HUBUNGAN METODE DALAM PELATIHAN BASIC CLINICAL SKILL BLOK ENDOKRIN TERHADAP KELULUSAN OSCE BLOK ENDOKRIN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2015 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
on
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.6,JUNI, 2019
DOAJ= OsTnta
HUBUNGAN METODE DALAM PELATIHAN BASIC CLINICAL SKILL BLOK ENDOKRIN TERHADAP KELULUSAN OSCE BLOK ENDOKRIN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2015 DI FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
G.A.R. Windaswari1, Ni Putu Wardani2, I Gde Haryo Ganesha2
1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2 Departement Medical Education Fakultas Kedokteran Universitas Udayana E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Pembelajaran pada mahasiswa kedokteran bukan hanya tentang pembelajaran mengenai teori namun juga keterampilan klinis yang dimiliki untuk menjalankan praktek kedokteran yang tepat. Mahasiswa akan mendapatkan pelatihan Basic Clinical Skill (BCS) sebagai bekal untuk pembelajaran dijenjang klinik. Pelatihan BCS ini dinilai dengan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) yang dilaksanakan disetiap akhir semester ataupun satu tahun sekali. Penelitian ini merupakan penelitian analisis yang dilanjutkan dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yaitu mahasiswa . Variabel-variabel yang akan diteliti yaitu variasi kasus yang diberikan pada pelatiahan BCS di Fakultas Kedokteran Unud yang menjalani blok endokrin. Uji statistik yang digunakan yaitu chisquare. Sebanyak 145 kuesioner terkumpul dan masuk kriteria sampel didapatkan beberapa komponen yang memiliki hubungan secara tidak langsung dengan kelulusan OSCE blok endokrin. Metode pelatihan BCS memiliki hubungan dengan kelulusan OSCE blok endokrin (p=0,04). Terdapat hubungan antara metode pelatihan BCS yang digunakan dengan kelulusan nilai OSCE blok Endokrin. Serta metode simulasi berupa variasi kasus adalah metode yang paling efektif dalam pelaksanaan pelatihan BCS.
Kata Kunci : pelatihan BCS, OSCE, metode
ABSTRACT
The learning of medical students is not only about theoretical learning but also the clinical skills they have for practicing proper medical practice. As a briefing for later clinical learning, students will receive Basic Clinical Skill (BCS) training. To assess the clinical skills of the students will be held Objective Structured Clinical Examination (OSCE) at the end of each semester or once a year.This research is an analysis research followed by cross sectional design. Research subjects are students. Variables to be studied is method of BCS training such as variation of the case in Endocrine Block at Faculty of medicine Udayana university. The statistical test used is chi-square. A total of 145 questionnaires were collected and included in criteria of sample were obtained some components that had an indirect relationship with the endocrine OSCE graduation. The components of the BCS training method have an association with the graduation of endocrine blok OSCE (p = 0.04). The Basic Clinical Skill method have an association with the graduation of endocrine blok OSCE. And simulation method such as variation of the case is the effective method for BCS training in endokrine blok
Keywords: BCS training, OSCE, method
ISSN: 2597-8012
[ vλ a Directoryof OPEN ACCESS JOURNALS
PENDAHULUAN
Pembelajaran pada mahasiswa kedokteran bukan hanya tentang pembelajaran mengenai teori namun juga keterampilan klinis yang dimiliki untuk menjalankan praktek kedokteran yang tepat.1 Dalam pembelajaran sehari-hari, mahasiswa dapat mendalami teori yang didapatkan dari proses Small Group Discussion (SGD) yang terdiri dari 8-10 mahasiswa dalam satu kelompok.2 Mahasiswa akan mendapatkan pelatihan Basic Clinical Skill (BCS) sebagai bekal untuk pembelajaran dijenjang klinik.3 Pelatihan keterampilan klinis adalah pelatihan yang bertujuan menyiapkan mahasiswa kedokteran dalam menghadapi kepaniteraan klinik. Peran utama dari pelatihan keterampilan klinis adalah menawarkan suatu metode pembelajaran inovatif yang efisien untuk mengisi kesenjangan antara pengetahuan teoritis dan praktek klinis.4 Dalam setiap universitas yang terdapat program pendidikan dokter, BCS yang menjadi salah satu bekal saat menjalankan profesi tak terdapat standar khusus dalam proses pelatihannya. Dengan kata lain, tidak ada standar nasional yang pasti untuk proses pelatihan basic clinical skill bagi mahasiswa kedokteran.
Penilaian keterampilan klinis yang dimiliki mahasiswa dinilai melalui Objective Structured Clinical Examination (OSCE) yang diadakan disetiap akhir semester ataupun satu tahun sekali.5 Objective Structured Clinical Examination (OSCE) merupakan suatu evaluasi atau penilaian terhadap keterampilan klinis yang dimiliki mahasiswa kedokteran terkait pengetahuan yang dimiliki. Penilaian yang dilakukan selama OSCE berlangsung dilakukan oleh para observer yang telah disediakan dimana perolehan nilai mahasiswa didasarkan atas ketepatan jawaban ataupun keterampilan yang diperlihatkan dalam menghadapi pasien dengan kategori yang terdapat pada checklist setiap stase.6 OSCE yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran ini sebagai salah satu tolak ukur untuk mengevaluasi clinical skill yang dimiliki oleh mahasiswa.7
Pada OSCE yang sering dinilai adalah kemampuan klinis mahasiswa, kompetensi dalam keterampilan seperti komunikasi, pemeriksaan klinis, prosedur medis, resep, pemeriksaan penunjang dan intepretasi hasil.6 Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dilaksanakan biasanya diakhir tahun ataupun diakhir semester, ini tergantung kebijakan dari masing-masing Fakultas. Objective Structured Clinical Examination (OSCE) lokal (yang diadakan oleh masing-masing Fakultas Kedokteran) merupakan penilaian komprehensif untuk mahasiswa sebagai bagian dari modul penilaian dalam hal penalaran klinis mahasiswa. Selain itu, OSCE ini juga mempersiapkan mahasiswa untuk menempuh OSCE Nasional yang dilaksanakan sebagai bagian dari ujian kompetensi nasional untuk semua lulusan mahasiswa
kedokteran sebagai persyaratan untuk mendapatkan sertifikat kompetensi.8
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja mahasiswa pada ujian OSCE dipengaruhi oleh sifat non-kognitif individu, seperti persepsi mengenai kecemasan yang dirasakan, rasa percaya diri, dan kesiapan disamping penguasaan materi dan keterampilan yang dimiliki.9 Selain hal tersebut motivasi untuk belajar dan lulus merupakan salah satu kunci keberhasilan melewati ujian OSCE.10 Interaksi peserta ujian dengan pasien sewaktu OSCE menjadi salah satu kunci keberhasilan ujian OSCE. Penelitian menunjukkan sikap dokter terhadap pasien berhubungan dengan kepuasan pasien. Sehingga dengan kata lain, keterampilan berbicara dan empati perlu dalam menghadapi pasien.9
Dengan adanya mekanisme pembelajaran blok di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, pada angkatan 2015 mahasiswa pendidikan dokter baru-baru ini telah melewati blok endokrin. Hasil pembelajaran blok endokrin pun ada beberapa mahasiswa yang tidak lulus dalam ujian OSCE blok endokrin, sehingga dari penelitian-penelitian tersebut peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan metode pelatihan BCS pada blok endokrin dengan kelulusan OSCE blok endokrin.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan metode pelatihan Basic Clinical Skill blok Endokrin terhadap kelulusan nilai OSCE blok Endokrin pada mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2015 di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan penelitian analisis yang dilanjutkan dengan desain cross sectional dimana pengukuran diukur satu kali saja dalam satu waktu, tanpa diikuti dengan follow up. Sampel penelitian yang telah ditetapkan dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Pada cara ini sampel dipilih secara acak untuk setiap strata, kemudian hasilnya dapat digabungkan menjadi satu sampel yang terbebas dari variasi untuk setiap strata. Jumlah sampel minimum yang dihitung dengan rumus besar sampel untuk proporsi tunggal. Tidak ditemukan penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya, jadi besar proporsi adalah 50% (P = 0,5) maka Q = 1 – P = 0,5. Besar ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti yaitu 10% (d = 0,10).
Besarnya Z α = 1,96 untuk α = 0,05. Didapatkan kisaran sampel 96, namun untuk meminimalkan bias yang terjadi sampel bisa ditambahkan 10%-20% dari perhitungan, sehingga jumlah sampel yang akan diteliti dibutuhkan 116 orang.
HASIL
■ a Directoryof OPEN ACCESS L '-J> VJ JOURNALS
Penelitian ini menyebarkan 200 kuesioner kepada responden yang merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2015. Didapatkan responden yang bersedia mengisi kuesioner dan masuk menjadi kriteria inklusi sampel yaitu 145 kuesioner (72,5%), dan yang tidak mengisi dan tidak menjadi sampel 55 kuesioner (27,5%). Karakteristik subjek penelitian akan ditampilkan pada tabel 1.
Tabel. 1 Karakteristik Sampel | ||
Karakteristik |
Frekuensi |
% |
Jenis Kelamin - Laki-laki |
52 |
35,9 |
- Perempuan |
93 |
64,1 |
Kelas - Regular class |
87 |
60 |
- English class |
58 |
40 |
Kelulusan OSCE Blok Endokrin - Lulus |
134 |
92,4 |
- Tidak Lulus |
11 |
7,6 |
Nilai OSCE Blok Endokrin - A (80-100) |
80 |
55,2 |
- B+ (75-79) |
21 |
14,5 |
- B (65-74) |
33 |
22,8 |
- C (<65) |
11 |
7,6 |
mahasiswa (55,2%) berada di rentangan 80-100 dengan kategori A, 21 mahasiswa (14,5) berada di rentangan 75-79 masuk kategori nilai B+, 33 mahasiswa (22,8%) berada direntangan 65-74 masuk kategori nilai B, dan sebanyak 11 mahasiswa (7,6%) berada pada kategori C dengan nilai dibawah 65.Selanjutnya pada tabel 2 yang merupakan hasil dari penyebaran kuesioner mengenai metode BCS yang digunakan berupa variasi kasus pada blok endokrin terhadap hubungannya dengan kelulusan OSCE blok endokrin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Terdapat 134 responden yang dinyatakan lulus OSCE endokrin, dimana 10 mahasiwa (7,5%) berpendapat bahwa variasi kasus pada BCS endokrin sangat kurang, 39 mahasiswa (29,3%) berpendapat kurang,60 mahasiswa (44,8%) menyatakan cukup, 24 mahasiswa (17,9) berpendapat banyak, dan 1 mahasiswa (0,7%) berpendapat terlalu banyak variasi kasus dalam BCS endokrin. Sedangkan dari 11 responden dinyatakan tidak lulus dimana 8 mahasiswa (72,7%) berpendapat bahwa variasi kasus BCS kurang, 3 mahasiswa (27,3%) menyatakan cukup. Hasil koefisien proporsi (p) yaitu 0,04 dengan demikian p lebih kecil dari taraf kesalahan yang digunakan (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
variasi kasus pada BCS endokrin dengan kelulusan OSCE endokrin.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah subjek penelitian berjenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 93 orang (64,1%) dan jumah subjek penelitian laki-laki 52 orang (35,9%).
Jumlah subjek penelitian yang berasal dari Regular class yaitu 87 mahasiswa (60%) dan 58 mahasiswa (40%) dari English class. Sejumlah 134 mahasiswa (92,4%) dinyatakan telah lulus ujian OSCE blok endokrin dan 11 mahasiswa (7,6%) dianyatakan tidak lulus ujian OSCE blok endokrin. Dari mahasiswa yang telah lulus ujian OSCE blok endokrin, rentangan nilai yang diperoleh mahasiswa yaitu sebesar 80
Tabel. 2 Hubungan Metode BCS berupa variasi kasus dengan kelulusan OSCE Endokrin
Variasi Kasus | |
Kelulusan OSCE Endokrin |
Sangat Terlalu Total Kurang Cukup Banyak Kurang Banyak n % n % n % n % n % n % |
Lulus |
10 7,5 39 29,3 60 44,8 24 17,9 1 0,7 134 92,4 |
Tidak Lulus |
0 0 8 72,7 3 27,3 0 0 0 0 11 7,6 |
Jumlah |
1 6,9 47 32,4 63 43,4 24 16,6 1 0,7 145 100 Chi-square p=0,04 |
I ∖. > ∕ Directoryof OPEN ACCESS I JOURNALS
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan bahwa ada hubungan metode BCS dengan kelulusan OSCE blok endokrin. Hubungan ini berkaitan dengan metode pembelajaran yang digunakan, khususnya penentuan metode pembelajaran BCS yang diterapkan selalu berubah-ubah. Meskipun metode disetiap universitas berbeda-beda namun output yang diharapkan akan sama sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012. Ada poin penting dalam pelatihan BCS yang wajib ada disetiap pelaksanaan pelatihan BCS yang merangkap tiga hal yaitu dimulai dari deskripsi, demonstrasi dan latihan.11 Ketiga hal ini telah diterapkan di FK Unud dalam metode pelatihan BCS dengan tujuannya yaitu membantu mahasiswa untuk dapat melakukan keterampilan klinis dengan benar, baik menghadapi ujian OSCE maupun di kepaniteraan klinik nantinya.
Metode simulasi adalah metode yang paling efektif dalam pelaksanaan pelatihan BCS. Pada metode simulasi mahasiswa akan mengembangkan pola berfikir dan bertindak sesuai keadaan di klinik nantinya.12
Metode simulasi bisa berupa variasi-variasi kasus yang diberikan ini berdasarkan kurikulum yang dianut universitas yaitu Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) sebagai cara paling efektif yang menawarkan beberapa keunggulan lebih dari metode tradisional sebelumnya. Dimana PBL ini berdasarkan prinsip-prinsip teori pembelajaran orang dewasa, termasuk memotivasi siswa, mendorong mahasiswa untuk menetapkan tujuan belajar mereka sendiri dan tentunya berperan dalam keputusan yang diambil oleh mahasiswa sendiri.
Universitas Udayana Program Studi Pendidikan Dokter telah menerapkan metode PBL dalam setiap proses pembelajarannya. Bukan hanya pada pemberian teori yang menyertakan contoh kasus dan penyelesaiannya namun juga pada pelatihan BCS mahasiswa diberikan kasus-kasus yang berbeda-beda yang paling sering terjadi dilapangan.
Metode PBL dengan variasi kasus dalam pelatihan BCS cukup efektif dalam mempersiapkan OSCE. Dengan metode variasi kasus yang akan disimulasikan mahasiswa memiliki bayangan untuk persiapan OSCE.14 Sehingga tidak hanya mengaitkan dengan teori-teori yang ada mahasiswa juga dituntut berpikir kritis jika dihadapkan dengan berbagai pertanyaan tak terduga dari pasien coba. Semakin sering mahasiswa melakukan simulasi-simulasi dari berbagai variasi kasus yang diberikan ketika pelatihan BCS maka semakin siap mahasiswa untuk menempuh ujian OSCE. Tak hanya untuk mempersiapkan ujian OSCE, berbagai variasi kasus yang diberikan bisa menjadi bayangan untuk bekal mahasiswa di tahap klinis nantinya.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2015 pada BCS blok endokrin dan kelulusan OSCE blok endokrin didapatkan bahwa ada hubungan antara metode pelatihan BCS yang digunakan dengan kelulusan nilai OSCE blok Endokrin dengan nilai p = 0,04 lebih kecil dari taraf kesalahan yang digunakan (α = 0,05). Serta metode simulasi berupa variasi kasus adalah metode yang paling efektif dalam pelaksanaan pelatihan BCS.
SARAN
Bagi mahasiswa agar lebih mempelajari dan mendalami variasi kasus yang diberikan dalam penerepan metode PBL pada pelatihan BCS.
Peneliti juga menyarankan agar ada penelitian lanjutan yang lebih mendalam mengenai hubungan pelatihan BCS dengan kelulusan OSCE secara kualitatif (wawancara).
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Aboud, K. Al, 2013. Medical Students in the Practice: A Perspective. ,2013;3(3): 129–
130.
-
2. Hadimani, C.P, 2014. Effectiveness of Small Group Discussion Sessions in Teaching Biochemistry for Undergraduate Medical Students. , 2014;8(1):77–81.
-
3. Sandika, Eriel. 2012. Identifikasi Kebutuhan Mahasiswa Kedokteran Terhadap Pelatihan Keterampilan Klinik disetiap Jenjang Pendidikan Sarjana. Semarang: Universitas Diponegoro,2012;1(1);1-12.
-
4. Zayyan, M., 2011. Objective Structured
Clinical Examination: The Assessment of Choice. ,2011;26(4): 219–22.
-
5. Widyandana, D., Majoor, G.D. & Scherpbier, A., 2015. Patients ’
Appreciation of Pre-Clinical Student Performance in Primary Healthcare Centres in Indonesia. ,2015; 25(2): 81–86.
-
6. Krishnamurthy, K. & Subbarao, K.S.V.K., 2015. Assessment , Evaluation and Examinations; Points to Ponder
Introduction. ,2015 ; 1(2): 60–68.
-
7. Gemiyani. I. N, Asni. E & Hamidy. Y. M, 2014, Hubungan Adversity Quotient (Aq) Dengan Nilai Osce Pada Mahasiswa Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Riau. , 2014;1 (2):1-10.
-
8. Risahmawati, 2015. National OSCE result as parameter outcome of basic clinical skills training during preclinical phase. ,2015;
4(4): 91–97.
-
9. Kim K, 2016. Factors associated with medical student test anxiety in objective
DIRECTORY OF OPEN ACCESS
L J ‘ JOURNALS
structured clinical examinations: a
preliminary study. ,2016; 424–427.
-
10. Tjakradidjaja, F.A. dkk 2016. The Role of Teacher in Medical Student Self-Directed Learning Process. ,2016; 10;78–84.
-
11. Ahmed, A.M., 2008. Discussion and Debate Role of clinical skills centers in maintaining and promoting clinical teaching. ,2008
3(4);97–103.
undergraduate medical education – a review on methodological evidence. 2016 33(4), ISSN 2366-5017.
-
13. Wood, D.F., 2003. ABC of learning and teaching in medicine Problem based learning., 2003; 326 (2);328-330.
-
14. Himpunan Mahasiswa Kedokteran Umum FK Unud. 2016. Kajian Strategis Reformasi: BCS, Bagaimanakah saat ini ?., 2016;1(1);1-2.
12. Vogel, Daniela. dkk. 2016. Basic practical skills teaching and learning in
Discussion and feedback