ARTIKEL TINJAUAN PUSTAKA


Essence of Scientific Medical Journal (2022), Volume 20, Number 2:76-80

P-ISSN.1979-0147, E-ISSN. 2655-6472

TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS FORMULASI EUGENOL EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (CINNAMOMUM VERUM) DALAM SEDIAAN NASAL SPRAY PADA PNEUMONIA BAKTERIAL

I Wayan Cahya Mahastya,1 Ni Putu Eka Frastika Sari,1 Ni Made Ersi Dwitami Barsua,1

ABSTRAK

Pendahuluan: Pneumonia merupakan penyakit infeksi bakteri, virus, maupun jamur pada saluran pernafasan yang menyerang alveolus. Penanganan antibiotik pneumonia sering kali menyebabkan terjadinya suatu resistensi sehingga disperlukan suatu modalitas baru yang bisa menjadi alternatif antibiotik sekaligus antiinflamasi. Terdapat suatu senyawa eugenol pada daun kayu manis (Cinnamomum verum) yang memiliki spesifitas tersebut. Pembahasan: Pada pneumonia, antibakteri pada eugenol akan terjadi karena mekanisme pada membran sel bakteri dan menimbulkan sitotoksisitas pada DNA bakteri penyebab pneumonia. Sedangkan, sebagai antiinflamasi, eugenol akan berpengaruh terhadap migrasi leukosit, polimorfonuklear (PMN), dan makrofag. Penggunaan nasal spray dapat dijadikan pilihan alternatif yang baik dalam memberikan ekstrak eugenol pada pasien pneumonia karena mukosa nasal yang penuh dengan pembuluh darah memiliki daya absorbsi yang sangat baik.

Simpulan: Dengan demikian, efek antiinflamasi yang terdapat pada eugenol dapat mencapai siklus sistemik dan efek antibakteri mampu meminimalisasi bakteri penyebab pneumonia di sekitar sistem pernapasan .

Kata kunci: Cinnamomum verum, Eugenol, Nasal spray, dan Pneumonia

ABSTRACT

Introduction: Pneumonia is respiratory bacterial, viruses, or fungal infection disease that affect alveolus. Antibiotics as a pneumonia treatment often lead to resistance, so a new alternative modality of antibiotic and also act as anti inflammation is needed. There is eugenol in Cinnamomum verum’s leaves that has that specificity. Discussion: In pneumonia, antibacterial in eugenol occurs due to a mechanism that affects bacteria’s cell wall and toxic to bacteria’s DNA that causes pneumonia. Whereas, as anti inflammation, eugenol will affect the migration of leukocytes, polymorphonuclears (PMN), and macrophages. The use of nasal spray can be the alternative of choice in applying eugenol extract to pneumonia patients because nasal mucosa is fulfilled with vascular that has very good absorption capability.

Conclusion: So, the anti inflammation effect in eugenol can reach systemic cycle and the antibacterial effect can minimize the bacteria that cause pneumonia in the respiratory system.

Keywords: Cinnamomum verum, Eugenol, Nasal spray, and Pneumonia

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali


PENDAHULUAN

Oksigen merupakan unsur penting yang dibutuhkan dalam bertahan hidup. Alasan tersebut didasari oleh pentingnya setiap organ di sistem pernapasan yang berperan dalam memperoleh oksigen. Jika salah satu organ yang berperan dalam pernapasan mengalami gangguan tentunya akan berbahaya bagi manusia. Salah satu penyakit pernapasan yang paling sering terjadi adalah pneumonia. Penyakit tersebut ditandai dengan infeksi akut pada alveolus dan cabang bronkus bagian distal paru-paru. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia seperti virus, jamur, parasit, dan bakteri. Namun, pneumonia yang umum terjadi dan masih menjadi permasalahan ialah pneumonia bakterial.[1]

Data WHO tahun 2019 mencatat bahwa pneumonia menjadi empat penyebab kematian di dunia.[2] Selain itu, Global Burden of Diseases (GBD) tahun 2019 mengungkapkan bahwa pneumonia menyerang 489 juta masyarakat di dunia, khususnya anak usia <5 tahun dengan tingkat mortalitas 15% dan lanjut usia >70 tahun dengan peningkatan mortalitas 33,6%. Menurut GBD 2019 juga mengungkapkan bahwa pneumonia mengakibatkan kematian 2,49 juta dengan kematian tertinggi pada usia >70 tahun. Bahkan, pneumonia dikatakan sebagai penyebab utama penyakit infeksi menular di seluruh dunia dengan prevalensi kematian lebih

tinggi daripada HIV (864 ribu kematian) dan TBC (1,18 juta kematian).[3] Hasil riset pusat penelitian dan pengembangan Indonesia tahun 2015 dan data Kemenkes RI menunjukkan kasus pneumonia mencapai 63,45% dan mengalami peningkatan di tahun 2019. Data Riskesdas di Provinsi Bali tahun 2018 mengatakan pneumonia mencapai 3,3%.[3–5]

Penanganan pneumonia terbagi menjadi dua, yaitu terapi suportif dan antibiotik. Terapi suportif dilakukan untuk menunjang kondisi pasien sebelum diberikan antibiotik. Pada prinsipnya, antibiotik diberikan terhadap mikroorganisme tertentu yang menyebabkan infeksi pneumonia.[6] Adapun jenis antibiotik yang diberikan biasanya adalah macrolide, doxycycline, fluoroquinolones, beta lactams, dan azithromycin. Namun, terdapat tantangan berupa resistensi seiring penggunaan antiobiotik seperti Multidrug-Resistant (MDR) dan Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus (MRSA).[7] Bahkan, pemberian antibiotik dalam waktu yang kurang tepat akan menimbulkan kerugian bagi penderita. Penggunaan antibiotik lebih dari lima hari akan meningkatkan resistensi Streptococcus pneumoniae.[8] Hingga saat ini, sudah banyak penelitian yang membahas senyawa antibakteri sebagai alternatif pada pneumonia, seperti senyawa alkaloids, saponins, tannin, dan eugenol. Senyawa tersebut banyak terkandung pada bahan alami, salah satunya adalah kayu manis (Cinnamomum verum). Tanaman yang berpotensi untuk fitofarmaka

tersebut dimanfaatkan mulai dari kulit batang, daun, hingga minyak esensial.[9] Berdasarkan penelitian Paranagama et al., 2001, minyak atsiri daun kayu manis mengandung senyawa eugenol sekitar 76%.[10] Pada penelitian lain oleh Farias et. Al, 2020, menyebutkan bahwa kandungan eugenol pada minyak daun kayu manis sebanyak 93.6% dan merupakan komponen utama pada minyak.[11] Senyawa eugenol bersifat lipofilik dan dapat berpenetrasi pada membran sel, lalu mempengaruhi fluiditas dan permeabilitas sel. Selain itu, eugenol juga dapat merusak protein pada membran sel sehingga menyebabkan kematian pada sel bakteri.[10]

Pada saat ini, ilmu mengenai rute transdermal dan transmukosa sangat berkembang pesat. Hal ini dikarenakan adanya rute yang tidak invasif, dapat digunakan sendiri, dan bisa mengurangi kekurangan pada pemberian oral seperti first pass metabolism, degradasi obat karena kondisi pH, penyerapan pencernaan yang kurang baik, dan onset yang lambat. Pada kasus pernafasan, administrasi intranasal memungkinkan untuk farmakokinetik yang hampir sama seperti injeksi intravena.[12]

Mukosa nasal memiliki luas hampir mencapai 150 cm2 yang penuh dengan pembuluh darah. Hal ini memungkinkan penyerapan yang baik untuk obat-obatan masuk ke pembuluh darah sistemik maupun sebagai obat lokal di sekitar nasal.[13] Berdasarkan kemampuan dari eugenol dan nasal administration tersebut, penulis tertarik untuk menulis suatu tinjauan pustaka dengan judul “Efektivitas Formulasi Eugenol Ekstrak Daun Kayu Manis (Cinnamomum verum) dalam Sediaan Nasal Spray pada Pneumonia Bakterial”.

PEMBAHASAN

Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi bakteri pada saluran pernapasan bawah akut yang menyerang alveolus dan cabang bronkus bagian distal paru-paru.[3] Secara umum, pneumonia dapat diklasifikasikan      menjadi     Hospital-Acquired

Pneumonia (HAP) dan Community Acquired Pneumonia (CAP). Community Acquired Pneumonia merupakan pneumonia yang terjadi di masyarakat dengan mikroorganisme penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan, HAP merupakan pneumonia yang didapatkan setelah perawatan rumah sakit dengan mikroorganisme penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, Enterobacteriales dan Pseudomonas aeruginosa.[3,14]

Patogenesis pneumonia dapat dilihat pada Gambar 1, yaitu diawali dari paparan patogen. Patogen selanjutnya melawan kerentanan tubuh lalu ke saluran pernapasan bawah hingga mengurangi pertukaran udara di dalam paru. Selain itu, dipengaruhi pula oleh faktor risiko, seperti kebiasaan merokok, kondisi paru kronis, dan penurunan imun sehingga mengakibatkan tubuh rentan terhadap mikroba virulen.[15] Mikroba (bakteri) akan mengalami perlekatan di sel epitel saluran pernapasan atas dan membentuk suatu kolonisasi di orofaring dan/atau nasofaring. Bakteri yang mensekresikan faktor virulensi (Staphylococcus aureus menghasilkan α-haemolysin, Streptococcus pneumoniae menghasilkan cytolysin) mengalami inokulasi ke saluran pernapasan bawah dan

melakukan proliferasi.[3] Bakteri bersama dengan hasil sekresi dari epitel bronkus memasuki alveoli dan menimbulkan respons inflamasi yang ditandai dengan terbentuknya empat zona yaitu zona edema, zona red hepatization, zona grey hepatization, dan zona resolution.[16] Zona edema ditandai dengan adanya pembengkakan pembuluh darah dan akumulasi cairan alveoli yang berisi bakteri. Zona red hepatization ditandai adanya infiltrat Polymorphonuclear Neutrophils (PMNs) dan Red Blood Cells (RBC) yang berdiapedesis melakukan fagositosis awal. Zona grey hepatization ditandai dengan kerusakan RBC dan terjadi fagositosit aktif. Zona resolution ditandai dengan pembersihan eksudat oleh makrofag untuk mensekresikan sitokin Faktor Nekrosis Tumor-αlfa (TNF-α), Interleukin-8 (IL-8), dan Interleukin-1 (IL-1) yang selanjutnya akan merekrut neutrofil ke tempat infeksi.[3,16–18]

I PaTogen

[ Merokok j Paru kronis j j Imunitas


K Kerentanan


Bakteri di saluran


Kolonisasi


tubuh


pernapasan atas


bakteri


Pioiiferasi bakteri ⅝-1 Saluran pernapasan ⅛mh~

I Lokal'


Respons IiiIlaniasi ~


[ Dinding alveolus'


j Lobus Paiu


I Iiitasi ] Peiiebalati


I Akumulasi cairan^^ | Iritasi


Batuk


dahak


dinding


Alveolar


tersumbat


Pembersihan


saluran napas


J Sistemik

Temperatur


Hipotalamus

I 1 I

Demam I

"| Dahak |

tumbuh hingga 8-17 meter dan termasuk tanaman evergreen yang banyak ditemukan di Sri Lanka, India, Brazil, Haiti, dan Indonesia.[21] Adapun taksonomi dari kayu manis, yaitu :

Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Viridiplantae

Superdivisi

: Embryophyta

Divisi

: Tracheophyta

Subdivisi

: Spermatophytina

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Laurales

Famili

: Lauraceae

Genus

: C. Schaeff

Spesies

: Cinnamomum verum

Bagian dari tanaman kayu manis yang sering dimanfaatkan adalah daun, kulit batang, akar, buah, bunga, hingga produk olahan seperti minyak. Secara umum, bagian-bagian tersebut mengandung beberapa senyawa kimia, seperti cinnamaldehyde, eugenol, dan champers.[22]

Komposisi dari masing-masing senyawa dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa kandungan cinnamaldehyde yang berperan sebagai antijamur terdapat paling banyak di kulit batang, sedangkan eugenol sebagai antibakteri banyak terdapat di daun. Eugenol yang termasuk salah satu senyawa fenol memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi, antioksidan, dan analgesik.[23]

Tabel 1. Komposisi Senyawa Tanaman Kayu Manis

(Cinnamomum verum).[22]

No.

Bagian

Tanaman

Komposisi

1

Daun

Cinnamaldehyde (1 – 5%)

Eugenol (70 – 95%)

2

Kulit

Cinnamaldehyde (65 – 80%)

batang

Eugenol (5 – 10%)

3

Akar

Champer (60%)

Formulasi Eugenol Nasal Spray sebagai Antibakteri

Secara umum, senyawa eugenol memiliki kelompok hidroksil bebas yang dapat berikatan dengan protein dan mencegah aktivitas enzim sehingga dapat berperan sebagai antibakteri.[24] Dalam kerjanya, eugenol dapat menghambat beberapa enzim pada bakteri, seperti protease, carboxilase histidine, amylase, dan ATPase.[25]

Mekanisme lain dari senyawa eugenol adalah dengan cara mempengaruhi dinding sel bakteri dan matriks ekstraseluler. Sebagai molekul lipofilik, eugenol dapat berpenetrasi ke fosfolipid bilayer, mempengaruhi fluiditas dan permeabilitasnya sehingga dapat mempengaruhi transport ion dan molekul ATP.[10,24] Sebuah studi membuktikan bahwa eugenol memilih membran sel sebagai targetnya. Hal ini dibuktikan dengan pen ingkatan efluks ion K+ melewati membran sel bakteri Listeria monocytogenes.[24]

Selain mempengaruhi membran sel, eugenol juga dapat menginduksi sitotoksisitas dengan memproduksi Reactive Oxygen Species (ROS) intraseluler yang dapat menghambat pertumbuhan sel dan memicu kerusakan DNA yang berujung pada kematian sel. Eugenol dapat merusak protein membran plasma, baik bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus maupun    bakteri gram

negatif seperti Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan pneumonia. Kerusakan dinding sel dan protein ini akan menyebabkan kematian pada sel bakteri.[24,26,27]

Nasal Formulation dengan Kandungan Eugenol sebagai Antiinflamasi pada Pneumonia

Eugenol sudah digunakan untuk mengobati penyakit menular, mukosa pencernaan, dan pernapasan. Untuk itu, banyak peneliti menggunakan eugenol sebagai pengobatan untuk penyakit di saluran pernapasan atas.[28] Efek antiinflamasi eugenol berpengaruh terhadap migrasi leukosit dengan beberapa stimulus seperti N-formylmethionyl-leucyl-phenylalanine          (fMLP),

leukotriene   B4 (LTB4), dan carrageenan.

Polimorfonuklear (PMN) akan bermigrasi ke alveolus pasien pneumonia tergantung pada respons kompleks yang melibatkan interaksi endotel-leukosit dan ekstravasasi ke tempat radang lainnya.[29]

Eugenol memiliki aktivitas anti-inflamasi pada penyakit paru. Pada sebelum perawatan, eugenol menghambat respons inflamasi dan perekrutan leukosit ke jaringan paru-paru dengan menurunkan regulasi ekspresi sitokin proinflamasi (IL-6 dan TNF-α) dan pensinyalan NF-κB. Selain itu, eugenol juga meningkatkan superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT), glutathione peroksidase (GPx) dan glutathione-s-transferase (GST) yang merupakan enzim antioksidan penting.[30]

Berdasarkan penelitian Magalhaes dkk., menggunakan model hewan dengan gangguan paru yang diinduksi LPS selama 6 jam, menunjukkan bahwa eugenol secara signifikan mengurangi infiltrasi neutrofil, TNF-α, dan jalur pensinyalan yang dimediasi NF-κB, mengurangi peradangan paru-paru, menghasilkan struktur dan fungsi paru yang lebih baik.[29]

Pada inflamasi, makrofag merupakan suatu sistem imun yang berkontribusi untuk memproduksi mediator, yang penting untuk seluler dan vaskular selama proses inflamasi. Pada situasi ini, eugenol juga mampu memodulasi fungsi makrofag dan mengurangi inflamasi.[31]

Uji Toksisitas Eugenol Ekstrak Kayu Manis

Eugenol merupakan senyawa terbanyak yang terkandung dalam minyak esensial C.verum dengan toksisitas minimal.[10,11] Wijesinghe et.al. dalam jurnalnya membuktikan mengenai uji toksisitas berupa uji sitotoksisitas ekstrak daun C.verum dan chlorhexidine digluconate (CHL) sebagai kontrol positif menggunakan model garis pada sel keratinosit manusia (HaCaT). Toksisitasnya ditentukan menggunakan MTT viability assay dengan sedikit modifikasi dan analisis kimia menggunakan chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Hasilnya menunjukkan tidak terdapat perubahan signifikan pada viabilitas sel HaCaT terhadap semua konsentrasi C.verum dan CHL (0-

1000 mg/mL), sekalipun diberikan dalam konsentrasi tertinggi 1000mg/mL.[10]

Namun, hal yang berbeda disampaikan oleh hasil tinjauan Nejad et.al. tentang toksisitas eugenol. Dikatakan bahwa pemberian eugenol 4µL dan 8µL administrasi intravena pada tikus menimbulkan gangguan pernapasan akut diikuti edema paru hemoragik. Selain itu, studi in vitro pada sel hepatosit tikus terisolasi menunjukkan kerusakan sel dan hepatotoksisitas >85% setelah 5 jam diberikan eugenol.[32] Dalam jurnal yang sama dikatakan pula sitotoksisitas eugenol diamati pada 3 sel turunan manusia, yaitu sel hepatoma G2, sel kolon Caco-2, dan fibroblas VH10. Hasilnya adalah eugenol dengan konsentrasi di bawah 600µM menjadi toxic di kedua sel, kecuali nontoxic pada sel hepatoma G2.[32]

Berdasarkan tinjauan oleh Nizar dkk. tentang fitofarmaka eugenol pada kanker, menyatakan bahwa toksisitas eugenol tergantung pada konsentrasi dan efeknya tergantung pada dosis. Eugenol dapat bersifat antioksidan pada konsentrasi rendah dan prooksidan pada konsentrasi tinggi.[23] Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian in vitro dan in vivo untuk mengklarifikasi toksisitas eugenol pada ekstrak daun C.verum.

SIMPULAN

Eugenol pada ekstrak daun kayu manis berpotensi untuk menimbulkan efek terapi maupun prevensi yang baik untuk pasien pneumonia. Efek tersebut antara lain antiinflamasi dan antibakteri yang bisa membantu pasien pneumonia dalam mencegah ataupun mengobati gejala yang ada. Penggunaan nasal spray dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pengobatan yang ada, khususnya untuk mengaplikasikan senyawa eugenol pada pasien agar efek yang timbul pada sistem pernapasan mampu mencapai peredaran sistemik maupun sebagai antibakteri di area pernapasan.

SARAN

Berdasarkan hasil literature review ini, penulis mengemukakan hal mengenai perlunya penelitian baik secara in vitro maupun in vivo mengenai toksisitas eugenol pada ekstrak daun kayu manis (Cinnamomum verum).

DAFTAR PUSTAKA

  • 1.      Irazabal M V., Torres VE. Reactive Oxygen

Species and Redox Signaling in Chronic Kidney Disease. Cells 2020;9(6):1–17.

  • 2.     WHO. The top 10 causes of death. 2019;1.

  • 3.     Torres A, Cilloniz C, Niederman MS,

Menéndez R, Chalmers JD, Wunderink RG, et al. Pneumonia. Nat Rev Dis Prim 2021;7(1).

  • 4.      Sulistyawati S, Sofiana L, Khairul Amala S,

Rokhmayanti R, Astuti D, Nurfita D. Pneumonia a neglected disease: A mixed-method study on the case-finding program in Indonesia. 2019;7(1):81–91.

  • 5.     Riskesdas. Laporan Nasional Riskesdas

2018. 2018.

  • 6.     Damayanti K, Ryusuke O. Pneumonia. 2017.

  • 7.      Grief SN, Loza JK. Guidelines for the

Evaluation and Treatment of Pneumonia. 2018;(January).

  • 8.      Uranga A, Espana PP, Bilbao A, Quintana

JM, Arriaga I, Intxausti M, et al. Duration of antibiotic treatment in community-acquired pneumonia:  A multicenter randomized

clinical    trial. JAMA Intern    Med

2016;176(9):1257–65.

  • 9.     Saftratilofa. UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK

DAUN KAYU MANIS (Cinnamomum burmanii) TERHADAP BAKTERI Aeromonas hydrophila. J Ilm Univ Batang Hari 2016;16(1):98–103.

  • 10.    Wijesinghe GK, Feiria SB, Maia FC, Oliveira

TR, Joia F, Barbosa JP, et al. In-vitro antibacterial and antibiofilm activity of cinnamomum verum leaf oil against pseudomonas aeruginosa, staphylococcus aureus and klebsiella pneumoniae. An Acad Bras Cienc 2021;93(1):1–11.

  • 11.    Farias APP, Monteiro O dos S, da Silva

JKR, Figueiredo PLB, Rodrigues AAC, Monteiro IN, et al. Chemical composition and biological activities of two chemotype-oils from Cinnamomum verum J. Presl growing in North Brazil. J Food Sci Technol 2020;57(9):3176–83.

  • 12.    Chonkar A, Nayak U, Udupa N. Smart

polymers in nasal drug delivery. Indian J Pharm Sci 2015;77(4):367–75.

  • 13.     Marx D, Williams G, Birkhoff M. Intranasal

Drug Administration — An Attractive Delivery Route for Some Drugs. Drug Discov Dev -From Mol to Med 2015;

  • 14.    Lanks CW, Musani AI, Hsia DW.

Community-acquired   Pneumonia and

Hospital-acquired Pneumonia. Med Clin North Am 2019;103(3):487–501.

  • 15.    Biford L. Adult Pneumonia: Pathogenesis

and Clinical Findings. Calgary Guid.2016;

  • 16.    Ryusuke  O, Damayanti K. Pneumonia.

2017;45.

  • 17.    Jain V, Vashisht R, Yilmaz G, Bhardwaj A.

Pneumonia Pathology. StatPearls2022;

  • 18.    Mizgerd JP. Pathogenesis of severe

pneumonia: Advances and knowledge gaps. Curr Opin Pulm Med 2017;23(3):193–7.

  • 19.    Henig O, Kaye KS. Bacterial Pneumonia in

Older Adults. Infect Dis Clin North Am 2017;31(4):689–713.

  • 20.    Emilda E. EFEK SENYAWA BIOAKTIF

KAYU MANIS Cinnamomum burmanii NEES EX.BL.) TERHADAP DIABETES MELITUS. J Fitofarmaka Indones 2018;5(1):246–52.

  • 21.    Orwa. Cinnamomum verum Lauraceae

Cinnamomum verum. 2009;0:1–5.

  • 22.    Rao PV, Gan SH. Cinnamon: A multifaceted

medicinal      plant.     Evidence-based

Complement Altern Med 2014;2014.

  • 23.    Nisar MF, Khadim M, Rafiq M, Chen J, Yang

  • Y, Wan CC. Pharmacological Properties and Health    Benefits    of    Eugenol:    A

Comprehensive Review. Oxid Med Cell Longev 2021;2021.

  • 24.    Marchese A, Barbieri R, Coppo E, Orhan IE,

Daglia M, Nabavi SF, et al. Antimicrobial activity of eugenol and essential oils containing eugenol: A mechanistic viewpoint. Crit Rev Microbiol 2017;43(6):668–89.

  • 25.    Hyldgaard M, Mygind T, Meyer RL. Essential

oils in food preservation: Mode of action, synergies, and interactions with food matrix components. Front Microbiol 2012;3(JAN):1– 24.

  • 26.    Wijesinghe GK, Maia FC, de Oliveira TR, de

Feiria SNB, Joia F, Barbosa JP, et al. Effect of cinnamomum verum leaf essential oil on virulence factors of candida species and determination of the in-vivo toxicity with galleria mellonella model. Mem Inst Oswaldo Cruz 2020;115(8):1–13.

  • 27.     Pavesi C, Banks LA, Hudaib T. Antifungal

and antibacterial activities of eugenol and non-polar extract of Syzygium aromaticum L. J Pharm Sci Res 2018;10(2):337–9.

  • 28.    Zari AT, Zari TA, Hakeem KR. Anticancer

properties of eugenol: A review. Molecules 2021;26(23).

  • 29.    Barboza JN, da Silva Maia Bezerra Filho C,

Silva RO, Medeiros JVR, de Sousa DP. An overview on the anti-inflammatory potential and antioxidant profile of eugenol. Oxid Med Cell Longev 2018;2018.

  • 30.     Huang X, Liu Y, Lu Y, Ma C. Anti

inflammatory effects of eugenol on lipopolysaccharide-induced inflammatory reaction in acute lung injury via regulating inflammation and redox status. Int Immunopharmacol 2015;26(1):265–71.

  • 31.    Duque GA, Descoteaux A. Macrophage

cytokines: Involvement in immunity and infectious diseases. Front Immunol 2014;5(OCT):1–12.

  • 32.    Mohammadi Nejad S, Özgüneş H, Başaran

  • N. Pharmacological and Toxicological Properties of Eugenol. Turkish J Pharm Sci 2017;14(2):201–6.

80

https://ojs.unud.ac.id/index.php/essential/index