ISSN: 2597-8012                   JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.6,JUNI, 2019

DOAJ ≡s                  OsTnta

FAKTOR PREDIKTOR KEGAGALAN KEMOTERAPI BLEOMYCIN, ETOPOSIDE DAN CISPLATIN PADA PASIEN DENGAN SEMINOMA TESTIS PENELITIAN KOHORT RETROSPEKTIF

Ida Bagus Putra Pramana1, Lukman Hakim2, Wahjoe Djatisoesanto2, Sunaryo Hardjowijoto2

  • 1    Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Universitas Udayana, Badung, Indonesia

  • 2    Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya, Indonesia

[email protected]

ABSTRAK

Di Amerika serikat sekitar 8400 orang mengalami kanker testis dan 280 orang meninggal karena penyakit ini. Germ cell tumor meningkat diseluruh dunia. Di Amerika angka prevalensinya pada pasien usia 15 – 49 tahun meningkat dari 2,9 per 100.000 pada tahun 1975 menjadi 5,1 per 100.000 pada tahun 2004. Prevalensinya meningkat dari 55 % pada tahun 1973 menjadi 73 % pada tahun 2001. Insiden kasus seminoma lebih tinggi dibandingkan dengan nonseminoma. Untuk mengetahui faktor – faktor prediktor kegagalan kemoterapi bleomycin, etoposide dan cisplatin (BEP) pada pasien dengan seminoma testis yang mendapat terapi di Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif. Karakteristik pasien seperti umur, stadium, kadar serum tumor marker, adjuvant kemoterapi, efek samping dari kemoterapi dan respon kemoterapi didapatkan dari rekam medis pasien di RSUD dr Soetomo Surabaya pada Januari 2008 – Desember 2015. Data dianalisis dengan deskriptif analitik, faktor faktor yang mempengaruhi kegagalan kemoterapi seperti patologi staging tumor (pT), penyebaran regional lymph node (N), metastasis (M), dan level serum tumor marker preoperatif seperti Lactic Dehydrogenase (LDH), human chorionic gonadotrophin (hCG), dan Alpha-Fetoprotein (AFP) dianalisis dengan menggunakan Binary Logistic Regression.Terdapat 55 pasien dengan seminoma testis dengan rata rata umur 32,43±13,3 tahun. Dari 55 pasien hanya 41 pasien yang hanya mendapat adjuvant kemoterapi BEP. Faktor faktor seperti pT, N dan M yang signifikant secara statistik sebagai faktor prediktor kegagalan kemoterapi. Pasien dengan staging pT3 dan pT4 memiliki 8,25 kali faktor resiko yang lebih besar dibandingkan pT1 dan pT2 untuk terjadinya kegagalan kemoterapi (OR=8,250, p=0,005 dan IK95%=1,87 – 36,38). Pasien dengan N2 dan N3 memiliki resiko 4,812 kali lebih besar untuk mengalami kegagalan kemoterapi dibandingkan N0 dan N1 (OR = 4,812, p=0,036, IK95% = 1,105 – 20,95). Pasien dengan M1 (M1a atau M1b) memiliki resiko 6,4 kali lebih besar mengalami kegagalan kemoterapi jika dibandingkan dengan M0 (OR = 6,40, p = 0,015, CI = 1,44 – 28,443). Seminoma testis merupakan tumor yang kemo-sensitif. Staging tumor primer (pT), regional lymph nodes (N) dan Metastasis (M) dapat digunakan sebagai faktor prediktor kegagalan kemoterapi pada pasien dengan seminoma testis.

Keywords : Germ Cell Tumors, Testicular Seminoma, Kemoterapi BEP.

Abstract

In United States of America about 8400 people had Testicular Cancer and 380 people died because of it. Germ Cell Tumor incidence is increasing around the world. In United States of America, its prevalence rate among patient with age 15 until 49 years old increased from 2,9 per 100.000 in 1975 became 5,1 per 100.000 in 2004. Prevalence rate of Testicular Tumor tend to increase, 55% in 1973 became 73% in 2001. The incidence rate of seminoma is higher than nonseminoma.The aim of this study was to determine predictor factors in chemotherapy failure with Bleomycin, Etposide, and Cisplatin (BEP) in patients with testicular seminoma that were managed in department of urology dr Soetomo General Hospital.This is a cohort retrospective study. The characteristic of patients such as age, stage, serum level of tumor markers, adjuvant therapy, side effect of chemotherapy, and patient’s response to chemotherapy was obtained from medical records of Dr. Soetomo General Hospital in January 2008 to December 2015.

DOAJ≡F                 OsTnta

The data were analyzed with analytic descriptive, the chemotherapy failure predictors such as pathology primary tumor staging (pT), regional lymph nodes (N), metastasis (M), preoperative serum level of tumor markers such as Lactic Dehydrogenase (LDH), human chorionic gonadotrophin (hCG), and Alpha-Fetoprotein (AFP) were analyzed using Binary Logistic Regression.There were 55 patients with Testicular Seminoma with mean age 32,43±13,3 years. From the 55 patients only 41 patients who received adjuvant BEP chemotherapy alone. Only 41 patients were analyzed using binary logistic regression. Staging pT, N and M were statistically significant BEP chemotherapy failure predictor factors. Patients with pT3 and pT4 had a 8,25 times higher risk factor compared to pT1 and pT2 in giving failure chemotherapy response (OR=8,250, p=0,005, dan 95%CI=1,87 – 36,38). Patients with N2 and N3 had a 4,81 times higher risk factor compared to N0 and N1 in giving failure chemotherapy response (OR = 4,812, p=0,036, 95%CI = 1,105 – 20,95). Metastatis (M) can be used as BEP chemotherapy failure predictor factor in patients with testicular seminoma. Patients with M1 (M1a or M1b) had a 6,40 times higher risk factor compared to M0 in giving failure chemotherapy response (OR = 6,40, p = 0,015, CI = 1,44 – 28,443). Testicular Seminoma is a chemosensitive tumor to BEP chemotherapy regimens. Staging primary tumor (pT), regional lymph nodes (N) and Metastasis (M) can be used as BEP chemotherapy failure predictor factors in patients with testicular seminoma.

Keywords: Germ Cell Tumors, Testicular Seminoma, BEP Chemotherapy.

PENDAHULUAN

Kasus malignansi atau keganasan pada testis dapat dibagi menjadi beberapa grup, 95 % kasus adalah germ cell tumors (GCTs). GCTs dibagi menjadi dua yaitu seminoma dan non-seminoma (NSGCT) yang memiliki perbedaan fisiologi penyakit dan pengobatan. Di Amerika Serikat, kanker testis merupakan salah satu penyakit kanker yang paling sering pada laki laki usia 20 – 40 tahun dan merupakan kanker tersering kedua pada laki laki usia 15 – 19 tahun setelah leukemia.1,4

Dua pembagian utama dari kanker testis yaitu seminoma dan nonseminoma germ cell tumors (NSGCT) diantaranya embryonal, teratoma, choriocarcinoma, dan mixed tumors. Kanker testis lebih sering terjadi pada sisi kanan dibandingkan pada sisi kiri yang sesuai dengan peningkatan insiden undensensus testis pada sisi kanan. Seminoma klasik terdapat pada 85 % kasus pada pasien dengan seminoma dan paling sering terjadi pada dekade ke 4 dan 5 kehidupan.1 Sebelum terapi kemoterapi dengan cisplatin ditemukan, angka kesembuhan pasien dengan GCTs adalah sebesar 5 -10%.

Saat ini pasien dengan GCTs memiliki long term survival sebanyak 80 – 90%.1

Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan faktor prediktor yang mempengaruhi kegagalan kemoterapi BEP pada pasien dengan seminoma testis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif. Data berdasarkan umur, lokasi tumor, staging, kadar serum level tumor marker pre-operatif, adjuvant terapi dan respon kemoterapi didapat dari rekam medis di RSUD dr Soetomo Surabaya dari Januari 2008 – Desember 2015 dan dianalisis dengan SPSS 17.0. Pasien didiagnosis mengalami kanker testis berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi yang didapatkan dari tindakan pembedahan. Pasien mendapatkan kemoterapi BEP (Bleomycin, Etoposide dan Cisplatin) sebanyak 1 – 4 siklus , dengan dosis bleomycin 30 units IV perminggu pada hari ke 2,9 and 16 , etoposide 100 mg / m2 IV pada hari ke 1 - 5 , and cisplatin 20 mg / m2 IV pada hari ke 1-5 dengan interval 21 hari.

ISSN: 2597-8012

[ vλ a Directoryof OPEN ACCESS L kJ/ VJ JOURNALS

Respon kemoterapi dievaluasi berdasarkan     kriteria Response

Evaluation Criteria In Solid Tumours (RECIST). Dikatakan Complete Respon (CR) hilangnya semua target lesi, semua pembesaran lymph node, yang berkurang menjadi < 10 mm. Partial respon (PR) paling sedikit terjadi penurunan ukuran paling sedikit 30 % dari diameter target lesi. Progressive diseases (PD) terjadi peningkatan 20 % dari diameter target lesi atau peningkatan 5 mm dari total diameter, dan adanya 1 atau lebih lesi baru. Stable Disease (SD) atau no response jika mengalami penurunan ukuran tapi tidak memenuhi kriteria PR atau peningkatan ukuran yang tidak memenuhi PD.

Berdasarkan klasifikasi 2009 TNM, staging dibagi menjadi 3 kategori, stage I, II dan III. Variable respon kemoterapi dibagi menjadi 2 kategori, dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria Complete response, dianggap gagal jika partial response, no response atau progressive response. Staging primary tumor (pT) dibagi menjadi 2 grup, grup pertama pasien dengan pT3 dan pT4 dan grup kedua pasien dengan pT2 dan pT1. Staging regional lymph node (N) dibagi menjadi dua grup, grup pertama N3 dan N2 dan grup kedua N1 dan N0. Staging metastasis (M) dibagi menjadi dua grup M1 dan M0. Kadar AFP, β-hCG dan LDH dibagi menjadi 2 grup meningkat dan normal. Data dianalisis dengan deskriptif analisis, faktor prediktor kegagalan kemoterapi seperti primary


tumor staging (pT), regional lymph nodes (N), metastasis (M), preoperative serum level of tumor markers seperti Lactic Dehydrogenase (LDH), human chorionic gonadotrophin (hCG), dan Alpha-Fetoprotein (AFP) dianalisis dengan Binary Logistic Regression dan kami mendapatkan odds ratio (OR), p value dan 95 % Confidence Interval (CI), dikatakan bermakna secara statistik jika p < 0,05.

HASIL

Terdapat 55 pasien dengan seminoma testis dengan rata rata umur

32.43 ± 13.3 tahun. Lokasi dari tumor paling sering terjadi pada testis sebelah kanan yang terjadi pada 30 pasien (54,5 %). Sebanyak 14 pasien (25,5%) memiliki riwayat UDT. Berdasarkan staging TNM pasien dengan staging pT3 sebanyak 25 pasien (45,5%), pT4 sebanyak 13 pasien (23,6%), pT2 sebanyak 12 pasien (21,8 %) dan pT1 sebanyak 5 pasien (9,1%). Pada staging regional lymph node (N), N3 terjadi pada sebanyak 29 pasien (52,7%), N0 17 pasien (30,9%), N2 sebanyak 5 pasien (9,1%) dan N1 4 pasien (7,3%). Staging metastasis (M), didapatkan M0 sebanyak 33 pasien (60%) M1b pada 12 pasien (21,8%) dan M1a pada 10 pasien (18,2%). Berdasarkan parameter serum tumor marker (S), pasien dengan S2 sebanyak 28 pasien (50,9%) diikuti S1 sebanyak 10 pasien (18,2 %) dan S0 sebanyak 12 pasien (21,8%) dan S3 sebanyak 5 pasien (9,1%). (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristik pasien dengan seminoma testis.

Karakteristik

Jumlah

(%)

Jumlah Total

55 pasien

Umur (rata rata) Tahun

32,43±13,3

Lokasi Tumor

Testis kanan

30

54,5

Testis Kiri

21

38,2

Intraabdominal

4

7,3


ISSN: 2597-8012                   JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.6,JUNI, 2019

DOAJ ≡s                  OsTnta

Faktor Resiko

UDT

Tidak diketahui

14

41

25,5

74,5

Staging primary

pT 1

5

9,1

tumor (pT)

pT 2

12

21,8

pT 3

25

45,5

pT 4

13

23,6

Staging regional

N0

17

30,9

lymph node (N)

N1

4

7,3

N2

5

9,1

N3

29

52,7

Staging Matastasis

0

33

60

(M)

1a

10

18,2

1b

12

21,8

Serum Tumor

S0

12

21,8

Marker (S)

S1

10

18,2

S2

28

50.9

S3

5

9,1

UDT : Undensensus Testis

Pada kategori staging grup, 16 pasien (29,1%) dengan stage I, 6 pasien (10,9%) dengan stage II dan 33 pasien (60,0%) dengan stage III. Adjuvant terapi yang paling banyak diberikan adalah kemoterapi BEP pada 41 pasien (74,5%), BEP dan radioterapi pada 8 pasien (14,5%) dan pasien yang hanya mendapat radioterapi 1 pasien (1,8%). (Tabel 2)

Dari penelitian ini, terdapat 20 pasien (36,4%) pasien dengan complete response setelah pemberian kemoterapi, 19 pasien (34,5%) dengan partial response, 6 pasien (10,9%) dengan no response atau stable diseases, dan 2 pasien (3,6%) dengan progressive response. (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik pasien dengan seminoma testis.

Karakteristik

(N)

(%)

Stage

Stage I

16

29,1

Stage II

6

10,9

Stage III

33

60,0

Adjuvant

BEP

41

74,5

therapy

BEP + Radioterapi

8

14,5

Carboplatin

1

1,8

Lost to follow up

4

7,2

Radioterapi

1

1,8

Respon

Complete Response

22

40,0

Kemoterapi

Partial Response

19

34,5

No Response

6

10,9

Progressive

2

3,6

Lost to follow up

6

10,9

sehingga hanya 41 pasien yang dianalisis dengan menggunakan binary logistic regression. (Tabel 3)

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Tabel 3. Karakteristik pasien dengan seminoma testis yang hanya mendapat adjuvant kemoterapi BEP.

Karakteristik

Jumlah

(%)

41 pasien

100%

Umur (rata rata) Tahun

31,62±13,5

Lokasi Tumor

Testis Kanan

24

58,5

Testis Kiri

14

34,1

Intraabdominal

3

7,3

Faktor Resiko

UDT

12

29,3

Tidak diketahui

29

70,7

Staging primary

pT 1

4

9,8

tumor (pT)

pT 2

9

22,0

pT 3

19

46,2

pT 4

9

22,0

Staging regional

N0

9

22,0

lymph node (N)

N1

2

4,9

N2

5

12,1

N3

25

61,0

Staging Matastasis

0

22

53,7

(M)

1a

9

22,0

1b

10

24,3

Serum Tumor

S0

8

19,5

Marker (S)

S1

7

17,1

S2

24

58,5

S3

2

4,9

Dari 55 pasien hanya 41 pasien yang mendapat adjuvant kemoterapi BEP sebagai modalitas utama terapi,


Jumlah pasien yang mengalami peningkatan LDH sebanyak 26 pasien (63,4%). Rata rata peningkatan konsentrasi LDH adalah 1039,1 ± 609,5 U/l. Peningkatan AFP terjadi pada 11 pasien (26,8%) dan normal pada 30 pasien (73,2%). Rata rata peningkatan AFP adalah sebesar 553,1 ± 303,7 mIU/mL. Kadar hCG

meningkat pada 16 pasien (39,1%) dan kadar normal terdapat pada 25 pasien (60,9%). Rata rata peningkatan hCG 384,06± 321,6 ng/mL (Tabel 4).

Keluhan yang dominan selama pemberian kemoterapi adalah mual muntah dan alopecia. Total 37 pasien (90,2%) mengeluh mual dan muntah selama pemberian kemoterapi, 41 pasien (100%) mengeluhkan alopecia (Tabel 5).

ISSN: 2597-8012

■ a Directoryof OPEN ACCESS L '-J> VJ JOURNALS

Dengan menggunakan paired T Test membandingkan hasil laboratorium darah pre dan post kemoterapi terjadi penurunan yang signifikant dari leukosit, neutrophils, trombosit dan hemoglobin (p = 0,001 and p = 0,032). (Tabel 6)

Staging pT, N dan M bermakna secara statistik sebagai faktor prediktor kegagalan kemoterapi BEP. Pasien dengan pT3 dan pT4 memiliki resiko 8,25 kali lebih besar untuk mengalami kegagalan kemoterapi dibandingkan pT1 dan pT2 (OR=8,250, p=0,005, dan 95%CI=1,87 – 36,38). Pasien dengan N2 dan N3 memiliki resiko 4,81 kali lebih besar untuk mengalami kegagalan kemoterapi dibandingkan dengan N0

dan N1 (OR = 4,812, p=0,036, 95%CI = 1,105 – 20,95). Metastasis (M) dapat digunakan sebagai faktor prediktor kegagalan kemoterapi BEP, pasien dengan M1 (M1a atau M1b) memiliki resiko 6,4 kali lebih besar untuk mengalami kegagalan kemoterapi BEP dibandingkan pasien dengan M0 (OR = 6,40, p = 0,015, CI = 1,44 – 28,443). Sedangkan kadar tumor marker preoperative seperti LDH (OR=0,79, p = 0,73 95%CI = 0,21 – 2,94), hCG (0,682. p= 0,571 95%CI = 0,181 – 2,567), and AFP (OR= 0,29, p= 0,153 95%CI=0,053 – 1,58) secara statistik tidak bermakna sebagai fakto prediktor kegagalan kemoterapi BEP. (Tabel 7)

Tabel 4. Kadar Serum Tumor Marker Pasien Dengan Adjuvant Kemoterapi BEP

Serum Tumor Marker

Kategori

N

(%)

Rata Rata

SD

LDH

Normal

15

36,6

Meningkat

26

63,4

1039,1

±609,5

AFP

Normal

30

73,2

Meningkat

11

26,8

553,1

±303,7

hCG

Normal

25

60,9

Meningkat

16

39.1

384,06

±321,6

Tabel 5. Efek Samping Kemoterapi yang Dikeluhkan Pasien

No.

Efek samping

Jumlah (N)

(%)

1

Mual dan Muntah

37

90,2

2

Alopecia

41

100

3

Tinitus

4

9,7

4

Utikaria

1

2,4

5

Gangguan BAB

8

19,5

Tabel 6. Efek Samping Kemoterapi Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Darah

No

Efek Samping

N

%)

Rata rata

SD

p

1

Leukopenia

21

52,2

3057

±773,02

0,001

2

Neutropenia

21

52,5

1,019

±0,278

0,001

3

Thrombocytopenia

15

37,5

99600

±18699

0,001

4

Anemia

4

10

9,125

±0,236

0,032

ISSN: 2597-8012                   JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.6,JUNI, 2019

DOAJ ≡s                  OsTnta

Tabel 7. Analisis Multivariate dengan Binary Logistic Regression. Pasien yang mendapat adjuvant kemoterapi BEP.

No .

Faktor Prediktor

Respon Kemoterapi

OR

p

95% CI

Partial/No Respon/ Progressive

Complete Respon

1

pT

T3 dan T4

22

6

8,250

0,005*

1,87 –

36,38

T1 dan T2

4

9

2

N

N2 dan N3

22

8

4,812

0,036*

1,105 –

20,95

N0 dan N1

4

7

3

M

M1

16

3

6,40

0,015*

1,44 –

28,44

M0

10

12

4

hCG

meningkat

11

5

0,682

0,571

0,181 – 2,567

Normal

15

10

5

AFP

Meningkat

19

2

0,29

0,153

0,053 – 1,58

Normal

17

13

6

LDH

Meningkat

17

9

0,79

0,73

0,21 – 2,94

Normal

18

6

CI = Confidence Interval, * signifikan jika p< 0,05

Diskusi

Kanker Testis sering dijumpai pada laki laki usia 15 – 35 tahun1. Seminoma testis paling sering terjadi pada dekade ke 4 kehidupan, sedangkan non-seminoma sering terjadi pada dekade ke 3 kehidupan2. Insidennya jarang terjadi pada laki laki usia dibawah 15 tahun atau usia lebih dari 60 tahun. Angka prevalensinya pada anak anak adalah 0,5 – 2,0 per 100.000 populasi4. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana didapatkan rata rata umur dari 55 pasien dengan seminoma testis adalah 32.43 ± 13.3 tahun.

Kanker testis sering terjadi pada sisi sebelah kanan dibandingkan kiri, hal ini sesuai dengan angka kejadian undensensus testis (UDT) lebih sering terjadi pada sisi sebelah kanan. Sebanyak 7 – 10 % kasus kanker testis memiliki riwayat UDT, seminoma testis merupakan jenis yang paling sering muncul. Pasien dengan UDT memiliki resiko 4 – 6 kali lebih tinggi untuk terjadinya kanker testis. Resikonya semakin meningkat jika testis berada di intraabdomen (1 dari 20 kasus) dan resikonya semakin rendah jika testis terletak di inguinal (1 dari 80 kasus)4.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 30 pasien (54,5%) dengan seminoma testis sebelah kanan. Dan 14 pasien (25,5%) dengan riwayat UDT sedangkan 4 pasien (7,3 %) dengan riwayat testis intraabdominal.

Walaupun AFP pada masa fetus meningkat tinggi, tetapi setelah usia 1 tahun kadar AFP akan menurun4. AFP tidak akan meningkat pada pure seminoma atau choriocarcinoma1. Peningkatan hCG tidak terjadi pada pure embryonal cell carcinoma, karena kanker ini tidak mengandung syncytiotrophoblast, peningkatan AFP pada pure embryonal cell carcinoma adalah jarang kecuali jika terdapat komponen yolk sac tumor2. Banyak jenis tumor yang merupakan kombinasi dari berbagai tumor atau disebut mixed tumor, yang biasanya terdiri dari embryonal cell carcinoma, seminoma, yolk sac, teratoma atau synctiotrophoblast. Berdasarkan tipe selnya AFP biasanya meningkat pada yolk sac tumor dan hCG meningkat jika ada komponen syncytiotrophoblas2. AFP biasanya meningkat pada yolk sac tumor. Level serum tumor marker merupakan hal penting dalam menentukan diagnosis

ISSN: 2597-8012

■ λ Directoryof OPEN ACCESS JOURNALS

(sebelum orchidectomy) dan prognosis. (setelah orchidectomy). hCG meningkat pada 7% kasus pasien dengan seminoma selama perkembangan dari penyakitnya. LDH merupakan tumor marker nonspesifik konsentrasinya meningkat sesuai dengan volume tumor2.

Seminoma testis merupakan kanker yang sensitif terhadap kemoterapi platinum-based. Data yang ada saat ini menunjukan peningkatan serum hCG sering terjadi pada seminoma testis yang sudah mengalami metastasis. Massa residual sering terjadi setelah pengobatan kemoterapi pada stadium lanjut. Seminoma testis sangat chemo-responsif dimana massa tumor akan sangat berkurang dibandingkan dengan non-seminoma testis. Pada kasus seminoma testis, jika terdapat residual mass pada regional lymph node setelah dikemoterapi memiliki kemungkinan massa tersebut berupa jaringan nekrotik5.

Pada stadium IIA/B seminoma testis, radioterapi memberikan hasil yang baik, mayoritas akan sembuh dengan hanya pemberian radioterapi. Kemoterapi adalah terapi pilihan untuk seminoma testis stadium IIC7.

Ukuran tumor sangat berkorelasi dengan staging pT. Pada advanced seminoma yang telah mendapat kemoterapi memberikan outcome 3 tahun survival rate sebesar 96 % dan 5 tahun overall survival rate sebesar 92 %10.

Penyebab         neutropenia,

leukopenia dan   thrombocytopenia

adalah akibat dari etoposide dan cisplatin     karena     menyebabkan

penekanan dari sumsung tulang untuk memproduksi leukosit dan thrombosit6. Alopecia adalah efek samping yang sering muncul akibat dari pemberian bleomycin dan etoposide, hal ini terjadi karena obat obatan kemoterapi memblok absorpsi selular pada folikel rambut sehingga mengganggu pertumbuhan rambut8.

OsTnta

Pasien yang mengalami kegagalan kemoterapi dikarakteristikan dengan ukuran tumor dan serum tumor marker. Penelitian sebelumnya membandingkan kadar tumor marker AFP dan hCG pada pasien dengan nonseminoma testis, penelitian tersebut menunjukan kadar tumor marker sebelum dimulainya kemoterapi dapat digunakan sebagai faktor prediktor dalam kegagalan kemoterapi (p <.0001)9.

Penurunan serum tumor marker selama kemoterapi dapat digunakan sebagai faktor prognosis pasien dengan kanker testis10. Pasien dengan pure seminoma testis tidak memerlukan reseksi dari residual tumor karena 97 % massa residual tersebut biasanya berupa jaringan nekrotik11. Staging pT dan perluasan tumor ke rate testis merupakan salah satu faktor prognosis penting terjadinya relapse pada pasien dengan stage I seminoma testis yang mendapat pilihan terapi dengan survailance (HR = 2, 95% CI = 1.3 to 3.2)12. Pada penelitian lain pasien dengan usia kurang dari 34 tahun memiliki kemungkinan 26% untuk mengalami progresifitas penyakit dalam 5 tahun, dan berkurang 10 % pada pasien yang mengalami kanker testis diusia 34 tahun13.

Peningkatan kadar hCG dan LDH merupakan faktor prognosis untuk terjadinya relaps dan kematian pada pasien dengan seminoma testis stadium lanjut (RR = 1.8 p = 0.04) dan (RR = 2.6 p = 0.05)15.

SIMPULAN

Seminoma testis merupakan kemosensitif terhadap regimen kemoterapi BEP. Staging dari primary tumor (pT), regional lymph node (N) dan Metastasis (M) dapat digunakan sebagai faktor prediktor kegagalan kemoterapi pada pasien dengan seminoma testis. Pasien dengan pT3 dan pT4 memiliki resiko lebih besar mengalami kegagalan

DIRECTORY OF OPEN ACCESS L - '-J; JOURNALS kemoterapi dibandingkan dengan pT1 dan pT2. Pasien dengan N2 dan N3 memiliki resiko lebih besar mengalami kegagalan kemoterapi dibandingkan dengan N0 dan N1 dan pasien dengan M1 (M1a atau M1b) memiliki resiko kegagalan kemoterapi lebih besar jika dibandingkan M0. Sedangkan kadar tumor marker preoperative seperti LDH, hCG dan AFP tidak bermakna secara statistik sebagai faktor prediktor kegagalan kemoterapi.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Andrew Cramer and Mike B Siroky :Neoplasma of the Genitourinary Tract. Handbook of Urology. 3rd ed. Lippincott williams & wilkins; Chap 15; 2004; 249 – 299.

  • 2.    Albers P, Albercth P, Algaba F ett all. Guideline of Testicular Cancer. Guideline of European Urology Association; Chap 11; 2015; 50 – 86.

  • 3.    Ade IM, Hardjowijoto S. Profile of Testicular Cancer in Soetomo Hospital Surabaya.2015

  • 4.    Jerome P Richieand Graeme S steele : Neoplasma of the Testis. Campbell – Walsh Urology.10 th ed. Elsevier; Chap. 31; 2012; 832-891

  • 5.    Peckhman M J, Horwich A, Hendry W F. Advanced seminoma : Treatment with cis-platinum-based combination chemotherapy or caboplatin       (JM8).Br.       J.

Cancer.United Kingdom. 1995;52:7-3.

  • 6.    Li Xiong Y, Coucke P, Qian Tu N ett all.     Clinical Characteristic,

prognosis, and Treatment of Pelvic Cryptorchid  Seminoma.  Int. J.

Radiation     Oncology     Biol.

Phys.1997;(38):351-357.

  • 7.    Chung P, Gospodarowicz MK, Panzarella T et al. Stage II Testicular seminoma : Patterns of Recurrence and outcome of Treatment. European Urology       Journal.       June

2004;45(6):754-760.

OsTnta

  • 8.    J.A Christian ett all. Intensive induction Chemotherapy with CROP/BEP in Patient with poor prognosis Germ Cell Tumor. Journal of clinical Oncology.2003;(21):871-877.

  • 9.    Wit DR, Sylvester R, Tsitsa C ett all. Tumor marker concentration at the start of chemotherapy is a stronger predictor of treatment failure than marker half-life: a study in patients with      disseminated      non-

seminomatous testicular cancer randomized controlled trial.Br J cancer.     BR     J     Cancer.

1997;75(3):432-435.

  • 10.    Mazumdar M, Bajorin DF, Baclk J, ett all. Predicting outcome to chemotherapy in patients with germ cell tumours : the value of the rate of decline of human chorionic Gonadotropin and alpha-Fetoprotein during therapy. Journal of clinical oncology. 2001;19(9):2534 – 2541.

  • 11.    Albers P, weissbach L, Krege S ett all. Prediction of necrosis after chemotherapy of advanced germ cell tumors : results of a prospective multicenter trial of the german testicular cancer study group. The Journal                          of

Urology.2004;17(5):1835-1838.

  • 12.    Warde P, Specht L, Horwich A ett all. Prognostic factor for relapse in stage I seminoma managed by surveillance : A Pooled Analysis. Journal of clinical oncology. 2002; 20(22): 4448-4452.

  • 13.    Warde P, Gospodarowicz M K, Panzarella T ett all. Stage I testicular seminoma : results of adjuvant irradiation and surveillance. Journal of clinical Oncology. September. 1995; 13(9) : 2255-2262.

  • 14.    Hoskin P, Dilly S, Easton D ett all. Prognostic factor in stage I non-seminomatous germ-cell testicular tumours managed by orchiectomy and surveillance:implication for adjuvant chemotherapy. Journal of



clinical oncology. July 1996;4(7): 1031-1036.

  • 15.    Mencel PJ, Motzer RJ, Mazumdar M ett all. Advanced Seminoma : Treatment results, survival and prognostic factor in 142 patients. Journal         of        Clonical

Oncology.January 1994; 12(1): 120126.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum