ISSN: 2303-1395

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 7 NO.7,Juli, 2018

HUBUNGAN OBAT ANTIHIPERTENSI DENGAN JATUH PADA POPULASI LANJUT USIA DI BEBERAPA KLINIK DI KOTA DENPASAR TAHUN 2015

Nadia Elsa1, RA. Tuty Kuswardhani2

1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2SMF Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana / RSUP Sanglah Denpasar

ABSTRAK

Jatuh pada populasi geriatri dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Hal ini memicu perhatian khusus terhadap faktor-faktor penyebab jatuh. Salah satunya adalah obat antihipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan obat antihipertensi dengan jatuh pada populasi geriatri di kota Denpasar tahun 2015. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap; 1)survei epidemiologik mengenai jumlah dan presentase populasi yang menggunakan obat antihipertensi dan jatuh pada populasi geriatri di Denpasar tahun 2015, 2) penelitian analisis mengenai hubungan obat antihipertensi dan jatuh pada populasi geriatri di Denpasar tahun 2015. Dari 96 sampel yang diperiksa didapatkan 32,3% mengalami jatuh dan 58,3% menggunakan obat antihipertensi. Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) obat antihipertensi merupakan faktor risiko jatuh (RP>1); (2) tidak adanya hubungan yang signifikan antara obat antihipertensi dan jatuh pada populasi geriatri di kota Denpasar tahun 2015 (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa obat antihipertensi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jatuh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui prevalensi dan proporsi jatuh dan obat antihipertensi di tempat lain selain Denpasar.

Kata kunci: populasi geriatri, obat antihipertensi, jatuh

ABSTRACT

Falls in geriatric population can cause morbidity and mortality. It means the causes of falls have to be given more attention. One of the cause is antihypertension. The purpose of this research is to prove there is a relation between antihypertension and falls in geriatric population in Denpasar at 2015. This research was done by two steps; 1)epidemiologic survey of the proportion and percentage of the population consume antihypertension drugs, and falls in geriatric population in Denpasar at 2015, 2)analytic research about the relation between antihypertension drugs and falls in geriatric population in Denpasar at 2015. From 96 sampels that has been included in the research, it is found that 32,3% has experienced falls and 58.3% consumed antihypertension drugs. Furthermore, the research shows that : (1) antihypertension drugs is a risk of falls (PR>1); (2) there is no significant relation between antihypertension drugs and falls in geriatric population in Denpasar at 2015 (p>0.05). It can be concluded that antihypertension drugs has no significant relation with falls. For the future, this research can be a reference for further research of the relation between falls and antihypertension drugs in other places other than Denpasar.

Key words: geriatric population, antihypertension drugs, falls.


PENDAHULUAN

Populasi lanjut usia (lansia) semakin meningkat jumlahnya. Ini merupakan kenyataan yang tidak bisa dihindari pada masa abad 21. Semakin tinggi populasi lansia, maka semakin banyak pasien lansia yang membutuhkan perawatan. Populasi dunia semakin menua dengan cepat. Di antara tahun 2000 – 2050, proporsi dari populasi dunia yang berumur 60 tahun ke atas diduga meningkat dari 605 juta sampai dua miliyar dalam periode yang sama.1 Proyeksi proporsi penduduk umur 60 ke atas tahun 2015 - 2035 Indonesia adalah pada 2015 8,49%, tahun 2020 dengan 9,99%, tahun 2025

dengan 11,83%, tahun 2030 dengan 13,82% dan tahun 2035 dengan 15,77%. Provinsi dengan persentase penduduk 60 tahun ke atas yang paling besar urutan keempat pada tahun 2035 adalah Bali 18,07%.2

Jumlah penduduk 60 tahun ke atas di provinsi Bali telah mencapai lebih dari 10 persen. Jadi provinsi Bali, pada tahun 2035 sudah bisa dikategorikan sebagai provinsi penduduk tua (aging population). Sebaliknya, persentase penduduk 0-14 tahun untuk kurun waktu yang sama, Bali menduduki posisi kelima provinsi terendah di Indonesia dengan 19,3%.

Dapat dilihat bahwa angka penuaan sudah dapat menyaingi angka kelahiran di Bali.2

Salah satu ciri khas dari lansia adalah mengalami beberapa gejala akibat penuaan. Hasil penelitian Allen Brocklehurst adalah adanya klasifikasi kumpulan gejala yang sering dikeluhkan oleh lansia dan/atau keluarganya yaitu tujuh gejala yang dikenal sebagai "The Geriatric Giants". Salah satu keluhan tersering pada The Geriatric Giants adalah falls (jatuh). Kejadian jatuh bukan suatu penyakit namun adalah suatu kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan di usia lanjut. Jatuh adalah penyebab kedua kematian karena luka atau luka tidak disengaja di seluruh dunia. Setiap tahun, 424.000 orang meninggal karena jatuh secara global dan 80% adalah di Negara-negara berpenghasilan rendah sampai menengah. Orang tua berumur 65 tahun ke atas adalah penderita utama dari jatuh yang fatal. Setiap tahunnya terjadi 37,3 juta jatuh yang cukup parah sampai orang membutuhkan perhatian khusus secara medis.3 Angka prevalensi jatuh 2,5 % lebih besar perempuan dibanding laki-laki. Lansia harus dicegah agar tidak jatuh dengan cara mengidentifikasi faktor risiko. Pada prinsipnya, mencegah terjadinya jatuh pada lansia sangat penting dan lebih utama daripada mengobati.

Di samping itu, lansia akan selalu didampingi oleh penyakit kronis dari penuaan. Penyakit kronis pada lansia adalah penyakit kardiovaskuler, metabolik, urogenital, digestif, pernafasan, muskuloskeletal dan keganasan. Pada penyakit kardiovaskuler, salah satu gejala tersering adalah hipertensi. Kondisi ini mendesak lansia agar mengonsumsi obat antihipertensi. Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%.4 Yang dapat menimbulkan efek samping postural hipotensi yang berisiko kepada jatuh. Oleh karena itu, dibutuhkan observasi lebih lanjut mengenai peningkatan risiko jatuh dari pemakaian obat antihipertensi.

Dalam penelitiannya, Kmietowicz menyatakan bahwa konsumsi antihipertensi dapat diasosiasikan dengan peningkatan risiko kejadian jatuh dibandingkan dengan tidak adanya konsumsi antihipertensi.5 Namun Berry dan Kiel dari Hebrew SeniorLife, Boston

mengatakan bahwa peningkatan kejadian jatuh dapat terjadi karena adanya penyakit lain atau beban dari kesehatan yang buruk secara keseluruhan.6 Di dalam beberapa penelitian ini terdapat ketidakpastian bahwa adanya hubungan penggunaan obat antihipertensi dengan kejadian jatuh pada lansia. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa adanya hubungan obat antihipertensi dengan kejadian jatuh pada populasi lansia khususnya di Kota Denpasar tahun 2015.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara obat antihipertensi dengan jatuh pada populasi lansia. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk memilih sampel. Populasi penelitian ini adalah lansia yang berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun yang berada di poliklinik geriatri RSUP Sanglah Denpasar, Banjar Tainsiat, panti sosial Tresna Werda Wana Seraya di Denpasar selama tahun 2015. Pengumpulan data penelitian ini adalah menggunakan kuesioner yang ditanyakan kepada setiap responden secara langsung oleh peneliti. Setelah data terkumpul, analisis data dilakukan menggunakan program statistic SPSS secara deskriptif univariat dilakukan untuk menggambarkan karakteristik, untuk mengetahui frekuensi dan presentasi masing-masing variabel, dimana hasil dari analisis ini adalah dalam bentuk jumlah, presentase, dan rerata. Sedangkan tabulasi silang bivariat untuk menggambarkan hubungan antar variabel.

Variabel penelitian ini terdiri dari variable bebas, yaitu umur, jatuh, obat antihipertensi, mengonsumsi lebih dari empat jenis obat-obatan dan menderita penyakit lain. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan analisis data yang terdiri atas analisis univariat yang digambarkan dengan tabel frekuensi dan presentase untuk menggambarkan kejadian jatuh dan konsumsi obat antihipertensi. Analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan kejadian jatuh dengan obat antihipertensi pada penelitian ini. Analisis multivariat juga digunakan untuk mengetahui adanya interaksi antara variabel obat antihipertensi, penggunaan obat lebih dari

empat dan menderita penyakit lain terhadap jatuh pada populasi lansia.

Tabel 3. Deskripsi Obat Antihipertensi pada Subjek Penelitian

HASIL

Subjek penelitian terdiri dari 96 orang lansia yang berusia lebih dari atau sama dengan 60 tahun. Penelitian ini dilakukan di poliklinik geriatri RSUP Sanglah Denpasar, Banjar Tainsiat, panti sosial Tresna Werda Wana Seraya di Denpasar selama tahun 2015.

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristi

Keterangan

Jumla

Persentas

k

Responden

h

e (%)

Jenis

Laki-Laki

40

41,7

Kelamin

Perempuan

56

58,3

Jumlah

96

100

60  -  74

tahun

56

58,3

Usia

75  -  90

tahun

35

36,5

>90 tahun

5

5,2

Jumlah

96

100


Obat Antihipertensi

Jumlah

Presentase (%)

Ya

56

58,3

Tidak

40

41,7

Jumlah

96

100

Berdasarkan tabel 3, sebagian besar responden menggunakan obat antihipertensi yaitu 58,3%. Responden yang tidak menggunakan obat antihipertensi yaitu 41,7%.

Tabel 4. Deskripsi Jenis Obat Antihipertensi pada Subjek Penelitian

Jenis Obat Antihipertensi

Jumlah

Presentase (%) dari 56 orang

ACE Inhibitors

36

64,2%

ARB

10

17,8%

CCB

13

23,3%

Diuretik

6

10,7%

Beta-blockers

4

7,1%


Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa presentase terbesar subjek penelitian yaitu umur 60 – 74 tahun sebanyak 56 orang (58,3%). Jenis kelamin subjek penelitian paling banyak adalah perempuan yakni 56 orang (58,3%).

Menurut tabel 4, jenis obat antihipertensi yang dikonsumsi dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah ACE Inhibitors, Calcium Channel Blockers (CCB), Angiotensin Receptor Blockers (ARB), diuretik dan beta-blockers.

Tabel 5. Deskripsi Jumlah Obat pada Subjek

Tabel 2. Deskripsi Jatuh pada Subjek Penelitian                          Penelitian

Jatuh

Jumlah

Presentase (%)

Ya

31

32,3

Tidak

65

67,7

Jumlah

96

100

Jumlah Obat

Jumlah

Presentase (%)

≥ 4

18

18,8

< 4

78

81,3

Jumlah

96

100

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden tidak mengalami jatuh dengan jumlah sebesar 67,7%. Sedangkan, responden yang mengalami jatuh adalah 32,3%.

Berdasarkan tabel 5, sebagian besar responden mengonsumsi kurang dari empat obat yaitu sebesar 81,3% dan yang mengonsumsi empat obat atau lebih sebesar 18,8%.

Tabel 6. Deskripsi Menderita Penyakit Lain pada Subjek Penelitian

Menderita

Penyakit Lain

Jumlah

Presentase (%)

Ada

43

44,8

Tidak ada

53

55,2

Jumlah

96

100

Berdasarkan tabel 6, sebagian besar responden tidak menderita penyakit lain yaitu sebesar 55,2% dan yang menderita penyakit lain sebesar 44,8%.

Tabel 7. Uji Bivariat Jatuh dengan Obat Antihipertensi

Jatuh

Tota l

p

Y a

Tida k

Obat        Ya

22

34

56

0,08

Antihiperten

3

si

Tida

9

31

40

k

Total

31

65

96

Pada tabel 7 dapat dilihat p-value 0,083 yang berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan). Menurut formula, RP yang didapatkan adalah 1,74. Hal ini membuktikan bahwa obat antihipertensi merupakan faktor risiko jatuh. Kesimpulannya adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel obat antihipertensi dengan jatuh.

Tabel 8. Uji Bivariat Jatuh dengan Jumlah Obat

Jatuh

Total

p

Ya

Tidak

Jumlah

≥ 4

10

8

18

0,019

Obat

< 4

21

57

78

Total

31

65

96

RP yang didapatkan adalah 2,06. Nilai RP > 1 ini membuktikan bahwa jumlah obat ≥ 4 merupakan faktor risiko jatuh. Berdasarkan tabel 8 dinyatakan p-value 0,019. Bila p ≤ 0,05,

berarti data sampel mendukung adanya perbedaan yang bermakna (signifikan). Melalui data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel jumlah obat ≥ 4 dengan jatuh.

Tabel 9. Uji Bivariat Jatuh dengan Menderita Penyakit Lain

Jatuh

Total

P

Ya

Tidak

Penyakit

Ada

15

28

43

0,083

lain

Tidak ada

16

37

53

Total

31

65

96

Setelah dihitung dengan formula, RP yang didapatkan adalah 1,15. Tabel 9 menunjukkan p-value 0,083. Bila p > 0,05, berarti data sampel tidak mendukung adanya perbedaan yang bermakna (tidak signifikan). Melalui data yang didapat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel menderita penyakit lain dengan jatuh.

Beberapa faktor risiko lain dari jatuh adalah jumlah obat empat atau lebih dan menderita penyakit lain. Peneliti memasukkan data berdasarkan jumlah obat, obat antihipertensi dan penyakit lain ke dalam chi-squere untuk menentukan nilai p masing-masing variabel. Setelah didapatkan nilai p, jika suatu variabel memiliki p<0,25 maka variabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam analisis multivariat. Hasil yang ditemukan adalah obat antihipertensi dan jumlah obat yang dapat dimasukkan ke dalam analisis mutlivariat. Dari hasil analisis, variabel yang berpengaruh terhadap jatuh adalah jumlah obat ≥ 4 (PR = 3.39).

PEMBAHASAN

Jatuh merupakan kecelakaan yang dapat menyebabkan kecacatan di usia lanjut bahkan sampai kematian. Salah satu penyebab jatuh adalah obat antihipertensi. Zosia Kmietowicz menyatakan walaupun sebab dan akibat tidak bisa dinilai dengan studi observasi dan tidak

dapat mengeluarkan faktor pengganggu lainnya, obat antihipertensi memiliki asosiasi dengan peningkatan risiko jatuh dibandingkan dengan tidak menggunakan obat antihipertensi pada penelitian lansia dengan penelitian kohort secara nasional. Keuntungan dan kerugiannya dalam menggunakan obat antihipertensi harus dipertimbangkan pada lansia yang memiliki beberapa penyakit kronis.5 Sarah Berry dan Douglas Kiel dari Hebrew SeniorLife, Boston menyatakan obat antihipertensi dapat diasosiasikan dengan peningkatan risiko jatuh walaupun mereka juga mengatakan bahwa hal ini juga bisa dicetuskan oleh penyakit yang mendasari atau beban kesehatan yang buruk secara keseluruhan.6 Zosia menyimpulkan bahwa praktisi klinis harus mempertimbangkan bahaya dan keuntungan dari obat antihipertensi pada lansia. Mereka harus menentukan konsumsi obat antihipertensi secara individual menurut status fungsional, ekspektasi hidup, dan perawatan yang lebih baik. Lebih penting lagi, para klinisi harus memberikan perhatian khusus untuk risiko jatuh pada lansia dengan hipertensi dan usaha untuk menghindari jatuh yang menyebabkan luka, khususnya lansia yang mengalami jatuh sebelumnya.5

Melalui penelitian sebelumnya oleh peneliti lain, hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama yaitu obat antihipertensi dapat menyebabkan jatuh namun dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti jumlah obat yang dikonsumsi dan penyakit lain yang diderita.

Dalam proses penelitian ini, peneliti masih banyak menemukan kendala karena keterbatasan peneliti dalam melaksanakan penelitian, mengolah data, dan menyajikannya dalam bentuk hasil penelitian. Peneliti tidak dapat mengidentifikasi faktor risiko lain selain obat antihipertensi, jumlah obat dan penyakit lain. Peneliti juga tidak dapat mengklasifikasikan risiko tiap jenis obat antihipertensi. Penelitian ini hanya mencakup kota Denpasar sehingga tidak dapat mewakili daerah atau kota lainnya.

SIMPULAN

Jumlah proporsi jatuh pada populasi geriatri di Denpasar pada tahun 2015 dengan total 96 responden adalah 32,3% dan pengguna obat antihipertensi adalah 58,3%. Sebagian

besar (>50%) geriatri di Kota Denpasar tahun 2015 memakai obat antihipertensi dan sebagian kecil (<50%) mengalami jatuh. Berdasarkan jenis obat antihipertensi, ditemukan bahwa dari 56 responden yang memakai obat antihipertensi, 64,2% ACE Inhibitors, 17,8% ARB, 23,3% CCB, 10,7% diuretik, dan 7,1% beta-blockers. Urutan presentase dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah ACE Inhibitors, CCB, ARB, diuretic dan beta-blockers. Sebagian besar (>50%) memakai obat antihipertensi jenis ACE Inhibitors.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa obat antihipertensi merupakan faktor risiko jatuh. Namun, hubungan obat antihipertensi dan jatuh tidak signifikan. Hal ini dikarenakan satu faktor risiko tidak dapat menyebabkan jatuh. Dibandingkan dengan faktor risiko lain, mengonsumsi lebih dari empat jenis obat memiliki hubungan yang signifikan dengan jatuh. Sedangkan, menderita penyakit lain tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan jatuh.

Melalui penemuan ini, dapat dikembangkan oleh peneliti lain untuk mengetahui jenis obat antihipertensi yang lebih berisiko menyebabkan jatuh. Penemuan ini juga menggambarkan bagaimana jatuh tidak hanya disebabkan oleh satu faktor namun faktor lain pun harus diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    Ortman MJ, Velkoff AV, Hogan H. An Aging Nation: The Older Population in the United States Population Estimates and Projections. Current Population Reports [diakses 18 Desember 2014];  1[1]:  [28

screen].     Diunduh     dari:     URL:

http://www.census.gov/prod/2014pubs/p25-1140.pdf/ .

  • 2.    Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Jakarta: Indonesia. 2013.

  • 3.    The World Health Organization. WHO Global Report on Falls Prevention in Older Age. WHO Falls Fact sheets [diakses 20 Desember 2014]; 1[1]: [6 screen]. Diunduh dari:                                URL:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/f s344/en/.

  • 4.    Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan. 2009. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

  • 5.    Kmietowicz Z. Antihypertensives are associated with falls in elderly people, study finds. Geriatrics. BMJ 2014;348:g1736.

  • 6.    Berry SD, Kiel DP. Treating hypertension in the elderly: should the risk of falls be part of the     equation?.     JAMA     2014.

6

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum