HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI I PERIODE BULAN NOVEMBER TAHUN 2013
on
1
HUBUNGAN PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWATI
I PERIODE BULAN NOVEMBER TAHUN 2013
Ni Putu Anggun Laksmi1, IGA Trisna Windiani2 , I Nyoman Budi Hartawan2 1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2Bagian Ilmu Ksehatan Anak FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah
ABSTRAK
Diare masih tetap potensial berkembang di Indonesia sebagai masalah kesehatan masyarakat. Angka kematian akibat diare cenderung sudah menurun, tetapi kejadian sakit diare, terutama yang menyerang Balita di daerah pedesaan, cenderung masih dominan. Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang analitik untuk mengetahui perilaku berisiko seperti cara memberi makanan pada balita, mencuci tangan, dan memasak air minum sebagai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I pada bulan November 2013. Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I dan telah memberikan persetujuan untuk mengikuti penelitian ini. Responden berjumlah 120 orang jumlah. Responden terbanyak adalah ibu berusia 2130 tahun (58,3%), pendidikan rendah (47,5%), dan bekerja (51,7%). Prevalensi diare dalam 6 bulan terakhir adalah sebesar 70%. Balita mengalami diare sebesar 76,7% pada ibu yang memberi makan anaknya dengan makpakang, 84,2% pada ibu yang tidak mencuci tangan dengan sabun, dan 84,6% pada ibu yang tidak memasak air sebelum dikonsumsi. Kebiasaan makpakang dengan kejadian diare pada balita tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p=0,358 dan χ2 = 0,847). Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita (p=0.001 dan χ2 = 10,44). Memasak air memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita (p=0,015 dan χ2 = 5,877).
Kata Kunci : Diare, Perilaku Ibu, Balita
ASSOCIATION OF WOMAN’S BEHAVIOR WITH DIARRHEA
IN TODDLERS AT WORK AREA OF PUSKESMAS SUKAWATI
I ON NOVEMBER 2013
ABSTRACT
Diarrhea is still growing in Indonesia as a potential public health problem . Although the number of deaths from diarrhea tended to decrease , but the incidence of diarrhea, especially in Toddlers in rural areas, tends to be dominant . The study design was cross-sectional analytic study to determine risk behaviors such as how to give food to children , hand washing , and cooking water as a risk factor for diarrhea incidence in Puskesmas Sukawati I in November 2013. The respondents in this study is mothers who live in Puskesmas Sukawati I and have given consent to participate in this study . Respondents were 120 persons number . Most respondents were mothers aged 21-30 years ( 58.3 % ) , low education ( 47.5 % ) , and work ( 51.7 % ) . The prevalence of diarrhea in the last 6 months amounted to 70 % . Mother feeding her child with makpakang 76.7% of children under five suffer from diarrhea , do not wash your hands with soap 84.2 % of toddlers had diarrhea, and do not boil the water before consumption 84.6 % of toddlers had diarrhea. There was no significant association between habitual makpakang with diarrhea in toddlers (p = 0.358 and χ2 = 0.847). Handwashing with soap has a significant relationship with the occurrence of diarrhea in toddlers (p = 0.001 and χ2 = 10.44). Cooking water has a significant relationship with the occurrence of diarrhea in toddlers (p = 0.015 and χ2 = 5.877).
Keywords : Diarrhea, Mother’s behavior, Toddlers.
PENDAHULUAN
Diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Tingginya angka kesakitan, timbulnya banyak kematian terutama pada balita, dan kejadian luar biasa (KLB) menjadi dampak dari kejadian diare yang tidak ditangani.1 Angka kematian akibat diare cenderung menurun, tetapi kejadian sakit diare, terutama yang menyerang Balita di daerah pedesaan, cenderung masih dominan.2 Sebagian besar Puskesmas di Bali masih mencatat diare sebagai salah satu dari sepuluh penyakit terbesar. Berdasarkan teori Bloom angka kejadian diare pada balita dipengaruhi oleh faktor diantaranya host, agent, dan environment. Host seperti perilaku hidup bersih dan sehat yang buruk dapat memengaruhi kejadian diare. Agent seperti kuman atau virus penyeab diare. Environment seperti lingkungan fisik (air) serta perubahan cuaca yang memiliki peranan penting dalam kejadian diare.3,4
Peneliti melakukan penelitian ini dengan waktu dan dana yang terbatas dimana dilakukan seiring dengan menyelesaikan kepanitraan klinik madya di Puskesmas Sukawati I pada bulan November 2013. Diare masuk dalam sepuluh penyakit terbanyak dan dari tahun ke tahun jumlah kasus cenderung meningkat di Puskesmas Sukawati I. Jumlah penderita diare meningkat dari 772 kasus tahun 2010, 1092 kasus tahun 2011, dan 1154 kasus pada tahun 2012 di Puskesmas Sukawati I. Berdasarkan umur, distribusi kasus Diare Puskesmas Sukawati I periode Januari 2013 –
Agustus 2013 kasus kejadian diare terbanyak kedua diderita oleh kelompok Balita.5,6,7
Desa Sukawati menempati urutan pertama jumlah kasus diare dari 6 desa di wilayah kerja Puskesmas Sukwati I yaitu 235 atau 46,07 % dari total 510 kasus yang tercatat Periode Januari 2013 – Agustus 2013.6,7
BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian ini adalah studi potong lintang analitik untuk mengetahui perilaku berisiko seperti cara memberi makanan pada balita, mencuci tangan, dan memasak air minum sebagai faktor risiko terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I pada bulan November 2013.
Penelitian dilakukan di wilayah Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar pada bulan November 2013.
Populasi penelitian ini adalah semua Kepala Keluarga (KK) yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I yang memiliki balita di Desa Sukawati. Daftar Kepala Keluarga diperoleh dari kelian desa. Wilayah kerja Puskesmas Sukawati I terdiri dari 6 desa yaitu Desa Kemenuh, Batuan Kaler, Batuan, Sukawati, Guwang, dan Ketewel.
Sampel dalam penelitian ini dipilih melalui teknik multistage sampling. Pemilihan sampel diawali dengan pemilihan Desa Sukawati karena memiliki distribusi kasus diare yang besar di antara desa lainnya. Dua dusun dari 13 dusun yang terdapat di Desa Sukawati dipilih secara simple random yaitu dusun Palak dan Tebuana. Sampel penelitian dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan teknik systematic random sampling. Kriteria inklusi adalah semua ibu balita yang bertempat tinggal di Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.
Variabel bebas yang diteliti pada penelitian ini adalah perilaku ibu balita seperti makpakang, mencuci tangan, dan memasak air dengan variabel tergantung kejadian diare pada balita. Variabel kontrol adalah faktor anak seperti penyakit infeksi kronis atau berat, kelainan kongenital, berat badan lahir rendah (BBLR), dan prematuritas.
Kriteria eksklusi adalah ibu balita menolak untuk mengikuti penelitian ini, sudah pindah namun masih tercacat tinggal di Desa Sukawati, ibu balita tidak mampu diwawancarai disebabkan kondisi medis umum yang berat seperti kelainan mental, tidak bica bicara, tuna rungu ataupun hal lain yang dapat menganggu wawancara, ibu dengan balita yang memiliki penyakit infeksi kronis/berat, penyakit/infeksi akut berulang, kelainan kongenital, BBLR, prematuritas.
Diare adalah balita berusia 0-59 bulan yang mengalami buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering atau dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Umur adalah usia terakhir responden sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku. Bila responden/suami tidak memiliki KTP/KK, usia diperoleh dengan mencocokkan tahun lahir dengan peristiwa-peristiwa tertentu. Umur dapat diklasifikasikan menjadi kelompok usia <21, 21-30, 31-40, 41-50. Pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh responden. Pendidikan diklasifikasikan menjadi pendidikan tinggi : tamat perguruan tinggi/D3, menengah : tamat SMP/sederajat atau SMA/sederajat, rendah : tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD. Pekerjaan adalah pekerjaan yang ditekuni responden paling lama dalam sehari dan mampu memberikan penghasilan. Pekerjaan diklasifikasikan
menjadi bekerja: Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Swasta, Wiraswasta/dagang, petani, lainnya dan tidak bekerja. Memberi makan dengan makpakang adalah perilaku ibu memberi makan pada balitanya dengan ibu mengunyah makanan balita sebelum diberikan kepada balita. Mencuci tangan adalah standar perilaku ibu yang mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum memberi makan balita. Memasak air minum adalah perilaku ibu memasak air minum hingga mendidih.
Data diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan di rumah responden. Observasi dilakukan untuk mengamati langsung perilaku ibu balita saat peneliti berkunjung. Observasi dilakukan setelah wawancara selesai. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat secara deskriptif dan analitik dengan melihat jawaban responden terhadap masing-masing pertanyaan dan hubungannya terhadap diare. Data-data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis dengan menggunakan program SPSS 21 dan disajikan dalam bentuk tabel disertai penjelasan naratif.
HASIL
Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I dan telah memberikan persetujuan untuk mengikuti penelitian ini. Responden berjumlah 120 orang dan semuanya bisa tercakup dalam penelitian. Semua responden diwawancarai di rumahnya masing-masing. Data dikumpulkan dari kuisioner dan didapatkan karakteristik sosiodemografi responden berdasarkan umur, pendidikan, dan pekerjaan yang tercantum dalam tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Karakteristik |
Freku ensi |
Persentase (%) |
Umur | ||
(tahun) | ||
<21 |
12 |
10 |
21-30 |
70 |
58,3 |
31-40 |
35 |
29,2 |
41-50 |
3 |
2,5 |
Pendidikan | ||
Rendah |
57 |
47,5 |
Menengah |
54 |
45,0 |
Tinggi |
9 |
7,5 |
Pekerjaan | ||
Bekerja |
62 |
51,7 |
Tidak |
58 |
48,3 |
bekerja |
Berdasarkan rentang umur, dari total 120 orang responden didapatkan paling banyak responden berusia 21-30 tahun (58,3%) dengan rata-rata umur 27,92 tahun. Berdasarkan pendidikan, responden paling banyak berpendidikan rendah (47,5%) dan responden yang berpendidikan tinggi (7,5%).
Berdasarkan pekerjaan, sebagian dari responden (51,7%) bekerja yaitu sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) 4,8%, pegawai swasta 17,7%, wiraswasta/pedagang 61,3%, petani 9,7%, dan guru 6,5%.
Berdasarkan wawancara terhadap responden diperoleh informasi bahwa dalam enam bulan terakhir, responden yang mengatakan balitanya pernah mengalami diare lebih banyak dari yang mengatakan balitanya tidak pernah mengalami diare.
Tabel 2. Distribusi Diare pada Balita
Variabel Jumlah Present
ase (%)
Diare 84 70
Tidak 36 30
diare
Berdasarkan hasil wawancara responden diperoleh data bahwa 3/4 responden memberikan makanan pada balitanya dengan tidak makpakang. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh data responden yang makpakang lebih dari 3/4 balitanya menderita diare. Kebiasaan makpakang dengan kejadian diare pada balita tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p=0,358 dan χ2 = 0,847).
Tabel 3. Distribusi Perilaku Ibu Balita dan Hubungan Perilaku Ibu terhadap Kejadian Diare pada Balita
Karakteristik |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Makpakang | ||
ya |
30 |
25 |
tidak Mencuci Tangan dengan Sabun |
90 |
75 |
ya |
63 |
52.5 |
tidak Memasak |
57 |
47.5 |
Air |
81 |
67.5 |
ya tidak |
39 |
32.5 |
Lebih dari setengah responden mencuci tangan dengan benar sebelum menyuapi balitanya. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita (p=0.001 dan χ2 = 10,44).
Tabel 4. Kejadian diare berdasarkan perilaku makpakang, mencuci tangan, dan memasak air minum
Kategori |
Diare F |
Tidak Diare F |
χ2 (P) |
Makpakang | |||
Ya |
23 |
7 |
0,847 |
(76,7%) |
(23,3% |
(0,35 | |
Tidak |
61 (67,8%) |
) 29 (32,2%) |
8) |
Mencuci tangan | |||
Ya |
36 |
27 |
10,44 |
(57,1%) |
(42,9% |
(0,00 | |
Tidak |
48 (84,2%) |
) 9 (15,8% ) |
1) |
Memasak Air | |||
Ya |
51 (63%) |
30 (37,01% |
5,877 (0,01 |
Tidak |
33 (84,6%) |
) 6 (5,4%) |
5) |
Berdasarkan hasil wawancara
responden diperoleh data bahwa lebih banyak responden memasak air minum sebelum diberikan kepada balitanya dari pada yang tidak memasak air minum. Berdasarkan Tabel 4 diperoleh responden yang tidak memasak air minumnya lebih dari 3/4 (84,6%) balitanya menderita diare. Memasak air memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita (p=0,015 dan χ2 = 5,877).
PEMBAHASAN
Utari pada tahun 2009 mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian diare. Subagijo dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa orang yang memiliki perilaku hidup bersih dan sehat tidak baik memiliki risiko 3,5 kali lebih besar menderita diare.8
Penelitian yang di lakukan di daerah Kalimantan Barat mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pengetahun dan perilaku ibu terhadap kejadian diare.9 Fitriatun dalam penelitiannya juga menyebutkan terdapat faktor lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita yaitu kualitas fisik air bersih dan praktik ibu mencuci tangan dengan sabun. Oleh karena itu dengan meningkatnya pengetahuan mengenai diare maka perilaku hidup bersih dan sehat juga dapat semakin baik dan kebersihan lingkungan juga akan terjaga dengan baik sehingga risiko diare dapat menurun.10
Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat di desa sukawati sudah cukup baik, pada tahun 2012 dari 210 rumah tangga yang dipantau lebih dari setengah (68,57%) rumah yang sudah berperilaku hidup bersih dan sehat.6,7
Dari hasil wawancara responden diperoleh data bahwa 25,0% responden memberikan makanan pada balitanya dengan makpakang. Pada penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara makpakang dengan kejadian diare pada balita. Hal ini sesuai dengan penelitian Suyadnya (2010) yang menyatakan bahwa makpakang bukan faktor risiko kejadian diare balita.
Lebih dari 1/3 responden tidak mencuci tangan dengan benar, dimana 84,2% balitanya diare. Sementara responden yang mencuci tangan dengan benar 42,9% tidak mengalami diare. Kejadian diare menjadi semakin tinggi bila ibu tidak mencuci tangan dengan benar sebelum memberi makan balitanya. Menurut salah satu studi World Health Organisation (WHO) menyatakan praktek cuci tangan memakai sabun pada lima waktu tertentu, yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki pantat anak, dan sebelum menyiapkan makanan untuk bayi bisa mengurangi prevalensi diare sampai 40%. Hal ini menggambarkan bahwa salah satu faktor
risiko kejadian diare pada balita di Desa Sukawati adalah kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk balita.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa kebiasaan mencuci tangan yang benar dengan sabun memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada balita, yakni dengan nilai p=0.001. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian yang juga menemukan adanya hubungan yang signifikan antara perilaku mencuci tangan berisiko dengan kejadian diare pada balita.11,12,13 Hasil ini menunjukkan masih kurang optimalnya kinerja program PKM Puskesmas Sukawati 1 dalam memberikan demo atau pembelajaran cara cuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun terutama saat akan memberi makan balitanya.6,7
Berdasarkan hasil wawancara 120 responden diperoleh data bahwa hampir 2/3 (67,5% ) responden memasak air minum sebelum diberikan kepada balitanya. Responden yang masak air, 37,0% balitanya tidak menderita diare dan yang tidak memasak air minumnya lebih dari 3/4 (84,6%) balitanya menderita diare. Memasak air memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita, yakni dengan nilai p=0,015 x2= 5,877. Memasak air merupakan salah satu penyebab diare pada balita di Desa Sukawati. Air yang bersih belum tentu tidak mengandung kuman yang menyebabkan penyakit, sehingga untuk mencegah hal itu perlu diwaspadai dengan rutin memasak air sebelum diminum.
SIMPULAN
Responden yang tidak mencuci tangan dengan benar sebelum memberi makan anaknya, 84,2% balitanya mengalami diare. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare pada balita (p=0.001). Ibu yang tidak memasak air sebelum diminum, 84,6% balitanya mengalami diare (p =0,015). Semakin buruk perilaku ibu, semakin tinggi kejadian diare pada balita. Dalam enam bulan terakhir 70% responden mengatakan balitanya pernah mengalami diare di Desa Sukawati.
Pada penelitian ini, hanya diteliti mengenai hubungan perilaku ibu terhadap kejadian diare pada balita sehingga perlu diteliti mengenai faktor-faktor lain yang memengaruhi kejadian diare seperti tingkat pengetahuan ibu, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan kebersihan lingkungan.
Puskesmas Sukawati I perlu menyusun rencana intervensi berupa demo kesehatan berupa teknik mencuci tangan yang benar dan penyajian air minum yang baik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di Desa Sukawati.
Program Promosi Kesehatan Masyarakat perlu lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi kejadian diare di masyarakat terkait dengan kebiasaan mencuci tangan dan penyajian air minum
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Darmayanthi, LP Nurwiyanti, Praveen Kumar, Rajoo. 2008. Pengasuh Yang Berperilaku Berisiko Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pidpid Kecamatan Abang Karangasem Tahun 2008. Bagian IKK/IKP Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
-
2. Departemen Kesehatan R I. (2001), Laporan Hasil Survei Angka Kesakitan Diare dan Perilaku Ibu Dalam Tatalaksana Penderita Diare Balita Tahun 2000, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
-
3. Fatmasari, Heni. 2008. Hubungan Beberapa Faktor Risiko dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Ruang Rawat inap Puskesmas Kecamatan Jatibarang Kabupaten Brebes .http://digilib.unimus.ac.id. diakses pada tanggal 23 Juli 2013.
-
4. Kasman. 2003. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatra Barat. diakses pada tanggal 23 Juli 2013.
-
5. Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2008. Survei Sosial Ekonomi Daerah (SUSEDA) 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Bappeda Provinsi Bali.
-
6. Kepala Puskesmas Sukawati I.2013. Perencanaan Tingkat Puskesmas. Pemerintah Kabupaten Gianyar.
-
7. Kepala Puskesmas Sukawati I. 2012. Laporan Tahunan Puskesmas
Sukawati I. Pemerintah Kabupaten Gianyar.
-
8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Riskesdas 2007 Provinsi Bali. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.
-
9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI.
-
10. Muninjaya,A.A.Gde. 1999.
Manajemen Kesehatan. Volume I. Jakarta: EGC
-
11. Notoatmodjo S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat .Jakarta: Rineka Cipta.
-
12. Pelaksana Program Surveilan. 2013. Data Surveilan Diare Puskesmas Sukawati I. Puskesmas Sukawati I. diperoleh pada tanggal 7 November 2013.
-
13. Sirait E. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 1-4 Tahun Di Puskesmas Siantan Hilir Tahun 2013. 2013. Fakultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura. Pontianak.
-
14. Subagijo. Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Degan Kejadian Diare yang Berobat ke Puskesmas Puwerkerto Barat. 2009. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Dipenogoro. Semarang.
-
15. Taosu; Anyerdi, Stefen. 2009. Hubungan Sanitasi Dasar Rumah dan Perilaku Ibu Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Anak Balita. ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga.
-
16. Utari T. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Delangau. Jurnal Kesehatan dan
Kedokteran Indonesia. 2009. Volume 1: 53-61.
-
17. Warman, Yance. 2008. Hubungan Faktor Lingkungan, Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita di Kelurahan Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Diakses pada tanggal 23 Juli 2013.
-
18. Wibowo, Tony. 2002. Faktor-faktor Risiko Yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Bayi dan Anak Balita di Indonesia, Diunduh dari : http://www.digilib.ui.ac.id/opac/the mes/ng/detail.jsp?id=78022&lokasi= lokal. diakses tanggal 25 Juli 2013
Discussion and feedback