ISSN: 2303-1395

E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.6, JUNI, 2017

GAMBARAN KARAKTERISTIK FRAKTUR PHYSIS PADA ANAK USIA 0-14 TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2013

I Putu Candra Yogiswara1, I Gusti Ngurah Wien Aryana2 1Program Studi Pendidikan Dokter, 2Bagian/SMF Bedah Orthopaedi dan Traumatologi RSUP Sanglah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana [email protected]

ABSTRAK

Angka patah tulang yang melibatkan bagian physis tidak terlalu tinggi, namun fraktur pada bagian physis terutama pada jenis tulang panjang dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbukan dan perkembangan tulang. data epidemiologis mengenai fraktur physis pada anak-anak di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui karakteristik fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Bali tahun 2013. Pengumpulan data menggunakan teknik Total sampling dengan mempergunakan data sekunder catatan medik pasien di ruang perawatan Bangsal Angsoka RSUP Sanglah, ruang penyimpanan rekam medis RSUP Sanglah, SMF Bedah Orthopedi dan IGD RSUP Sanglah – Denpasar sejak Januari 2013 - Desember 2013. Sampel penelitian adalah pasien fraktur physis anak usia 0-14 tahun. Hasil penelitian diperoleh 23 sampel fraktur physis yang meliputi humerus, radius, ulna, metacarpal, femur, tibia, fibula, metatarsal, phalanges. Gambaran karakteristiknya yakni sebagian besar kasus terjadi pada anak laki-laki dengan 14 orang (60,9%). Fraktur physis lebih sering mengenai ekstremitas atas (69,6%) dibandingkan dengan ekstremitas bawah (30,4%). Distal radius (52,2%) merupakan lokasi fraktur physis paling sering. Jenis fraktur Shalter Harris tipe 2 (69,6%) adalah jenis tersering fraktur physis. Dapat disimpulkan bahwa fraktur physis atau lempeng pertumbuhan ini lebih banyak pada anak laki-laki. Berdasarkan lokasi tubuh lebih banyak mengenai ekstremitas atas. Berdasarkan lokasi tulang, paling banyak adalah distal radius. Berdasarkan jenis fraktur physis, Shalter Harris tipe 2 adalah yang terbanyak.

Kata kunci: Fraktur Physis, karakteristik, data sekunder

ABSTRACT

The number of fractures involving the physis is not too high, but the physeal fracture mainly on the long bones can lead to disturbances in growth and development of the bone. Epidemiological data regarding the physeal fractures in children in Indonesia is still very minimal. This study is a descriptive observational study to determine the characteristic of physeal fracture in children aged 0-14 years in sanglah general hospital center Denpasar 2013. the data collected within Total sampling technique by using secondary data from medical record in Orthopaedics and Traumatology Departement of Sanglah Hospital and Emergency Room of Sanglah Hospital. From 23 samples of physeal fracture involving humerus, radius, ulna, metacarpal, femur, tibia, fibula, metatarsal and phalanges showed that majority of sex is a boy within 14 (69.0%). Physeal fractures on upper extremities (69.6%) more frequently compared to the lower extremities (30.4 %) on the. Distal radius (52.2%) was the most frequent site of the physeal fracture. Shalter Harris type 2 (69.6%) is the most common type of physeal fracture. The conclusions of this study showed that the physeal fracture majority is boys. The upper limb more frequently compared to the lower extremities. Distal radius is the most frequent site. Shalter Harris Type 2 is the most common type.

Keywords: Physeal fracture, characteristic, secondary data

1

PENDAHULUAN

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Fraktur paling sering terjadi pada remaja dan di usia tua ketika tulang dalam kondisi yang berpori atau rapuh dan terjadi pada titik lemah di bagian physis dan metaphysis. Sekitar sepertiga dari semua anak menderita setidaknya satu patah sebelum usia 17.1 Kejadian fraktur lebih besar pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan baik disegala usia. Puncak insiden fraktur terjadi pada usia 11-12 tahun pada anak perempuan dan 13-14 tahun pada laki-laki.2

Pada anak-anak dapat dikatakan masih memiliki sistem kerangka yang belum matang. Perbedaan yang paling penting antara kerangka yang belum matang dan sistem rangka dewasa yang matang adalah ada atau tidaknya daerah phyisis atau yang sering juga disebut dengan lempeng pertumbuhan atau lempeng epiphysis. Phyisis yang juga dikenal sebagai lempeng pertumbuhan merupakan bagian tulang panjang yang termasuk dalam fraktur Salter-Harris, suatu sistem klasifikasi cedera pada daerah phyisis. Lempeng epiphysis distal tulang radius adalah yang paling sering mengalami cedera Phyisis. Cedera Lempeng epiphysis dapat dikarenakan dari suatu peristiwa traumatik akut maupun kronis yang berlebih. Mekanisme paling umum yang dapat mengakibatkan cedera Lempeng epiphysis, kususnya ekstremitas atas adalah pukulan langsung, tabrakan, maupun terjatuh dengan posisi lengan yang terjulur. Sedangkan abduksi, adduksi, dan gaya torsi merupakan penyebab tersering yang ditemui dapat mengakibatkan cedera Lempeng epiphysis pada ekstremitas bawah.3

Cedera physis terhitung sekitar 15 sampai 30% dari semua cedera tulang pada anak-anak, Sekitar 15 % dari semua patah tulang pada anak-anak melibatkan bagian physis tulang. Cedera physis terjadi paling sering setelah usia 10 tahun. Sekitar 80% dari cedera physis terjadi antara usia 10 dan 16 tahun. Cedera physis lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan dan menduduki urutan kedua dari keseluruhan cedera musculoskeletal. Peningkatan insiden cedera physis, sejalan dengan usia dan perkembangan kematangan tulang pada anak laki-lak. Ketika cedera pada physis tersebut diabaikan atau salah penanganan, gangguan pada lempeng pertumbuhan tulang dapat terjadi sehingga menyebabkan defisit pertumbuhan tulang.4 Masalah lempeng pertumbuhan dapat menyebabkan pertumbuhan tulang tungkai yang tidak normal, sehingga berdampak pada perbedaan panjang tungkai dan kelainan bentuk sudut anatomis seumur hidup.5

Berdasarkan urain di atas, dikeetahui bahwa fraktur pada bagian physis terutama pada jenis tulang panjang, dapat mengakibatkatkan

gangguan pada pertumbukan dan perkembangan tulang. Walau angka patah tulang yang melibatkan bagian physis tidak terlalu tinggi namun dampak yang diakibatkan cukup serius jika tidak tertangani dengan baik. Hingga saat ini, data epidemiologis mengenai fraktur physis pada anak-anak di Indonesia masih sangat minim. Informasi tersebut penting untuk mengetahui gambaran seberapa besar masalah fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun di Indonesia, khususnya di Provinsi Bali.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional untuk mengetahui karakteristik fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar, Bali tahun 2013. Penelitian ini dilakukan sejak Februari hingga Juni 2014. Sample penelitian dikumpulkan menggunakan Teknik total sampling yang diperoleh dari data sekunder rekam medis yang diperoleh dari ruang perawatan pasien di Bangsal Angsoka, ruang penyimpanan rekam medis RSUP Sanglah dan data morning report SMF Orthopaedi dan Traumatologi RSUP Sanglah sejak Januari 2013 hingga Desember 2013. Dilakukan analisis secara deskriptip pada 23 sample penelitian yang terkumpul menggunakan software statistika yaitu SPSS versi 17.

HASIL

Berdasarkan data sekunder rekam medis pasien di ruang perawatan Bangsal Angsoka, ruang penyimpanan rekam medis RSUP Sanglah dan data morning report SMF Orthopaedi dan Traumatologi RSUP Sanglah 1 Januari 2011-31 Desember 2013, dari 23 sample terdiagnosa fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun, diperoleh hasil dengan umur termuda adalah 3 tahun dan tertua 14 tahun. 14 (60,9%) pasien laki-laki mengalami fraktur physis dan sisanya perempuan dengan 9 (39,1%) kasus fraktur physis (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis Kelamin pada Fraktur Physis Anak Usia 0-14 Tahun di RSUP Sanglah Tahun 2013

Jumlah

Variable (Total=23)

Persentase %

Laki-laki            14

60,9%

Perempuan        9

39,1%

Tabel 2. Lokasi Anggota Gerak pada Fraktur Physis

Anak Usia 0-14 Tahun di RSUP Sanglah

Tahun 2013

Jumlah

Variable

(Total=23)

Persentase %

Ekstramitas atas           16

69,6%

Ekstremitas bawah        7

30,1%

Selain dibagi berdasarkan jenis kelamin, sampel juga digolongkan berdasarkan lokasi

2

Tabel 3. Lokasi Tulang pada Fraktur Physis Anak Usia 0-14 Tahun di RSUP Sanglah Tahun 2013

Variable

Jumlah (Total=23)

Persentase %

Distal Radius

12

52,2%

Distal Femur

2

8,7%

Distal Tibia

2

8,7%

Distal Fibula

2

8,7%

Proksimal Humerus

2

8,7%

Distal Ulna

1

4,3%

Metacarpal

1

4,3%

Metatarsal

1

4,3%

Proksimal Radius

-

-

Proksimal Ulna

-

-

Distal Humerus

-

-

Proksimal Femur

-

-

Proksimal Tibia

-

-

Proksimal Fibula

-

-

Phalanges

-

-

Tabel 4. Jenis Fraktur Physis (Shalter Harris) pada Fraktur Physis Anak Usia 0-14 Tahun di RSUP Sanglah Tahun 2013

Variable

Jumlah (Total=23)

Persentase %

Tipe 1

3

13,0%

Tipe 2

16

69,6%

Tipe 3

1

4,3%

Tipe 4

3

13,0%

Tipe 5

-

-

anggota gerak yang mengalami fraktur physis yakni, ekstremitas atas sebanyak 16 orang (69,6%), dan ekstremitas bawah sebanyak 7 orang (30,4%) (Tabel 2).

Diperoleh 12 kasus fraktur physis terjadi pada distal radius (52,2%), distal femur 2 kasus (8,7%), distal tibia 2 kasus (8,7%), distal fibula 2 kasus (8,7%), proksimal humerus 2 kasus (8,7%), distal ulna 1 kasus (4,3%), metacarpal 1 kasus (4,3%), metatarsal sebanyak 1 kasus (4,3%) dan tidak ditemukan kasus fraktur physis pada proksimal radius, proksimal ulna, distal humerus, proksimal femur, proksimal tibia, proksimal fibula, phalanges (Tabel 3).

Dari keseluruhan data kasus fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun diperoleh, 3 kasus (13,0%) merupakan jenis fraktur physis tipe 1, jenis fraktur physis tipe 2 dengan 16 kasus (69,6%), tipe 3 dengan 1 kasus (4,3%), 3 kasus (13,0%) tipe 4 dan tidak ditemukan jenis fraktur physis tipe 5 pada penelitian ini (Tabel 4).

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapatkan 23 sampel fraktur physis pada anak usia dibawah 14 tahun. Sebagian besar sampel adalah Laki-laki (N=14, 60,9%) dan sisanya Pemempuan (N=9, 39,1%). Penelitian ini menunjukan bahwa rasio laki-laki dan perempuan yang fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun adalah 1,6 : 1. Hasil serupa ditunjukan oleh

penelitian yang dilakukan oleh Peterson dkk di Olmsted county, Minesota yang mendapatkan 66% adalah anak laki-laki.dan 34% adalah anak perempuan,6 demikian pula dengan Peterson C.A dkk mendapatkan anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan (228 berbanding 102 kasus rasionya lebih dari 2:1).7 Peterson H.A dkk memaparkan bahwa tidak ada perbedaan struktur atau anatomi antara physis anak laki-laki maupun anak perempuan dan perbedaan utama yang mengakibatkan rasio fraktur anak laki-laki lebih besar adalah karena physis dari anak laki-laki menutup lebih lama disbanding anak perempuan.6

Berdasarkan lokasi anggota gerak, fraktur physis pada anak usia 0-14 yang meliputi ekstremitas atas sebanyak 16 kasus (69,6%) dan 7 kasus (30,4%) ditemukan pada ekstremitas bawah. Hasil serupa ditunjukan oleh Peterson H.A dkk bahwa dari 948 kasus fraktur physis 685 (72%) kasus berlokasi di ekstremitas atas dan 263 (28%) di ekstremitas bawah. lebih dominannya fraktur pada ekstremitas atas kemungkinan berkolerasi dengan tingginya jumlah fraktur akibat terjatuh.6 Hasil yang berbeda di tunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Mann dkk bahwa dari total 732 sample kasus fraktur physis pada anak usia 0-16 tahun, 401 kasus berlokasi pada ekstremitas bawah dan 331 kasus pada ekstremitas atas.8

Physis atau yang disebut juga dengan lempeng pertumbuhan dapat dijumpai pada setiap ujung tulang panjang baik bagian distal maupun proksimal tulang. Distal radius merupakan lokasi fraktur physis paling sering, yaitu sebanyak 12 kasus (52,2%). Diikuti dengan lokasi tulang lainnya seperti, distal femur 2 kasus (8,7%), distal tibia 2 kasus (8,7%), distal fibula 2 kasus (8,7%), proksimal humerus 2 kasus (8,7%), distal ulna 1 kasus (4,3%), metacarpal 1 kasus (4,3%) dan metatarsal sebanyak 1 kasus (4,3%). Tidak ditemukan kasus fraktur physis pada proksimal radius, proksimal ulna, distal humerus, proksimal femur, proksimal tibia,

3

proksimal fibula, phalanges. Hasil serupa        2.

ditunjukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Peterson C.A dkk, bahwa dital radius merupakan lokasi fraktur physis terbanyak dengan 98 (29,6%) kasus.7 Penelitian yang dilakukan oleh ogden juga menunjukan bahwa distal radius adalah lokasi fraktur physis terbanyak dengan 114 kasus.9 Namun        3.

hasil berbeda ditunjukan oleh penelitan yang dilakukan oleh Peterson H.A bahwa lokasi fraktur physis yang tersering adalah jari phalanges dengan 356 (37,4%) kasus, kemudian diikuti dengan distal radius sebanyak 170 (17,9%) kasus.6                      4.

Fraktur physis menurut Shalter Harris dapat diklasifikasikan menjadi 5 jenis, yaitu tipe 1,2,3,4 dan 5. Jenis fraktur physis tipe 2 adalah jenis tersering dengan jumlah 16 kasus (69,6%). Tipe 1 dan 4 mengikuti dengan jumlah kasus masing-       5.

masing sebanyak 3 kasus (13,0%). Tipe 3 dengan jumlah kasus paling sedikit dengan jumlah kasus 1 (4,3%). Tidak ditemukan kasus fraktur physis tipe 5.         6.

Penelitian yang dilakukan oleh Mann dkk menunjukan hasil serupa dengan jumlah kasus 483 Shalter Harris tipe 2 merupakan tipe fraktur physis terbanyak, diikuti dengan 210 kasus Shalter Harris tipe 1, 143 kasus tipe 3, 102 kasus tipe 4 dan 5 kasus        7.

Shaler Harris tipe 5.8 Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Chadwick dkk dan Peterson

H.A dkk menunjukan bahwa Shalter Harris type 28.

adalah tipe fraktur physis terbanyak dengan 56 kasus10 dan 510 (53,6%) kasus.6

SIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa gambaran karakteristik fraktur physis pada anak usia 0-14 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah10.

Denpasar Tahun 2013 sebagian besar kasus terjadi pada anak laki-laki dengan rasio 1,6: 1. Fraktur

physis lebih sering mengenai ekstremitas atas (69,6%) dibandingkan dengan ekstremitas bawah (30,4%). Distal radius merupakan lokasi fraktur physis paling sering. Jenis fraktur Shalter Harris tipe 2 adalah jenis fraktur physis tersering.

Kekurangan Penelitian adalah sedikitnya variabel yang diteliti sehingga cakupan gambaran yang didapatkan pada penelitian ini masih kurang luas dan mendalam. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai fraktur physis untuk mengetahui faktor resiko terkait. Sehingga nantinya, baik para tenaga medis maupun pemerintah dapat menyusun suatu program pencegahan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, khususnya di Bali dapat ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cooper C., Dennison EM., Leukens HGM., Bishop N., Vaan Sta TP. Epidemiology of Childhood Fractures in Britain: A Study Using the General Practice Research Database. Journal of Bone And Mineral Research. 2004.19, 1976-1981.

Hedström EM., Svensson O., Bergström U., Michn P. Epidemiology of Fractures in Children and Adolescents Increased Incidence Over the Past Decade: a Population-Based Study from Northern Sweden. Acta Orthopaedica. 2010. 81 (1): 148–153.

Clark TJ., Lindsey E., Eberman, Cleary MA. Physeal Growth Plate Fractures: Implications for the Pediatric Athlete. Florida International University Collegeof Education Research Conference April 2005. 2-8.

Perron A., Miller M., Brady M. Orthopedic Pitfalls in The Emergency Department: Pediatric growth plate injuries. American Journal of Emergency Medicine. 2002. 20, 5054.

Peterson HA. Epiphyseal Growth Plate Fractures.. Springer Berlin Heidelberg New York. 2007. 7-17; 93-114; 595-640

Peterson HA., Madhok R., Benson JT., Ilstrup DM., Melton J., Physeal fractures: Part 1, Epidemiology in Olmsted County, Minnesota, 1979-1988. J Pediatr Orthop. 1994. 14:423-430.

Peterson CA., Peterson HA. Analysis Of The Incidence of Injuries to The Epiphyseal Growth Plate. J Trauma. 1972. 12:275-281.

Mann DC., Rajmaira S. Distribution Of Physeal and Nonphyseal Fractures in 2650 Long-Bone Fractures in Children Ages 0 To 16 Years. J Pediatr Orthop. 1990. 10:713-716, Ogden JA. Injury to The Growth Mechanism of The Immature Skeleton. Skel Radiol. 1981. 6:237-253

Chadwick CJ., Bentley G. The Classification And Prognosis Of Epiphyseal Injuries. Injury. 1987.18:157-168.


4

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum