DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI SISWA PEMAIN BASKET SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA DENPASAR LEBIH BAIK DARI PADA SISWA BUKAN PEMAIN BASKET
on
ISSN: 2303-1395
E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.4, APRIL, 2016
DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI SISWA PEMAIN BASKET SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KOTA DENPASAR LEBIH BAIK DARI PADA SISWA BUKAN PEMAIN BASKET
Anak Agung Fridami Dewi1, I Made Muliarta2
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana1 Bagian Faal, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana2 damidewi21@gmail.com
ABSTRAK
Permainan basket memerlukan daya tahan kardiorespirasi yang baik, di mana daya tahan kardiorespirasi dapat diukur dengan menghitung kapasitas oksigen maksimal (VO2max). Daya tahan kardiorespirasi dapat ditingkatkan dengan latihan fisik yang rutin dengan durasi dan intensitas yang cukup, termasuk dengan latihan basket. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan antara daya tahan kardiorespirasi antara siswa SMA laki-laki pemain basket dan siswa SMA yang bukan pemain basket di Kota Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 24 orang diambil secara purposive sampling dan terdiri dari kelompok pemain basket dan bukan pemain basket. Daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menghitung VO2max dengan Cooper Test 2,4 km. Kelompok pemain basket memiliki rerata VO2max lebih baik yaitu 45,906 ml/kg/menit sedangkan kelompok bukan pemain basket yaitu 36,603 ml/kg/menit. Perbedaan rerata sebesar 9,303 ml/kg/menit, dengan interval kepercayaan 95% bawah 6,308 dan atas 12,299. Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara daya tahan kardiorespirasi pada siswa laki-laki pemain basket dan bukan pemain basket tingkat sekolah menengah atas di Kota Denpasar dengan menggunakan uji-t tidak berpasangan. Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan bagi siswa sekolah menengah atas melakukan latihan fisik secara rutin untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, salah satunya dapat dengan bermain basket. Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar.
Kata kunci: Pemain basket, bukan pemain basket, daya tahan kardiorespirasi, VO2max, Cooper Test 2,4 km
CARDIORESPIRATORY ENDURANCE AMONG SENIOR HIGH SCHOOL BASKETBALL PLAYERS IN DENPASAR IS BETTER THAN NON-BASKETBALL PLAYER STUDENTS
ABSTRACT
Basketball game requires a good cardiorespiratory endurance, thus cardiorespiratory endurance can be measured by maximal oxygen capacity (VO2max). Cardiorespiratory endurance can improve with routine physical exercise that meet the required amount of duration and intensity, including basketball training. The objective in this study is to compare the cardiorespiratory endurance of senior high school male basketball players and non-basketball players student in Denpasar. This is an analytic study with cross sectional approach. The samples were 24 students and taken by purposive sampling which is consist of basketball and non-basketball group. Cardiorespiratory endurance is measured by calculating the VO2max from Cooper Test 2,4 km. The mean VO2max is higher in basketball player which is 45,906 ml/kg/minute than in non basketball player which is 36,603 ml/kg/minute. The mean difference is 9,303 ml/kg/minute, with 95% confidence interval lower is 6,308 and upper is 12,299. There is a significant difference (p=0,000) between the cardiorespiratory endurance of Senior high school male basketball player and non-basketball player student in Denpasar using independent t-test. This study suggests that senior high school students should do routine physical exercise to improve a better cardiorespiratory endurance, including playing basketball. Further research in larger scale is needed.
Keywords: Basketball player, nonbasketball player, cardiorespiratory endurance, VO2max, Cooper Test 2,4 km.
PENDAHULUAN
Permainan basket merupakan salah satu olahraga kolektif yang paling populer dan digemari di seluruh dunia. Permainan basket dimainkan baik oleh pria maupun wanita dari segala usia.1 Berdasarkan Federasi Basket Internasional (FIBA) permainan ini dimainkan selama 40 menit yang dibagi dalam empat quarter, di mana satu quarter terdiri dari 10 menit.2,3
Permainan basket dianggap sebagai salah satu olahraga kolektif yang paling dinamis dan memerlukan tingkat kebugaran fisik yang tinggi. Tingkat kebugaran tersebut meliputi fleksibilitas, efisiensi neuromuskuler, kekuatan otot, kelincahan dan kecepatan.4 Untuk melakukan berbagai teknik utama dalam permainan basket seperti shooting, passing dan catching, dribbling, rebounding serta berpindah tempat dengan atau tanpa bola, pemain basket menggunakan energi yang berasal dari sistem aerobik maupun anaerobik.4
Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan latihan dinamis yang melibatkan banyak kelompok otot dalam waktu yang lama dengan intensitas sedang hingga tinggi. Di mana ketahanan kardiorespirasi merupakan komponen kunci yang dapat menentukan tingkat kebugaran seseorang.5 Daya tahan kardiorespirasi berhubungan dengan kemampuan sistem kardiovaskuler dan respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dari otot-otot yang digunakan dalam aktivitas fisik dan kemampuan otot untuk mendapatkan energi yang diperlukan melalui proses aerobik.6
Kapasitas aerobik merupakan jumlah aktivitas fisiologis maksimal yang dapat dilakukan oleh seseorang yang diukur dari konsumsi oksigennya. Hal ini juga bergantung pada usia, kondisi kardiovaskuler dan berhubungan dengan efisiensi ekstraksi oksigen dari jaringan.7 Kapasitas aerobik maksimal juga sering disebut dengan
konsumsi oksigen maksimal (VO2max) yaitu jumlah terbesar oksigen yang diedarkan dan digunakan per menit saat tubuh melakukan aktivitas fisik maksimal. Banyak peneliti yang menganggap bahwa VO2max merupakan alat ukur yang objektif untuk daya tahan kardiorespirasi.6 VO2max menentukan seberapa intens dan seberapa lama seseorang dapat melakukan aktivitas fisik.
Beberapa studi menunjukkan bahwa seseorang dapat meningkatkan kapasitas aerobik maksimalnya dengan berolahraga selama minimal 20 menit 3-5 kali dalam seminggu, dengan intensitas yang dapat meningkatkan denyut jantung antara 65-85%. Dengan olahraga atau latihan daya tahan, oksigen dapat diedarkan dan digunakan lebih banyak oleh otot yang aktif. Hal ini membuat seseorang dapat melakukan aktivitas dengan intensitas yang lebih tinggi dan aktivitas fisik yang memerlukan daya tahan kardiorespirasi.6,8
Sebuah penelitian oleh Chittibabu,dkk. menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari kapasitas aerobik pemain basket yang telah diberikan latihan ketahanan spesifik yang dilakukan tiga kali seminggu selama enam minggu.9 Selain itu penelitian yang dilakukan di India pada pemain basket wanita ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kapasitas aerobik maksimal pada pemain basket wanita dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak pernah berolahraga.4
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara daya tahan kardiorespirasi antara siswa SMA pemain basket dan siswa SMA bukan pemain basket, yang berpotensi menunjukkan manfaat olahraga seperti basket pada kesehatan utamanya daya tahan kardiorespirasi.
METODE
Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini
2
dilakukan pada siswa sekolah menengah atas (SMA) dengan rentang usia 15-19 tahun, jenis kelamin laki-laki di Denpasar pada bulan Maret 2016.
Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah kelompok siswa SMA usia 15 tahun hingga 19 tahun dengan jenis kelamin laki-laki. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dengan jumlah 24 sampel yang terbagi menjadi dua kelompok. Di mana kelompok pertama merupakan kelompok subjek yang terdiri dari pemain basket berjumlah 12 sampel dan kelompok kedua merupakan kelompok kontrol yaitu bukan pemain basket sebanyak 12 sampel.
Kriteria inklusi kelompok pertama meliputi siswa laki-laki usia 15 tahun hingga 19 tahun, bersedia untuk menjadi sampel penelitian, dan telah bermain basket selama dua tahun atau lebih dengan intensitas latihan sebanyak 3 kali seminggu dengan lama latihan 3 jam setiap latihan. Sedangkan kriteria inklusi kelompok kontrol adalah siswa laki-laki usia 15 tahun hingga 19 tahun yang bersedia untuk menjadi sampel penelitian dan tidak pernah melakukan olahraga atau latihan fisik atau hanya melakukan latihan fisik maksimal satu kali seminggu dengan durasi paling lama dua jam. Pada kedua kelompok dilakukan eksklusi apabila sampel memiliki gangguan pada sistem kardiorespirasi.
Sampel penelitian diambil dari tim basket SMA di Kota Denpasar, di mana tim basket SMAN 1 Denpasar merupakan salah satu tim basket yang selalu melakukan pelatihan rutin terhadap pemainnya, selain itu tim basket SMAN 1 Denpasar juga sering memenangkan berbagai kejuaraan. Terdapat 15 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi sampel penelitian pada tim basket SMAN 1 Denpasar, kemudian dipilih 12 orang secara purposive untuk dijadikan sampel dari kelompok subjek. Pada kelompok kontrol diambil siswa dari SMAN 4 dan
SMAN 7 Denpasar. Terdapat 20 orang yang bersedia menjadi sampel penelitian dan memenuhi kriteria inklusi, lalu dipilih 12 orang secara acak untuk menjadi kelompok kontrol dalam penelitian ini.
Sebelum dilakukan pengukuran daya tahan kardiorespirasi sampel diberikan kuesioner yang berisikan identitas diri dan pertanyaan yang berhubungan dengan kriteria inklusi. Sampel juga diberikan informed consent berisi penjelasan dan persetujuan melakukan tes daya tahan kardiorespirasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan sampel.
Pengukuran daya tahan kardiorespirasi dilakukan dengan mengukur VO2max menggunakan Cooper Test 2,4 km. Prosedur pelaksanaan Cooper Test 2,4 km adalah sebagai berikut. Sampel diminta melakukan pemanasan selama 10 menit sebelum tes dilakukan, kemudian sampel diminta untuk menempuh jarak 2,4 km secepat mungkin dengan berlari atau berjalan. Kemudian waktu tempuhnya akan diukur menggunakan stopwatch. Setelah melakukan tes, sampel harus melakukan gerakan pendinginan.
Waktu tempuh yang diperlukan untuk menempuh jarak 2,4 km dalam menit kemudian dikonversikan menjadi nilai VO2max melalui
perhitungan sebagai berikut5: VO2max = (483 :
waktu tempuh dalam menit) + 3,5 ml/kg/menit. Nilai VO2max yang didapat dicocokkan dengan menggunakan tabel VO2max Cooper untuk
menentukan kategori daya tahan kardiorespirasi.10 Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
program SPSS versi 16.0. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Karena data berdistribusi normal dilakukan uji beda menggunakan uji-t tidak berpasangan.
HASIL
Rerata usia pada kelompok pemain basket adalah 17,07 ± 1,031 tahun sedangkan rerata usia pada kelompok bukan pemain basket adalah 17,24 tahun ± 1,191 Dari wawancara yang dilakukan pada kelompok pemain basket didapatkan bahwa semua sampel telah aktif bermain basket selama paling sedikit 2 tahun dengan rerata lama bermain basket selama 4,5 tahun. Frekuensi latihan sebanyak 3 kali seminggu selama 3 jam. Pada setiap latihan dilakukan pemanasan, latihan aerobik dengan jogging sejauh 2 km, anaerobik seperti sprintting, agility, dribbling, passing, dan latihan resistance. Sedangkan pada kelompok kontrol yaitu bukan pemain basket latihan fisik tidak rutin dilakukan sekitar 0-1 kali dalam seminggu.
Hasil pengukuran daya tahan kardiorespirasi dengan mengukur konsumsi oksigen maksimal (VO2max) antara kelompok pemain basket SMA dan kelompok siswa SMA yang bukan pemain basket disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi daya tahan |
kardiorespirasi | |
berdasarkan VO2 |
ax pada siswa |
SMA pemain |
basket dan bukan pemain basket (n=24). | ||
Klasifikasi |
pemain |
bukan |
nilai VO2max |
basket |
pemain |
(%) |
basket (%) | |
Sangat kurang |
0 (0) |
5 (41,67) |
Kurang |
0 (0) |
4 (33,33) |
Sedang |
7 (58,33) |
2 (16,67) |
Baik |
5 (41,67) |
1 (8,33) |
Sangat baik |
0 (0) |
0 (0) |
Superior |
0 (0) |
0 (0) |
Total |
12 (100) |
12 (100) |
Berdasarkan Tabel 1. di atas sebagian besar (58,33%) sampel pada kelompok pemain basket termasuk dalam kategori sedang dan pada
kelompok bukan pemain basket sebanyak 41,67% dalam kategori sangat kurang.
Rerata nilai VO2max yang diukur pada kelompok pemain basket tingkat SMA adalah 45,906 ±2,593 ml/kg/menit, sedangkan nilai rerata yang lebih kecil didapatkan pada kelompok bukan pemain basket yaitu 36,603 ±4,280 ml/kg/menit.
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Shapiro-Wilk dan didapatkan hasil seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji normalitas
VO2max |
Shapiro-Wilk | ||
Statistic |
Df |
Sig | |
Pemain basket |
0,879 |
12 |
0,086 |
Bukan pemain |
0,929 |
12 |
0,369 |
basket |
Berdasarkan uji tersebut didapatkan bahwa nilai p>0,05 didapatkan pada kelompok pemain basket dan bukan pemain basket sehingga disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Oleh karena itu dilakukan uji beda menggunakan uji-t tidak berpasangan dengan hasil nilai p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara daya tahan kardiorespirasi berdasarkan VO2max pada kelompok subjek yaitu siswa pemain basket SMA dan kelompok kontrol yaitu siswa SMA yang bukan pemain basket.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata usia siswa SMA pemain basket dan bukan pemain basket adalah 17,07 tahun dan 17,24 tahun. Di mana pada tabel VO2max Cooper rerata umur pada kedua kelompok tersebut masih berada pada rentang umur yang sama yaitu rentang 13 tahun hingga 19 tahun. Sehingga nilai rujukan yang sama juga digunakan dalam pengelompokan daya tahan kardiorespirasi berdasarkan VO2max pada kedua kelompok. Kedua kelompok juga memiliki jenis
4
kelamin laki-laki sehingga tabel VO2max Cooper yang digunakan untuk mengklasifikasi daya tahan kardiorespirasi pada kedua kelompok adalah tabel yang sama.
Daya tahan kardiorespirasi seseorang dapat ditunjukkan oleh kapasitas oksigen maksimalnya (VO2max).6,11 Kapasitas aerobik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik sebesar 40%-50% dan faktor latihan fisik yang dapat
meningkatkan nilai VO2max hingga 40%. Dalam penelitian ini rerata nilai VO2max antara kelompok pemain basket adalah 45,906 ml/kg/menit dan bukan pemain basket yaitu 36,603 ml/kg/menit. Berdasarkan uji beda menggunakan uji t tidak berpasangan menunjukkan hasil yang berbeda secara statistik (p=0,000). Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh pola latihan fisik yang berbeda antara siswa SMA pemain basket dan bukan pemain basket. Kelompok pemain basket melakukan latihan fisik rutin sebanyak 3 kali seminggu selama 3 jam setiap latihan dengan intensitas sedang hingga tinggi, sedangkan pola latihan fisik yang berbeda dilakukan oleh kelompok siswa SMA bukan pemain basket yaitu latihan fisik yang dilakukan <1 kali dalam seminggu dengan lama latihan sekitar 30 menit. Di mana berdasarkan teori, peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) dapat dicapai dengan berolahraga selama minimal 20 menit, 3-5 kali dalam seminggu, dengan intensitas yang dapat meningkatkan denyut jantung antara 65-85%.6,8 Sistem kardiorespirasi merupakan sistem yang terdiri dari sistem kardiovaskuler dan paru-paru serta jalan napas. Aktivitas atau latihan fisik memberikan pengaruh positif pada sistem kardiorespirasi, seiring dengan peningkatan intensitas latihan terjadi hingga mencapai nilai denyut jantung maksimal, di mana denyut jantung dipengaruhi oleh kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah.11 Pada orang yang melakukan latihan
fisik yang cukup dan rutin didapatkan nilai denyut jantung istirahat yang lebih rendah karena adanya peningkatan stroke volume akibat respon vagal yang meningkat dan berkontribusi terhadap terjadinya bradikardia istirahat. Sehingga dengan latihan fisik yang cukup kerja jantung akan menjadi lebih efisien. 4,12
Peningkatan cardiac output terjadi dengan meningkatnya jumlah kerja dan mencapai puncak pada kapasitas latihan maksimal hingga 4 sampai 8 kali cardiac output saat istirahat. Cardiac output dan konsumsi oksigen memiliki hubungan yang linear di mana cardiac output yang besar dibutuhkan untuk VO2max yang besar.11 Latihan fisik juga meningkatkan jumlah kapiler pada otot sehingga dapat menyediakan lebih banyak oksigen dan energi pada otot serta lebih cepat mengeliminasi sisa metabolisme. Latihan fisik rutin, otot cenderung meningkatkan kapasitas oksidatifnya. Hal ini dicapai dengan peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel otot, peningkatan suplai ATP melalui fosforilasi oksidatif, dan peningkatan kuantitas enzim respirasi. Peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot juga menyebabkan terjadinya oksidasi asam lemak yang lebih cepat dan lebih sedikit glikogen yang dioksidasi. Selain itu peningkatan kemampuan otot untuk menyimpan glikogen dan myoglobin juga meningkat pada seseorang yang melakukan latihan fisik secara rutin sehingga terjadi peningkatan cadangan glikogen dan myoglobin pada otot.
Penelitian Takakura dkk. menyebutkan bahwa laju pelepasan oksigen dari myoglobin meningkat karena adanya peningkatan konsentrasi myoglobin dan laju penurunan saturasi oksigen myoglobin yang lebih cepat pada tekanan maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika myoglobin selama kontraksi otot berkontribusi terhadap kinetik konsumsi oksigen yang lebih cepat
5
pada otot yang terlatih.13 Peningkatan ekstraksi oksigen oleh otot selama latihan fisik dibandingkan dengan istirahat juga membuat otot lebih efektif dan efisien dalam pembentukan energi.5,12
Penelitian Gormley pada 61 sampel yang menilai efek intensitas latihan aerobik terhadap peningkatan VO2max menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada kelompok subjek yang diberi latihan aerobik selama enam minggu dibandingkan dengan kelompok kontrol yang melakukan latihan aerobik.14 Selain itu penelitian Harira yang membandingkan nilai VO2max antara siswa terlatih yang melakukan latihan fisik sebanyak 3 kali seminggu selama 1,5 jam hingga 2 jam dan siswa yang tidak terlatih menunjukkan nilai VO2max yang lebih tinggi pada siswa terlatih dibandingkan siswa yang tidak melakukan latihan fisik, di mana terdapat hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian ini.15
Pada olahraga basket sendiri yang memerlukan energi baik dari sistem aerobik maupun anaerobik, ketahanan kardiorespirasi dalam hal ini juga disebut dengan aerobic power dibutuhkan untuk membangun sistem anaerobik yang digunakan dalam permainan basket. Kapasitas aerobik penting dalam proses perbaikan kondisi tubuh setelah melakukan aktivitas anaerobik yang intens dan menunjukkan kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama.16 Selain itu VO2max menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan bermain basket yang lebih baik pada seorang pemain basket sehingga dapat digunakan sebagai salah satu ukuran dalam seleksi pemain dalam sebuah tim.4
SIMPULAN
Terdapat perbedaan yang signifikan antara daya tahan kardiorespirasi pada siswa pemain basket dan bukan pemain basket SMA di Kota Denpasar. Kelompok pemain basket memiliki
rerata VO2max lebih tinggi yaitu 45,906 ml/kg/menit sedangkan kelompok bukan pemain basket yaitu 36,603 ml/kg/menit. Sebagian besar (58,33%) siswa pada kelompok pemain basket memiliki daya tahan kardiorespirasi dalam kategori sedang yaitu VO2max 38,4 – 45,1 ml/kg/menit dan sebanyak 41,67% kelompok bukan pemain basket memiliki daya tahan kardiorespirasi dalam kategori sangat kurang yaitu VO2max <35,0 ml/kg/menit.
SARAN
Disarankan bagi siswa sekolah menengah atas melakukan latihan fisik secara rutin untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, salah satunya dapat dengan bermain basket. Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam skala yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Hoffman J. Physiology of Basketball. Dalam : McKeag DB, penyunting. Handbook of Sports Medicine and Science, Basketball.
Massachusetts: Blackwell Science Ltd.2003; h.12-25.
-
2. Stone N. Physiological Response to SportSpecific Interval Training in High School Male Basketball Players (tesis). School of Sport and Recreation: AUT University. 2007.
-
3. Abdelkrim NB, El Fazaa S, El Ati J. Time– motion analysis and physiological data of elite under-19-year-old basketball players during competition. Br J Sports Med 2007;41:69–75.
-
4. Halder K, Pathak A, O. S. Tomer, Abhirup Chatterjee, Mantu Saha. Physical and Physiological Comparison Between Indian Female College Basketball Players and Sedentary Students. Advances in Applied Physiology. 2016; 1(2) :18-23.
-
5. Rodriguez, L., 2014. Cardiorespiratory
Endurance Lake Sumter State . [diakses pada 19 Maret 2016]; Diunduh dari :
http://www.lssc.edu/faculty/leonardo_rodriguez /Downloads%20%20Documents/Physical%20F itness%20Classes/Materials/Ch04_Cardio_Boo k.pdf.
-
6. Radovanovic D, Aleksandrovic M Stojiljkovic ND, Ignjatovic A, Popovic T , Marinkovic M. Influence of physical training on cardiorespiratory endurance in preadolescent age. Acta Medica Medianae 2009; 48: 37-40
-
7. Mosby's Medical Dictionary, 8th edition. S.v. "aerobic capacity." Diakses pada 20 Maret
6
2016. Diunduh dari http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/aerobic+capac ity
-
8. Mackenzie, B. 2001. VO2 max [Diakses pada 20 Maret 2016] Diunduh dari:
http://www.brianmac.co.uk/VO2max.htm
-
9. Chittibabu B, Akilan N. Effect of basketball specific endurance circuit training on aerobic capacity and heart rate of high school male basketball players. International Journal of Physical Education, Fitness and Sports 2013; 2 (4):22-25
-
10. Heywood, V. The Physical Fitness Specialist Certification Manual, The Cooper Institute for Aerobics Research, Dallas TX, revised 1997. Dalam: Heywood V. 1998. Advance Fitness
Assessment & Exercise Prescription, 3rd Ed. Human Kinetics. 1998: 48
-
11. Abernethy B, Kippers V, Hanrahan S, Pandy M, McManus A, Mackinnon L. Biophysical Foundations of Human Movement-2nd Edition. USA : Hardback. 2005.
-
12. Corbin C, Le Masurier G. Caerdiorespiratory Endurance. Dalam: Fitness for Life 6th Edition. USA: Human Kinetics, 2014: h.153-160
-
13. Takakura H, Furuichi Y, Yamada T, Jue T, Ojino M, Hashimoto T, dkk. Endurance Training Facilitate Myoglobin Desaturation during Contraction in Rat Sceletal Muscle. Scientific Reports. 2015; 5: 09403
-
14. Gormley SE, Swain DP, High R, Spina RJ, Dowling EA, Kotlpalli US, Gandrakota R. Effect of Intensity of Aerobic Training on Vo2max. Med Sci Sports Exercise. 2008 ; 40 (7):1336-43
-
15. Harira N, Asnawati, Huldani. Perbandingan Nilai VO2maks antara Siswa Terlatih dengan Siswa Tidak Terlatih Di SMAN 1 Martapura. Berkala Kedokteran.. 2013; 9(1): 13-19.
-
16. Marinković D, Pavlović S. The Differences in Aerobic Capacity of Basketball Players in Different Playing Positions. Physical Education and Sport.2013;11(1) : 73 – 80.
7
Discussion and feedback