ISSN: 2303-1395

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 8 NO.2,Februari, 2019

I!--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS IJOURNALS

KARAKTERISTIK PASIEN KANKER NASOFARING DI POLI THT-KL RSUP SANGLAH PADA TAHUN 2015

A.A. Gede Oka Suta Wicaksana1, Agus Rudi Asthuta2

1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian/SMF Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK

Kanker nasofaring adalah kanker dengan jenis sel skuamus yang berkembang disekitar ostium dari tuba eustachius pada dinding lateral dari nasofaring. Kanker nasofaring menjadi kanker dengan kasus terbanyak keempat di Indonesia. kanker nasofaring dapat terjadi pada semua golongan umur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita kanker nasofaring di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study yaitu dengan melakukan pengumpulan data satu kali dengan menggunakan data rekam medis. Dari segi waktu secara retrospektif, responden dalam penelitian ini dipilih melalui consecutive sampling. Variabel yang diteliti pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, stadium, dan keluhan utama.Kanker nasofaring ditemukan paling banyak pada usia 46-65 tahun sebanyak 41 (59,4%). Berdasarkan jenis kelamin, paling banyak ditemukan pada laki-laki sebanyak 50 (75,5%). Berdasarkan stadium, paling banyak ditemukan pada stadium IV A sebanyak 34 (49,3%), serta benjolan pada leher sebanyak 43 (62,3%) menjadi keluhan terbanyak pada kasus.Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien kanker nasofaring di Sanglah sesuai dan hanya memiliki sedikit perbedaan jika dibandingkan dengan beberapa literatur lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik pasien kanker nasofaring di populasi lainnya.

Kata Kunci : Karakteristik, Pasien, Kanker Nasofaring

Abstract

Nasopharyngeal cancer is a squamus cell carcinoma which is growth in ostium of eustachian tube on the lateral wall of nasopharyngeal. Nasopharyngeal cancer became the fourth of the most cancer in Indonesia. Nasopharyngeal cancer could happen in every age groups. This study purpose is to know the characteristic of patient with nasopharyngeal cancer in RSUP Sanglah. This study uses a descriptive method with cross sectional study design, its mean this study collected the data in one time by using a medical record. In a retrospective time aspect, respondent in this study chosen by consecutive sampling method. The variable that are discussed in this study are age, sex, staging, and chief complain of nasopharyngeal cancer.Nasopharyngeal cancer mostly found in people age of 46-65 with 41 (59.4%) cases. Base on sex, mostly found in man with 50 (75.5%). Base on staging, mostly found in IV A stage with 34 (49.3%), Mass at the neck with 43 (62.3%) being a chief complain that mostly found in these cases. So, it can be concluded that this study has a


same result with other literatures. This study also hoped to be uses as a basic of further investigation to knowing the characteristic of nasopharyngeal cancer in another population.

Keywords: Characteristic, Patient, Nasopharyngeal cancer

PENDAHULUAN

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol yang dapat menginvansi dan menyebar pada tubuh penderita. Kanker memiliki konsekuensi kesehatan yang berat dan dapat menyebabkan kematian.1 Kanker nasofaring adalah kanker dengan jenis sel skuamus yang berkembang disekitar ostium dari tuba eustachius pada dinding lateral dari nasofaring.2 Kanker nasofaring menjadi kanker dengan kasus terbanyak keempat di Indonesia setelah kanker ovarium, kanker payudara dan kanker kulit. Di Indonesia kanker nasofaring merupakan kanker yang paling sering terjadi di bagian kepala dan leher.3

Angka insidens kanker nasofaring di Indonesia yaitu 6,2 per 100.000 penduduk.3 Jumlah angka insidens kanker nasofaring pada laki-laki di Indonesia pada tahun 2014 adalah 9.355 kasus.4 Laki-laki lebih sering terkena kanker nasofaring dua hingga tiga kali lebih tinggi dibandingkan wanita. Secara keseluruhan kanker nasofaring dapat terjadi pada semua golongan umur tetapi memiliki distribusi puncak pada umur 5060 tahun dan sedikit ditemukan pada anak anak.2

Deteksi awal untuk menentukan kanker nasofaring sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena kanker nasofaring memiliki gejala yang tidak spesifik. Semakin awal deteksi kanker nasofaring dapat dilakukan maka semakin baik prognosis yang dimiliki oleh penderita.3

Terdapat beberapa faktor risiko dalam terjadinya kanker nasofaring

meliputi jenis kelamin, etnik dan tempat tinggal, diet tertentu, infeksi, faktor genetik, faktor keluarga, pola hidup dan lingkungan tempat kerja.2

Penentuan stadium kanker dilakukan melalui hasil pemeriksan fisik dan tes imaging. Penentuan stadium kanker dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kanker tersebut telah menyebar. Stadium kanker ditentukan menggunakan sistem TNM.5

Sebagian besar pasien kanker nasofaring di Indonesia mengalami keterlambatan diagnosis. Sulitnya menegakkan diagnosis dikarenakan kanker nasofaring memiliki gejala yang tidak spesifik. Kurangnya pengetahuan mengenai kanker, penolakan dari pasien dan faktor ekonomi menjadi hal penghambat dari pasien untuk memulai terapi.6

Berdasarkan tingginya jumlah penderita kanker nasofaring di Indonesia dan keterlibatan multifaktor dalam kejadian kanker nasofaring maka penulis ingin mengetahui karakteristik kanker nasofaring di RSUP Sanglah berdasarkan umur, jenis kelamin, stadium dan keluhan utama saat datang ke rumah sakit.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional study, dari segi waktu secara retrospektif. Semua pasien dengan benda asing esofagus yang terdaftar sebagai pasien di RSUP Sanglah Denpasar merupakan populasi target dari penelitian ini, dimana populasi terjangkau


penelitian ini adalah semua pasien yang terdiagnosis kanker nasofaring dan mendapat terapi di Poli THT-KL RSUP Sanglah. Penderita harus terdaftar dalam rekam medis RSUP Sanglah pada tahun 2015. Ditetapkan beberapa kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini untuk dapat memperoleh populasi sampel.

Rentang waktu penelitian ini adalah berlangsung pada tahun 2015 secara retrospektif. Populasi sampel yang didapat pada penelitian ini sebanyak 69 orang pasien yang sudah lolos kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi penelitian ini adalah semua pasien yang terdaftar dan terdiagnosis kanker nasofaring pada rekam medis di Poli THT-KL RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015. Pasien yang tidak memiliki variabel-variabel yang dicari dalam rekam medis merupakan kriteria eksklusi pada penelitian ini.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling, dimana seluruh subjek selama periode penelitian yang memenuhi kriteria diambil sebagai sampel sampai memenuhi jumlah sampel yang diperlukan dan dilihat profil atau karakteristik dari pasien meliputi umur, jenis kelamin, stadium dan keluhan utama saat datang ke rumah sakit, kemudian dilakukan pencatatan.

Pada penelitian ini digunakan data sekunder yang berasal dari rekam medis dari pasien kanker nasofaring di Poliklinik THT-KL RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015. Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan komputer melalui program SPSS, data dianalisa secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi tiap variabel penelitan kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel.

HASIL

Karakteristik Umur Sampel

Tabel 1. Distribusi Angka Kejadian Kanker Nasofaring Berdasarkan Umur

Umur

Frekuensi

Persentase

< 25

3

4,3

26-45

16

23,2

46-65

41

59,4

>65

9

13,0

Dilihat berdasarkan karakteristik umur pasien kanker nasofaring pada Tabel 1 didapatkan kasus terbanyak pada umur 46 hingga 65 tahun sebanyak 41 dari 69 sampel (59,4%). Sedangkan, kasus paling rendah ditemukan pada umur kurang dari 25 tahun dengan kasus sebanyak 3 dari 69 sampel (4,3%). Pada umur 26 hingga 45 tahun didapatkan kasus sebanyak 16 dari 69 sampel (23,2%). Pada umur lebih dari 65 tahun didapatkan kasus sebanyak 9 dari 69 sampel (13%)

Karakteristik Jenis Kelamin Sampel

Tabel 2. Distribusi Angka Kejadian Kanker Nasofaring Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Frekuensi

Persentase

Laki-Laki

50

72,5

Perempuan

19

27,5


Dilihat berdasarkan Tabel 2 kanker nasofaring paling banyak ditemukan pada laki-laki dengan jumlah kasus sebanyak 50 dari 69 sampel

I!--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS

I\~_J JOURNALS

(72,5%). Pada perempuan ditemukan 19 kasus dari 69 sampel (27,5%).

Karakteristik Stadium Sampel

Tabel 3. Distribusi Angka Kejadian Kanker Nasofaring Berdasarkan Stadium

Stadium

Frekuensi

Persentase

II

7

10,1

III

7

10,1

IV A

34

49,3

IV B

17

24,6

IV C

4

5,8

Stadium kanker nasofaring berdasarkan tabel 3. ditemukan stadium IV A menjadi stadium terbanyak dengan jumlah kasus 34 dari 69 sampel (49,3%), selanjutnya adalah stadium IV B sebanyak 17 kasus (24,6), stadium II dan III sebanyak masing-masing 7 kasus (10,1%) dan stadium IV C sebanyak 4 (5,8%).

Karakteristik Keluhan Utama Sampel

Tabel 4. Distribusi Angka Kejadian Kanker Nasofaring Berdasarkan Keluhan Utama

Keluhan Utama

Frekuensi

Persentase

Benjolan pada Leher

43

62,3

Sakit Kepala

12

17,4

Epitaksis

10

14,5

Pandangan Ganda

1

1,4

Telinga

Mendengung

3

4,3

Berdasarkan tabel 4 Keluhan utama yang paling banyak disampaikan oleh pasien kanker nasofaring adalah

benjolan pada leher dengan jumlah kasus sebanyak 43 dari 69 sampel (62,3%), selanjutnya adalah sakit kepala dengan jumlah kasus sebanyak 12 (17,4%), epitaksis sebanyak 10 kasus (14,5%), telinga mendengung sebanyak 3 kasus (4,3%) dan pandangan ganda sebanyak 1 kasus (1,4%)

PEMBAHASAN

Analisis data terkait kanker nasofaring berdasarkan rekam medis di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015 menunjukan orang dewasa ditemukan sebagai kategori umur tersering yaitu dengan angka kejadian sebesar 82,6%. Umur puncak kejadian kanker nasofaring ditemukan pada umur 46 hingga 65 tahun yaitu sebesar 59,4%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Marlinda Adham et al. dimana ditemukan puncak umur kejadian kanker nasofaring yaitu pada umur 30 hingga 59 tahun menjadi kategori umur yang paling sering mengalami kasus kanker nasofaring sebesar 80% karena orang dewasa memiliki paparan pada exposure lebih banyak saat mereka bekerja.3

Angka kejadian kanker nasofaring berdasarkan jenis kelamin, pasien dengan jenis kelamin laki-laki terbanyak terkait kasus kanker nasofaring yaitu sebesar 72,5%. Hasil ini sejalan dengan penelitian Marlinda Adham et al. jenis kelamin terbanyak pada kasus kanker nasofaring adalah laki-laki, yaitu sebesar 70,4%.6

Angka kejadian kanker nasofaring berdasarkan stadium, hasil penelitian menunjukkan stadium IV A menjadi stadium dengan kasus terbanyak yaitu sebesar 49,3%. Kasus kanker nasofaring juga banyak ditemukan pada stadium IV

I!--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS I\~_J JOURNALS

B yaitu sebesar 24,6%. Menurut Marlinda Adham kanker nasofaring tidak terdapat gejala awal yang spesifik menjadi karakteristik kanker nasofaring sehingga menyebabkan sulitnya deteksi dini pada kasus kanker nasofaring.3

Angka kejadian kanker nasofaring berdasarkan keluhan utama menunjukkan bahwa adanya massa atau benjolan pada leher menjadi keluhan terbanyak yang disampaikan oleh pasien saat datang ke dokter yaitu sebesar 62,3%. Hal ini sesuai dengan Marlinda Adham menyebutkan bahwa keluhan awal paling sering adalah adanya benjolan pada cervical yaitu sebesar 60%.3

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan karakteristik pasien kanker nasofaring di Poliklinik THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah pada tahun 2015 adalah sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (72,5%), berada dalam kategori umur dewasa 26 hingga 65 tahun (82,6%), stadium tersering adalah stadium IV A (49,3%) dan dengan keluhan paling banyak adalah benjolan pada leher (62,3%).

SARAN

Mengingat penyakit kanker nasofaring tidak memiliki gejala spesifik maka masyarakat diharapkan lebih meningkatkan kewaspadaan pada gejala non spesifik seperti sakit kepala, hidung tersumbat dan telinga mendengung yang tidak mengalami perbaikan setelah diberikan terapi. Masyarakat diharapkan melakukan pemeriksaan ulang ke dokter apabila mendapakatkan gejala yang menetap sehingga penegakan diagnosis

kanker nasofaring dapat terdeteksi lebih dini.

Pelayanan kesehatan terutama RSUP Sanglah perlu meningkatkan komunikasi dan edukasi terhadap masyarakat untuk memberikan informasi terkait kanker nasofaring yang sering terjadi namun terlambat dalam mendeteksi kanker sehingga banyak pasien baru terdeteksi pada stadium lanjut. Dengan pemberian sosialisasi baik dalam media poster atau pamphlet diharapkan     dapat     meningkatkan

kewaspadaan masyarakat terkait penyakit kanker nasofaring. Pencatatan yang lengkap dalam rekam medis pasien juga diperlukan untuk meningkatkan informasi mengenai gambaran kanker nasofaring di RSUP Sanglah.

Diharapkan dilakukan penelitian lanjutan terkait kanker nasofaring dengan variabel yang lebih banyak, cakupan penelitian yang lebih luas, serta jumlah sampel yang lebih banyak. Dianjurkan menggunakan studi longitudinal kohort untuk menetahui hubungan sebab akibat antar variabel.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    American Cancer Society (ACS). 2015.    Nasopharyngeal  Cancer.

Available                          at:

http://www.cancer.org/cancer/nasoph aryngealcancer/detailedguide/nasopha ryngeal-cancer-staging      [Diakses

tanggal 5 Januari 2016]

  • 2.    American Cancer Society (ACS). 2015. Nasopharyngeal   Cancer.

Available                          at:

http://www.cancer.org/cancer/nasoph aryngealcancer/detailedguide/nasopha ryngeal-cancer-risk-factors [Diakses

I!--∖z—∖ A I DIRECTORY OF OPEN ACCESS I∖^√ JOURNALS

tanggal 7 Januari 2016]

  • 3.    American Cancer Society (ACS). 2015. Nasopharyngeal   Cancer.

Available                          at:

http://www.cancer.org/cancer/nasoph aryngealcancer/detailedguide/nasopha ryngeal-cancer-diagnosis [Diakses tanggal 7 Januari 2016]

  • 4.    Marlinda Adham et all. 2014. Delayed Diagnosis of Nasopharyngeal Carcinoma in a Patient with Early Signs of Unilateral Ear Disorder. Available                          at:

http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/m ji/article/view/689

  • 5.    Marlinda Adham et all. 2012. Nasopharyngeal cancer in Indonesia: epidemiology, incidence, sign and symptoms at presentation. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

  • 6.    Fredrik Petersson, MD, PhD. 2015. Nasopharyngeal carcinoma:   A

review.         Available         at:

http://www.elsevier.com/locate/semd p

  • 7.    Mu-Sheng Zeng & Yi Xin-Zeng.

2010. Pathogenesis  and Etiology

Nasopharyngeal        Carcinoma.

Available                          at:

http://link.springer.com/chapter/10.10 07/978-3-540-92810-2_2

  • 8.    Ahmed Abdel Khalek Abdel Razek & Ann King. 2012. MRI and CT of Nasopharyngeal        Carcinoma.

Available                          at:

http://www.ajronline.org/doi/full/10.2 214/AJR.11.6954

  • 9.    Keith L. Moore dan Anne M.R. Agur.1996. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta Pusat

  • 10.    Harold Ellis. 2006. Clinical Anatomy 11th edition. Amerika Serikat

  • 11.    John M. Kisane, M.D. 1990. Anderseon’s Pathology 9th edition. Amerika Serikat

  • 12.    Susan L et all. 1997. Cancer Nursing Principles and Practice 4th edition. Amerika Serikat

  • 13.    World Health Organization (WHO). 2015.    Cancer.    Available at:

http://www.who.int/cancer/en/ [Diakses tanggal 30 Desember 2015]

  • 14.    World Health Organization (WHO). 2014. Cancer Country Profile. Available                          at:

http://www.who.int/cancer/country-profiles/idn_en.pdf [ Diakses pada tanggal 30 Desember 2015]

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum