Spektrum Infeksi Menular Seksual di Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode 2009-2011

A.A.N.B. Adhitya Wirakusuma, S.Ked*, dr. I.G.K. Darmada, Sp.KK(K)**, dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK**

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah

ABSTRAK

Infeksi Menular Seksual adalah penyakit infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia. Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengetahui bagaimana spektrum Infeksi Menular Seksual di Rumah Sakit Sanglah dalam periode 2009-2011. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data dari buku register poliklinik IMS di RSUP Sanglah periode 2009-2011 dengan teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis deskriptif argumentatif. Dari hasil penelitian didapatkan total jumlah pasien poliklinik kulit RSUP Sanglah tahun 2009-2011 adalah 20.994 orang, dimana 640 orang (3,05%) merupakan pasien IMS. Dari kasus IMS yg ada, herpes genitalis menjadi diagnosis terbanyak dengan jumlah 222 orang (34,7%), dilanjutkan oleh condyloma di peringkat kedua dengan jumlah 141 orang (22,1%), di peringkat ketiga ada gonore dengan jumlah 131 orang (20,5%), lalu candidiasis dengan jumlah 53 orang (8,3%), sifilis dengan jumlah 47 orang (7,4%), dan di peringkat terakhir ada bacterial vaginosis dengan jumlah 26 orang (4,1%). Sepanjang 2009 hingga 2011 kasus IMS lebih dominan pasien laki-laki. Pasien IMS sepanjang tahun 2009-2011 puncak kejadian ditemukan pada rentang umur di atas 30 tahun.

The spectrum of Sexually Transmitted Infections in Dermatology Polyclinic General Hospital Sanglah Period 2009-2011

ABSTRACT

Sexually Transmitted Infections are infections that can be transmitted from one person to another through sexual contact. The disease is spread all over the world. This research was conducted in order to determine how the spectrum of sexually transmitted infections in Sanglah Hospital in the period 2009-2011. The method used is collecting data from registration book of Sanglah IMS clinic during 2009-2011 with data analysis technique used is descriptive analysis argumentative. From the results, the number of patients Sanglah skin clinic in 2009-2011 was 20.994 people, which is 640 people (3,05%) was STI patients. From that STI cases, genitalia herpes was in the first place with 222 people (34,7%), continued by condyloma in second place with 141 people (22,1%), in third place there was gonore with 131 people

(20,5%), and then candidiasis with 53 people (8,3%), sifilis with 47 people (7,4%), and in last place there was bacterial vaginosis with 26 people (4,1%). During 2009 to 2011 the STI case more dominant male patients. STI patients during the year 20092011 the peak incidence was found in the age range of 30 years .

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual, Infeksi Menular Seksual (IMS) dulunya disebut Penyakit Menular Seksual (PMS) tetapi diubah pada tahun 1998, istilah IMS dipergunakan agar dapat menjangkau penderita asimtomatik. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia, syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan hepatitis B. Infeksi Menular Seksual menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit AIDS yang menelan banyak korban meninggal. Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama penyakit pada dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang.Penyakit menular seksual juga merupakan penyebab infertilitas yang tersering, terutama pada wanita. Antara 10% dan 40% dari wanita yang menderita infeksi klamidial yang tidak tertangani akan berkembang menjadi pelvic inflammatory disease (WHO, 2008). Di masyarakat Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan penyakit yang

paling sering dari semua infeksi. Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS yang dapat disembuhkan (sifilis, gonore, infeksi klamidia, dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada laki- laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, diikuti Afrika bagian Sahara, Amerika Latin, dan Karibean. Jutaan IMS oleh virus juga terjadi setiap tahunnya.Di Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai prevalensi infeksi menular seksual ini dan cenderung meningkat.Penyebarannya sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan.Beberapa laporan yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai 2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain klamidia, sifilis maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini juga menjadi perhatian karena peningkatan angka kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya.Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui secara pasti.Diperkirakan jumlah orang dengan HIV di Indonesia pada akhir tahun 2003

mencapai 90.000 – 130.000 orang.Sampai dengan Desember 2008, pengidap HIV positif yang terdeteksi adalah sebanyak 6.015 kasus. Sedangkan kumulatif kasus AIDS sebanyak 16.110 kasus atau terdapat tambahan 4.969 kasus baru selama tahun 2008. Kematian karena AIDS hingga tahun 2008 sebanyak 3.362 kematian (Depkes, 2009).

Untuk di Bali sendiri yang merupakan daerah pariwisata yang memiliki angka kunjungan wisatawan domestik (wisdom) dan wisatawan mancanegara (wisman) yang tinggi, banyak warga pendatang yang datang ke Bali untuk mencari pekerjaan.Tidak sedikit warga pendatang perempuan setelah berada di Bali berprofesi sebagai pekerja seks komersial, ataupun warga pendatang pria yang “berkunjung” ke tempat lokalisasi di Bali.Dan tidak sedikit pula dari mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang IMS.Jadi mereka harus diberikan pengetahuan tentang IMS dan pentingnya penggunaan kondom di dalam berhubungan seksual.Salah satu tempat pariwisata di Bali yang sangat banyak dikunjungi oleh wisman maupun wisdom adalah Kuta.Kuta memilikibanyak tempat hiburan malam yang ramai dikunjungi oleh wisman,wisdom, dan juga warga lokal.Tempat tersebut merupakan tempat yang dekat kaitannya dengan IMS, karena tidak jarang orang-orang yang terperangkap dalam seks bebas berawal dari sana. Di sini diperlukan koordinasi yang sinergis antara pemerintah dan pemilik tempat hiburan malam, dimana pemerintah harus memberikan informasi-informasi yg berkaitan dengan IMS kepada semua pemilik tempat hiburan malam secara berkala dan berkelanjutan, dan pemilik tempat

hiburan harus membuat peraturan yang ketat yang berkaitan dengan IMS sehingga bisa meminimalkan terjadinya kasus IMS yang baru.

Dari data dan fakta di atas, jelas bahwa infeksi menular seksual telah menjadi problem tersendiri bagi pemerintah. Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan dewasa muda, merupakan bukti bahwa masih rendahnya pengetahuan remaja akaninfeksi menular seksual.Hal ini mungkin disebabkan masih kurangnya penyuluhan-penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainnya mengenai bahaya infeksi menular seksual dan pentingnya penggunaan kondom yang benar pada saat berhubungan seksual.Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan memberikan informasi bagi murid sekolah juga menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja.

Rumusan Masalah

  • 1.    Apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)?

  • 2.    Apa saja yang perlu diketahui mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS)?

  • 3.    Bagaimana spektrum Infeksi Menular Seksual (IMS) di Rumah Sakit Sanglah dalam periode 20092011?

Tujuan

  • 1.    Mengetahui apa yang dimaksud dengan Infeksi Menular Seksual (IMS).

  • 2.    Memahami apa saja yang perlu diketahui mengenai Infeksi Menular Seksual (IMS).

  • 3.    Mengetahui spektrum Infeksi Menular Seksual (IMS) di Rumah Sakit Sanglah dalam periode 20092011.

Manfaat

  • 1.    Untuk memberi gambaran umum tentang hal-hal yang perlu diketahui dari Infeksi Menular Seksual (IMS) kepada para pembaca.

  • 2.    Menjadi sumber informasi bagi pemerintah dan praktisi-praktisi kesehatan agar lebih gencar menjalankan program-program yang bertujuan untuk mengurangi prevalensi kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS).

METODE PENULISAN

Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sumber pustaka yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas. Sumber pustaka yang dipergunakan memiliki validitas dan relevansi          yang          dapat

dipertanggungjawabkan. Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kuantitatif.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang didasarkan atas hasil pengkajian terhadap berbagai literatur yang telah teruji validitasnyaserta mendukung uraian atau analisis pembahasan.

Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan menyusun secara argumentatif dan secara objektif. Teknik analisis data

yang dipergunakan adalah analisis deskriptif argumentatif.

Penarikan Simpulan

Setelah dianalis, dilakukan proses sintesis dengan menarik dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, serta pembahasan yang dilakukan. Berikutnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tabel perbandingan jumlah pasien secara umum dan IMS di poliklinik kulit RSUP Sanglah tahun 2009-2011

Tahun

Jumlah Pasien

IMS

2009

6210

158 (2,5%)

2010

8064

232 (2,8%)

2011

6720

250 (3,8%)

Dari tabel 1, didapatkan bahwa jumlah pasien poliklinik kulit RSUP Sanglah tahun 2009 adalah 6210 orang, pada tahun 2010 terdapat peningkatan jumlah pasien, yaitu 8064 orang, sedangkan pada tahun 2011 pasien yang datang mengalami penurunan, menjadi 6720 orang. Dari 6210 pasien yang datang ke poliklinik kulit RSUP Sanglah pada tahun 2009, didapatkan 158 pasien (2,5%) dengan diagnosis Infeksi Menular Seksual (IMS). Pada tahun 2010, pasien IMS meningkat menjadi 232 orang (2,8%) dari 8064 pasien yang datang ke poliklinik kulit RSUP Sanglah, dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan kunjungan lagi pada pasien IMS menjadi 250 orang (3,8%) dari 6720 kunjungan pasien. Ini terjadi karena minimnya pengetahuan tentang IMS yang dimiliki orang-orang yang rawan tertular IMS, seperti : remaja, pekerja seks komersial, dan juga

wisatawan domestik maupun mancanegara. Bagi remaja seharusnya pengetahuan seks dimulai sejak dini, peran keluarga sangatlah penting untuk bisa memberikan pengetahuan umum mengenai bahaya dari IMS dan juga untuk mengarahkan agar bisa terhindar dari penularan IMS.Para pekerja seks komersial (PSK) biasanya tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang IMS, karena tidak sedikit PSK yang hanya beruntung dapat menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD).

Tabel 2. Tabel spektrum pasien IMS di poliklinik kulit RSUP Sanglah tahun 2009-2011

Diagnosis

Jumlah Pasien Tahun 2009

Jumlah Pasien Tahun 2010

Jumlah Pasien Tahun 2011

Total

Gonore/GO

23

42

66

131

Candidiasis vulvo vagina

13

21

19

53

Bacterial vaginosis

7

9

10

26

Sifilis

8

26

13

47

Herpes

57

93

72

222

Condyloma

50

41

50

141

Pada tabel 2 bisa kita lihat bahwa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, herpes menjadi diagnosis terbanyak untuk kasus IMS dengan pasien berjumlah 222 orang (34,7%). Herpes memiliki prevalensi terbanyak pada tahun 2009 dengan 57 orang (36,1%). Dengan rincian herpes 57 orang (36,1%), kondiloma 50 orang (31,7%), gonore/GO 23 orang (14,5%), candidiasis vulva vagina 13 orang (8,2%), sifilis 8 orang (5,1%), dan bacterial vaginosis 7 orang (4,4%). Di tahun 2010 pasien herpes menjadi pasien IMS terbanyak, yaitu 93 pasien (40,1%), sedangkan IMS yang lain

dengan rincian : herpes 93 orang (40,1%), gonore 42 orang (18,1%), condyloma 41 orang (17,7%), sifilis 26 orang (11,2%), candidiasis vulva vagina 21 orang (9,1%), dan bacterial vaginosis 9 orang (3,8%). Herpes masih menjadi pasien terbanyak pada tahun 2011 dengan 72 orang (28,8%), sedangkan yang lainnya : gonore 66 orang (26,4%), condyloma 50 orang (20%), candidiasis vulva vagina 19 orang (7,6%), sifilis 13 orang (5,2%), bacterial vaginosis 10 orang (4%). Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Sehingga apabila orang-orang disekitar pasien herpes tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai herpes akan cepat tertular, dan akan meningkatkan prevalensi daripada penyakit herpes. Pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex.Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.

Tabel 3. Tabel spektrum pasien IMS di poliklinik kulit RSUP Sanglah berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009-2011

Tahun 2009

Tahun 2010

Tahun 2011

La ki-lak i

Perem puan

La ki-lak i

Perem puan

La ki-lak i

Perem puan

Gonor e/GO

18

5

32

10

55

11

Candi diasis

-

13

-

21

-

19

vulvo vagina

Bacter ial vagino sis

-

7

-

9

-

10

Sifilis

7

1

20

6

11

2

Herpe s

40

17

49

44

37

35

Condy loma

28

22

24

17

29

21

Di tabel 3 bisa kita lihat bahwa sepanjang 2009 pada penyakit gonore, sifilis, herpes, dan condyloma lebih dominan pasien laki-laki. Tidak jauh berbeda dari tahun 2009, di tahun 2010 jumlah pasien laki-laki pada penyakit gonore, sifilis, herpes, dan condyloma masih lebih dominan. Pada tahun 2011 perbandingan jumlah pasien laki-laki dan perempuan juga masih sama dengan 2 tahun sebelumnya, yaitu jumlah pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan pada penyakit gonore, sifilis, herpes, dan condyloma. Hal ini disebabkan oleh karena laki-laki lebih sering tidak ingin menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual daripada perempuan. Laki-laki juga lebih mobile di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak jarang laki-laki yang sudah terkena IMS berhubungan seksual pada saat bepergian ke luar kota yang akan menyebabkan peningkatan prevalensi IMS.

Tabel 4.Tabel spektrum prevalensi rentang umur puncak kejadian pasien

IMS di poliklinik RSUP Sanglah tahun 2009-2011

Gon ore

Candid iasis vulvo vagina

Bacte rial vagin osis

Her pes

Sifilis

Con dylo ma

0-5

2

-

2

6

2

-

6

10

1

-

1

3

-

1

11

15

2

-

-

5

-

1

16

20

24

6

7

10

3

26

21

25

32

11

5

32

13

38

26

30

26

13

4

35

9

34

Di ata s 30 tah un

44

23

7

131

20

41

Tabel 4 menjelaskan bahwa IMS dapat terjadi pada kelompok usia yang bervariasi, ini dapat dilihat dari prevalensi pasien IMS dengan rentang umur per 5 tahun. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada pasien IMS sepanjang tahun 2009-2011 puncak kejadian ditemukan pada rentang umur di atas 30 tahun dengan 266 pasien (41,5%). Minimnya koordinasi antara pemerintah dan badan kesehatan di dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan mengenai IMS kepada masyarakat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan itu.

KESIMPULAN

Jumlah pasien poliklinik kulit RSUP Sanglah tahun 2009 adalah 6210 orang, pada tahun 2010 adalah 8064 orang, sedangkan pada tahun 2011 menjadi 6720 orang. Dari 6210 pasien yang datang ke poliklinik kulit RSUP Sanglah pada tahun 2009, didapatkan 158 pasien (2,5%) dengan diagnosis Infeksi Menular Seksual (IMS). Pada tahun 2010, pasien IMS meningkat menjadi 232 orang (2,8%) dari 8064 pasien yang datang ke poliklinik kulit RSUP Sanglah, dan pada tahun 2011 terjadi peningkatan kunjungan lagi pada pasien IMS menjadi 250 orang (3,8%) dari 6720 kunjungan pasien.

Dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, herpes menjadi diagnosis terbanyak untuk kasus IMS dengan

pasien berjumlah 222 orang (34,7%). dilanjutkan oleh condyloma di peringkat kedua dengan jumlah 141 orang (22,1%), di peringkat ketiga ada gonore dengan jumlah 131 orang (20,5%), lalu candidiasis dengan jumlah 53 orang (8,3%), sifilis dengan jumlah 47 orang (7,4%), dan di peringkat terakhir ada bacterial vaginosis dengan jumlah 26 orang (4,1%). Sepanjang 2009 hingga 2011 kasus IMS lebih dominan pasien laki-laki. Pasien IMS sepanjang tahun 2009-2011 puncak kejadian ditemukan pada rentang umur di atas 30 tahun.

  • 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Dasar Infeksi Menular Seksual dan Saluran Reproduksi Lainnya pada Pelayanan Kesehatan             Reproduksi

Terpadu.Perpustakaan Departemen Kesehatan Republik Indonesia: 2006: pp. 13-162.

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.    M C Morris, P A Rogers, G R Kinghorn. Is bacterial vaginosis a sexually transmitted infection? Sex Transm Inf 2001;77:63–68.

  • 2.    Frances M Cowan, Adrian Mindel. Sexually transmitted diseases in children: adolescents. Genitourin Med 1993;69:141-147.

  • 3.    Luca Cavalieri d'Oro, Fabio Parazzini, Luigi Naldi, Carlo La Vecchia. Baffler methods of contraception, spermicides, and sexually transmitted diseases: A review. Genitourin Med 1994;70:410-417

  • 4.    Hillard Weinstock and Kimberly A. Workowski. Pharyngeal Gonorrhea: An Important Reservoir of Infection? Centers for Disease Control and Prevention and Division of Infectious Diseases, Emory University, Atlanta, Georgia.

  • 5.    Djuanda A, et al. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2010: pp. 363-412.

7