PREVALENSI DAN GAMBARAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA USIA DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TABANAN II

PERIODE MEI 2012

Putu Shinta Widari Tirka1, I Wayan Sudhana2

  • 1.    Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

  • 2.    Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Sanglah

ABSTRAK

Data Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) 2007 Provisnsi Bali menyatakan bahwa banyak kasus hipertensi belum ditanggulangi dengan baik di Kabupaten Tabanan. Dari data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tabanan II pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012, hipertensi selalu masuk di urutan 3 besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi dan gambaran faktor risiko hipertensi (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga hipertensi, kegemukan, konsumsi makanan asin, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik) pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II pada bulan Mei 2012. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi dasar bukti bagi penyusunan dan perbaikan program Puskesmas Tabanan II dalam rangka meningkatkan usaha deteksi dan penatalaksanaan kasus hipertensi di wilayah kerjanya.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II, Kabupaten Tabanan, Indonesia pada bulan Mei 2012 dengan jumlah responden sebanyak 96 orang berusia ≥18 tahun. Rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian ini.Hipertensi ditentukan dengan pengukuran tekanan darah menggunakan kriteria JNC VII (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolic ≥90 mmHg).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II pada bulan Mei 2012 sebesar 38,5%. Kejadian hipertensi lebih cenderung dialami oleh laki-laki (39,7%), kelompok usia ≥ 60 tahun (54,5%),kurang aktivitas fisik (47,7%), dan kegemukan (42,9%).Mengingat tingginya prevalensi hipertensi pada kelompok dengan aktivitas fisik rendah dan kegemukan, perlu dilakukan intervensi misalnya senam dan promosi kesehatan pada kelompok sasaran berusia 40 tahun keatas.

Kata kunci: prevalensi, hipertensi, faktor risiko

THE PREVALENCE OF HYPERTENSION AND ITS RISK FACTORS IN WORKING REGION OF TABANAN II PUBLIC HEALTH CENTRE

MAY 2012

ABSTRACT

Hypertension has long been recognized as a risk factor for cardiovascular disease. In Indonesia, the disease which caused the highest proportion of mortality was cardiovascular disease (31.9%) including hypertension (6.8%). According to Basic Health Research 2007 In Province of Bali, many cases of hypertension was has not been treated properly in Tabanan Regency. Based on data from10 largest diseasesinTabananIIhealth centerin October2011 toFebruary 2012, hypertensionwas always become number three. This studyaims to determinethe prevalence ofhypertensionand overview ofrisk factors forhypertension(age, gender, family history ofhypertension, obesity, consumption ofsaltyfoods, alcohol consumption, smoking habits, andphysicalactivity) in adultsin the working region ofTabananII Public Health Centeron Mayof 2012. We hope this researchcouldbean evidence baseforprogramdevelopment andimprovement ofTabananII Public Health Centerin order to improvethe detectionand treatmentof hypertensionin itsworking region.

The research wasconductedin the working region ofTabanan IIHealth Center, Tabanan, IndonesiainMay 2012with anumber ofrespondents were96people aged≥18 years. Descriptivestudy designwithcross-sectional approach was usedin this study. Hypertensionwas determined by measuring blood pressureusing JNCVII criteria (systolic bloodpressure≥ 140mm Hgand/ordiastolic ≥ 90mmHg). The result showed that the prevalenceof hypertension inthe adult populationin the working region ofTabanan II PublicHealth CenterinMay 2012was 38.5%. Incidence ofhypertensionis morelikely to besufferedby males (39.7%), adults aged ≥60 years(54.5), lack ofphysicalactivity(47.7%), andobesity(42,9%). Considering the high prevalence of hypertension in the group with low physical activity and obesity, such intervention such as exercise and health promotion is necessary in the target group aged 40 years old and above.

Keywords: prevalence, hypertension, risk factor

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di abad ke-21 ini, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut data World Health

Organization(WHO),diperkirakan 17.3 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskular. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. WHO memperkirakan bahwa 2

kematian karena penyakit kardiovaskular secara global pada tahun 2030 sebesar 24,2 juta. Oleh karena itu, penyakit kardiovaskular merupakan masalah kesehatan serius yang harus diatasi.1

Hipertensi telah lama dikenal sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular.2Menurut data WHO dan International Society of Hypertension (ISH) saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia dan 3 juta diantaranya meninggal tiap tahun.3 Hipertensi yang juga dikenal sebagai silent killer diperkirakan menjangkit 1 dari 4 orang dewasa di Amerika.4

Hipertensi yang tidakterkontrol dapat mengakibatkan kebutaan, gangguan ginjal,serangan jantung, dan stroke. Dari penelitian juga disebutkan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive hearth failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.5

Di Indonesia sendiri, masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dari tahun 2001 hingga tahun 2004 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang menderita hipertensi mengalami peningkatan sebanyak 19,2 %.6 Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler (31,9%), termasuk hipertensi                 (6,8%).7

Beberapapenelitian membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear dengan morbilitas dan                    mortalitas

penyakitkardiovaskular.Oleh karena itu,pencegahan dan pengobatan hipertensi merupakan tantangan kita di masa yang akan datang.6

Faktor risiko hipertensi pada umumnya disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, usia tua, jenis kelamin laki-laki, dan kegemukan juga

merupakan faktor risiko dari hipertensi.6 Hubungan indeks masa tubuh (IMT) dengan hipertensi juga telah banyak diteliti. Dari penelitian yang dilakukan oleh Brown (2000) didapatkan bahwa meningkatnya prevalensihipertensi sejalan denganpeningkatan IMT 8 pada umurdibawah 60 tahun.8

Data Riskesdas 2007 di Kabupaten Tabanan menyatakan bahwa banyak kasus hipertensi belum ditanggulangi dengan baik di daerah tersebut.9 Berdasarkan data 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Tabanan II pada bulan Januari hingga Mei 2012, hipertensi selalu masuk di urutan 3 besar. Bulan Januari terdapat 142 kunjungan, bulan februari terdapat 120 kunjungan, bulan Maret terdapat 165 kunjungan, bulan April 111 kunjungan, dan Mei 158 kunjungan. Sampai saat ini belum ada program kesehatan khusus dari Puskesmas Tabanan II untuk mengatasi masalah hipertensi. Dalam penelitian ini diteliti berapa prevalensi dan gambaran faktor risiko hipertensi yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Tabanan

II pada bulan Mei 2012

METODE PENELITIAN KerangkaKonsep

Faktor risiko hipertensidigolongkan menjadi empat yaitu ;faktor genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini akan diteliti prevalensi dan gambaran faktor risiko hipertensi yang diperkirakan memiliki kecenderungan terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II, yaitu ; umur, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kegemukan, konsumsi alkohol, konsumsi makanan asin, dan merokok.


Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

  • 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan pada bulan Mei 2012

  • 2.    Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu dilakukan satu kali pengumpulan data untuk melihat prevalensi dan gambaran faktor risiko hipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II pada bulan Mei 2012.

  • 3.    Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II.

  • 4.    Kriteria inklusi

Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II yang berumur ≥18 tahun

  • 5.    Kriteria eksklusi

  • 1.    Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II yang berumur ≥18 tahun yang menolak ikut penelitian.

  • 2.    Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II yang berumur ≥18 tahun yang tidak bisa berkomunikasi karena masalah fisik tertentu seperti tuli, bisu serta gangguan mental.

  • 3.    Seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II yang berumur ≥18 tahun yang sedang berada di luar wilayah selama masa pengumpulan data.

  • 6.    Besar dan Cara Pengambilan Sampel

    • 6.1    Besar sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

^^H


1,962 (0,32x0,68)

01 λ   ~^0Jξ

li = 92,88 ~ 93

Keterangan: n : besar sampel zα : sama dengan 1,96 pada confidence interval 95%

p : proporsi 32% berdasarkan Riskesdas Provinsi Bali (Balitbangkes Depkes RI, 2007b)

q : 1–p

d : ketepatan absolut yang dipakai (ditetapkan oleh peneliti = 10%)

f : perkiraan drop out (10%)

Sampel minimal yang digunakan pada penelitian sebesar 93 orang.Dengan alasan convinence peneliti menetapkan sampel sebesar 96 orang.

  • 6.2    Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel didasarkan pada teknik cluster sampling yang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu :

  • 1.    Dari tiga puluh dua banjar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II dipilih enam kluster banjar secara undian. banjar yang terplih yaitu ; Banjar Tuakilang Baleran, Banjar Celagi,    Banjar    Wanasari

Tengah,   Banjar   Sekartaji,

Banjar Sesandan Pondok, dan Banjar Beng Kaja

  • 2.    Dari enam banjar, akan dipilih 16 sampel setiap banjar secara systematic random sampling, daftar nama KK didapatkan dari data kepala dusun banjar yang menjadi tempat pengambilan sampel.

  • 6.3    Responden

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk usia ≥18 tahun yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II, Kecamatan Tabanan , Kabupaten Tabanan yang bersedia diwawancarai setelah diberikan inform consent.

  • 7.    Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan yaitu:

  • 1.    Usia

  • 2.    Jenis kelamin

  • 3.    Tingkat pendidikan

  • 4.    Pekerjaan

  • 5.    Kegemukan

  • 6.    Konsumsi makanan asin

  • 7.    Konsumsi alkohol

  • 8.    Aktivitas fisik

  • 9.    Kebiasaan merokok

  • 10.    Riwayat keluarga hipertensi

  • 11.    Tekanan darah

  • 8.    Definisi Operasional Variabel

  • 1.    Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh responden. Didapatkan dari wawancara menggunakan kuesioner, dibuat skala ordinal menjadi tidak sekolah (kode 1), tidak tamat SD/sederajat (kode 2), tamat SD/sederajat (kode 3), tamat SMP/sederajat (kode 4), tamat SMA sederajat (kode 5), dan tamat Perguruan Tinggi/sederajat (kode 6).

  • 2.    Pekerjaan adalah kegiatan melakukan pekerjaan

dengan maksud mencari keuntungan atau memperoleh penghasilan, dibuat skala ordinal menjadi petani (kode 1), pedagang (kode 2), TNI/Polri (kode 3), PNS (kode 4), wiraswasta (kode 5), tidak bekerja (kode 6), lainnya (kode 7)

  • 3.    Kegemukan adalah kelebihan berat badan responden yang ditentukan melalui penetapan Indeks massa tubuh, yaitu berat badan (kg) debagi dengan kuadrat tinggi bandan (m2). Berat badan diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan timbangan, dan tinggi badan diukur dengan pengukuran menggunakan meteran. Dibuat skala nominal menjadi IMT ≥23 dikategorikan kegemukan (kode 1) dan ≤22,9 dikategorikan tidak kegemukan (kode 2).

  • 4.    Konsumsi makanan asin adalah pernyataan

responden yang mengkonsumsi makanan yang lebih dominan rasa asin seperti ikan asin, telur asin, sayur asin diperoleh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Konsumsi makanan asin dibuat skala ordinal menjadi ≥ 1 kali sehari (kode 1), 1 – 6 kali per minggu (kode 2), dan ≤ 3 kali perbulan (kode 3).

  • 5.    Konsumsi alkohol adalah pernyataan responden yang mengkonsumsi minuman beralkohol (minuman alkohol bermerek: contohnya bir, whiskey, vodka, anggur/ wine, dan minuman tradisional: contohnya arak dan tuak). Diperoleh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Konsumsi alkohol dibuat skala ordinal menjadi pernah minum 1 bulan terakhir (kode 1), pernah minum 1 tahun

terakhir (kode 2), dan tidak pernah minum (kode 3).

  • 6.    Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat aktifitas otot – otot skeletal yang mengakibatkan pengeluaran energi diperoleh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Aktifitas fisik dibuat skala nominal menjadi cukup, yaitu melakukan aktifitas fisik sekurang – kurangnya 10 menit tanpa henti dan jika dikumulatifkan 150 menit dalam 1 minggu (kode 1) dan kurang, yaitu melakukan aktifitas fisik kurang dari 10 menit tanpa henti dan jika dikumulatifkan kurang dari 150 menit (kode 2) (Balitbangkes Depkes RI, 2007b).

  • 7.    Riwayat merokok adalah pernyataan responden tentang riwayat merokok selama hidup pasien diperoleh melalui

wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Riwayat merokok dibuat skala ordinal menjadi merokok tiap hari (kode 1), merokok kadang – kadang (kode 2), pernah merokok (kode 3), dan tidak merokok (kode 4).

  • 8. Riwayat keluarga hipertensi adalah pernyataan responden tentang ada tidaknya anggota keluarga yang berada dalam satu garis keturunan ( ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung laki      –

laki/perempuan )   yang

menderita hipertensi. Riwayat keluarga hipertensi diperoleh melalui wawancara menggunakan daftar pertanyaan yang   telah

disiapkan. Riwayat keluarga hipertensi dibuat skala nominal menjadi ada (kode 1) dan tidak ada (kode 2).

9. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arteri, sistol ≥ 140 mmHg atau diastol ≥ 90 mmHg. Pengukuran dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan pada posisi setinggi jantung. Tekanan darah diukur sebanyak 3 kali lalu dirata-ratakan.

  • 9.    Cara dan Alat Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara melalui kuesioner dari rumah ke rumah.Sebelum wawancara dilakukan, responden dimintai persetujuan terlebih dahulu merujuk pada prinsip dan etika penelitian kedokteran.Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer air raksa dan stetoskop.Pengukuran berat badan dengan timbangan, dan pengukuran tinggi badan dengan meteran.

10. Analisis Data

menengah, dan tinggi.

Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat. Pembahasan deskriptif akan dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan gambaran hipertensi berdasarkan faktor risiko.

1. Data entry dilakukan dengan menggunakan komputer. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif yang disajikan

c.

Pendidikan tinggi adalah tamat         perguruan

tinggi/sederajat, menengah adalah tamat SMP/sederajat       dan

SMA/sederajat,      dan

pendidikan rendah adalah tidak sekolah, tidak tamat SD/sederajat, dan tamat SD/sederajat.

Variabel       kebiasaan

dalam bentuk tabel dan narasi. Cleaning data dilakukan terhadap semua variabel untuk mengetahui data yang hilang (missing), kode-kode yang ilegal, data yang tidak

d.

merokok dikelompokkan menjadi perokok dan tidak pernah. Perokok adalah merokok setiap hari, dan pernah merokok. Variabel konsumsi

konsisten maupun data yang tidak masuk akal.

  • 2.    Recoding :

  • a. Variabel             usia

dikelompokkan menjadi dewasa (18-59 tahun) dan lansia (≥60 tahun) setelah

e.

alkohol dikelompokkan menjadi pernah dan tidak pernah. Pernah adalah pernah minum 1 bulan terakhir dan pernah minum 1 tahun terakhir.

Variabel kebiasaan

data entry selesai dikerjakan.

b. Variabel          tingkat

pendidikan dikelompokkan menjadi pendidikan       rendah,

konsumsi makanan asin dikelompokkan menjadi sering, jarang, dan tidak pernah. Sering adalah ≥1 kali per hari serta jarang adalah 1-6 kali per

minggu dan ≤3 kali perbulan.

  • f. Pada variabel pekerjaan, jenis pekerjaan wiraswasta dimasukkan ke pekerjaan pedagang karena di lapangan pekerjaan wiraswasta adalah berdagang.

  • 3. Analisis

Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan komputer. Adapun analisis yang dilakukan berupa:

  • a.    Analisis univariat

terhadap variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan untuk karakteristik sosio

demografi responden.

  • b.    Analisis univariat terhadap variabel umur, jenis kelamin, riwayat keluarga hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan

konsumsi makanan asin, aktivitas fisik, dan

kegemukan untuk faktor risiko hipertensi.

  • c.    Analisis        univariat

terhadap       variabel

hipertensi        untuk

menentukan prevalensi.

  • d.   Analisis bivariat secara

cross tabulasi antara

variabel dependent hipertensi dengan variabel independent yaitu usia, jenis kelamin, riwayat keluarga hipertensi, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi

makanan asin, aktivitas fisik, dan kegemukan.

HASIL PENELITIAN Karakteristik Sosiodemografi Responden

Berdasarkan Tabel 5.1Rata-rata usia responden secara keseluruhan adalah 53,11 ± 15,67 tahun (median 53 tahun), dengan usia minimal 20 tahun dan usia

maksimal 87 tahun. Setelah usia dikelompokkan menurut kriteria WHO, maka mayoritas responden

(65,6%) berada dalam kelompok usia 18-59 tahun. Proporsi responden berjenis kelamin laki-laki lebih besar (60,4%) dibandingkan perempuan. Sebagian besar responden (47,9%) memiliki tingkat pendidikan rendah, diikuti oleh tingkat pendidikan menengah (38,5%), dan tingkat pendidikan tinggi (13,5%). Mayoritas pekerjaan adalah petani (27,1%), diikuti oleh Pedagang (25,0%), Pegawai Negeri Sipil (7,3%), dan pekerjaan lainnya (8,3%).

TaM 5.1 Kvaktautik Rtspondtn Badasvkan Sosiodtmografi dan Faktor RuikoHipaiaui

Kirikttristik Rtsponden

Jumlab (Orang)

Pentotast

(*)

Kjnktenstik Sosiodeaiotrjfi

Usu

18∙59 tabun

63

65,6

>60 tabun

33

34,4

JausKelamin

Lakι⅛

58

60,6

Paempuan

3!

39,6

TingkatPeiididikan

Rendah

46

W

Menengah

31

38,5

Tmgg:

13

13,5

Pekajaan

Pttam

26

27,1

Pedagang

24

25,0

PNS

7

7.3

TidakBektrja

31

32,3

Lainnya

8

8,3

LiEJiitanTabtlj.!

Karakteristik Responden

FaktorRisikoHtpertensi

Jumlah

(Onig)

Penentase ('.)

Rmayat Kehaiga Hipetoisi

Ada

45

46,9

Tidak

51

53,1

KebiasaanMerokok

PetoMt

40

41,7

TidakPernah

56

58.3

KehasaanKoiisumsi

Pemah

11

11,5

Alkobol

TidakPeinah

Si

88,5

KorisumsiMalaiiaAsin

Senng

19

19,8

Jarang

39

40.6

TidakPernah

38

39,6

Aktirnas Ssik

Cukup

52

54,2

Kurang

44

45,8

Kegemukan

Ya

49

51,0

Tidak

47

49,0

Faktor Risiko Hipertensi

Berdasarkan Tabel 5.1 responden yang memiliki riwayat hipertensi lebih sedikit (46,9%) dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi di keluarganya. Responden yang mengaku perokok 41,7% dimana yang merokok setiap hari 24%, merokok kadang-kadang 5,2%, dan pernah sebesar 12,5%. Semua responden yang masih merokok menghisap rokok jenis filter dengan jumlah batang rokok yang dihisap rata-rata 3,49 batang per hari. Sebagian besar responden (88,5%) mengaku tidak pernah mengkonsumsi alkohol.

Sebanyak 40,6% responden mengaku jarang dalam mengkonsumsi makanan asin. Jenis makanan asin yang paling banyak dikonsumsi adalah pindang (37,5%), diikuti oleh ikan asin (8,3%), dan telur asin (6,2%). Frekuensi mengkonsumsi makanan asin yang paling banyak adalah 1-6 kali per minggu (31,2%). Lebih dari setengah responden (54,2%) digolongkan dalam aktivitas fisik yang cukup dan setengah dari responden mengalami kegemukan (51%).

Prevalensi Hipertensi

IιOt⅛Hφtf≡H6j

38.40-38.60), namun yang masih minum obat hipertensi sebanyak 6,2%. Rerata nilai sistole 128,5 mmHg dengan nilai standar deviasi 23,738 (median 120 mmHg). Rerata nilai diastole adalah 82,15 dengan standar deviasi 14,852 (median 80 mm Hg).

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Faktor Risiko

Tabel 5.3 Gambaran Hipenemi Berdasarkan Fakiot Risiko

Faktor Risiko Hiperteasi

Ya

Hipertensi % Tidak

%

Total

%

Usia

> 60 tahun

IS

54.5

15

45.5

33

100

18 59 tahun

19

30.2

44

69.8

63

100

Jeais Ktliaii

Laki-laki

23

39.7

35

60.3

58

100

Petempuan

14

36.8

24

63.2

38

100

Rmasat Keluarga

Tidak

20

39.2

31

60.8

51

100

Hiperteasi

Ada

17

37.8

28

62.2

45

100

Kebiasaan Merokok

Tidak Petnah

24

42.9

32

57.1

56

100

Perokok

13

32.5

27

67.5

40

100

Kebiasaaa Konsumsi

T idak pernah

36

42.4

49

57.6

85

100

Alkobol

Pernah

1

9.1

10

90.9

11

100

Kebiasaaa Koasumsi

Tidak Petnah

17

44 7

21

55.3

38

100

Makanan Asia

Jaians

16

41.0

23

59.0

39

100

Senng

4

21.1

15

78.9

19

m

Aktisitas Fisik

Kurang

21

47.7

23

52.3

44

100

Cukup

16

30.8

36

692

52

100

Kegemukaa

Ya

21

42.9

28

57.1

49

100

Tidak

16

34.0

31

66.0

47

100

Jimlit ⅛ete

Hrs Ya     P    $ MW

≡     $    ^ fMfl

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi hipertensi pada penduduk usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II pada bulan Mei 2012 sebesar 38,5% (CI

Berdasarkan tabel diatas, kejadian hipertensi lebih cenderung dialami oleh laki-laki (39,7%), kelompok usia ≥ 60 tahun (54,5%), tidak ada riwayat keluarga hipertensi (39,2%), tidak perokok (42,9%), tidak pernah konsumsi alkohol (42,4%), tidak pernah mengkonsumsi makanan asin

(59,0%), kurang aktivitas fisik (47,7%), dan kegemukan (34,0%).

PEMBAHASAN

Prevalensi Hipertensi

Dari hasil penelitian didapatkan prevalensi hipertensi pada dewasa usia ≥18 tahun di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II sebesar 38,5% (CI 38.40-38.60). Hasil ini lebih tinggi dibandingkan temuan Riskesdas di Kabupaten Tabanan (32,0%) tahun 2007 dan hasil penelitian dari Rahajeng, berdasarkan analisis data Riskesdas seluruh Indonesia tahun 2007 (32,2%).6,7,9 Prevalensi hipertensi pada Puskesmas Tabanan II jauh lebih rendah, pada bulan Mei 2012 sebesar 13,20%. Dari hasil analisis lanjutan didapatkan 6,2% yang masih minum obat hipertensi, yang menunjukkan 93,8% kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan.

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Usia

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahajeng tahun

2009 dan Burt tahun 1995 ditemukan bahwa risiko hipertensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia.6,10 Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian ini yaitu, kejadian hipertensi pada kelompok usia ≥60 tahun (54,4%) lebih besar dibandingkan kelompok usia 1859 tahun (30,2%). Berdasarkan analisis lanjutan didapatkan bahwa hipertensi mulai muncul pada kelompok umur 29-38 tahun (7,1%) lalu meningkat sesuai dengan pertambahan umur.

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan kejadian hipertensi lebih banyak pada laki-laki (39,7%) dibandingkan perempuan (36,8%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dialakukan oleh Rahajeng tahun 2009. Pada penelitian itu juga disebutkan bahwa tingginya kasus hipertensi pada laki-laki kemungkinan diakibatkan oleh perilaku tidak sehat (merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol), depresi

dan rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan, dan pengangguran.6 Prevalensi hipertensi yang tinggi pada perempuan berusia diatas 4555 tahun ditemukan dari penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al tahun 2005.11 Pada penelitian itu, disebutkan rendahnya hormon estrogen akan menyebabkan perempuan rentan terhadap penyakit kardiovaskular termasuk hipertensi.11

GambaranHipertensi

Berdasarkan Riwayat Keluarga Hipertensi

Pada penelitian ini didapatkan kasus hipertensi lebih banyak pada keluarga yang tidak ada riwayat hipertensi 39,2% dibandingkan dengan ada riwayat keluarga hipertensi (37,8%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wade pada tahun 2003 dan teori dari Kaplan pada tahun 2002 yang menyatakan bahwa individu dengan keluarga hipertensi memiliki risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

daripada yang tidak.12,13 Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan oleh karena anggota keluarga (ayah, ibu, kakek, nenek, dan hubungan sedarah) responden tidak pernah dilakukan pemeriksaan tekanan darah sebelumnya sehingga reponden tidak tahu tentang riwayat hipertensi di keluarganya.Pada saat diwawancarai reponden yang tidak tahu tentang riwayat hipertensi di keluarganya cenderung mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi di keluarganya.

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Pada penelitian ini, kasus hipertensi paling banyak didapatkan pada responden yang tidak pernah merokok (42,9%).Setelah dianalisis lebih lanjut, ditemukan bahwa semua perokok berjenis kelamin laki-laki sedangkan pada perempuan tidak ada yang perokok. Kasus hipertensi pada laki-laki perokok sebesar 32,5% sedangkan pada laki-laki tidak pernah merokok

sebesar 35,7%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian oleh Rahajengyang       menyatakan

merokok meningkatkan risiko untuk              mengalamin

hipertensi.6Dalam penelitiannya, Primatesta tahun 2001 juga mengungkapkan bahwa merokok saja belum cukup untuk membuat seseorang menderita hipertensi.14

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Alkohol

Pada penelitian ini didapatkan kasus hipertensi paling banyak pada kelompok yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol (42,4%). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puddey tahun 2006 dimana pada penelitian ini disebutkan risiko jangka panjang terjangkit hipertensi meningkat dengan konsumsialkohol.15

Ketidaksesuaian ini mungkin disebabkan karena kebiasaan konsumsi alkohol masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II rendah, dilihat dari karakteristik responden pada tabel 5.1.

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Kebiasaan Konsumsi Makanan Asin

Dari hasil penelitian ini, jumlah kasus hipertensi paling banyak didapatkan pada kelompok responden yang tidak pernah mengkonsumsi makanan asin (44,7%). Pada penelitian yang dilakukan oleh Basuki tahun 2001 di pedesaan Sukabumi didapatkan bahwa sering mengkonsumsi makanan asin seperti ikan asin berkontribusi dalam tingginya prevalensi hipertensi.16 Dilihat dari karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas tabanan II, sebagian besar responden jarang mengkonsumsi makanan asin (40,6%). Perlu diperhatikan juga bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng konsumsi makanan asin tidak meningkatkan risiko hipertensi secara bermakna.6

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Aktivitas Fisik

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sihombing tahun 2010 ditemukan bahwa kurang

aktivitas fisik berisiko hipertensi 1,05 kali dibanding dengan cukup aktivitas fisik.17 Pada penelitian di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II ini didapatkan kasus hipertensi lebih banyak pada yang kurang aktivitas fisik (47,7%). Dilihat dari pekerjaan, kelompok dengan aktivitas fisik kurang terbanyak berada pada kelompok yang tidak bekerja (40,9%) dan pedagang (25%). Dilihat dari umur, kelompok dengan aktivitas fisik kurang terbanyak terdapat pada kelompok umur ≥62 tahun (38,6%) dan kelompok umur 4050 tahun (27,3%).

Gambaran Hipertensi Berdasarkan Kegemukan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Clarice tahun 2000 ditemukan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring dengan peningkatan IMT.8 Temuan ini didukung oleh studi lain yang meneliti kaitan antara IMT dengan hipertensi.18,19 Pada penelitian ini didapatkan kasus hipertensi paling banyak ditemukan pada kelompok yang mengalami kegemukan

(42,9%). Setelah dianalisis lebih lanjut, kelompok usia dengan kegemukan terbanyak adalah kelompok usia 51-61 tahun (61,9%), diikuti oleh kelompok usia 40-50 tahun (61,5%), dan kelompok usia 29-39 tahun (57,1%).

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

  • 1.    Prevalensi Hipertensi pada usia dewasa di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II pada bulan Mei 2012 sebesar 38,5% (CI 38.40-38.60), namun cakupan pelayanan kesehatan masih rendah (6,2%).

  • 2.    Kejadian hipertensi lebih banyak dialami oleh laki-laki (39,7%), kelompok usia ≥60 (54,5%) tahun, tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi (39,2%), laki-laki tidak pernah merokok (35,7%), kelompok yang tidak pernah mengkonsumsi alkohol (42,4%), tidak pernah

mengkonsumsi makanan asin (44,7%), kelompok dengan aktivitas fisik kurang (47,7%), kelompok yang mengalami kegemukan (42,9%).

Kelemahan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang penulis sadari, baik yang terjadi saat penghitungan sampel sampai akhir analisis yang membuat penelitian ini dalam beberapa hasilnya tidak sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya. Adapun kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:

  • 1.    Pada penelitian ini tidak diteliti jumlah responden yang berdasarkan pengukuran mengalami hipertensi dan terdiagnosa oleh petugas kesehatan sehingga persentase responden yang tidak pernah kontrol maupun yang rajin kontrol ke petugas kesehatan tidak diketahui. Penyebab rendahnya cakupan pelayanan juga tidak diteliti pada penelitian ini.

  • 2.    Makanan asin pada penelitian ini adalah makanan dengan rasa

yang dominan adalah asin. Rasa asin itu sendiri bersifat subjektif dan data pola konsumsi makanan asin pada penelitian ini hanya diukur melalui frekuensi konsumsi, sehingga mengesampingkan jumlah makanan asin yang dimakan per hari. Pada penelitian ini, jumlah asupan garam per hari tidak diteliti.

  • 3.    Jumlah sampel pada penelitian ini masih sedikit.

  • 4.    Akurasi hasil wawancara tidak tepat sepenuhnya karena adanya faktor recall bias dan adanya kehadiran pihak ketiga. Recall bias terjadi saat responden menjawab lama aktivitas fisik, frekuensi mengkonsumsi makanan asin, dan riwayat keluarga hipertensi.

Saran

Berdasarkan simpulan diatas, dapat dirumuskan saran penelitian sebagai berikut:

  • 1.    Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai penyebab rendahnya cakupan pelayanan kesehatan pada

penderita hipertensi, hubungan masing-masing faktor risiko terhadap kejadian hipertensi, dan jumlah asupan garam per hari pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tabanan II.

  • 2.    Mengingat tingginya prevalensi hipertensi pada kelompok dengan aktivitas fisik rendah dan kegemukan, perlu dilakukan intervensi misalnya senam dan promosi kesehatan pada kelompok sasaran berusia 40 tahun keatas.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    WHO Media Centre. (2011, September – last update), “Cardiovascular diseases (CVDs) factsheet”, (Media Centre), Available at: http://www.who.int/mediacentr e/                    factsheets

/fs317/en/index.html (diakses 6 Mei, 2012).

  • 2.    Grassi D, Necozione S, Lippi C, Croce G, Valeri L, Pasqualetti P, Desideri G,

Blumberg JB, Ferri C.(2005), “Cocoa Reduces Blood Pressure and Insulin Resistance and Improves Endothelium-Dependent

Vasodilation in

Hypertensives”, Hypertension, vol. 46, pp. 398-405.

  • 3.    WHO-ISH Hypertension Guideline Committee.(2003),

“Guidelines of the

management of hypertension”. J Hypertension, vol. 21, no. 11, pp. 1983-92.

  • 4.    Centers For Disease Control

And Prevention. (2005), “State-specific trend in self report 3rd blood pressure

screening and high blood pressure-United States 19911999”, MMWR, vol. 51, no.

21, pp. 456.

  • 5.    Joint National Committee On

Prevention, Detection,

Evaluation, And Treatment Of

High Blood Pressure (JNC). ”The Seventh Report Of The JNC (JNC-7)”, JAMA. Vol.289 No. 19: Pp.25602572.

  • 6.    Rahajeng E, Tuminah S. (2009), “Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia”, Maj Kedokt Indon, vol. 59, no. 12, pp. 580-87.

  • 7.    Balitbangkes Depkes RI. (2007a), “Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007”, Percetakan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

  • 8.    Brown Clarice D.,Millicent Higgins,Karen A. Donato, Frederick C. Rohde, Robert Garrison,Eva Obarzanek, Nancy D. Ernst, And Michael Horan.(2000). ”Body Mass Index And The Prevalence Of Hypertension           And

Dyslipidemia”,       Obesity

Research Vol. 8 No. 9 : pp 605 –19.

  • 9.    Balitbangkes Depkes RI. (2007b). “Laporan Riskesdas 2007 Provinsi Bali”.

Percetakan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

  • 10.    Burt VL, Whelton P, Roccella EJ, Brown C, Cutler JA, Higgins M, dkk. (1995). “Prevalence of hypertension in the US adult population. Result

from the Third National Health and Nutrition Examination Survey,           1988-1991”,

Hypertension, Vol. 25, No. 3, pp. 305-13.

  • 11.    Kumar V, Abbas, A.K, Fausto, N. (2005). Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th ed. Elsevier Saunders. Philadelpia. Hal. 528-529.

  • 12.    Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003 “Using A Problem Detection Study (PDS) To Identify And Compare Health Care Privider And Consumer Views Of Antihypertensive Therapy. “Journal Of Human Hypertension,” Vol. 17 No. 6 : Pp 397.

  • 13.    Kaplan N. M. (2002), Clinical hypertension. 8thed, Lippincott Williams & Wilkins, New York.

  • 14.    Primatesta P, Falascheti E, Gupta S, Marmot MG, Poulter NR. (2001). “Association between smoking and blood pressure evidence from the

health survey for England”, Hypertension, Vol. 37, pp. 187-193.

  • 15.    Puddey IB, Beilin LJ. (2006). “Alcohol is bad for blood pressure”, Clin Exp Pharmacol Physiol, Vol. 33, pp. 847-52.

  • 16.    Basuki B, Setianto B. (2001). “Age, body posture, daily working load – past antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indonesia study”, Med J Indon, Vol. 10, No. 1, pp. 29-33.

  • 17.    Sihombing M. (2010). “Hubungan perilaku merokok, konsumsi makanan/minuman, dan aktivitas fisik dengan penyakit hipertensi pada responden obes usia dewasa di Indonesia”, Maj Kedokt Indon, Vol. 60, No. 9, pp. 406-12.

  • 18.    Humayun, A., Shah S.A., Sultana R..(2009). ”Relation Of Hypertension With Body Mass Index And Age In Male And Female Population Of Peshawar, Pakistan”, J Ayub Med Coll Abbottabad,Vol.21, No.3 :pp.63 – 68.

  • 19.    Tuan, Nguyen T ,Linda S Adair, Chirayath M Suchindran, Ka He, And Barry M Popkin. (2009).” The Association Between Body Mass Index And Hypertension Is Different Between East And Southeast Asians”, Am J Clin Nutr, Vol.89 No 3:Pp 1905– 12.

21