PERILAKU BUNUH DIRI PADA KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH
on
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 6 NO.5, MEI, 2017
PERILAKU BUNUH DIRI PADA KLIEN TERAPI METADON DI PTRM SANDAT RSUP SANGLAH
Cok Istri Sadwitri Pemayun1, Ni Ketut Sri Diniari2
1Program Studi Pendidikan Dokter, 2Bagian/SMF Psikiatri RSUP Sanglah Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
ABSTRAK
Perilaku bunuh diri yang dimaksud adalah ide bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Pengguna opioid bebas berada pada risiko yang lebih tinggi terkait perilaku bunuh diri dibandingkan mereka yang sedang menjalani terapi menggunakan metadon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah perilaku bunuh diri serta distribusinya berdasarkan waktu kejadian dan lama terapi yang dijalani. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional descriptive. Penelitian berlangsung selama 2 minggu di bulan September 2014 dan dilakukan di PTRM Sandat RSUP Sanglah. Data yang diperoleh merupakan data primer melalui wawancara dengan daftar pertanyaan terlampir, data demografi, serta telah memenuhi kriteria inklusi. Total subjek yang didapatkan 35 orang, hampir sebagiannya memiliki perilaku bunuh diri (40%) dan sisanya tidak memiliki perilaku bunuh diri (60%). Waktu kejadian perilaku bunuh diri tersering saat sebelum terapi yaitu 31,4% dibandingkan saat sebelum dan setelah terapi 8,6%. Perilaku bunuh diri sebagian besar terdapat pada klien yang telah menjalani terapi lebih dari 1 tahun 50%. Karakteristik klien terapi metadon mayoritas laki-laki, berusia 31-40 tahun, telah menikah, memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SMA dan telah menjalani terapi metadon lebih dari 1 tahun. Sebagian besar subjek tidak memiliki perilaku bunuh diri. Perilaku bunuh diri sebagian besar terdapat pada kelompok umur 31-40 tahun, yang telah menikah maupun belum menikah, memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SMA, dan menjalani terapi metadon lebih dari 1 tahun.
Kata Kunci: Perilaku bunuh diri, ide bunuh diri, percobaan bunuh diri, klien metadon
ABSTRACT
Suicidal behavior in question are suicide ideation and suicide attempt. Free opioid users are at higher risk of suicide behavior than those who are undergoing treatment with methadone. This study aims to determine the prevalence of suicidal behavior, its distribution based on time of incident and duration of therapy undertaken. Design research for this study is cross sectional with descriptive method. The study went on for 2 weeks in September 2014 and has been done at PTRM Sandat RSUP Sanglah. Data obtained is primary data through interviews with attached questionnaire, demographic data and has fulfilled the inclusion criteria. Total subjects who obtained 35 people, almost half of the total subjects have suicidal behavior (40%) and the rest do not have suicidal behavior (60%). Period of incident of suicidal behavior is common when before they get therapy (31,4%) compared to the time before and after therapy (8,6%). Suicidal behaviors are mostly found on the clients who have had more than 1 year of therapy (50%). Characteristics of methadone maintenance therapy clients are majorly men, aged 31-40 years, had been married, have a job, high school graduated and has been undergoing methadone therapy more than 1 year. Most subjects do not have suicidal behavior. Suicidal behavior are mostly found in the age group 31-40 years, married and not married, have a job, high school graduated, and undergoing methadone therapy more than 1 year.
Keywords: Suicidal behavior, suicide ideation, suicide attempt, methadone maintenance therapy clients
PENDAHULUAN
Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Beberapa bahkan tidak sanggup menghadapinya sehingga dijadikan beban dan stres berkepanjangan yang pada akhirnya menuju pada gangguan kesehatan jiwa. Selain itu, tidak sedikit dari mereka melakukan pelarian dengan menyalahgunakan zat. Banyak dampak yang ditimbulkan salah satunya berpikir secara tidak rasional yang pada akhirnya muncul pikiran untuk mengakhiri hidup.
Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia dan kejadiannya meningkat tiap tahun sehingga masih menjadi masalah besar yang kita hadapi. Diperkirakan jutaan orang di seluruh dunia mengambil nyawa mereka dengan bunuh diri setiap tahun. Menurut World Health Organzation (WHO), bunuh diri di seluruh dunia diperkirakan mewakili 1,3% dari total beban global penyakit pada tahun 2004. Diperkirakan bahwa kematian bunuh diri tahunan global dapat meningkat menjadi 1,5 juta pada tahun 2020. Bunuh diri menempati salah satu dari sepuluh penyebab teratas kematian di setiap negara, dan merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15-35 tahun. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2005 masih cukup tinggi, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya.1
Insiden bunuh diri dalam masyarakat tergantung pada berbagai faktor. Pada saat ini penyalahgunaan zat merupakan faktor resiko utama setelah depresi. Intoksikasi atau efek pemakaian zat tertentu dapat menimbulkan depresi sehingga meningkatkan resiko bunuh diri pada kasus penyalahgunaan zat.2 Pada penelitian Kweon dipaparkan bahwa 71,4% dari penderita penyalahgunaan zat telah melakukan satu kali percobaan bunuh diri bahkan hingga sepertiganya telah melakukan percobaan bunuh diri berulang kali. Sebagian besar penderita melakukan percobaan bunuh diri secara impulsif, tetapi 17,9% sisanya telah merencanakan bunuh diri.3
Pada suatu penelitian yang diketahui bahwa para pengguna opioid bebas berada pada risiko yang lebih tinggi terkait bunuh diri seperti ide bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan sampai kematian dibandingkan dengan mereka yang bukan pengguna opioid bebas. Selain itu juga ditemukan proporsi percobaan bunuh diri yang lebih besar pada pengguna opioid bebas dibandingkan dengan mereka yang sedang menjalani terapi menggunakan metadon.4
Data epidemiologi pada tahun 2002 menyatakan sebelas juta penduduk Amerika Serikat pada usia diatas 12 tahun menyalahgunakan opioid, bahkan 13,7% diantaranya telah memenuhi kriteria
DSM-IV.4 Telah diketahui bahwa methadone merupakan agen sintesis yang bekerja dengan cara menempati reseptor yang terkena dampak dari heroin dan opioid lainnya. Sehingga Pengobatan Terapi Rumatan Metadon (PTRM) adalah metode yang paling diterima pengobatan di bidang terapi penyalahgunaan narkoba terutama opoid yang menjanjikan terkait dengan penurunan resiko melukai diri dan usaha bunuh diri. Dari hasil penelitan Mokhber, Pengobatan Rumatan Metadon memberikan efek positif terhadap penurunan resiko percobaan bunuh diri.5
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui kejadian perilaku bunuh diri pada pasien klien terapi metadon di Program Terapi Rumatan Metadon RSUP Sanglah. Penelitian ini dilakukan di PTRM Sandat RSUP Sanglah selama 2 minggu pada bulan September 2014. Kriteria Inklusi adalah seluruh pasien PTRM RSUP Sanglah Denpasar yang kooperatif dan bersedia untuk diwawancarai. Kriteria Eksklusi adalah menolak untuk mengisi kuisioner dan mengikuti program penelitian. didapatkan sebanyak 35 orang yang memenuhi kriteria inklusi denagan menggunakan Teknik non-probability sampling. Data yang diperoleh merupakan data primer melalui wawancara dengan daftar pertanyaan terlampir, data demografi, serta telah memenuhi kriteria inklusi. Data yang terkumpul dianaslisis secara deskriptif dan disajikan dalam betuk tabel dan narasi
HASIL
Karakteristik Klien PTRM Sandat RSUP Sanglah
Keseluruhan klien adalah laki-laki dan mayoritas berusia 31-40 tahun yaitu 23 orang (65,7%). Enam orang (17,1%) yang berusia 41-50 tahun, diikuti dengan lima orang (14,3%) dengan rentang usia 21-30 tahun dan satu orang (2,9%) yang berusia dibawah 20 tahun. Berdasarkan status perkawinan, 18 orang (51,4%) yang telah menikah, 12 orang (34,3%) yang belum atau tidak menikah dan hanya lima orang (14,3%) yang telah bercerai atau duda. Berdasarkan status pendidikan, dominan yang telah tamat Sekolah Menengah Atas yaitu 26 orang (74,3%), sedangkan tujuh orang (20%) yang telah bergelar sarjana, dan hanya dua orang (5,7%) yang tamat Sekolah Menengah Pertama. Berdasarkan pekerjaan, hanya enam orang (17,1%) yang tidak bekerja dan 29 orang (82,9%) yang memiliki pekerjaan baik di suatu instansi maupun wiraswasta. Ditinjau dari lama terapi terdapat 29 orang (82,9%) yang telah menjalani terapi lebih dari satu tahun, sedangkan hanya enam orang (17,1%) yang menjalani terapi kurang dari satu tahun (Tabel 1).
Tabel 1. Karakteristik Klien PTRM Sandat RSUP Sanglah
Karakteristik |
Jumlah (n) |
Persentase (%) |
Jenis kelamin | ||
Laki-laki |
35 |
100 |
Perempuan |
0 |
0 |
Usia (tahun) | ||
< 20 |
1 |
2,9 |
21-30 |
5 |
14,3 |
31-40 |
23 |
65,7 |
41-50 |
6 |
17,1 |
51-60 |
0 |
0 |
> 60 |
0 |
0 |
Status Perkawinan | ||
Menikah |
18 |
51,4 |
Belum Menikah |
12 |
34,3 |
Janda/Duda |
5 |
14,3 |
Pekerjaan | ||
Bekerja |
29 |
82,9 |
Tidak Bekerja |
6 |
17,1 |
Pendidikan | ||
Tidak Tamat SD/SD |
0 |
0 |
SMP |
2 |
5,7 |
SMA |
26 |
74,3 |
Perguruan Tinggi |
7 |
20 |
Lama Terapi | ||
≤ 1 Tahun |
6 |
17,1 |
> 1 Tahun |
29 |
82,9 |
Prevalensi Perilaku Bunuh Diri pada Klien PTRM Sandat RSUP Sanglah
Tabel 2 memaparkan prevalensi perilaku bunuh diri pada klien PTRM Sandat RSUP Sanglah berdasarkan adanya pikiran, tidak ada pikiran dan yang telah melakukan percobaan bunuh diri. Data yang diperoleh menunjukkan 21 orang (60%) tidak ada pikiran ataupun perilaku bunuh diri. Jumlah koresponden yang memiliki pikiran bunuh diri yaitu 10 orang (28,6%), dan empat orang (11,4%) yang telah melakukan percobaan bunuh diri.
Tabel 3. Distribusi Waktu Kejadian Perilaku Bunuh Diri pada Klien PTRM Sandat RSUP Sanglah | ||
Percobaan Bunuh Diri |
Jumlah (n) |
Presentase |
PBD Sebelum Terapi |
11 |
31,4 % |
PBD Setelah Terapi |
0 |
0 % |
PBD Sebelum & |
3 |
8,6 % |
Setelah Terapi Tidak Ada PBD |
21 |
60 % |
Distribusi Waktu Kejadian Perilaku Bunuh Diri pada Klien PTRM Sandat RSUP Sanglah
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar koresponden tidak ada percobaan bunuh diri yaitu 21 orang (60%), lalu 11 orang (31,4%) ada perilaku bunuh diri sebelum mengikuti terapi metadon, dan 3 orang (8,6%) yang memiliki perilaku bunuh diri sebelum dan sesudah mengikuti terapi (Tabel 3).
Tabel 2. Prevalensi Perilaku Bunuh Diri
Perilaku Bunuh Diri Jumlah (n) |
Presentase |
Tidak Ada Pikiran/Percobaan Bunuh Diri (PBD) 21 Ada Ide/Pikiran Bunuh Diri 10 Telah Melakukan PBD 4 |
60 % 28,6 % 11,4 % |
Tabel 4. Distribusi Perilaku Bunuh Diri Berdasarkan Lama Terapi
Lama Terapi |
Perilaku Bunuh Diri (PBD) Total Tidak Ada PBD Ada Pikiran/PBD Telah Melakukan PBD N % N % N % N % |
≤ 1 Tahun > 1 Tahun |
3 62,1% 2 27,6 % 1 10,3 % 6 % 18 50 % 8 33,3 % 3 16,7 % 9 % |
Distribusi Perilaku Bunuh Diri Berdasarkan Lama Terapi
Berdasarkan tabel 4 terdapat hasil frekuensi perilaku bunuh diri pada klien PTRM Sandat RSUP Sanglah berdasarkan lama terapinya dimana sebagian besar adalah koresponden yang mengikuti terapi lebih dari 1 tahun dibandingkan yang kurang dari 1 tahun yaitu 18 orang (50%) yang tidak ada pikiran bunuh diri, 8 orang (33,3%) yang memiliki pikiran atau perilaku bunuh diri dan 3 orang (16,7%) yang telah melakukan percobaan
bunuh diri. Koresponden yang mengikuti terapi kurang dari 1 tahun sebanyak 3 orang (62,1%) tidak memiliki pikiran bunuh diri, 2 orang (27,6%) mempunyai pikiran atau perilaku bunuh diri dan 1 orang (10,3%) yang telah melakukan percobaan bunuh diri.
PEMBAHASAN
Total kasus perilaku bunuh diri pada penelitian ini adalah 40% yang mana dibagi menjadi dua yaitu adanya ide atau suatu pikiran
untuk bunuh diri (28,6%) dan yang telah melakukan percobaan bunuh diri (11,4%). Seperti penelitian ini, Darke dan Ross yang memaparkan bahwa 40% dari subjek memiliki riwayat perilaku bunuh diri. hal tersebut berpotensi menjadi masalah klinis utama pada klien metadon karena ditemukan hasil yang sama pada beberapa penelitian sebelumnya.6 Berbeda dengan penelitian Mokhber, ditemukan tingkat yang lebih rendah untuk percobaan bunuh diri antara individu-individu yang telah menjalani terapi metadon sehingga bisa disimpulkan bahwa metadon dapat mengurangi risiko perilaku bunuh diri.5 Perbedaan hasil ini kemungkinan karena setiap orang memiliki pandangan pada suatu masalah yang bervariasi baik dari segi budaya asal negaranya maupun dari masalah-masalah sosial. Variasi dari gambaran karakteristik yang diambil pada subjek juga dapat menyebabkan perbedaan hasil pada beberapa penelitian.
Sebagian besar waktu kejadian perilaku bunuh diri terjadi saat sebelum melakukan terapi metadon. Tidak ada koresponden yang memiliki perilaku bunuh diri yang terjadi setelah terapi saja tanpa ada riwayat sebelumnya karena kemungkinan pola pikir mereka sudah berubah menjadi lebih baik dan lebih memikirkan kehidupannya. Penelitian Darke dan Ross memaparkan nilai yang hampir setara untuk distribusi perilaku bunuh diri sebelum mendapatkan terapi yaitu 34%.6 Namun untuk perilaku bunuh diri setelah mendapatkan terapi metadon pada penelitian Chatham ditemukan 12,6% dan dilaporkan adanya riwayat pikiran bunuh diri sebelumnya serta beberapa disfungsi psikologis dan sosial yang menyebabkan subjek tetap berperilaku bunuh diri setelah mendapatkan 7
terapi.
Hasil dari distribusi perilaku bunuh diri berdasarkan lama terapi sebagian besar terdapat pada subjek yang menjalani terapi metadon lebih dari 1 tahun. Britton dan Conner melakukan penelitian perilaku bunuh diri dalam waktu 12 bulan pertama menggunakan terapi metadon, menyebutkan bahwa 2,6% subjek telah mencoba bunuh diri.8 Menurut penelitian Darke dan Ross memaparkan bahwa 10% dari subjek telah mencoba bunuh diri sejak pendaftaran terapi metadon saat itu.6 Namun penelitian Mokhber, terdapat penurunan yang signifikan pada Beck Hopelessness Scale setelah 6 bulan mendapatkan terapi metadon (p=0,028) sehingga Mokhber menyimpulkan bahwa adanya suatu penurunan risiko perilaku bunuh diri setelah menggunakan terapi metadon selama 6 bulan atau lebih.5
SIMPULAN
Menurut data karakteristik klien di PTRM Sandat RSUP Sanglah adalah mayoritas berjenis kelamin laki-laki, berada pada rentang usia 31-40 tahun, telah menikah, mempunyai pekerjaan baik di
suatu instansi maupun wiraswasta, SMA sebagai pendidikan terakhir, dan telah menjalani terapi metadon selama lebih dari 1 tahun.
Perilaku bunuh diri pada klien PTRM Sandat RSUP Sanglah hanya berkisar 40% yang mana 28,6% untuk ide atau pikiran bunuh diri dan 11,4% untuk yang telah melakukan percobaan bunuh diri. Perilaku bunuh diri yang paling banyak terjadi saat sebelum terapi dibandingkan setelah mendapatkan terapi. Selain itu sebagian besar (60%) tidak ada perilaku bunuh diri.
Distribusi perilaku bunuh diri sebagian besar terdapat pada kelompok umur 31-40 tahun, yang telah menikah maupun belum menikah, memiliki pekerjaan, pendidikan terakhir SMA, dan telah menjalani terapi metadon lebih dari setahun. Sisanya merupakan distribusi subjek yang tidak memiliki perilaku bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. World Health Organization. 2005. Melalui http://www.who.int/topics/suicide/en Diakses pada 21 Januari 2014.
-
2. Aharonovich E, et al. Suicide Attempts in Substance Abusers: Effect Major Depression in Relation to Substance Use Disorder. Am J Psychiatry. 2002. 159:1600-1602
-
3. Kweon YS, et al. Characteristics of Drug Overdose in Young Suicide Attempters. Clinical Psychopharmacology and
Neuroscience. 2012. 10(3):180-184
-
4. Kuramoto SJ, et al. Suicidal Ideation and Suicide Attempt Across Stage of Nonmedical Prescription Opioid Use and Presence of Prescription Opioid Disorders Among U.S. Adults. Journal of Studies on Alcohol and Drugs. 2011.
-
5. Mokhber N, Afshari R, Farhoodi F. Evaluation of The Suicide Risk Factors Among Methadone Maintenance Treatment of Opiate Dependent Individuals: A Six-Month Assessment. Open Journal of Psychiatry. 2012. 2: 91-95
-
6. Darke S, Ross J. The Relationship Between Suicide and Overdose Among Methadone Maintenance Patients. Australia: NDARC. 2000.
-
7. Chatham LR, Knight K, Joe GW, Simpson DD. Suicidality in a Sample of Methadone Maintenance Clients. American Journal of Drug and Alcohol Abuse. 1995. 21: 345-361
-
8. Britton PC, Conner KR. Suicide Attempts within 12 Months of Treatment for Substance Use Disorders. The American Association for Suicidology. 2010. DOI:
10.1521/suli.2010.40.1.14
4
Discussion and feedback