GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN PERAN SERTA KELUARGA PADA KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI DI DESA TIMBRAH KECAMATAN KARANGASEM PADA JANUARI 2014
on
GAMBARAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN PERAN SERTA KELUARGA PADA KEBERHASILAN PENGOBATAN PASIEN HIPERTENSI DI DESA TIMBRAH KECAMATAN KARANGASEM PADA JANUARI 2014
Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
ABSTRAK
Tekanan darah menjadi faktor penting terhadap sistem homeostasis tubuh. Adanya perubahan tekanan darah akan membawa dampak terhadap sistem organ, seperti jantung, ginjal, dan otak. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan dilakukan pada bulan Januari 2014. Objek penelitian adalah pasien yang tinggal di Desa Timbrah Kecamatan Karangasem. Teknik pengambilan sampel dengan cara random sampling dan pemberian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menderita hipertensi ysng berusia lebih dari 60 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) dan kurang dari 60 tahun berjumlah 14 orang (46,7%). Angka ketidakberhasilan pengobatan hipertensi sebesar 43,3% diperoleh dari sampel yang tidak memiliki dukungan keluarga. Kepatuhan sampel dalam minum obat juga terbukti cukup buruk (53,8%) sehingga berakibat tidak ada perbaikan yang signifikan pada hasil pengukuran tekanan darahnya. Untuk mendukung angka keberhasilan pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan adanya penyuluhan penyakit hipertensi sehingga kepatuhan dan peran serta keluarga dapat meningkat.
Kata kunci : hipertensi, kepatuhan minum obat, peran keluarga
THE OVERVIEW OF MEDICATION ADHERENCE AND PARTICIPATION OF FAMILIES IN THE SUCCESSFUL TREATMENT OF PATIENTS WITH HYPERTENSION IN RURAL SUB-DISTRICT TIMBRAH KARANGASEM IN JANUARY 2014
ABSTRACT
Blood pressure is an important factor to the homeostasis of the body system. The presence of blood pressure changes will have an impact on organ systems, such as heart, kidney, and brain. Hypertension was defined as blood pressure persistent where systolic blood pressure above 140 mmHg and diastolic blood pressure above 90 mmHg. This study used a descriptive method and conducted in January 2014. The object of the study were patients who lived in the village Timbrah Karangasem district. The sampling technique by means of random sampling and questionnaire administration. The results showed that respondents who suffer from hypertension arrives over the age of 60 years as many as 16 people (53.3%) and less than 60 years amounted to 14 people (46.7%). Figures unsuccessful treatment of hypertension of 43.3% was obtained from samples that do not have family support. Compliance in taking medication samples also proved to be quite bad (53.8%) resulting in no significant improvement in the results of blood pressure measurement. To support the success rate of treatment of hypertension can be done in the presence of hypertension counseling so that compliance and the role of the family can be increased.
Keywords : hypertension, compliance, family support
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan atau diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Perubahan tekanan darah ini dapat mengganggu regulasi homeostasis tubuh. Organ-organ yang terserang dampak dari perubahan ini antara lain jantung, ginjal, mata, dan otak. Penyakit ini biasanya tidak menunjukkan gejala dan keluhan tertentu sebelum menjadi berat. Hipertensi biasanya ditemukan secara tidak sengaja yaitu saat pemeriksaan fisik oleh karena suatu kondisi tertentu. 1,2
Batasan hipertensi dikenal dengan ketetapan JNC VII (TheSeven of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure). Ketetapan ini juga telah disepakati Badan Kesehatan Dunia (WHO), organisasi hipertensi internasional (ISH), maupun organisasi hipertensi regional, termasuk Indonesia (InaSH).2 Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang termasuk Indonesia.3,4
Berdasarkan pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 32,2%, sedangkan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya 7,8% atau hanya 24,2% dari kasus hipertensi di masyarakat. Berarti 75,8% kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi.3,4
Proporsi penderita penyakit kardiovaskuler yang dirawat di rumah sakit di Indonesia terus meningkat dari 2,1% di
tahun 1990 menjadi 6,8% di tahun 2001. Penelitian yang dilakukan Misbach (2001) dalam melihat faktor risiko penyakit kardiovaskuler akibat hipertensi, menunjukan tekanan darah <120 mmHg akan meningkatkan risiko mortalitas akibat penyakit kardiovaskuler sebanyak 6,1%, sedangkan tekanan darah 120-139 mmHg meningkatkan risiko hingga 16,3%, 140-159 mmHg sebanyak 22,7%, dan ≥ 160 mmHg bisa menaikkan risiko hingga 8 kali lipat yakni 49,2%. 5,6
Adanya peningkatan kejadian dan ketidakberhasilan pengobatan hipertensi tidak lepas dari bagaimana kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan. Selain itu, peran keluarga dalam memberikan dukungan amat penting dalam memberikan efek positif bagi penderita hipertensi guna meningkatkan kesadaran dalam pengobatan hipertensi.5,6,7 Hal-hal inilah yang menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian mengenai gambaran kepatuhan minum obat dan peran serta keluarga pada keberhasilan pengobatan hipertensi di Desa Timbrah, Karangasem.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dan diukur dalam waktu yang bersamaan. Variabel yang menjadi objek penelitian adalah kepatuhan minum obat pasien dan peran keluarga pasien terhadap pengobatannya. Kriteria inklusi adalah pasien hipertensi yang berobat di puskesmas Karangasem yang tinggal di Desa Timbrah dan dipilih secara acak. Kriteria eksklusi adalah pasien yang menolak untuk berpartisipasi. Pengumpulan data dilakukan di Desa Timbrah Kecamatan Karangasem dengan melibatkan 30 responden dan dilakukan pada bulan Januari 2014. Responden adalah pasien hipertensi yang berobat di puskesmas Karangasem.
HASIL PENELITIAN
Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang dimana dilakukan pemilihan secara simple random sampling. Responden berasal dari DesaTimbrah Kecamatan Karangasem yang berobat di puskesmas Karangasem. Variasi karakteristik responden antara lain umur dan jenis kelamin,
Tabel 1.1 Karakteristik Umur dan Jenis kelamin
Karakteristik Responden |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Umur | ||
<60 tahun |
14 |
46,7% |
≥60 tahun |
16 |
53,3% |
Jenis | ||
Kelamin | ||
Laki-Laki |
15 |
50% |
Perempuan |
15 |
50% |
Pengambilan sampel dilakukan terhadap pasien hipertensi dari Desa Timbrah yang berobat di puskesmas Karangasem pada bulan Januari 2014 sesuai yang terlihat pada tabel 1.1. Didapatkan bahwa sampel yang berumur lebih dari atau sama dengan 60 tahun lebih banyak yaitu 16 orang. Perbandingan dengan jumlah frekuensi sama yaitu 15 orang terdapat pada sampel untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Tabel 1.2 Gambaran kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi
Kepatuhan |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Baik |
4 |
13,3% |
Buruk |
26 |
86,7% |
Tabel menunjukkan bahwa masih sangat banyak pasien hipertensi yang tidak patuh dalam menjalani pengobatannya. Hal tersebut dilihat dari jumlah responden yang tidak patuh minum obat, yaitu sebanyak 26 orang atau sebesar 86,7%.
Tabel 1.3 Gambaran peran serta keluarga
pada pengobatan pasien hipertensi
Peran serta
Ada
Frekuensi
17
Persentase
(%)
56,7%
Tidak ada 13 43,3%
Peran serta keluarga pada pengobatan pasien tampak cukup baik, dilihat dari jumlah pasien yang keluarganya ikut berperan dalam pengobatannya sebanyak 17 orang (56,7%). Dukungan ini sangat penting artinya bagi penderita dari aspek psikologisnya.
Analisis univariat juga diterapkan untuk mengetahui gambaran keberhasilan pengobatan pasien hipertensi yang berobat ke puskesmas Karangasem I pada bulan Januari 2014. Didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1.4 Gambaran keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi pada minggu ketiga bulan Januari 2014
Keberhasilan Pengobatan |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Membaik |
11 |
36,7% |
Tetap |
3 |
10% |
Memburuk |
16 |
53,3% |
Didapatkan dari data bahwa selama bulan Januari 2014 tidak dicapai dengan maksimal, ditunjukkan dari memburuknya tekanan darah pasien yaitu sebanyak 16orang (53,3%).
Tabel 1.5 Tabulasi silang antara kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan hipertensi
Kepatuhan
minum obat
Tekanan darah Total
Membaik Tetap Memburuk
Baik |
2 50% |
0 0% |
2 50% |
4 100% |
Buruk |
9 34,6% |
3 11,5% |
14 53,8% |
26 100% |
Hasil tabulasi silang antara kepatuhan minum obat dengan keberhasilan pengobatan hipertensi dapat dilihat pada tabel 1.5 bahwa angka ketidakberhasilan pengobatan hipertensi tertinggi terjadi pada pasien yang memiliki perilaku tidak patuh minum obat yaitu 14 orang (53,8%).
Tabel 1.6 Tabulasi silang antara peran serta keluarga pasien dengan keberhasilanpengobatan hipertensi
Peran serta keluarga
Tekanan darah Total
Membaik Tetap Memburuk
Ada |
9 52,9% |
0 0% |
8 47,1% |
17 100% |
Tidak |
2 |
3 |
8 |
13 |
ada |
15,3% |
23,1% |
61,6% |
100% |
Hasil tabulasi silang antara peran serta keluarga pasien dengan keberhasilan pengobatan hipertensi dapat dilihat pada tabel 1.6 bahwa keberhasilan pengobatan
hipertensi paling tinggi pada pasien yang memiliki keluarga yang berperan aktif dalam pengobatannya yaitu 9 orang (52,9%) sedangkan ketidakberhasilan pengobatan paling banyak terjadi pada pasien yang tidak mendapatkan peran serta keluarga yaitu sebanyak 8 orang (61,6%).
PEMBAHASAN
Dari tabel di atas diketahui kebanyakan umur responden berada di rentang lebih dari 60 tahun yakni sebanyak 16 orang (53,3%). Kemudian diikuti dengan rentang umur kurang dari 60 tahun yang berjumlah 14 orang (46,7%). Proporsi sampel dengan jenis kelamin perempuan seimbang dengan sampel berjenis kelamin laki-laki, yaitu 50%.
Dari hasil observasi peneliti, didapatkan bahwa dokter di puskesmas sudah memberikan jenis obat yang sesuai. Namun, hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa kepatuhan sampel cukup buruk (53,8%) yang berakibat tidak ada perbaikan yang signifikan pada hasil pengukuran tekanan darahnya. Ini dibuktikan dengan hasil observasi peneliti pada saat mengunjungi rumah sampel untuk melakukan pengukuran tekanan darah mendapati sebagian besar sampel memiliki jumlah sisa butir obat yang berlebih daripada seharusnya. Namun, pada sampel yag patuh minum obat terdapat kecenderungan perbaikan pada hasil pengukuran tekanan darahnya.
Selain itu, peran serta keluarga sangat penting terhadap keberhasilan pengobatan hipertensi. Hal ini diwujudkan dengan keterlibatan keluarga untuk mengingatkan sampel meminum obatnya, menjaga pola hidup sampel guna menghindari faktor pencetus hipertensi, serta mengantar ataupun mengingatkan pasien datang berobat ke puskesmas. Keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga
tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan. Menurut teori Green bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang memperkuat seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 52,9% keberhasilan pengobatan hipertensi dipengaruhi oleh peran serta keluarga yang mendukung sampel dalam usaha pengobatannya. Hal ini berbanding terbalik dimana 61,6% kegagalan pengobatan turut dipengaruhi karena tidak adanya peran serta keluarga.
Didapatkan dari data penelitian bahwa selama bulan Januari 2014 perbaikan pengobatan tidak dicapai dengan maksimal. Hal ini terlihat dari perburukan tekanan darah pada sampel yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). Jumlah sampel yang mengalami perbaikan pada hasil pengukuran tekanan darahnya sebanyak 11 orang (36,7%). Dan sampel yang tidak mengalami perubahan pada hasil pengukuran tekanan darahnya terdapat sebanyak 3 orang (10%).
SIMPULAN
Dari penelitian didapat bahwa kepatuhan pengobatan memiliki kecenderungan pada keberhasilan pengobatan dengan 50% keberhasilan dicapai sampel yang patuh minum obat. Dari hasil penelitian terdapat 61,6% kegagalan pengobatan hipertensi dialami oleh sampel yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga selama menjalani pengobatan hipertensi.
Hal ini menunjukkan bahwa sangat penting adanya faktor dukungan keluarga dalam perbaikan kondisi pasien dalam usaha mengendalikan hipertensi. Selain itu, kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat hipertensi yang diberikan dokter juga
penting. Konsumsi makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah sebisa mungkin harus dikendalikan guna mencapai kestabilan tekanan darah yang optimum. Gaya hidup sehat harus senantiasa dibiasakan untuk menjaga kondisi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
-
1. Anggraini, A.D., Waren, Annes, Situmorang, Eduward (2009), Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008, Fakultas Kedokteran Universitas Riau
-
2. Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L. et al. (2008), Hypertensive Vascular Disease, In: Harrison’s Principles of Internal Medicine 17th edition, United States of America, The McGraw-Hill’s Companies, Inc
-
3. Depkes (2007). Laporan RISKESDAS 2007. Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2007
-
4. Djarwoto (2011), Penanganan Hipertensi terkini, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
-
5. Yasin Dudella (2012), Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi di poliklinik jantung Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar Malang, Surabaya
-
6. Muljadi (2001), Pencegahan dan pengobatan hipertensi pada Penderita usia dewasa, Departemen Ilmu penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta
-
7. Susanto Edy (2010), Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi dalam mengendalikan kesehatan di Puskesmas Mranggen Demak, Semarang
6
Discussion and feedback