KEJADIAN DEPRESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2017
on
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.4 APRIL, 2019
I!--∖z—S A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS I\-_J JOURNALS
KEJADIAN DEPRESI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 NEGARA, KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2017
Putu Utamia Suma Masyuni1, I Wayan Surya Nata1, Putu Aryani2
-
1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
-
2 Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kedokteran Pencegahan (IKK/IKP), Fakutas Kedokteran, Universitas Udayana [email protected]
ABSTRAK
Depresi pada ibu hamil merupakan permasalahan yang diperkirakan akan menjadi beban penyakit terbesar kedua tahun 2020 menurut WHO. Penelitian yang memfokuskan mengenai depresi pada periode antenatal lebih sedikit dibandingkan dengan periode post natal walaupun kejadian depresi antenatal ditemukan terjadi hingga dua kali lipatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian depresi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas 1 Negara, Kabupaten Jembrana, tahun 2017. Penelitian dilakukan bulan Oktober hingga November 2017, menggunakan desain penelitian deskriptif potong lintang dengan melibatkan 80 ibu hami yang dipilih dengan metode simple random sampling. Variabel tergantung dari penelitian adalah usia ibu, usia saat menikah, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan keluarga, usia kehamilan, jumlah kehamilan dan jarak kehamilan. Data kejadian depresi diukur dengan Edinburgh Postnatal Depression Scale. Analisis univariat dan tabulasi silang digunakan dalam analisis penelitian. Proporsi ibu hamil sebanyak 56,3% cenderung mengalami depresi. Kejadian depresi antenatal lebih banyak ditemukan pada kelompok usia kurang dari 20 tahun (66,7%), usia menikah kurang dari 20 tahun (67,5%), tingkat pendidikan rendah (64,7%), tidak bekerja (62,3%), pendapatan keluarga yang rendah (72,3%), usia kehamilan pada trimester kedua (69.0%), kehamilan pertama (58,3%) dan jarak anak <2 tahun (60,0%). Kejadian depresi antenatal di wilayah kerja Puskesmas 1 Negara cukup tinggi. Skrining depresi secara rutin dapat dipertimbangkan sebagai salah satu bagian dalam perawatan antenatal.
Kata kunci : depresi, hamil, Puskesmas, potong lintang, deskriptif
ABSTRACT
According to WHO, depression in pregancy is a problem that are predicted to be the second greatest disease burden in 2020. Study that focussed on this problem is limited as compared to the study on depression in postnatal period eventhough it is found to be twice higher. Therefore this study was conducted to find the proportionof depression among pregnant women in Comunity health center in Subdistrict of Negara, Jembrana Regency. This is a cross-sectional descriptive study which was conducted in October until Nevember, 2017. This study involved 80 pregnant women who was selected by simple random sampling. The variables in this study were maternal age, age at marriage, last education, occupation, family income, gestational age, and birth spacing. The data were collected by Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). This study applied univariate analysis and crosstabulation. This study shows that 56.3% of pregnant women are depressed. Specifically the depression trend were found to be higher among pregnant women who are below 20 years old (66.7%), married in the age below 20 years old (67.5%), with low education level (64.7%), not having occupation (62.3%), from low income family (72.3%), second trimester of pregnancy (69.0%), first pregnancy (58.3%) and birth spacing less than 2 years (60.0%). Antenatal depression in Community health
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
center in Subdistrict of Negara, Jembrana Regency is quite high. Depression screening among pregnant women can be suggested to be a routine antenatal care.
Keywords : depression, pregnant, community health center, cross-sectional, descriptive
PENDAHULUAN
Selama masa kehamilan, baik ibu maupun janin yang sedang berkembang dapat menghadapi berbagai risiko gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat terjadi secara fisik maupun psikologis. Terlebih lagi pada kehamilan di usia yang sangat muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun), risiko gangguan kesehatan yang dapat terjadi antara lain: kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Kehamilan remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman.1 Wanita hamil rentan mengalami gangguan psikiatri seperti stress, depresi maupun gangguan mental lain yang lebih berat. Gangguan mental yang paling sering ditemukan pada ibu hamil dan setelah kehamilan adalah gangguan depresi.2
Terjadinya depresi pada masa kehamilan ditemukan berhubungan dengan kondisi yang tidak diharapkan seperti persalinan prematur, tindakan operasi sectio caesaria, serta berat badan lahir rendah.3 BAHAN DAN METODE
Penelitian ini diselenggarakan di wilayah kerja Puskesmas I Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, Indonesia pada bulan Oktober-November 2017. Rancangan penelitian ini adalah deskriptif potong lintang dengan subyek penelitian sejumlah 80 ibu hamil yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas I Negara, Kabupaten
Menurut data kunjungan poliklinik KIA/KB didapatkan bahwa banyak ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun.4,5 Penelitian dari Mantiri dkk.,6 menujukkan bahwa pernikahan yang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun makan meningkatkan risiko terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dimana hal ini dapat memicu kejadian depresi pada ibu hamil. Depresi pada ibu hamil merupaka hal yang penting untuk diketahui lebih awal untuk mencegah gangguan yang lebih lanjut baik untuk ibu maupun bayi yang dikandungnya. Terdapat berbagai cara untuk mendeteksi kejadian depresi diantaranya dengan menggunakan Beck Depression Inventory (BDI), Center for Epidemiological Studies Depression Scale dan Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS). Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) merupakan skala untuk mendeteksi depresi yang telah divalidasi untuk mendeteksi pada periode antenatal dan post-natal. Namun skrining depresi rutin pada periode antenatal masih belum banyak dilakukan di Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana.7
Jembrana Tahun 2017. Subyek penelitian dipilih dari data seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas I Negara, kemudian jumlah sampel di masing-masing desa ditentukan sesuai proporsi. Setelah jumlah sampel di masing-masing desa ditentukan, sampel kemudian dipilih dengan metode simple random sampling dengan menggunakan randomizer. Setelah sampel ditentukan,
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
sampel kemudian dikunjungi ke rumah masing-masing untuk diwawancarai menggunakan kuesioner terstruktur.
Kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai status depresi ibu hamil merupakan adaptasi dari edinburgh postnatal depression scale yang merupakan kuesioner standar untuk mendeteksi kejadian depresi pada periode antenatal dan post-natal.
Data penelitian yang dikumpulkan adalah kejadian depresi pada ibu hamil dan karakteristik ibu seperti usia ibu, usia saat menikah, pendidikan terakhir ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, usia kehamilan saat ini, jumlah kehamilan dan jarak kehamilan.
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa dengan metode analisa deskriptif untuk menggambarkan kejadian depresi dan karakteristik ibu hamil.
HASIL
Karakteristik sampel pada penelitian ini paling banyak berdasarkan usia ibu hamil pada kelompok usia 20-35 tahun (68,8%), tingkat pendidikan tinggi (78,8%), ibu hamil yang tidak bekerja (66,3%), pendapatan keluarga yang rendah (58,8%), usia kehamilan trimester 3 (48,8%) jumlah kehamilan lebih dari dua (41,3%), dan jarak kehamilan lebih dari sama dengan dua tahun (68,8%). Proporsi masing-masing karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik ibu hamil yang menjadi subyek penelitian di wilayah kerja Puskesmas I Negara
Variabel |
Frekuensi (n = 80) |
Persentase (%) |
Usia (Rerata ± SB) |
25 ± 2,1 | |
< 20 tahun |
12 |
15,0 |
20 - 35 tahun |
55 |
68,8 |
> 35 tahun |
13 |
16,3 |
Usia saat menikah (Rerata ± SB) |
20,85 ± 2,5 | |
≤20 tahun |
40 |
50,0 |
> 20 tahun |
40 |
50,0 |
Tingkat pendidikan | ||
Tingkat pendidikan tinggi |
63 |
78,8 |
Tingkat pendidikan rendah |
17 |
21,3 |
Pekerjaan | ||
Tidak bekerja |
53 |
66,3 |
Bekerja |
27 |
33,8 |
Tingkat pendapatan | ||
Pendapatan tinggi |
33 |
41,3 |
Pendapatan rendah |
47 |
58,8 |
Usia kehamilan
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
Trimester 1 |
12 |
15,0 |
Trimester 2 |
29 |
36,3 |
Trimester 3 |
39 |
48,8 |
Jumlah kehamilan | ||
1 |
24 |
30,0 |
2 |
23 |
28,8 |
> 2 |
33 |
41,3 |
Jarak kehamilan | ||
<2tahun |
25 |
31,3 |
≥2tahun |
55 |
68,8 |
Kejadian depresi dinilai menggunakan skor EPDS di mana ibu hamil dikatakan mengalami depresi jika skor hasil perhitungan jawaban kuesioner adalah sebesar 12 poin atau lebih. Dalam penelitian
ini, berdasarkan hasil perhitungan skor kuesioner, ditemukan sekitar 56% ibu hamil mengalami gejala depresi. penelitian berdasarkan tabel 2.
Tabel 2. Kejadian depresi pada ibu hamil
Frekuensi (N) |
Persentase (%) | |
Depresi |
45 |
56,3 |
Tidak depresi |
35 |
43,8 |
Kejadian depresi cenderung terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dengan proporsi sebanyak 66,7% diikuti dengan kelompok usia lebih dari 35 tahun dengan proporsi sebanyak53,8% dan kejadian depresi terendah ditemukan pada kelompok usia 20-35 tahun dengan proporsi sebesar 54,5%. Berdasarkan usia saat menikah, kejadian depresi cenderung terjadipada ibu hamil yang menikah dalam usia kurang dari sama dengan 20 tahun dengan proporsi sebanyak 67,5% sedangkan proporsi usia lebih dari 20 tahun sebanyak 55,0%.
Kejadian depresi cenderung terjadi pada usia kurang dari 20 tahun dengan proporsi sebanyak 66,7% diikuti dengan
kelompok usia lebih dari 35 tahun dengan proporsi sebanyak53,8% dan kejadian depresi terendah ditemukan pada kelompok usia 20-35 tahun dengan proporsi sebesar 54,5%. Berdasarkan usia saat menikah, kejadian depresi cenderung terjadipada ibu hamil yang menikah dalam usia kurang dari sama dengan 20 tahun dengan proporsi sebanyak 67,5% sedangkan proporsi usia lebih dari 20 tahun sebanyak 55,0%.
Data mengenai kejadian depresi terkait dengan tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh ibu hamil, kejadian depresi cenderung terjadi pada tingkat pendidikan rendah dengan proporsi 64,7% sedangkan kejadian depresi cenderung lebih
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
rendah pada tingkat pendidikan tinggi sebesar 54,0%.
Ibu hamil yang tidak bekerja cenderung mengalami depresi lebih tinggi dengan persentase sebesar 62,3% dengan tingkat pendapatan keluarga yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk mengalami depresi dengan persentase sebesar 33,3%.
Usia kehamilan trimester kedua dengan persentase sebesar 69,0% merupakan
karakteristik yang menimbulkan kecenderungan tertinggi dibandingkan dengan trimester pertama (41,7%) dan trimester ketiga (51,3%). Kehamilan pertama cenderung mengalami depresi lebih tinggi (58,3%) dengan jarak kehamilan kurang dari dua tahun (58,3%) memilki kecenderungan lebih besar dibandingkan dengan jarak kehamilan lebih dari sama dengan dua tahun (54,5%). Data selengkapnya ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Gambaran kejadian depresi terhadap karakteristik ibu hamil
Variabel |
Status Depresi |
Total, N (%) | |
Depresi, N (%) |
Tidak depresi, N (%) | ||
Usia ibu hamil | |||
<20 tahun |
8 (66,7) |
4 (33,3) |
12 (100) |
20-35 tahun |
30 (54,5) |
25 (45,5) |
55 (100) |
>35 tahun |
7 (53,8) |
6 (46,2) |
13 (100) |
Usia ibu saat menikah | |||
≤20 tahun |
27 (67,5) |
13 (32,5) |
40 (100) |
>20 tahun |
18 (45,0) |
22 (55,0) |
40 (100) |
Pendidikan terakhir | |||
Tingkat pendidikan tinggi |
34 (54,0) |
29 (46,0) |
63 (100) |
Tingkat pendidikan rendah |
11 (64,7) |
6 (35,3) |
17 (100) |
Pekerjaan ibu hamil | |||
Tidak bekerja |
33 (62,3) |
20 (37,7) |
53 (100) |
Bekerja |
12 (44,4) |
15 (55,6) |
27 (100) |
Penghasilan ibu hamil | |||
Tingkat pendapatan tinggi |
11 (33,3) |
22 (66,7) |
33 (100) |
Tingkat pendapatan rendah |
34 (72,3) |
13 (27,7) |
47 (100) |
Usia kehamilan | |||
Trimester 1 |
5 (41,7) |
7 (58,3) |
12 (100) |
Trimester 2 |
20 (69,0) |
9 (31,0) |
29 (100) |
Trimester 3 |
20 (51,3) |
19 (48,7) |
39 (100) |
Jumlah kehamilan | |||
Hamil pertama |
14 (58,3) |
10 (41,7) |
24 (100) |
Hamil kedua |
13 (56,5) |
10 (43,5) |
23 (100) |
Hamil lebih dari dua |
18 (54,5) |
15 (45,5) |
33 (100) |
Jarak kehamilan | |||
< 2 tahun |
15 (60,0) |
10 (40,0) |
25 (100) |
≥ 2 tahun |
30 (54,5) |
25 (45,5) |
55 (100) |
PEMBAHASAN
Kejadian depresi pada ibu hamil di
penelitian ini sebesar 56,3% dari total subjek
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
penelitian sebanyak 80 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Ali dkk.8 yang menyatakan bahwa prevalensi dari depresi dan kecemasan selama kehamilan cukup tinggi sehingga menjadi masalah kesehatan publik yang besar dimana diperkirakan pada tahun 2020 gangguan depresi akan menjadi beban penyakit terbesar kedua dunia menurut WHO. Penelitian yang dilakukan oleh Ali dkk.8 tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalensi depresi antenatal hampir sama dengan depresi post-natal (11% dan 13%). Penelitian dari negara berkembang menunjukkan bahwa depresi merupakan gangguan psikiatri yang paling sering dialami oleh ibu hamil yaitu sekitar 10-20%. Penelitian lain menunjukkan bahwa kejadian depresi antenatal dua kali lebih besar dari kejadian depresi post-natal. 9
Penelitian ini menunjukkan kejadian depresi cenderung terjadi pada ibu hamil usia kurang dari 20 tahun (66,7%). Menurut BKKBN, usia 20-25 tahun merupakan usia yang ideal bagi wanita dan telah matang secara biologis dan psikologis.5 Penelitian dari Mantiri dkk.6 melaporkan bahwa pernikahan yang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun akan meningkatkan risiko terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang diteliti, dimana didapatkan tingkat pendidikan yang rendah merupakan proporsi terbanyak mengalami kejadian depresi (64,7%). Tingkat pendidikan ini berpengaruh terhadap pola pikir, dan wawasan dalam menangani masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup. Hasil yang sama didapatkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Weobong dkk.10 yang mendapatkan kejadian depresi cenderung terjadi pada subjek penelitian tingkat pre-secondary (37,6%).10 Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Choi dkk.7 yang menemukan bahwa kecenderungan depresi terjadi lebih banyak pada subjek penelitian yang tamat perguruan tinggi. Hal ini kemungkin karena subjek penelitian pada penelitian yang dilakukan oleh ini hanya satu subjek yang memiliki tingkat pendidikan kurang dari SMA.7
Ibu hamil yang tidak bekerja memiliki proporsi paling tinggi (62,3%) dalam kecenderungan mengalami depresi dalam penelitian ini. Ibu hamil yang tidak bekerja memiliki risiko untuk mengalami depresi dan agresi yang cukup tinggi terkait dengan pekerjaan yang monoton.11
Pendapatan keluarga yang rendah cenderung mengalami depresi lebih besar (72,3%) pada penelitian ini. Hal yang sama ditemukan pada penelitian lain dimana subjek penelitian yang memiliki pendapatan terendah mengalami kecenderungan mengalami depresi paling besar.10
Trimester kedua kehamilan merupakan kelompok usia kehamilan yang mengalami kecenderungan depresi paling tinggi (69,0%) pada penelitian ini. Pada trimester kedua terjadi perubahan yang cepat dan terlihat jelas pada bentuk tubuh ibu hamil. Adanya pembesaran abdomen yang cepat, penebalan pinggang serta pembesaran payudara merupakan perubahan yang terjadi pada masa ini sehingga pandangan ibu terhadap tubuhnya akan berubah menjadi lebih negatif. Penelitian ini sesuai dengan
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
penelitian yang dilakukan di Puskesmas Tilango, Kabupaten Gorontalo dimana didapatkan kejadian depresi cenderung ditemukan pada trimester kedua
kehamilan.12
Kejadian depresi cenderung terjadi pada kehamilan pertama (58,3%) pada penelitian ini. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Weobong dkk.10 dimana ditemukan kejadian depresi cenderung terjadi pada kehamilan pertama (97,8%). Kehamilan kurang dari tiga kali juga memiliki SIMPULAN
Kejadian depresi pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas 1 Negara, Kabupaten Jembrana sebesar 56,3%. Kejadian depresi cenderung ditemukan ada usia ibu hamil kurang dari 20 tahun, usia saat menikah kurang dari 20 tahun, tingkat pendidikan yang rendah, tidak bekerja, tingkat pendapatan keluarga rendah, periode trimester kedua, kehamilan anak pertama dan jarak anak yang dekat.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Infodatin Kementrian Kesehatan RI. Situasi kesehatan reproduksi remaja. 2015. Jakarta. Diakses pada 3 November 2017 dari
http://www.depkes.go.id/resources/ download/pusdatin/infodatin/infoda tin%20reproduksi%20remaja-ed.pdf
-
2. Howard LM, Molyneaux E, Dennis CL, dkk. Non-psychotic mental disorders in perinatal period. Lancet 2014;384: 1775-88.
-
3. Christine Dunkel Schetter, Lynlee Tanner. Anxiety, depression and
kecenderungan mengalami depresi lebih besar.
Jarak kehamilan ibu yang kurang dari dua tahun menunjukkan kecenderungan mengalami depresi lebih besar (60,0%) dari jarak kehamilan yang lebih dari sama dengan dua tahun (54,5%) pada penelitian ini. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Weebong dkk.10 dimana didapatkan depresi cenderung terjadi pada jarak kehamilan yang luas yaitu lebih dari dua tahun.
stress in pregnancy: implication for mothers, children, research and practice. Curr Opin
Psychiatry.2012;25(2):141-148.
-
4. Puskesmas 1 Negara. Profil Puskesmas 1 Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali
-
5. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. BKKBN : usia
pernikahan 20-21 tahun. Diakses pada 3 November 2017 pada https://www.bkkbn.go.id/detailpost/ bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun
-
6. Mantiri SI, James F., Erwin GK. Hubungan antara usia waktu menikah dengan kejadian kekerasan dalam rumah tangga di manado periode September 2012-Agustus 2013. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RSUP Prof DR. R.D. Kandou Manado. 2013. Diakses pada 3 November 2017 dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/eclinic/article/view/4398
I--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS
I__∕ V_>/ \~_J JOURNALS
-
7. Choi SK, Jung JK, Yong GP, dkk. The simplified edinburgh postnatal depression scale (EPDS) for antenatal depression: is it a valid measure for pre-screening?. International Journal of Medical Sciences. 2012;9(1):40-46.
-
8. Ali N S., Azam IS, Badar S. Ali dkk. Frequency and associated factors for anxiety and depression in pregnant women: a hospitalbased sross-sectional study. The Scientific World Journal.
2012;653098.
-
9. Limlomwongse N, Liabsuetrakul T. Cohort study of depressive moods in Thai women during late pregnancy and 6-8 weeks of postpartum using the Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS). Arch Womens Health. 2006;9:131-8
-
10. Weobong Benedict, Seyi
Soremekun, Agustinus HA dkk. Prevalence and determinants of antenatal depression among pregnant women in a
predominantly rural population in
Ghana: The DON population-
based-study.Journal of Affective Disorders:165(2014);1-7.
-
11. Limlomwongse N, Liabsuetrakul T. Cohort study of depressive moods in Thai women during late pregnancy and 6-8 weeks of postpartum using the Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS). Arch Womens Health. 2006;9:131-8
-
12. Gani, RR. Hubungan perubahan citra tubuh (body image) dengan depresi pada ibu hamil trimester II dan trimester III di Puskesmas Tilango kabupaten Gorontalo. 2014. Diakses pada 3 November 2017 dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/jkp/article/view/5256
-
13. Saddock, BJ., Virginia Alcott, Pedro Ruiz. Synopsis of psychiatry.Edisi ke- 11. Wolters Kluwer. Philadelhia. 2015. Hal. 752-797.
Discussion and feedback