjadi dua yaitu aktif dan tidak aktif. Aktifitas fisik yang digolongkan aktif adalah aktifitas yang berhubungan dengan Indeks Aktifitas Olah Raga (IAOR) sedangkan aktifitas fisik yang digolongkan tidak aktif adalah Leisure Index (LI). Kemudian masing masing jenis aktifitas fisik tersebut di hubungkan dengan indeks masa tubuh, lingkar pinggang, serta kelebihan berat



badan yang didasarkan pada indeks      lingkar pinggang dan indeks masa

Tingkat Indeks Indeks Masa Tubuh p     OR

IK 95% OR


masa tubuh dan lingkar pinggang.

Hasil uji statistik antaraa indeks masa tubuh dengan indeks aktifitas olahraga tidak memiliki hubungan yang bermakna, dengan remaja yang tergolong tidak aktif justru menurunkan risiko terjadinya kelebihan berat badan (Tabel 4). Sedangkan hasil uji statistik antara indeksmasa tubuh dengan lingkar pinggang juga tidak memiliki hubungan yang bermakna. Remaja yang termasuk kedalam golongan tidak aktif memiliki risiko untuk menjadi obese sentral sebesar 1,3 kali dibandingkan dengan remaja yang tergolong aktif ( Tabel 5).

Untuk uji statistik antara indeks aktifitas olah raga dengan kelebihan berat badan yang didasarkan pada

tubuh, tidak memiliki ubungan yang bermakna. Namun apabila dilihat dari nilai odds ratio maka remaja yang tergolong tidak aktif akan memiliki risiko untuk menjadi seseorang dengan kelebihan berat badan sebesar 1,0 kali dibandingkan dengan remaja yang tergolong dalam aktifitas fisik yang aktif. (Tabel 6).

Tabel 4. Hubungan Indeks Aktifitas Olahraga dengan Indeks Masa Tubuh (n=185)

Aktifitas Olahraga

< 23 (%)  > 23 (%)                Batas Bawah   Batas Atas

Aktif IAOR > 2,5

76 (66,1)  39 (33,9)

Tidak Aktif

54 (77,1)  16 (22,9)   0,11   0,577      0,293         1,138

IAOR < 2,5

1



Tabel 5. Hubungan Indeks Aktifitas Olahraga dengan Status Lingkar Pinggang (n=185)

Tabel 6. Hubungan Indeks Aktifitas Olahraga dengan Status Lingkar Pinggang (n=185)

Status lingkar      p     OR         IK 95% OR

Tingkat    Indeks

Pinggang

Aktifitas Olahraga

Dibawah   Diatas

Batas Bawah Batas Atas

Standar    Standar

Aktif IAOR > 2,5

102        13

( 88,7%)   (11,3%)

Tidak Aktif

60         10     0,551   1,308      0,540        3,165

IAOR < 2,5

(85,7%)   (14,3%)

Apabibla    Leisure    Index

(LI)

termasuk ke

dalam remaja dengan LI

Kelebiihan Berat Badan

Tingkat Indeks

p

OR

IK 95% OR

Aktifitas

Normal

Olahraga

(%)

Lebih (%)

Batas Bawah Batas Atas

Aktif IAOR >   102 (88,7)

13 (11,3)

2,5

Tidak Aktif     62 (88,6)

8 (11,4)

0,979

1,012

0,397       2,580

IAOR < 2,5

dihubungkan dengan Indeks

Masa

yang

tinggi

mengurangi risiko untuk

Tubuh tidak didapatkan hubungan yang

mengalami

kelebihan berat badan

bermakna. Namun apabila dilihat dari

dengan batas IMT 23 adalah sebesar 2%

besaran efek yang ditimbulkan atau

jika

dibandingkan dengan mereka

nilai  OR,  maka responden

yang

dengan LI

yang rendah (Tabel 7).

ISSN: 2597-8012

.    ∕ Directoryof

OPEN ACCESS I .»     JOURNALS

Sedangkan pada uji statistic antara LI dengan   Lingkar pinggang tidak

menunjukkan     hubungan     yang

bermakna. Namun apabila dilihat dari besar efek yang dapat ditimbulkan atau nilai OR, maka responden yang termasuk ke dalam remaja yang tidak aktif atau dengan LI ttinggivternyata memiliki risiko menjadi seorang obese sentral 1,6 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja yang aktif atau dengan LI yang rendah (Tabel 8).

Hasil uji statistik yang menilai hubungan antara LI dengan kelebihan

OsTnta

berat badan yang didasarkan pada indeks masa tubuh dengan lingkar pinggang menunjukan bahwa tidak memiliki hubungan yang bermakna. Namun bila dilihat dari nilai OR, maka responden yang memiliki LI yang tinggi atau remaja yang tergolong tidak aktif akan memiliki risiko menjadi seseorang dengan kelebihan berat badan sebesar 1,5 kali dibandingkan dengan remaja dengan aktifitas fisik yang tergolong aktif atau dengan LI yang rendah (Tabel 9).

Tabel 7. Hubungan Leisure index dengan Indeks Masa Tubuh (n=185)

Tabel 8. Hubungan Leisure index dengan Lingkar Pinggang (n=185)

Leisure Index

Indeks Masa Tubuh

p

OR

IK 95% OR

< 23 (%)

> 23 (%)

Lower

Upper

Rendah LI < 1,5

Tinggi LI > 1,5

84 (68,9)

46 (73)

38 (31,1)

17 (27)

0,557

0,817

0,416

1,605

Status Lingkar Pinggang     p     OR

IK 95% OR

Leisure Index

Dibawah      Diatas

Lower     Upper

Standar       standar

Rendah LI < 1,5  109 (89,3%)  13 (10,7%)

Tinggi LI > 1,5

53 (84,1%)   10 (15,9%)  0,308  1,582    0,651       3,842

Tabel 9. Hubungan Leisure index dengan Kelebihan Berat Badan berdasarkan Indeks Masa Tubuh dan Lingkar Pinggang diatas batas yang ditentukan

Leisure Index

Kelebihan Berat Badan

p

OR

KI 95% OR

Normal

Berlebih

Lower

Upper

Rendah LI < 1,5

Tinggi LI > 1,5

110 (90,2%)

54 (85,7%)

12 (9,8%)

9 (14,3%)

0,366

1,528

0,397

2,580

(n=185)



PEMBAHASAN

Hubungan antara aktifitas fisik yang digolongkan menjadi indeks aktifitas olah raga dan leisure index dengan indeks masa tubuh, lingkar pinggang, dan kelebihan berat badan berdasar indeks masa tubuh dan lingkar pinggang dijelaskan pada table sebelumnya. Pengelompokan indeks aktifitas olahraga kemudian dibagi menjadi kelompok aktif dan kelompok tidak aktif yang memperlihatkan bahwa remaja yang memiliki kategori tidak aktif meurunkan risiko terjadinya kelebihan berat badan berdasarkan indeks masa tubuh sebesar 4%. Namun remaja yang tergolong tidak aktif akan meningkatkan risiko untuk menjadi seorang obes sentral 1,3 kali dibandingkan dengan remaja yang aktif, dan meningkatkan risiko menjadi seorang yang kelebihan berat badan berdasarkan indeks masa tubuh dan lingkar pinggang sebesar 1 kali dibandingkan dengan remaja yang tergolong aktif.

Sementara itu pada uji statistic yang membandingkan LI dengan indeks masa tubuh, lingkar pinggang dan kelebihan berat badan yang didasarkan pada perhitungan indeks masa tubuh dengan lingkar pinggang didapat hubungan yang tidak bermakna. Namun demikian, remaja dengan LI yang tinggi akan memiliki risiko menjadi seorang yang kelebihan berat badan dengan indeks masa tubuh lebih dari 23 sebesar 2% disbanding dengan remaja dengan LI rendah. Sementara remaja dengan LI tinggi memiliki risiko untuk menjadi seorang dengan obes sentral sebesar 1,6 dibandingkan dengan remaja yang memiliki LI rendah, demikian pula remaja dengan LI tinggi akan memiliki risiko untuk menjadi seorang dengan kelebihan berat badan yang didasarkan pada indeks masa tubuh dan lingkar pinggang adalah sebesar 1,5 kali dibandingkan dengan remaja yang memiliki LI rendah.

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS



SIMPULAN

Indeks Aktifitas Olah Raga yang rendah atau ketika remaja digolongkan sebagai tidak aktif akan memiliki kecenderungan untuk mengalami kelebihan beraat badan dibandingkan dengan remaja yang aktif. Demikian pula pada remaja yang tergolong dalam tingkat LI yang tinggi akan memiliki kecendrungan mengalami kelebihan berat badan dibandingkan dengan remaja yang memiliki LI yang rendah.

Aktifitas fisik memiliki pengaruh yang cukup besar pada kondisi kesehatan sesseorang. Namun demikian terdapat faktor lain yang ikut berperan mempengaruhi kondisi remaja dan peluannya untuk mengalami kelebihan beraat badan.

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS



England.     England:     HSCI.

2014;17:35-45

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Azizah, Dieni  Nur.  Hubungan

Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Remaja Putri Di Madrasah Aliyah Almukmin Sukoharjo. 2014;5:25-30

  • 2.    Booth ML, Okely AD, Thien C, Bauman A. The Reability and validity of the adolescent physical activity recal questionare. Med & Sci. 2002; 34(12):1986-95

  • 3.    Candrawati S. 2011. Hubungan tingkat aktivitas fisik dengan indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang mahasiswa. The Soedirman Journal of Nursing. 2011;6:112-8

  • 4.    Chairiah, P. “Hubungan Gambaaran Body Image dan Pola Makan Remaja Putri di SMAN 38 Jakarta”. Depok :  Universitas

Indonesia. 2012;10:11-16

  • 5.    Han J C, Debbie A. Lawlor and Sue Y.S. Kimm. Childhood obesity– 2010:  progress and challenges.

Lancet. [Online] 375(9727): 17371748.     Tersedia di:     doi:

10.1016/S0140-6736(10)60171-7

  • 6.    Healt and Social Care Information center. 2014. Statistic on Obesity, Physical Activity and Diet : https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

  • 7.    Jafar, N. “Perilaku Gizi Seimbang pada Remaja”. Makassar : Universitas           Hassanudin.

2012;77:98-106

  • 8.    Manurunng, Nelly Katahrina. Pengaruh  Karakteristik Remaja,

Genetik,  Pendapatan  Keluarga,

Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Akktifitas Fisik Terhadap kejadian Obesitas di SMU RK Tri Sakti Medan. 2008;57:14-25

  • 9.    Pulgaron E R. Childhood Obesiity: a review of increase risk for physical and psychological comorbidities. Clin Ther. [online] 35(1): A18-A132. Terseia di: doi: 10.1016/j.clinthera.2012.12.014

  • 10.    Sartika, R. Ayu Dewi. Faktor risiko obesitas pada anak 5-15 tahun di Indonesia. Departemen Gizi Kesehatan Msyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. [Online] 37-43 vol 15

  • 11.    Silitonga, Nelvin. Pola makan dan Aktifitas Fisik pada Orang Dewasa yang Megalami Obesitas dari Keluarga miskin di Des Marindal II Kecamatan Patumbak. Deli Serdang: universitas Sumatra Utara. 2008;188:35-40

    DOAJ


    DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS



https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum