ARTIKEL PENELITIAN

E-JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 7 NO. 3, MARET, 2018 : 95 - 98

ISSN: 2303-1395

DOAJ


DIRECTORY OF OPEN ACCESS JOURNALS


Hubungan indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah puasa pada siswa sekolah menengah atas (SMA) Negeri di wilayah Denpasar Utara

Ari Puji Astiti1, Made Pande Dwipayana2

ABSTRAK

Insiden terjadinya obesitas pada remaja kian memprihatinkan. Terlebih lagi obesitas dikaitkan dengan resistensi insulin terkait dengan penumpukan lemak berlebih yang akhirnya akan mempengaruhi kadar gula darah individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh dengan peningkatan kadar gula darah puasa pada remaja khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 120 orang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang sudah di sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan analisis menggunakan uji Kendall’s tau.Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 23 orang mengalami overweight dan 3 orang obesitas II. Sedangkan untuk kadar gula darah puasa didapatkan sebanyak 65 orang gula darah puasanya normal, dan 55 orang meningkat. Pada hasil uji Kendal’s tau, didapatkan nilai p-value adalah 0,121. Confidence interval yang digunakan adalah 95%, karena faktor peluang lebih dari 5% (α > 0,05). Sehingga hasil penelitian ini tidak bermakna karena p>α (p=0,121). Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara indeks massa tubuh dengan kadar gula darah puasa.

Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Kadar Gula Darah Puasa, Sekolah Menengah Atas (SMA)

ABSTRACT

Obesity in adolescence is rising increasingly in number of events. Excess fat in individuals with obesity can cause insulin resistance which is a condition when insulin hormone ability to lower blood glucose is decrease. The aim of this study is to determine the relationship between body mass index with fasting blood glucose level in adolescence, especially in high school students. This study was cross-sectional study. The sample were 120 senior high school students who have been involved inclusion and exclusion criteria. And after that data will be analyze using Kendall’s tau. The result of this study showed 23 people were overweight, and 3 people obesity. Whereas for fasting blood glucose levels, 65 people normal fasting blood glucose, and 55 people have high fasting blood glucose. P value from Kendal’s tau was 0,121 (p<α) and showed there is no significant relationship between body mass index with fasting blood glucose levels.

Keywords: Body Mass Index, (BMI), Fasting Blood Glucose Levels, Senior High School

  • 1    Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2    Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Email: [email protected]


Diterima : 5 Februari 2018

Disetujui : 23 Februari 2018

Diterbitkan : 1 Maret 2018


PENDAHULUAN

Prevalensi penderita obesitas di dunia baik di negara maju maupun berkembang semakin meningkat tidak hanya dialami orang dewasa namun juga dialami remaja dan anak-anak.1,2 Sebagai negara berkembang Indonesia tidak saja harus menghadapi permasalahan gizi berlebih namun juga gizi kurang (double burden).

Merujuk pada prediksi World Health Organization (WHO) bahwa di tahun 2015 yakni masing-masing sejumlah 2,3 miliar individu dewasa akan mengalami overweight dan ≥700 miliar akan mengalami obesitas.3 Sedangkan obesitas pada anak dan remaja berdasar pada data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2013 prevalensi pada laki-laki adalah 19,7% dan

perempuan 32,9%.4 Hal ini cukup memprihatinkan karena obesitas pada anak-anak dan remaja memiliki kemungkinan sebesar 50% untuk mengalami obesitas ketika dewasa.4

Obesitas merupakan suatu keadaan patologis yang melampaui kebutuhan otot dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan pada tubuh.5 Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor seperti gemar mengonsumsi makanan berlemak namun tidak diimbangi dengan berolahraga, faktor genetik, gangguan metabolik, maupun gangguan medis.6

Kumpulan lemak berlebih pada individu dengan obesitas menyebabkan resistensi insulin. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya kemampuan hormon insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah. Normalnya glukosa darah

akan disimpan di sel otot, sel hati, ataupun sel lemak sebagai sumber energi. Namun karena terjadinya resistensi insulin, glukosa tidak dapat memasuki sel sehingga kadar glukosa darah cenderung meningkat tapi belum menyebabkan diabetes secara klinis. Keadaan ini lama-kelamaan akan menyebabkan pankreas kelelahan sehingga tidak mampu mengeluarkan insulin sesuai kebutuhan. Kondisi yang demikian menyebabkan gula di hati dihasilkan berlebih dan tidak terkendali sehingga kadar gula dalam darah meningkat dan apabila dibiarkan akan memicu terjadinya komplikasi seperti diabetes mellitus tipe-2.7 Adapun tujuan penelitian ini berdasar pada masalah di atas yakni untuk mengetahui hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah puasa pada remaja khususnya siswa SMA Negeri di Wilayah Denpasar Utara.

BAHAN DAN METODE

Penelitian observasional analitik ini memakai rancangan study cross sectional ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan November 2015 bertempat di tiga Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Denpasar Utara. Penelitian ini menggunakan teknik two stage cluster sampling untuk memilih sampel. Setelah itu dilanjutkan dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi pada subjek penelitian hingga didapatkan sejumlah 120 orang subjek. Adapun kriteria inklusinya adalah: Subjek penelitan berstatus sebagai siswa aktif di sekolah tempat sampel akan diambil, subjek penelitian adalah mereka yang telah bersedia serta sudah menandatangani informed consent, serta subjek penelitian telah berpuasa selama delapan jam.

Sedangkan kriteria eksklusinya yakni memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, memiliki riwayat penyakit pankreas dan hati, memiliki riwayat gangguan hormonal atau pertumbuhan, stress sebelum pengukuran, mengonsumsi alkohol sebelum pengukuran. Pengolahan data dilakukan dalam lima tahap yaitu penyuntingan, pengkodean, membuat struktur data, memasukkan data dan koreksi. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan analisis data yang terdiri atas analisis univariat yang digambarkan dengan tabel frekuensi dan prosentase untuk menggambarkan status nutrisi dan kadar gula darah sampel. Analisis bivariat dengan Kendall’s tau dan tingkat kepercayaannya 95% digunakan untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kadar gula darah puasa pada penelitian ini.

HASIL

Subjek penelitian terdiri atas 120 orang siswa SMA Negeri berusia 15-17 tahun. Prosentase terbesar subjek penelitian yaitu umur 16 tahun sebanyak 86 orang (71,7%). Jenis kelamin subjek penelitian paling banyak adalah perempuan yakni 70 orang (58,3%) sedangkan laki-laki sebanyak 50 orang (41,7%) dengan deskripsi tinggi badan dan gula darah puasa masing-masing dapat dilihat di tabel.

Tabel 1. Deskripsi Tinggi Badan Subjek Penelitian

Karakteristik Tinggi Badan

Nilai (cm)

Nilai minimum

143

Nilai maksimum                  178

Mean                          161,49

Standar deviasi8,501

Tabel 2 Deskripsi Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian

Karakteristik Kadar Gula

Nilai

Darah Puasa

(mg/dl)

Nilai minimum                    74

Nilai maksimum180

Mean                          103,53

Standar deviasi16,26

Total120

Berikut ini merupakan distribusi kadar gula darah puasa subjek penelitian:

Tabel 3. Klasifikasi Kadar Gula Darah Puasa (KGDP) Subjek Penelitian

KGDP

JM

(%)

Uji K-S

Normal

65

54,2

P= 0,000*

Meningkat        55      45,8

Total             120      100

Keterangan: *data distribusi tidak normal K-S= Kolmogorov-Smirnov

Berdasarkan data tersebut sebanyak 65 orang (54,2%) subjek penelitian gula darahnya normal, dan sebaanyak 55 orang (45,8%) gula darah puasanya meningkat. Tabel 2 menunjukkan bahwa nila rerata gula darah puasa 103,53±16,27 dengan nilai p=0,000 yang menandakan bahwa data berdistribusi tidak normal.

Subjek penelitian yang memiliki berat badan kurang (underweight) adalah 21 orang (17,5%), normal sebanyak 73 oranng (60,8%), overweight 23 orang (19,2%), obesitas I 3 orang (2,5%) dan tidak ada yang mengalami obesitas II dengan nilai rerata 22,02±3,58 dan berdistribusi tidak normal.

Tabel 4. Klasifikasi IMT berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

IMT

Total

Laki-laki Perempuan

Underweight

13

8

21

Normal

29

44

73

Overweight

8

15

23

Obesitas I

0

3

3

Obesitas II

0

0

0

Total

50

70

120

Berdasarkan

tabel

ini diketahui

bahwa

overweight dan obesitas I paling banyak pada subjek

perempuan.

Tabel 5. Uji Bivariat IMT dengan Kadar Gula Darah Puasa Subjek Penelitian

Kadar Gula Daah

IMT

Puasa        Total

P

Normal Meningkat

Underweight

15

6

21

0,121

Normal

37

36

73

Overweight

12

11

23

Obesitas I

1

2

3

Obesitas II

0

0

0

Total

65

55

120

Uji analisa yang digunakan adalah uji korelasi dan karena distribusi data penelitian ini tidak normal maka uji korelasi yang digunakan adalah uji non parametrik kendall’s tau. Data yang sudah dianalisis menggambarkan p-value

0,121 (p>0,05), sehingga hasil penelitian ini tidak signifikan. Didapatkan juga nilai koefisien korelasi 0,121 denga arah positif. Hal ini berarti IMT akan diikuti secara positif oleh perubahan kadar gula darah.

PEMBAHASAN

Obesitas semakin menjadi perbincangan dalam bidang kesehatan karena efeknya yang signifikan terhadap kesehatan. Menurut Steven dkk dalam Yuliasih W, subjek dengan peningkatan lemak tubuh memiliki resistensi yang lebih terhadap kadar insulin tubuh sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula darah.8

Remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak menjadi dewasa dan memerlukan perhatian yang lebih karena remaja sangat mudah dipengaruhi, apalagi dengan adanya arus globalisasi. Hal ini mengacu pada mulai berubahnya gaya hidup, pola makan, dan perilaku. Sebagai tambahan, konsumsi fast food oleh anak-anak di Amerika Serikat sudah sekitar 10% dibandingkan tahun 1970 yang hanya 2%. Mereka cenderung mengonsumsi lebih banyak energi per gram makanan, lebih banyak lemak, karbohidrat, gula, sedikit serat, sedikit susu (kalsium), sedikit buah, sayur dibandingkan mereka yang jarang makan fast food.9

Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 23 orang overweight (19,2%), 3 orang (2,5%) mengalami obesitas I pada subjek penelitian. Sedangkan 12 dari 16 orang mengalami overweight, 15 dari 23 orang siswa overweight, serta 3 dari 3 siswa obesitas I merupakan perempuan. Tingginya angka overweight dan obesitas pada perempuan salah satunya dipengaruhi oleh aktivitas fisik dan asupan makanannya / energi.10 Selain itu, lemak tubuh perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hal ini berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi dan etnis.11,12 Usia merupakan faktor yang tidak bisa dihindari. Usia subjek pada penelitian ini adalah antara 15-17 tahun, namun dalam penelitian ini tidak dicari tahu lebih jauh hubungan antara usia dengan obesitas. Berdasarkan hasil analisa IMT dengan kadar gula darah, didapatkan hubungan yang tidak signifikan atau tidak ada hubungan antara peningkatan IMT dengan peningkatan kadar gula darah puasa.

Merujuk pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa dari 79 orang siswa yang diteliti sebanyak 7,6% remaja mengalami peningkatan kadar gula darah puasa dan didapatkan bahwa ada hubungan signifikan antara IMT dengan kadar gula darah puasa pada remaja.11,13

Hasil yang berbeda bisa disebabkan karena klasfikasi, teknik pengambilan sampel darah, serta

pengolahan data yang lebih akurat serta lebih terspesifikasinya subjek penelitian.

Kelemahan dari penelitian ini disebabkan batasan yang dilakukan oleh peneliti dalam menentukan variabel dan jumlah sampel. Penelitian ini hanya dilajuan di tiga lokasi saja guna mempersempit lapangan penelitian peneliti. Sehingga ada kemungkinan apabila dilakukan di beberapa lokasi yang lain serta diulang minimal dua hingga tiga kali akan memberikan hasil yang berbeda. Selain itu, peningkatan berat badan (overweight / obesitas) ataupun gula darah disebabkan oleh banyak faktor. Namun, dalam penelitian ini tidak menilai faktor penyebab atau faktor yang kemungkinan meningkatkan angka kejadian overweight / obesitas dan gula darah.

SIMPULAN

Subjek penelitian terbanyak adalah berumur 16 tahun dan berjenis kelamin perempuan dengan sebanyak 65 orang kadar gula darah puasanya normal, dan 55 orang meningkat. Kadar gula darah puasa terendah adalah 74 mg/dl dan tertinggi 180 mg/dl. Rerata gula darah puasa 103,53±16,26.

Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek penelitian mayoritas normal yakni sebanyak 73 orang, 21 orang underweight, 23 orang overweight, 33 orang obesitas I dan tidak ada yang mengalami obesitas II. Serta diperoleh hubungan yang tidak signifikan antara indeks massa tubuh (IMT) dengan kadar gula darah puasa berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan korelasi Kendall’s tau.

SARAN

Sebagai penyempurnaan, perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai obesitas namun dengan menggunakan jumlah sampel lebih lebih banyak dan menggunakan teknik pengambilan sampel darah yang lebih baik. Selain itu juga perlu dilakukan pengontrolan pada sampel penelitian untuk lebih mematuhi ketentuan-ketentuan sebelum dilakukannya tindakan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat perlu adanya penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan kadar gula darah pada remaja khususnya. Serta sebagai tindak pencegahan membludaknya jumlah individu obesitas dilakukan upaya-upaya edukasi pada remaja agar lebih paham mengenai obesitas serta penyakit-penyakit metabolik terkait komplikasinya.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    The National Health and Medical Research Council. 2003. Clinical Practice Guidelines for

The Management of Overweight and Obesity in Children and Adolescent. Canberra: Common Wealth Department of Health and Ageing.

  • 2.    Justitia, N.L. Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada Guru- Guru SMP Medan. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2012.

  • 3.    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.

  • 4.    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta.

  • 5.    Kamus Kedokteran Dorland. 2002. Edisi 29. Jakarta: EGC 2002 ISBN; 979-448-582-9.

  • 6.    McLennan, J. Clinical Practice: Obesity in Children-Tackling A Growing Problem. Australian Family Physician. 2004;33(1):33-36.

  • 7.    Zhong, J. Z., Zhe, D., and Cheng, X. Y. A New Tumor Necrosis Factor (TNF)-Α Regulator, Lipopolysaccharides- Induced TNF-α Factor, is Associated with Obesity and Insulin Resistance. Chinese Medical Journal. 2011; 124(2): 177-182.

  • 8.    Yuliasih W. Obesitas Abdominal Sebagai actor Resiko Peningkatan Glukosa Darah [skripsi]. Semarang: Universitas Diponogoro; 2009.

  • 9.    Bowman, SA., Gortmaker, SA., Ebelling, CB., and Ludwig, DS. Effects of Fast-Food Cosumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children In a National Household Survey. Pediatric Journal. 2004;113: 112-18.

  • 10.    Janghornbani, M., Amini, M., Mehdi, GM., Delavara, A., Alikhani, S., & Mahdavi, A. First Nationade Survey of Prevalence of Overweight, Underweight, and Abdominal Obesity in Iranian Adults. Obesity journal. 2007;15: 2797-2808.

  • 11.    Mexitalia, M., Utari, A., Sakundarno,M., Yamuchi,T., Subagio, H.M., and Soemantri, A. Sindrom Metabolik pada Remaja Obesitas. 2009;43(6).

  • 12.    The Henry J. Kaiser Family Foundation. The Role of Media in Childhood Obesity. Issue Brief. Washington DC, 2004; h.1-12.

  • 13.    Innocent, O., ThankGod, O.O., Sandra, E.O., & Josiah, I.E.Correlation Between Body Mass Index and Blood Glucose Levels Among Some Nigerian Undergraduates. HOAJ Biology. 2013. 2:4.

98

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum