GAMBARAN TINGKAT DEPRESI TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA SISWA DI SMP PGRI 2 DENPASAR
on
GAMBARAN TINGKAT DEPRESI TERHADAP PERILAKU BULLYING PADA SISWA DI SMP PGRI 2 DENPASAR
I Gede Surya Kardiana1, I Wayan Westa2
1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 2
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
ABSTRAK
Remaja merupakan individu yang sedang dalam tahapan perkembangan transisi, sehingga pada tahapan ini banyak permasalahan yang sering muncul seperti perilaku bullying. Bullying merupakan tindakan agresif yang terus menerus dapat berupa bentuk fisik, verbal, dan psikologis. Perilaku bullying ini dapat menyebabkan gangguan fisik maupun psikologis salah satunya dapat mengalami depresi. Depresi ini dapat mempengaruhi aktivitas belajarnya sehingga perlu dideteksi secara dini tentang gambaran tingkat depresi terhadap perilaku bullying di SMP PGRI 2 Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskirptif kuantitatif dengan rancangan deskiptif cross sectional yang dilakukan pada tanggal 22 Maret 2015 di SMP PGRI 2 Denpasar. Sampel diambil dengan teknik stratified random sampling dan didapatkan 95 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner victimization scale - adolenscent peer relations instrument dan Beck depression inventory (BDI). Hasil Penelitian ditemukan sebesar 28,4% mengalami perilaku bullying intensitas ringan dan 6,3% mengalami perilaku bullying intensitas sedang dan responden lainnya tidak pernah mengalami perilaku bullying. Tingkat depresi ditemukan 26,3% depresi ringan, 14,7% depresi sedang dan responden lainnya normal. Kecenderungan siswa yang mengalami perilaku bullying intensitas sedang mengalami depresi sedang sebesar 66,7%, dan dari yang mengalami perilaku bullying intensitas ringan sebesar 33,3% mengalami depresi ringan. Siswa yang mengalami perilaku bullying intensitas sedang cenderung mengalami depresi sedang. Perilaku bullying yang paling sering dilakukan yaitu bullying verbal, diikuti bullying fisik. Perempuan cenderung menjadi korban bullying daripada laki-laki. Kesimpulan, perlu penelitian lebih lanjut untuk faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku bullying dan tingkat depresi pada siswa.
Kata Kunci: Depresi, Bullying, Siswa SMP
PREVALENCE OF DEPRESION ON BULLYING AMONG STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL PGRI 2 DENPASAR
ABSTRACT
Adolescents are individuals who are in a transitional stage of development, so at this stage many problems occurs as bullying behavior. Bullying is continuously aggressive action can be in the form of physical, verbal, and psychological. Bullying behavior can cause physical and psychological disorders like experience of depression. Depression can affect learning activities that need to be detected early on the level of depression on bullying among student in junior high school PGRI 2 Denpasar. This study is a quantitative study using descriptive cross-sectional design that held on March 22nd 2015 at Junior High School PGRI 2 Denpasar. samples were taken by stratified random sampling consist of 95 student who fulfill the inclusion and exclusion criteria. Data was collected using scale victimization - adolenscent peer relations instrument and Beck depression inventory (BDI). Result found that 28,4% samples experienced light intensity bullying an 6,3% experienced moderate intensity bullying and others never experienced on bullying. Level of depression was found 26,3% mild depresion, 14,7% moderate depression and other samples was normal. The tendency of students who got experience on medium intensity bullying at 66,7% had moderate depression, and students who got experience on light intensity bullying at 33,3% had mild depression. Student who got experience on bullying are likely to experienced depression. Bullying behavior that most often done that verbal bulying, followed by physical bullying and psycological bullying. Women tend to be victims than men. Conclusion however, more research is needed for other factors that influence bullying and depression among student.
Keywords: Depression, Bullying, Junior High School
PENDAHULUAN
Remaja adalah individu yang sedang dalam tahap perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional.1 Pada tahapan ini, remaja mengalami berbagai perubahan yang cukup kompleks dan tugas perkembangan masa remajanya yang tersulit yaitu yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.2 Dalam perkembangan sosial
remaja, terjadi perubahan dari memisahkan diri dengan orang tua ke arah teman-teman sebayanya karena remaja lebih banyak bersosialisasi 3
dengan teman sebayanya.3
Pada tahapan ini, banyak permasalahan remaja yang sering muncul, beberapa terjadi pada dunia pendidikan.1 Fenomena yang sering terjadi di dunia pendidikan yaitu bullying. 4 Bullying merupakan salah satu tindakan yang agresif, yang sudah
menjadi permasalahan yang mendunia.5 Dari data National Mental Health and Education Center 2004 di Amerika diperoleh data bahwa perilaku bullying merupakan bentuk kekerasan yang umumnya terjadi di lingkungan sosial dimana 15% dan 30% siswa adalah pelaku bullying dan korban bullying.5 Sebuah survey di Indonesia mengenai gambaran bullying di sekolah, ditemukan kasus bullying 70,65% pada SMP dan SMA di Yogyakarta.6 Huneck (2006) mengungkapkan fenomena bullying di Indonesia bahwa 10-60% siswa Indonesia melaporkan mendapatkan ejekan, pemukulan, tendangan, pengucilan sedikitnya sekali dalam seminggu.4 Laki-laki lebih sering terlibat daripada perempuan, dan anak-anak lebih sering menjadi korban bullying daripada remaja.7
Bullying merupakan sub katagori dari tindakan agresif. Bullying adalah bentuk bentuk perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih “lemah” oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempersepsikan dirinya lebih “kuat”.4 Bullying juga dapat diartikan sebagai perilaku negatif berulang yang
bermaksud menyebabkan ketidaksenangan atau menyakitkan yang dilakukan orang lain oleh satu atau beberapa orang secara langsung terhadap orang yang tidak mampu melawannya.8 Bulying biasanya terjadi secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban terus menerus dalam keadaan terintimidasi.4 Tindakan agresif ini dapat berupa tindakan agresif secara langsung (fisik maupun verbal) atau secara tidak langsung (berupa psikologis seperti pencemaran nama).
Survey yang dilakukan pada korban bullying mendapatkan data bahwa 59% siswa di Indonesia, pernah mendengar ejekan yang menyakitkan hati setiap harinya di sekolah sehingga bebrapa dari mereka engggan untuk datang ke sekolah. Alexander (2008) menjelaskan bahwa bullying merupakan masalah kesehatan publik yang perlu mendapat perhatian khusus karena korban bullying dapat mengalami gangguan psikologis.4 Dalam Sejiwa (2008) dijelaskan dampak psikologis yang paling ekstrim terjadi pada korban bullying yaitu muncul gangguan psikologis seperti cemas berlebihan, depresi, ketakutan, munculnya ide bunuh diri dan munculnya gangguan
stress pasca trauma.5 Beberapa studi menemukan bullying secara signifikan berhubungan dengan kejadian depersi pada remaja. Van der wal et al (2003) menemukan bahwa tindakan bullying secara langsung memiliki efek signifikan pada kejadian depresi dan ide bunuh diri pada perempuan (umur 9 sampai 13 tahun) tetapi tidak pada laki-laki.9 Depresi pada siswa dapat menyebabkan hilangnya minat terhadap aktivitas belajar, konsentrasi yang menurun, serta hilangnya gairah hidup siswa.4 Selain dampak psikologis, beberapa dampak fisik juga ditemukan pada korban bullying seperti sakit kepala, flu, sakit dada, sakit tenggorokan, dan beberapa juga dapat menglami luka-luka fisik.6
Remaja yang mengalami depresi memiliki riwayat dari percobaan bunuh diri, delirium dan gangguan pada pola makan dan tidur. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan karakteristik dari responden dan menentukan gambaran kejadian depresi pada intensitas bullying pada remaja.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitan deskriptif cross sectional. Penelitian ini
mencari gambaran tingkatan depresi terhadap perilaku bullying dengan subjek penelitian siswa SMP PGRI 2 Denpasar yang dilakukan satu waktu. Penelitian ini menggunakan kuisioner bullying sesuai dengan tindakan bullying yang dimodifikasi dari victimization scale – adolescent peer relations instrument dengan metode skala likert dan penilaian depresi dengan Beck depresion inventory.
Penelitian dilakukan pada tanggal 22 Maret 2015 di SMP PGRI 2 Denpasar. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII SMP PGRI 2 Denpasar. Sampel diambil dengan cara stratified random sampling. Sampel diambil dari kelas VII sebanyak 1 kelas dan kelas VIII sebanyak 1 kelas dengan semua kelas memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Siswa dengan kriteria inklusi yaitu siswa yang terdaftar pada kelas VII SMP PGRI 2 Denpasar, hadir dan bersedia ikut dalam penelitian. Kriteria eksklusi; siswa yang tidak hadir, dan tidak bersedia ikut dalam penelitian.
Depresi diukur dengan Beck Depression Inventory yang didesain untuk menskrining gejala depresi pada remaja diatas 13 tahun. Skala ini mengandung 21 subskala yang diberi
nilai 0 sampai 3 untuk setiap pernyataan. Nilai 0-9 menunjukan gejala depresif minimal, nilai 10-16 menunjukan gejala depresi ringan, 1729 menunjukan gejala depresi sedang dan skor 30 keatas menunjukan gejala depresi berat.
Korban bullying ini adalah seseorang yang secara terus menerus mendapatkan perlakuan negatif oleh orang lain baik dalam bentuk fisik, verbal maupun psikologis. Penliaian intensitas bullying menggunakan kuisioner yang dimodifikasi dari victimization scale – adolescent peer relations instrument terdiri dari 20 subskala yang berisi tentang pernyataan yang berhubungan dengan tindakan bullying dan dinilai menggunakan skala likert (Alpha Cronbach 0,881). Kuisioner ini terdiri dari 3 bentuk bullying, yaitu bullying secara fisik (subskala 1, 4, 7, 10, 13), bullying secara verbal (subskala 2, 5, 8, 11, 14, 16, 18) dan bullying secara psikologis (subskala 3, 6, 9, 12, 15, 17, 19, 20). Skala penelitian diberi nilai 0 untuk tidak pernah, 1 untuk kadang-kadang, 2 untuk sering, dan 3 untuk sering sekali. Total skor kuisioner akan dikonversikan menggunakan software khusus dan akan diinterpretasikan menjadi 4 kelompok
yaitu tidak pernah, intensitas ringan, intensitas sedang, dan intensitas tinggi.
Data primer didapat dari pengisian kuisioner perilaku bullying dan BDI oleh responden. selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan entry, pengeditan, skoring, dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data disajikan dalam bentuk tabel.
HASIL
Karakteristik Responden
Setelah melakukan pengambilan data, jumlah sampel yang memenuhi syarat inklusi dan eksklusi berjumlah 95 siswa dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 49 orang dan siswa kelas VIII sebanyak 46 orang. Dari keseluruhan siswa didapatkan responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 50,5% dan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 49,5%. Seluruh responden berumur sekitar 12-15 tahun dengan frekuensi terbanyak pada umur 13 tahun sebanyak 48,4% diikuti responden berumur 14 tahun sebanyak 29,5%. Sedangkan sisanya berumur 12 tahun sebanyak 9,5% dan 15-16 tahun sebanyak 12,6%.
Tabel 1. Karakteristik Responden | ||
Karakteristik Responden |
Frekuens |
Persentase (%) |
Kelas Kelas VII |
49 |
51,6 |
Kelas VIII |
46 |
48,4 |
Jenis Kelamin Laki-laki |
48 |
50,5 |
Perempuan Umur |
47 |
49,5 |
12 |
9 |
9,5 |
13 |
46 |
48,4 |
14 |
28 |
29,5 |
15 |
10 |
10,5 |
16 |
2 |
2,1 |
Tabel 2. Prevalensi Intensitas bullying pada siswa SMP
Intensitas bullying |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Tidak pernah |
62 |
65,3 |
Intensitas |
27 |
28,4 |
ringan | ||
Intensitas |
6 |
6,3 |
sedang |
Prevalensi Intensitas Bullying pada Siswa SMP
Prevalensi perilaku bullying diukur dengan kuisioner yang berisi tindakan bullying berdasarkan modifikasi dari victimization scale - adolenscent peer relations instrument. Setiap skala pernyataan diberikan nilai 0 sampai 3. Total nilai kemudian dikonversikan dan dikatagorikan menjadi 4 katagori. Analisis data ditemukan sebesar 65,3% tidak pernah mengalami bullying, 28,4% mengalami perilaku bullying
dengan intensitas ringan, dan sebanyak 6,3% mengalami perilaku bullying dengan intensitas sedang.(tabel 2)
Prevalensi Intensitas Bullying Berdasarkan Karakteristik Responden
Dalam melihat variabel jenis kelamin dan kelas responden dengan variabel intensitas bullying dilakukan analisis bivariat dengan tabulasi silang.
Pada tabel 3 menunjukan bahwa siswa perempuan cenderung mengalami perilaku bullying daripada laki-laki. Perempuan mengalami perilaku bullying intensitas ringan dan sedang sebesar 36,2% sedangkan laki-laki sebesar 33,3%. Laki-laki dan perempuan lebih sering mengalami perilaku bullying intensitas ringan (22,9% dan 34%).
Menurut tingkatan kelasnya, kelas VIII cenderung mengalami perilaku bullying daripada kelas VII. Kelas VIII yang mengalami perilaku bullying sebesar 43,5% dan kelas VII yang mengalami perilaku bullying sebesar 24,5%. Kedua kelas juga cenderung mengalami intensitas ringan (22,4% dan 34,8%).
Tabel 3. Prevalensi Intensitas bullying berdasarkan karakteristik responden
Intensitas Bullying
Karakteristik responden |
Tidak pernah |
Intensitas ringan |
Intensitas sedang |
Total | ||||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% | |
Jenis Kelamin Laki-laki |
32 |
66,7 |
11 |
22,9 |
5 |
10,4 |
48 |
100 |
Perempuan Kelas |
30 |
63,8 |
16 |
34 |
1 |
2,1 |
47 |
100 |
Kelas VII |
36 |
75,5 |
11 |
22,4 |
2 |
4,1 |
49 |
100 |
Kelas VIII |
26 |
56,5 |
16 |
34,8 |
4 |
8,7 |
46 |
100 |
Distribusi Intensitas Bullying berdasarkan subskala
Hasil analisis berdasarkan tabel 4 ditemukan kecenderungan perilaku bullying yang didapatkan yaitu bullying secara verbal sebesar 30,5% dan diikuti oleh bullying secara fisik sebesar 23,2%, dan bullying secaa psikologis sebesar 8,4%.
Tabel 4. Distribusi intensitas bullying berdasarkan subskala
Subskala Bullying |
Tidak pernah |
pernah |
Bullying secara |
73 |
22 |
fisik |
(76,8%) |
(23,2%) |
Bullying secara |
66 |
29 |
verbal |
(69,5%) |
(30,5%) |
Bullying secara |
87 |
8 |
psikologis |
(91,6%) |
(8,4%) |
Distribusi subskala bullying berdasarkan karakteristik responden
Berdasarkan analisis karakteristik dan subskala bullying menggunakan tabulasi silang ditemukan pada jenis kelamin laki
laki cenderung mengalami bullying secara fisik (33,3%), diikuti bullying secara verbal (31,2%). Sedangkan pada jenis kelamin perempuan cenderung mengalami bullying secara verbal (29,8%) diikuti bullying secara fisik (12,8%). Sedangkan untuk karakteristik kelas responden, kedua kelas cenderung mengalami bullying secara verbal (24,5% dan 37%) diikuti bullying secara fisik (16,3% dan 30,4%). (tabel 5)
Prevalensi Tingkat Depresi pada Siswa SMP
Tingkat depresi pada siswa dinilai dengan Beck Depression Inventory (BDI). Setiap skala memiliki 4 buah pernyataan yang diberikan nilai 0 sampai 3. Total nilai kemudian dikonversikan menjadi 4 katagori. Pada analisis data didapatkan sebesar 58,9% tidak mengalami depresi, 26,3% mengalami depresi ringan dan 14,7% mengalami depresi sedang. (tabel 6)
Tabel 6. Prevalensi Tingkat Depresi pada Siswa SMP
Tingkat Depresi |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Normal |
56 |
58,9 |
Depresi Ringan |
25 |
26,3 |
Depresi Sedang |
14 |
14,7 |
Tabel 5. Distribusi subskala bullying berdasarkan karakteristik responden | ||||||
Karakteristik responden |
subskala Bullying | |||||
Bullying secara fisik |
Bullying secara verbal |
Bullying secara psikologis | ||||
tidak |
pernah |
tidak |
pernah |
tidak |
pernah | |
Jenis Kelamin |
32 |
16 |
33 |
15 |
44 |
4 |
Laki-laki |
(66,7%) |
(33.3%) |
(66,8%) |
(31,2%) |
(91,7%) |
(8,3%) |
Perempuan |
41 |
6 |
33 |
34 |
43 |
4 |
(87,2%) |
(12,8%) |
(70,2%) |
(29,8%) |
(91,5%) |
(8,5%) | |
Kelas |
41 |
8 |
37 |
12 |
47 |
2 |
Kelas VII |
(83,7%) |
(16,3%) |
(75,5%) |
(24,5%) |
(95,9%) |
(4,1%) |
Kelas VIII |
32 |
14 |
29 |
17 |
40 |
6 |
(69,6%) |
(30,4%) |
(63,0%) |
(37,0%) |
(91,6%) |
(13,0%) |
Distribusi Tingkat Depresi Berdasarkan Karakteristik Responden
Tingkat depresi berdasarkan karakteristik responden dianalisis dengan cara bivariat cross tabulasi. Berdasarkan hasil analisis perempuan cenderung mengalami depresi sebesar 46,8%. Sedangkan laki-laki yang
mengalami depresi sebesar 33,4%. Laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi cenderung mengalami depresi ringan (20,8% dan 31,9%) dan depresi sedang (14,6% dan 14,9%).
Menurut data karakteristik tingkat kelas responden, kelas VIII cenderung mengalami depresi sebesar 47,8%. Sedangkan kelas VII sebesar 34,7%. Dari kedua kelas, responden yang mengalami depresi sebagian besar mengalami depresi ringan (22,4% dan 30,4%) diikuti depresi sedang (12,2% dan 17,4%).
Tabel 7. Distribusi Tingkat depresi berdasarkan karakteristik responden
Karakteristik responden |
Tingkat Depresi Normal Depresi Depresi Total Ringan Sedang Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % |
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelas Kelas VII Kelas VIII |
31 64,6 10 20,8 7 14,6 48 100 25 53,2 15 31,9 7 14,9 47 100 32 65,3 11 22,4 6 12,2 49 100 24 52,2 14 30,4 7 17,4 46 100 |
Distribusi Tingkat Depresi Berdasarkan Intensitas Bullying
Berdasarkan analisis data bivariat dengan tabluasi silang antara variabel tingkat depresi dengan variabel intensitas bullying, ditemukan pada responden yang tidak pernah mengalami perilaku bullying, didapatkan kejadian depresi sebesar 40,6% dengan 25,8% depresi ringan dan 4,8% depresi sedang. Sedangkan pada responden
yang mengalami perilaku bullying intensitas ringan, kejadian depresi sebesar 59,3% dengan 33,3% depresi ringan dan 25,9% depresi sedang. Pada responden yang mengalami perilaku bullying intensitas sedang, kejadian depresi ditemukan 66,7% depresi sedang. Dari hasil analisis tidak ada ditemukan tingkat depresi berat dan perilaku bullying intensitas tinggi.
Tabel 8. Distribusi Tingkat Depresi berdasarkan Intensitas Bullying
Intensitas Bullying |
Tingkat Depresi Normal Depresi Depresi Total Ringan Sedang Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % |
Tidak Pernah Intensitas Ringan Intensitas Sedang |
43 69,4 16 25,8 3 4,8 62 100 11 40,7 9 33,3 7 25,9 27 100 2 33,3 0 0 4 66,7 6 100 |
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, secara umum siswa SMP PGRI 2 pernah mengalami perilaku bullying sebanyak 34,7%. Beberapa ada yang mengalami perilaku bullying dengan intensitas ringan sebanyak 28,4% siswa dan perilaku bullying intensitas sedang sebanyak 6,3%. Tidak ditemukan siswa yang mengalami perilaku bullying yang berat.
Dari 33 responden (33,7%) yang pernah mendapatkan perilaku bullying, 17 diantaranya merupakan perempuan (51,5%) dan 16 sisanya adalah laki-laki (48,5%). Perempuan sedikit lebih banyak mengalami perilaku bullying daripada laki-
laki. Hal yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Ikechukwu (2010), dari responden yang mengalami tindakan bullying, 56,3% merupakan laki-laki sedangkan 43,7% sisanya perempuan.9 Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Riitakerttu (2011) perempuan lebih banyak menjadi korban bullying.7 Pada penelitian ini menjelaskan korban bullying sering terjadi pada perempuan yang memiliki harga diri lebih rendah. Ini dikarenakan perempuan mendasari harga diri mereka lebih ke hubungan sosial daripada laki-laki, dimana laki-laki lebih fokus pada tujuan instrumental seperti atletis dan tujuan lainnya.7
Pada subskala bullying, perilaku bullying yang paling banyak didapatkan adalah bullying secara verbal (30,5%) diikuti bullying secara fisik (23,2%) dan bullying psikologis (8,4%). Menurut Sheras, bullying yang dilakukan oleh remaja banyak dilakukan secara verbal, biasanya dalam bentuk menceritakan isu tentang teman sekelas, mengejek, menghina untuk berusaha menjadi posisi yang dominan.10 hal yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Martraisa (2014) bahwa sebagian besar perilaku bullying yang dilakukan oleh pelaku atau korban bullying tersebut mendapatkan perilaku bullying secara verbal dalam bentuk isu maupun sindiran.5 tingginya perilaku bullying secara verbal dibandingkan bentuk bullying lainnya (fisik dan psikologis) dikarenakan seseorang cenderung memandang perilaku bullying secara verbal merupakan hal yang biasa dan bukan merupakan masalah serius dbandingkan dengan bentuk fisik maupun psikologis. Padahal menurut penelitian yang dilakukan oleh Metha (2008), bullying secara verbal erat hubungannya dengan kejadian depresi (r = 0,166, p<0,01). Seseorang yang melakukan bullying secara verbal tidak menyadari dampaknya terhadap korban, sebagai contoh pemberian nama yang merendahkan.12
Berdasarkan karakteristik, laki-laki cenderung mengalami bullying secara fisik (33,3%) sedangkan perempuan cenderung mengalami bullying secara verbal (29,8%). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Metha (2008), laki-laki lebih menunjukan kekuatan untuk menjadi posisi yang dominan seperti mengganggu anak-anak yang kurang agresif.10 Sedangkan perempuan untuk menjalin hubungan sosial dengan yang lainnya sering melakukan tindakan seperti menceritakan isu tentang teman sekelas, menghina, mengejek orang lain.10 Perbedaan bentuk bullying yang dialami laki-laki dan perempuan dipengaruhi dari perbedaan proses sosialisasi pada komunitas berdasarkan teori dari Bandura.9
Kejadian depresi pada siswa SMP, dari hasil penelitian diatas, ditemukan siswa yang tidak mengalami depresi sebanyak 58,9%, siswa yang mengalami depresi ringan sebanyak 26,3% dan siswa yang mengalami depresi sedang sebanyak 14,7%. Penelitian ini tidak menemukan siswa yang mengalami depresi berat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Matraisa (2014) ditemukan sebesar 45,7% subjek yang terilibat dalam perilaku bullying memiliki perasaan sedih yang berkepanjangan. Pada hasil penelitian ini, ditemukan perempuan cenderung mengalami depresi (46,8%) dibandingkan dengan laki-laki (33,4%). Hal ini sesuai
pada penelitian yang dilakukan oleh Ikechukwu Uba (2010) yang menemukan perempuan lebih banyak yang mengalami depresi dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi seperti faktor biologis yaitu hormonal maupun faktor-faktor lainnya masih dapat mempengaruhi depresi pada perempuan.
Dari hasil analisis bivariat terhadap variabel intensitas bullying terhadap tingkat depresi pada siswa SMP, ditemukan dari intensitas bullying yang meningkat, tingkat depresi cenderung tinggi. Pada siswa yang tidak mengalami bullying, sebanyak 30,6% mengalami depresi, sedangkan siswa yang mengalami intensitas ringan, sekitar 59,7% mengalami depresi, dan siswa yang mengalami intensitas sedang, 66,7% mengalami depresi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Craig (1998), Seals and Young (2003), Viljoen, O’Neill dan Sidhu (2005) menemukan hubungan korelasi yang positif dan signifikan antara bullying dan depresi pada remaja.9 studi lainnya yang dilakukan oleh Metha (2008) di Indonesia, terdapat hubungan korelasi positif yang signifikan antara bullying dengan depresi pada remaja (r = 0,266, p<0,01). Beberapa alasan dapat mengasumsi, korban dari perilaku bullying dapat menjadi faktor resiko depresi pada remaja. Depresi pada remaja dapat
berdampak buruk, salah satunya seperti perubahan pikiran yaitu adanya ide untuk bunuh diri. Karena perilaku bullying merupakan suatu perilaku yang dilakukan terus menerus, maka korban sangat mudah dalam tekanan. Maka perilaku bullying yang masih dalam frekuensi rendah mungkin tidak akan menimbulkan kekhawatiran dan dampak yang serius yang kemungkinan hanya dianggap bercanda saja dan tidak menyakitkan bagi korban. Namun perilaku bullying pada frekuensi yang tinggi maka dapat mengakibatkan masalah psikososial, perilaku, psikologis, serta kesehatan yang berdampak dalam jangka pendek maupun jangka panjang.5
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian pada siswa SMP PGRI 2 Denpasar, dapat disimpulkan siswa yang mengalami tindakan bullying cenderung akan mengalami depresi. Kasus bullying ditemukan lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki dengan bentuk tindakan bullying yang lebih banyak adalah bullying verbal.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku bullying serta faktor-faktor yang masih dapat mempengaruhi tingkat depresi pada siswa selain perilaku bullying.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Santrock, J. Adolescence, Perkembangan Remaja. 2003. Jakarta: Erlangga
-
2. Hurlock,B.E.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. 5. 1999.
Jakarta:Erlangga
-
3. Monks, F.J & Knoers, A. Psikologi Perkembangan. 1999. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
-
4. Yayasan semai Jiwa Amini. Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. 2008. Jakarta:Grasindo
-
5. Matraisa Bara Asie Tumon. Studi Deskirptif Perilaku Bullying pada Remaja. Jurnal Imliah Mahasiswa Universitas Surabaya vol.3:1. 2014. 117
-
6. Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R. ”Gencet-gencetan”dimata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, skenario, dan dampak”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 12 (01), 2005:1 – 13
-
7. Riittakerttu Kaltiala-Heino, Sari Frojd. Correlation between bullying and clinical depression in adolescent patients. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics 2011:2 37-44
-
8. Coloroso, B. The Bully, The Bullied And The Bystander. 2006. New York. Harper Collins Publisher
-
9. Ikechukwu Uba, Siti Nor Yaacob and Rumaya Juhari. Bullying and Its’ Relationship with Depression among Teenagers. J Psychology, 1 (1). 2010:15-22
-
10. Sheras, P. Your child: Bully or victim? Understanding and ending schoolyard tyranny. 2002. USA : skylight press
-
11. Christina M. Mule. Why Women Are More Susceptible to Depression: An Explanation for Gender Differences. 2004. Personality papers. Rochester Institute of Technology
-
12. Metha Nurdiana Sisnarwastu Djati. Hubungan antara Bullying dengan Depresi pada Siswa SMA. Perpustakaan Unika. 2008:1-60
Discussion and feedback