ISSN: 2597-8012                           E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.5,MEI, 2019

Il—∖/—∖ λ j Directoryof OPEN ACCESS I_√          JOURNALS

PREVALENSI OBESITAS PADA PENDERITA SKIZOFRENIA YANG MENDAPATKAN TERAPI ANTIPSIKOTIK ATIPIKAL DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Putu Ayu Indah Saraswati1, Ni Ketut Sri Diniari2

1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

[email protected]

ABSTRAK

Salah satu perubahan yang sering terjadi pada penderita skizofrenia adalah kenaikan berat badan yang menjadi faktor risiko obesitas. Efek tersebut disebabkan oleh obat antipsikotik atipikal terutama olanzapin dan klozapin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi obesitas pada penderita skizofrenia yang menggunakan obat antipsikotik atipikal di Rumah Sakit JiwaProvinsi Bali.Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectionaldengan metode non-probality sampling dengan prosedur consecutive sampling.Sampel yang digunakan adalah pasien skizofrenia yang telah menggunakan obatantipsikotik minimal 3 bulan dan maksimal 2 tahun di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.Instrumen pada penelitian ini adalah kuisioner dan rekam medis.Analisis hasil yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis hasil deskriptif. Temuan dari analisis hasil deskriptif adalah; 1) Prevalensi responden yang menjadi obesitas setelah mengkonsumsi obat antipsikotik atipikal adalah 78,9%, 2) Prevalensi responden yang menjadi obesitas berdasarkan lama penggunaan obat antipsikotik tertinggi pada pemakaian>12 bulan adalah 100%.Kesimpulan pada penelitian ini adalah kejadian obesitas pada penderita skizofrenia paling tinggi pada pengguna obat antipsikotik atipikal dengan lama penggunaan obat selama >12 bulan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk meneliti variabel lain yang dapat mempengaruhi prevalensi obesitas pada penderita skizofrenia yang menggunakan obat antipsikotik atipikal.

Kata Kunci: Skizofrenia, Obesitas, Antipsikotikatipikal, Olanzapin, Klozapin.

ABSTRACT

The common alteration on patient with schizophrenia is increased weight and it’s become risk factor of obesity. That obesity caused by atypical antipsychotic, especially olanzapine and clozapine. This study aimed to determine prevalence obesity on patient with schizophrenia which used atypical antipsychotic in Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. This study used a cross sectional study with non-probability sampling with non-consecutive sampling. The sample used patient with schizophrenia which used atypical antipsychotic within 3 months until 2 years in Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. The instruments of this study was a questionnaire and medical records. The result of this study were based on descriptive analysis; 1) Prevalence obesity on patient with schizophrenia after used atypical antipsychotic is 78.9%, 2) Prevalence obesity on patient with schizophrenia based on the time>12 months using atypical antipsychotic is 100%. The conclusion of this study was the incident obesity on patient with schizophrenia which used atypical antipsychotic > 12 months in Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali is higher than other criteria. The results of this study are expected to be the basis for the prevalence obesity on patient with schizophrenia which used atypical antipsychotic.

Keywords: Schizophrenia, Obesity, Atypical Antipsychotic, Olanzapine, Clozapine.

Il—∖/—∖ λ j Directoryof OPEN ACCESS I √ V√∕—JOURNALS

PENDAHULUAN

Masalah kejiwaan di Indonesia masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang perlu ditangani dengan baik.Menurut Nuryang mengutip pendapat dari Hawari bahwa gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, moderen, dan industri.1

Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia yang paling banyak menimbulkan beban personal dan ekonomi. Skizofrenia diderita kurang lebih 1% populasi dunia. Jika spektrum skizofrenia dimasukkan dalam perkiraan prevalensi, maka jumlah individu penderita menjadi sekitar 5%. Kejadian skizofrenia pada pria lebih besar dibandingkan pada wanita. Derajat keparahan skizofrenia lebih tingi pada negara maju dibandingkan negara yang sedang berkembang.2

Minimnyapengetahuan       mengenai

skizofrenia     akan     berdampak     pada

hasilpenanganannya.    Hal    itulah    yang

menyebabkan penangan skizofrenia masih terasa samar, termasuk dalam pemberian obat atipikal maupun tipikal pada kasus skizofrenia. Banyak keluarga atau care giver, yang masih belum memahami bagaimana efek samping dan cara kerja dari obat-obat tersebut. Sehinggasering kali adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita skizofrenia akibat efek obat yang tidak disadari.2

Salah satu perubahan yang sering terjadi pada penderita skizofrenia adalah kenaikan berat badan yang menjadi faktor risiko obesitas. Terdapat 80% pasien yang bertambah berat badan selama penggunaan antipsikotik dan lebih kurang 30%-nya berkembang menjadi obesitas.3Oleh sebab itu saya ingin mengangkat topik mengenai efek pemberian obat atipikal pada penderita skizofrenia terhadap terjadinya obesitas. Untuk memudahkan mengambil sampel, maka saya memilih Rumah Sakit Jiwa Provinsi Balisebagai tempat pengambilan sampel.

BAHAN DAN METODE

Peneltian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-

sectionaldengan melakukan wawancaradan melihat rekam medis untuk mengetahui prevalensi obesitas pada penderita skizofrenia yang menggunakan obat antipsikotik atipikal di Poli Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali pada bulan Januari 2014 sampai Oktober 2015.

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel menggunakan tekniknon-probality sampling dengan prosedur consecutive sampling. Jadi semua responden secara berurutan dan memenuhi kriteria sampel dapat dimasukkan ke dalam penelitian sampai besar sampel yang diperlukan terpenuhi.

Besar sampel pada penelitian ini adalah 98 sampel dengan estimasi sampel minimal responden menggunakan rumus adalah 92 sampel.

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan kuisioner yang terdiri dari 11 pertanyaan, yaitu: waktu pasien rawat inap, riwayat penyakit pasien, tinggi badan saat ini, berat badan saat ini,nama obat antipsikotik yang dikonsumsi pasien, Indeks Masa Tubuh (IMT) pasien saat pertama kali diukur atau sebelum menjalani rawat inap pertama kali, lama penggunaan obat antipsikotik, terdapat peningkatan nafsu makan, jenis olah raga yang sering pasien lakukan dan seberapa sering pasien melakukannya, kegiatan sehari-hari yang sering pasien lakukan, dan apakah pasien menjalani diet atau tidak. Responden diminta untuk memilih jawaban pada setiap pertanyaan. Kuisioner ini menetapkan dua kriteria penilaian, yaitu obesitas dan tidak obesitas.

Selain itu hasilrekam medis dan melakukan wawancara terhadap tenaga paramedis diperlukan untuk mengetahui jenis dan nama obat antipsikotik, keterangan IMT awal pasien saat pertama kali diukur atau sebelum menjalani rawat inap, jenis olahraga yang sering dilakukan, dan apakah pasien menjalani diet atau tidak.

Analisis hasilmenggunakan analisis univariat digunakan untuk menganalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi tiap variabel.

HASIL

Berdasarkanpenelitian yang dilakukan pada prevalensi obesitas pada penderita skizofrenia yang

Juni sampai Oktober 2015 diperoleh hasil mengenai menggunakan obat antipsikotik atipikal di Rumah Sakit

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Jiwa Provinsi Bali dari bulan Januari 2014 hingga bulan ke depan menunjukkan penurunan kriteria IMT Oktober 2015. Hasil yang diperoleh dari wawancara diakhir pengukuran menjadi 17,5%. Sedangkan dan rekam medis berjumlah 98 responden. responden dengan kriteria IMT obesitas dua pada

Pada Tabel 1 responden lebih banyak pengukuran awal yang menggunakan jenis obat atipikal menggunakan jenis obat antipsikotik atipikal sebesar sebanyak 50,9% dan diikuti selama beberapa bulan ke 58,2%. Mayoritas responden terdiagnosis sebagai depan menunjukkan peningkatan kriteria IMT diakhir skizofrenia hebefrenik yaitu sebanyak 71,4%. Pada pengukuran menjadi 78,9%.

pengukuran awal yang terlihat di hasil rekam medis menunjukkan hasil responden sudah mengalami obesitas dua dengan presentase 51,0%. Sedangkan saat pengukuran terakhir dilakukan menunjukkan responden dengan obesitas dua semakin meningkat sebanyak 70,4%.

Prevalensi hasil responden berdasarkan Tabel 2dengan kriteria IMT obesitas satu pada pengukuran awal yang menggunakan jenis obat atipikal sebanyak 43,9% dan diikuti selama beberapa

Berdasarkan Tabel 3 peningkatan kriteria IMT juga dipengaruhi oleh kriteria lama penggunaan obat. Responden dengan kriteria obesitas dua yang telah menggunakan obat antipsikotik selama 3 bulan sebanyak 55,6% meningkat diakhir pengukuran menjadi 70,4%. Begitu juga pada responden lain yang dengan obesitas dua yang menggunakan obat antipsikotik selama lebih dari 3 bulan.

Tabel 1.Karakteristik Responden di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali

VARIABEL

FREKUENSI            (%)

KarakteristikDemografi

Umur (Rerata;SB)

40,33±9,99

Jenis Kelamin

-   Laki-laki

74

75,5

- Perempuan

24

24,5

Lama Penggunaan Obat Antipsikotik

-   3 bulan

27

27,6

-   4 – 6 bulan

33

33,7

-   7 – 12 bulan

29

29,6

-   >12 bulan

9

9,2

Jenis Obat Antipsikotik

-   Atipikal

57

58,2

-   Tipikal

34

34,7

- Kombinasi

7

7,1

Diagnosis

-   Skizofrenia Hebefrenik

70

71,4

-   Skizofrenia Paranoid

25

25,5

-   Skizoafektif tipe manik

2

2,0

-    Skizoafektif tipe depresi

1

1,0

IMT Awal

-   BB Normal       7

7,1

-   Berisiko

5

5,1

-    Obesitas 1

36

36,7

-   Obesitas 2

50

51,0

IMT Akhir

-   BB Normal

2             2,0

-   Berisiko4

4,1

-    Obesitas 1

23

23,5

-   Obesitas 2         69

70,4

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Tabel 2.Prevalensi Perbandingan Responden yang Menjadi Obesitas Berdasarkan Jenis Obat Antipsikotik yang Dikonsumsi

Variabel                                         Klasifikasi IMT

Normal            Obesitas 1              Obesitas 2

Awal Akhir    Awal     Akhir      Awal     Akhir

Atipikal    3 (5,3%)   -      25 (43,9%) 10 (17,5%)  29 (50,9%) 45 (78,9%)

Tipikal     4 (11,8%) 2 (5,9%) 9 (26,5%)  11 (32,4%)  17 (50,0%) 19 (55,9%)

Kombinasi -           -     2 (28,6%)  2 (28,6%) 4 (57,1%)  5 (71,4%)

Tabel 3.Prevalensi Perbandingan Responden yang Menjadi Obesitas Berdasarkan Lama Penggunaan Obat

Antipsikotik

Lama Penggunaan                             Klasifikasi IMT

Obat

Normal           Obesitas 1             Obesitas 2

Awal Akhir Awal    Akhir     Awal     Akhir

PEMBAHASAN

Pada Tabel 1 menunjukkan distribusi responden menurut umur, jenis kelamin, lama penggunaan obat antipsikotik, jenis obat antipsikotik, diagnosis IMT awal dan akhir. Rerata umur responden yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali adalah 40,33 tahun. Mengutip dari pendapat Siswono pada penelitian Salikur, kejadian utama terjadinya skizofrnia terjadi pada umur produktif, yakniantara 15 – 44 tahun.3Sedangkan untuk prevalensi jenis kelamin laki-laki jauh lebih dominan dibandingkan dengan penderita skizofrenia yang berjenis kelamin perempuan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, yakni masing-masing sebesar 75,5% dan 24,5%.

Distribusi responden berdasarkan lama penggunaan obat antipsikotik menunjukan presentase cukup tinggi pada responden yang menggunakan obat antipsikotik di 4 sampai 6 bulan pemakaian yakni sebesar 33,7%. Menurut hasil wawancara langsung dengan tenaga paramedis di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, banyak pasien yang cenderung patuh mengkonsumsi obat antipsikotik diawal pemakaian. Namun setelah

melewati bulan ketiga, pasien perlahan akan mulai putus obat. Hal tersebut sesuai dengan prevalensi responden yang meningkat setelah mengkonsumsi obat atipikal selama 4 sampai 6 bulan dan 7 sampai 12 bulan yang kembali harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Menurut tenaga paramedis tersebut, banyak faktor yang mempengaruhi pasien untuk putus obat, seperti faktor ekonomi, faktor putus asa karena tidak kunjung membaik, dan faktor dukungan dari orang-orang sekitar yang perlahan berkurang.Selain itu, putus obat juga mengakibatkan kejadian perawatan kembali pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.

Distribusi responden berdasarkan jenis obat antipsikotik yang dikonsumsi dari tabel tersebut diperoleh hasil sebanyak 58,2 % penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menggunakan jenis obat antipsikotik atipikal. Meski perbandingan prevalensi dengan jenis tipikal tidak terlalu jauh, yakni diperoleh hasil sebanyak 34,7% responden yang menggunakan obat antipsikotik tipikal. Antipsikotik generasi keduamasih menjadi terapi utama untuk mengobati

Il—∖/—∖ λ j Directoryof OPEN ACCESS I √ V√∕—JOURNALS

skizofrenia dan hal tersebut juga berlaku di beberapa negara lain seperti Amerika Serikat.4

Diperoleh hasil bahwa responden yang sudah mengalami obesitas di awal sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali yaitu sebanyak 87,7% yang terdiri dari 36,7% responden dengan obesitas satu dan sejumlah 51,0% responden dengan obesitas dua. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita skizofrenia telah mengalami obesitas sebelum masuk ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali.Kemudian untuk memastikan bahwa setiap responden memang sudah menderita obesitas sebelum mengalami skizofrenia atau tidak, diperoleh hasil rekam medis yang memperlihatkan riwayat minum obat pasien.Ternyata jauh sebelummasing-masing responden harus menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, beberapa responden sudah mengkonsumsi obat antipsikotik dalam kurun waktu tertentu.Peningkatan berat badan sering terjadi dan hal tersebut dapat mengakibatkan obesitas pada penderita skizofrenia. Obesitas yang terjadi dapat disebabkan karena efek samping penggunaan obat antipsikotik atipikal.5Hasil pada penelitian tersebut sesuai dengan Tabel 1 karena setelah melakukan wawancara dengan terkait aktivitas masing-masing responden, tenaga paramedis mengatakan bahwa responden yang mengalami obesitas saat menjalani rawat inap aktivitas fisiknya cenderung lebih rendah daripada yang tidak mengalami obesitas.

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasilprevalensi penderita skizofrenia yang menjadi obesitas berdasarkan antipsikotik yang dikonsumsi.Didapatkan hasil bahwa prevalensi penderita skizofrenia yang menggunakan antipsikotik atipikalcukup tinggi menjadi obesitas dua dengan presentase 78,9% diakhir pengukuran dibandingkan dengan responden yang menggunakan antipsikotik tipikal dan kombinasi yang masing-masing memiliki presentase sebanyak 55,9% dan 71,4%. Menurut penelitian yang dilakukan Najib6, ditemukan peningkatan IMT yang cukup tinggi pada responden yang diberikan obat standar ditambah klozapin dibandingkan responden yang diberikan obat standar saja, yakni 69,3% dan 30,7%. Hal tersebut sesuai dengan hasil pada Tabel 2 dimana kejadian obesitas paling tinggi terjadi pada responden yang menggunakan obat antipsikotik atipikal, kemudian disusul oleh responden yang menggunakan obat antipsikotik kombinasi, dan setelah itu pada responden yang menggunakan obat antipsikotik tipikal.

Beberapa review sebelumnya telah menyimpulkan bahwa antipsikotik atipikal yang dibandingkan dengan antipsikotik tipikal, menyebabkan peningkatan berat badan yang signifikan. Jenis obat antipsikotik atipikal yang paling berpengaruh dengan peningkatan berat badan adalah Olanzapin.7 Menurut penelitian Guy dkk5, prevalensi pada skizofrenia dengan obesitas dilaporkan terjadi disemua tempat dari satu dan setengah sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari rekam medis Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, responden yang menggunakan obat antipsikotik atipikal sebagian besar mengkonsumsi jenis klozapin, olanzapin, dan risperidon. Mengutip dari penelitian Xueqin Song8, olanzapin dan klozapin paling berhubungan dengan peningkatan berat badan, kemudian diikuti oleh chlorpromazin, risperidon, dan quetiapin.Setelah melakukan wawancara dengan responden, didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan nafsu makan setelah menggunakan obat antipsikotik. Meskipun beberapa penelitian menemukan dosis yang menentukan peningkatan berat badan akibat penggunaan olanzapin, namun belum ada literature yang menetapkan dosis tersebut secara pasti.9

Pada Tabel 3 diperoleh hasilprevalensi responden yang menjadi obesitas berdasarkan lama penggunaan obat antipsikotik. Pada responden dengan IMT awal normal setelah mengkonsumsi obat antipsikotik selama 3 bulan, IMT responden menurun menjadi 3,7% diakhir pengukuran. Hal tersebut bukan disebabkan karena penurunan berat badan, melainkan terjadi peningkatan berat badan pada responden sehingga IMT responden tersebut menjadi naik menuju kriteria IMT yang lebih tinggi. Olanzapin dan klozapin dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan dari dari 4 sampai 4,5 kilogram.5 Pada penelitian yang dilakukan Najib selama tiga bulan menunjukkan rerata peningkatan berat badan responden yang menggunakan obat antipsikotik standar ditambah klozapin adalah 2,22 kg.6

Prevalensi tertinggi responden yang menjadi obesitas diakhir pengukuran terjadi pada responden yang mengkonsumsi obat antipsikotik selama lebih dari 12 bulan.Presentase tersebut menunjukkan angka 100% yang memiliki arti bahwa semua responden dengan IMT obesitas satu diawal meningkat menjadi obesitas dua diakhir pengukuran. Hal ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian seperti penelitian yang dilakukan Marina dkk9, mendapatkan hasil bahwa setelah 12 bulan pemakaian tingkat kenaikan berat badan lebih

Il—∖/—∖ λ j Directoryof OPEN ACCESS I √ V√∕—JOURNALS rendah dibandingkan dengan responden yang menggunakan obat antipsikotik selama 9 bulan yakni dengan presentase 67%.Pada penelitian yang dilakukan Roy dkk10juga mendapatkan hasil bahwa pada bulan ke 12 memperlihatkan nilai yang lebih rendah dibandingkan pemakaian 6 bulan, namun lebih tinggi 0,76% dibandingkan keadaan 3 bulan pemakaian.

Peningkatan berat badan yang cenderung menjadi obesitas disebabkan oleh banyak faktor, salah satnya adalah gaya hidup. Menurut hasil wawancara dengan tenaga paramedis Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali, setiap responden diharuskan mengikuti kegiatan rutin seperti senam pagi.Namun, ada beberapa responden yang memang     tidak     mengikuti     kegiatan

tersebut.Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden dapat melakukan aktivitas fisik seperti mandi, makan, dan berolahraga, namun setelah itu mereka akan makan cukup banyak karena nafsu makan mereka dirasa meningkat. Menurut keterangan dari tenaga paramedis, rutin dilakukan pengukuran status gizi kepada seluruh responden yang menjalani rawat inap. Responden dengan kadar lipid, glukosa, dan trigliserida yang meningkat sudah disarankan untuk menjaga keseimbangan makanan dan melakukan diet.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan “Prevalensi Obesitas Paada Penderita Skizofrenia yang Menggunakan Obat Antipsikotik Atipikal di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali”, diperoleh kesimpulan bahwa prevalensi responden yang menjadi obesitas setelah mengkonsumsi obat antipsikotik atipikal adalah sebanyak 78,9% dan prevalensi responden yang menggunakan obat antipsikotik atipikal berdasarkan lama penggunaan obat antipsikotik atipikal tertinggi pada pemakaian lebih dari 12 bulan yaitu sebanyak 100%. UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam kelancaran penelitian jurnal ini, diantaranya terima kasih kepada dr. Ni Ketut Sri Diniari, Sp.KJ dalam membantu diskusiuntuk jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Noni N. I. 2011. “Pengaruh Pengetahuan dan Mekanisme Koping Terhadap Sikap Keluarga Untuk Menerima Pasien Gangguan Jiwa (Skizofrenia) yang Telah Tenang di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara” (). Medan: Universitas Sumatera Utara. 2011

  • 2.    Adriesti. H. 2009. “Keefektifan Terapi Remediasi Kognitif Dengan Bantuan Komputer Terhadap Disfungsi Kognitif Pasien Skizofrenia Kronis di Panti Rehabilitasi Budi Makarti Boyolali” (). Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

  • 3.    Salikur K. 2013. “Pemberian Olanzapin Oral Secara Kronis Mengakibatkan Peningkatan Asupan Makanan dan Kenaikkan Berat Badan Tikus Wistar Betina(Rattus Norvegicus)” (). Denpasar: Universitas Udayana.

  • 4.    Christine R.K. MD, Katja Kamossa MD, Sandra Schwarz, dkk. 2010.   Head-to-head

comparisons of metabolic side effects of second generation antipsychotics in the treatment of schizophrenia:  asystematic

review and meta-analysis. Schizophr Res.November ; 2010; 123(2-3): 225–233.

  • 5.    Guy Faulkner, dkk. 2010. Intervensions to reduce weight gain in schizophrenia. Cochrane Hasilbase Syst  Rev.  ;  (1):

CD005148.

  • 6.    Najib Rendra Mukti.,2014. Perbedaan Peningkatan Indeks Massa Tubuh Pada Pasien Skizofrenia Yang Diterapi Obat Standar Dengan Obat Standar Ditambah Clozapine Di RSJD        Surakarta()        Universitas

Muhammadiyah Surakarta. J500100113.

  • 7.    Michal Hrdlicka and Iva Dudova,. 2015.Atypical Antipsychotics in the treatment of early-onset schizophrenia. Department of Child Psychiatry, Charles University Second Faculty of Medicine and University Hospital Motol,     Prague,                Czech

Republic.Neuropsychiatric Disease and Treatment 2015:11   907–913.

  • 8.    Xueqin Song1*†, et all. Fat-mass and obesityassociate     genepolymorphisms     and

weight gain after risperidone treatment in first episode schizophrenia.,2014. Song et al. Behavioral and Brain Functions 2014, 10:35.

  • 9.    Marina Salviato Balbão, Jaime Eduardo Cecílio Hallak, et all,.2014. Olanzapine, weight change and metabolic effects: a naturalistic 12-month follow up. The Adv Psychopharmacol 2014, Vol. 4(1)  30–

36DOI:10.1177/204512531350773.

  • 10.    Roy G, Bedard A, Desmarais PA, Jourdain F, Allen S, Michaud D, Amor LB. 2010. AgeDependent Metabolic Effects of Second-Generation Antopsychotics in Second-Generation Antopsychotics-Naïve French Canadian Patients. J Child and Adolescent Psychopharmacology 20: 479-487.

    DOAJ


    DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

7