Strategi Pengelolaan Efektif Ekosistem Terumbu...,[I Dewa Kadek Wira Sanjaya, dkk]

STRATEGI PENGELOLAAN EFEKTIF EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI NUSA PENIDA

I Dewa Kadek Wira Sanjaya1*), I Nyoman Merit2), Ida Ayu Astarini2)

1)Coral Triangle Center, Denpasar-Bali

2)Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar-Bali

*Email: wsanjaya@coraltrianglecenter.org

ABSTRACT

STRATEGY FOR EFFECTIVE CORAL REEF ECOSYSTEM MANAGEMENT IN THE NUSA PENIDA MARINE PROTECTED AREA

Nusa Penida MPA was established with the aim to conserving natural resources and ensuring the sustainability of livelihoods. The Government of Indonesia uses the EVIKA tools to assess the effectiveness of MPA management. This study examines the effectiveness of MPA management by looking at indicators of coral reef ecosystem health and resource utilization to develop an effective management strategy using the force filed analysis method. The results showed that the condition of coral and fish biomass in the Nusa Penida MPA experienced a significant increase. Hard coral cover was in the medium category with a cover of 43% and fish biomass of 816.80 kg/ha. The coral reef health index of the Nusa Penida MPA is 5 which indicates that coral cover is in the medium category with high recovery potential and the coral reef fish category is low. Nusa Penida marine resources are used for fisheries, tourism as well as for trade. This study recommends a strategy to increase the effectiveness of Nusa Penida MPA management by investing in increasing human resource capacity in the Bali MPA management unit in competence on monitoring ecosystem and preparing a management budget plan along with efforts to fulfill program budgets.

Keywords: Coral Reef, Management; Effective; Nusa Penida; MPA

  • 1.    PENDAHULUAN

Nusa Penida adalah kecamatan kepulauan di Provinsi Bali yang memiliki terumbu karang seluas 1.419 hektar, mangrove 230,07 hektar dan padang lamun 108 hektar (Darma et al., 2011). Perairan laut Nusa Penida berdasarkan kajian dari Turak dan De Vantier (2009) tercatat memiliki 296 jenis karang keras dan 576 jenis (Allen dan Erdmann, 2008). Perairan laut Nusa Penida juga ditemukan ikan pari manta, penyu, hiu, dugong, paus, lumba-lumba dan juga terdapat ikan mola (sunfish). Sumber daya hayati yang sangat

penting ini yang menjadi dasar penetapan kawasan perairan laut Nusa Penida menjadi kawasan konservasi melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No 90/KEPMEN-KP/2018. Kawasan konservasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan No 31 tahun 2020 disebutkan sebagai suatu kawasan dengan ciri khas tertentu yang merupakan kesatuan ekosistem yang dilakukan upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan secara berkelanjutan.

Pembentukan kawasan konservasi perairan juga bertujuan untuk membatasi aktifitas dari manusia yang bersifat

eksploitasi yang akan menyebabkan kerusakan dan degradasi ekologi dan untuk melindungi sumberdaya pesisir dan laut (Cleguer et al., 2015). Pencapaian tujuan dari pembentukan kawasan konservasi dievaluasi menggunakan perangkat evaluasi efektivitas pengelolaan kawasan konservasi atau yang disingkat dengan EVIKA (KepDirJen PRL No 28 tahun 2020). Pengelolaan kawasan konservasi menjadi komponen kunci untuk memastikan penetapan sebuah wilayah menjadi kawasan konservasi akan dapat mencapai tujuan dari penetapannya. Pengelolaan harus menggambarkan tiga aspek diantaranya; potensi kekayaan biofisik kawasan, pola pemanfaatan dan interaksinya dengan masyarakat serta kajian tentang ancaman dan potensi konflik sumber daya (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2021). IUCN menyatakan bahwa pengelolaan efektif harus mampu mengelola perubahan lingkungan, mengalokasikan sumber daya yang efektif, akuntabilitas dan transparansi pengelolaan, dan pelibatan masyarakat dan mendorong nilai-nilai konservasi (Hockings et al., 2006).

Hasil studi oleh Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Bali dan Coral Triangle Center menunjukkan bahwa tekanan terhadap terumbu karang di kawasan Nusa Penida telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir yang ditunjukkan dengan adanya penurunan tutupan karang hidup berdasarkan laporan hasil pemantauan kesehatan karang tahun 2020 (Kasman et al., 2020). Permasalahan yang ada saat ini adalah perkembangan pemanfaatan dari sektor perikanan dan pariwisata di Nusa Penida telah berkembang semakin pesat dan telah memberikan berbagai tekanan terhadap lingkungan khususnya ekosistem terumbu karang. Strategi pengelolaan efektif kawasan konservasi perairan Nusa Penida diharapkan dapat disusun berdasarkan

data dari hasil penilaian pengelolaan kawasan, pola pemanfaatan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap ekosistem terumbu karang. Strategi pengelolaan efektif ini sebagai langkah atau acuan yang disusun untuk pengelolaan kawasan agar dapat meminimalkan dampak pemanfaatan dan menjaga kelestarian ekosistem.

  • 2.    METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan informasi dan data yang lebih komprehensif untuk menjawab tujuan dari penelitian.

  • 2.1    Waktu dan Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Nusa Penida pada bulan Januari – April tahun 2022 yang terdiri dari kegiatan pengumpulan data lapangan, pengumpulan data sekunder, diskusi dan proses penilaian status efektivitas pengelolaan. Data pola pemanfaatan perairan dilakukan pendataan di lapangan dari bulan April 2021 sampai dengan pendataan pada bulan Maret 2022 untuk memperoleh data pola pemanfaatan selama satu tahun. (data kerjasama dengan UPTD KKP Bali dan Yayasan Segitiga Karang). Lokasi pengambilan data ekosistem karang dan pendataan pola pemanfaatan di dalam KKP Nusa Penida ditunjukkan pada Gambar 1.

  • 2.2    Alat dan Bahan

  • A.    Penilaian EVIKA

Penilaian efektivitas kawasan konservasi Nusa Penida menggunakan daftar pertanyaan pada perangkat EVIKA yang terdiri dari 42 pertanyaan yang dirancang untuk dapat memberikan tingkat efektivitas pengelolaan sebuah kawasan konservasi.

  • B.    Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Metode pemantauan kesehatan karang ini mengacu kepada petunjuk teknis pemantauan UPTD KKP Bali tahun 2020 (Sugiarta et al., 2020). Pendataan terhadap karang dilakukan untuk mendapatkan persentase kondisi tutupan karang di Nusa Penida berdasarkan data deret waktu yang tersedia. Data mengenai kondisi struktur komunitas karang di perairan Nusa Penida dengan fokus pada data biotik yang terdiri dari tutupan karang hidup, alga dan komponen lainnya dan komponen abiotik seperti data pecahan karang dan substrat lainnya. Peralatan yang digunakan dalam pendataan ekosistem terumbu karang diantaranya GPS yang berguna untuk mendapatkan lokasi titik koordinat pengamatan yang sama setiap tahunnya. Perlengkapan menyelam SCUBA yang akan digunakan oleh seluruh tim penyelam beserta transek atau pita

berskala sebagai penanda dalam pencatatan bentik serta peralatan pencatat data yaitu alat tulis dan kertas tahan air, papan alas dan pensil. Peneliti juga akan membawa perlatan pendukung diantaranya penanda bawah air, kamera dan alat bantu indentifikasi.

  • C.    Pola Pemanfaatan

Pemantauan pemanfaatan sumber daya laut di wilayah kawasan konservasi Nusa Penida menggunakan speedboat atau jukung dengan melintasi seluruh wilayah KKP yang menjadi kewenangan pengelolaan UPTD KKP Bali. Pendataan dilakukan 1 kali setiap bulan selama 1 tahun.

  • D.    Penyusunan Strategi Pengelolaan

Penyusuan strategi pengelolaan dilaksanakan melalui FGD dan dianalisis menggunakan force field analysis (Fatih 2010).

Gambar 1.

Lokasi pendataan ekosistem karang dan wilayah studi


  • 2.3 . Prosedur Penelitian

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data dari UPTD KKP Bali dan Yayasan Segitiga Karang (Coral Triangle Center Foundation) untuk

mengkaji kebijakan yang ada dan gambaran umum wilayah studi serta data deret waktu terumbu karang. Rangkuman prosedur pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 2.

INDEKS KESEHATAN

PENILAIAN EVIKA      TERUMBU KARANG

POLA               STRATEGI

PEMANFAATAN        PENGELOLAAN

  • •    PENYUSUNAN        • DATA DERET

TIM PENILAI          WAKTU TERUMBU

  • • PROSES               KARANG DAN

PENILAIAN              IKAN (3 Tahun

  • • HASIL DAN               terakhir)

LAPORAN EVIKA

• DATA LAPANGAN      • ANALISIS MEDAN

POLA                   DAYA (force field

PEMANFAATAN          analysis)

PERAIRAN SELAMA 1 TAHUN

Gambar 2.

Pengumpulan data

  • A.    Penilaian EVIKA

Evaluasi terhadap pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida dinilai menggunakan perangkat EVIKA untuk mengetahui status pengelolaan saat ini. Proses penilaian terhadap efektivitas kawasan konservasi Nusa Penida dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus dan terdiri dari empat indikator yang menunjukkan tahapan dari pengelolaan kawasan konservasi dan secara keseluruhan menggunakan 42 pertanyaan. Hasil penilaian yang berupa jawaban dari setiap pertanyaan memiliki bobot dengan nilai bobot antara 10 sampai dengan 30. Penentuan nilai bobot ini berdasarkan pada tingkat kepentingan dari setiap nilai atau jawaban yang didapatkan. Nilai total dari setiap pertanyaan menunjukkan tingkat efektivitas pengelolaan kawasan konservasi dan ditampilkan dalam bentuk diagram jaring laba-laba (grafik radar) yang menunjukkan hasil penilaian pada setiap kriteria (Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut No 28 tahun 2020).

  • B.    Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Kondisi terumbu karang dianalisis dari data kondisi tutupan karang yang diteliti menggunakan metode PIT dan biomassa ikan menggunakan metode visual sensus. Perhitungan terhadap

persentase tutupan karang menggunakan rumus (English et al., 2007):

Jumlah titik dalam kategori Persentase tutupan=                           x 100

Total jumlah titik dalam transek

(1)


Kondisi perikanan untuk jumlah individu per unit sampling dikonversi ke nilai rata-rata kepadatan (per hektar) dengan rumus dari Choat and Spears (2003):

Jumlah individu per unit sampling

Kepadatan = x 10.000. (2) Areal unit sampling

Panjang ikan dikonversi ke biomasa dengan menggunakan hubungan panjang-berat Kulbicki et al. (2005) dengan rumus:

W= aLb

(3)


Keterangan:

W = berat ikan dalam gram (g);

L = panjang fork (FL) ikan dalam cm;

a dan b = nilai konstan yang dihitung untuk setiap spesies atau genus. Nilai rata-rata (mean) biomasa dihitung menggunakan rumus (Kulbicki et al. 2005):

Biomassa per hektar = Biomassa per unit sampling x 10.000           (4)

Areal unit sampling

Penilaian terhadap indeks kesehatan karang pada penelitian ini menggunakan acuan yang dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Nilai indeks

dari 1 sampai 10. Nilai 10 berarti terumbu karang yang tersehat dan nilai 1 menunjukkan nilai indeks terjelek (Giyanto et al., 2017).

Analisis terhadap perubahan data deret waktu (time series data) karang dan biomassa ikan di KKP Nusa Penida dianalisis dengan melakukan uji normalitas data dan uji Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikan sebesar 0,05 untuk melihat signifikansi perbedaan data melalui uji data berpasangan (paired sample T-test) dengan rumus:

δ

t=

SD ẟ/√n

(5)


Keterangan :

δ = rata-rata deviasi (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah)

SDδ = Standar deviasi dari δ (selisih sampel sebelum dan sampel sesudah) n = banyaknya sampel

  • C.    Pola Pemanfaatan

Data pemanfaatan sumber daya di laut dilakukan dengan mengamati dan mencatat semua jenis pemanfaatan (Sugiarta et al., 2021). Pendataan terhadap pola pemanfaatan sumber daya di kawasan konservasi Nusa Penida dilakukan analisis kesesuaian lokasi pemanfaatan dengan sistem zonasi kawasan konservasi. Analisis dilakukan dengan melihat lokasi pemanfaatan perairan yang di peroleh dari pendataan di lapangan dan di analisis menggunakan perangkat lunak QGIS 3.14 untuk melihat kesesuaian pemanfaatan ruang menurut sistem zonasi kawasan konservasi Nusa Penida. QGIS adalah perangkat Sistem Informasi Geografis (SIG) yang tersedia secara terbuka (open source) dengan lisensi dibawah GNU General Public License.

  • D.    Penyusunan Strategi Pengelolaan

Penyusunan strategi pengelolaan, dianalisis menggunakan force filed analysis untuk memberikan rekomendasi prioritas pengelolaan yang efektif. Proses analisis medan daya ini dirangkum sebagai berikut (Fatih, 2010) yaitu:

  • 1)    Menentukan Nilai Urgensi (NU) dan Bobot Faktor (BF)

Nilai Urgensi atau tingkat kepentingan (NU) dilakukan dengan metode komparasi atau perbandingan dan Bobot Faktor (BF) dengan rumus:

NU

BF =     x 100%                        (6)

Keterangan:

NU = Nilai Urgensi

TNU = Total Nilai Urgensi BF = Bobot Faktor

  • 2)    Menentukan Nilai Dukung (ND) dan Nilai Bobot Dukung (NBD) Nilai Dukung (ND) juga dilakukan dengan metode komparasi dengan membandingkan mana yang paling memberikan dukungan antara satu dengan yang lain. Penentuan skor diukur berdasarkan rentang penilaian dari 1-5 dan Perhitungan nilai bobot dukung (NBD) dihitung dengan mempergunakan perhitungan:

NBD = ND x BF                       (7)

Keterangan:

NBD = Nilai Bobot Dukung

ND = Nilai Dukung BF = Bobot Faktor

  • 3)    Menentukan Nilai Kepentingan (NK), Nilai Rata-rata Keterkaitan (NRK) dan Nilai Bobot Keterkaitan (NBK)

Nilai NK dilakukan melalui metode komparasi dengan

membandingkan sejauh mana keterkaitan antara satu faktor dengan yang lain. Penentuan skor diukur berdasar rentang nilai 1-5 sedangkan NRK tiap faktor dapat ditentukan dengan memakai rumus:

TNK

NRK=

Σn-1

(8)


Keterangan:

TNK = Total Nilai Keterkaitan suatu faktor

n     = Jumlah faktor pendorong dan

penghambat yang dinilai

l      = Faktor yang tidak dapat dikaitan

dengan faktor yang sama

Perhitungan NBK tiap faktor menggunakan rumus:

NBK = NK x BF              (9)

Keterangan:

NK = Nilai Keterkaitan

NBK = Nilai Bobot Keterkaitan

BF = Bobot Faktor

  • 4)    Menentukan Total Nilai Bobot Faktor (TNB), Faktor Kunci Keberhasilan (FKK)

TNB tiap faktor dapat dihitung dengan memakai rumus:

TNB = NBD + NBK           (10)

Keterangan:

TNB = Total Nilai Bobot

NBD = Nilai Bobot Dukung

NBK = Nilai Bobot Keterkaitan

FKK ditentukan dengan:

  • a)    Memilih 2 faktor yang mewakili faktor pendorong dan penghambat.

  • b)    Memilih nilai BF terbesar apabila nilai TNB sama

  • c)    Memilih nilai NBD terbesar apabila nilai BF sama

  • d)    Menggunakan pengalaman dan mempertimbangkan rasiolitas jika nilai NBK sama.

  • 3.    HASIL DAN PEMBAHASAN

    • 3.1    Hasil Penilaian EVIKA

Status efektivitas pengelolaan KKP Nusa Penida dengan menggunakan alat ukur EVIKA menunjukkan bahwa status efektivitas pengelolaan KKP Nusa Penida dengan nilai 63,97 yang berarti status pengelolaan dikelola optimum (Tabel 1).

Hasil penilaian EVIKA yang diselenggarakan pada hari Selasa, 26 April 2022 diperoleh informasi mengenai indikator-indikator      yang      dapat

ditingkatkan untuk efektivitas pengelolaan kawasan konservasi perairan Nusa Penida diantaranya:

  • a)    Kriteria Input:    (i) Kawasan

konservasi belum dilakukan publikasi kawasan dalam peta laut dan/atau pemasangan tanda batas, (ii) SDM untuk setiap fungsi belum memiliki kompetensi utama untuk menjalankan fungsi-fungsi     pengelolaan     a.

monitoring biofisik, b. monitoring sosek, c. pelayanan, kemitraan, jejaring, d. pengawasan, e. pendampingan masyarakat, f. administrasi perkantoran, (iii) Rencana dan alokasi anggaran untuk pengelolaan kawasan konservasi belum terpenuhi (100%)

  • b)    Komponen Proses:  (i) Program

penjangkauan belum direncanakan dan dilaksanakan secara efektif terkait tujuan pengelolaan kawasan konservasi, (ii) Perjanjian kemitraan belum memenuhi (>70%) kebutuhan dalam perencanaan kemitraan sesuai penilaian EVIKA, (iii) Kemitraan belum memenuhi >75% kebutuhan pengelolaan

  • c)    Komponen Output: (i) Belum 100 persen pemanfaat memiliki izin, (ii) Pemanfaatan tidak sesuai daya dukung kawasan konservasi, (iii) Data dan informasi belum tersedia secara berkala/termutakhirkan dan namun belum mudah diakses

  • d)  Komponen Outcome: (i)  Belum

dilakukan kajian mengenai kondisi

target konservasi, (ii) Belum dilakukan kajian mengenai dampak

konservasi masyarakat, (iii) Kajian mengenai pelibatan masyarakat dalam kegiatan konservasi belum dilakukan

Tabel 1. Status penilaian EVIKA KKP Nusa Penida

Kriteria

Total                    Nilai        Nilai

Total Skor                Akhir      Status EVIKA

Nilai                 Kriteria (%)

EVIKA

Input Proses Output Outcome

735      1075         68

335      430         78

63.97     Dikelola optimum

435      650         67

120       625         19

  • 3.2.    Kondisi Ekosistem Terumbu Karang

Analisis terhadap kondisi ekosistem terumbu karang dilakukan terhadap data deret waktu tutupan karang dari tahun 2019 sampai dengan 2021. Rata-rata tutupan karang keras di KKP Nusa Penida pada tahun 2019 sebesar 33.48% dan kemudian terjadi penurunan pada tahun 2020 menjadi 33.17%. Pendataan pada

tahun 2021, seperti tersaji pada Gambar 3, terjadi peningkatan rata-rata tutupan karang keras menjadi 43%. Kategori rata-rata tutupan karang keras di 14 lokasi pengamatan di KKP Nusa Penida termasuk dalam kategori sedang. Hasil uji data berpasangan (paired sample T-test) menunjukkan bahwa ada peningkatan signifikan tutupan karang tahun 2019, 2020 dan 2021.


Gambar 3.

Grafik persentase tutupan karang KKP Nusa Penida

Analisis data deret waktu terhadap biomassa    ikan setiap tahunnya.

biomassa ikan di KKP Nusa Penida Peningkatan biomasa ikan dari 341.31 menunjukkan adanya peningkatan kg/ha pada tahun 2019 menjadi sebesar


476.14 kg/ha di tahun 2020 dan kemudian meningkat kembali pada tahun 2021 menjadi 816.80 kg/ha seperti tersaji pada Gambar 4.

Analisis hasil uji data berpasangan (paired sample T-test) menunjukkan bahwa ada peningkatan signifikan terhadap biomassa ikan tahun 2019, 2020 dan 2021.


Gambar 4.

Grafik biomassa ikan KKP Nusa Penida

  • 3.3.    Pola Pemanfaatan

Hasil pendataan menunjukkan bahwa pemanfaatan KKP Nusa Penida paling tinggi dilakukan pada bulan Desember dengan jumlah pengguna sebanyak 46 dan

paling rendah sebanyak 11 pengguna pada bulan Oktober (Gambar 5). Pendataan pada penelitian ini tidak memperoleh data pada bulan Juli dikarenakan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.

Pendataan dalam 1 tahun (bulan Juli tidak terdapat data)


Gambar 5.

Grafik jumlah pengguna KKP Nusa Penida

Hasil analisis data pola pemanfaatan, menunjukkan bahwa pemanfaatan perairan KKP Nusa Penida pada tahun

2022 ini, lebih banyak dimanfaatkan dari sektor perikanan dengan persentase 82%, kemudian sektor wisata sebanyak 14%

dan kapal niaga atau perdagangan sebanyak 4%. Analisis kesesuaian pemanfaatan dengan sistem zonasi KKP Has seperti tersaji dalam peta pada Gambar 6, menunjukkan bahwa kegiatan perikanan ditemukan hampir di sekeliling pulau Nusa Penida. Konsentrasi pemanfaatan perairan dari sektor perikanan, terlihat paling banyak terdapat di bagian utara pulau Nusa Penida.

Pemanfaatan perairan untuk kegiatan pariwisata seperti menyelam, berenang dan kapal wisata terlihat terfokus pada lokasi-lokasi penyelaman yang memiliki objek wisata seperti Manta Point, Crystal Bay, Toya Pakeh dan perairan sekitar Desa Ped di bagian utara Nusa Penida. Aktifitas kapal niaga terdata di perairan antara Pulau Penida dan Lembongan.

Gambar 6.

Peta pemanfaatan KKP Nusa Penida


Hasil pendataan menunjukkan bahwa terdapat beberapa lokasi yang dimanfaatan tidak sesuai dengan peruntukan zona yang telah ditetapkan dalam zonasi KKP Nusa Penida. Ketidaksesuaian pemanfaatan dengan zonasi KKP Nusa Penida, dikategorikan sebagai aktivitas pelanggaran. Analisis terhadap kesesuaian sistem zonasi KKP dan aktivitas pelanggaran menunjukkan bahwa selama pendataan, telah terjadi pelanggaran zona inti, sub zona wisata bahari dan juga pada sub zona perikanan berkelanjutan sesuai dengan peta zonasi KKP Nusa Penida.

  • 3.4.    Penyusunan Strategi Pengelolaan

Analisis dari kekuatan medan daya pengelolaan KKP Nusa Penida, dapat dirumuskan strategi untuk mengoptimalkan faktor pendorong. Analisis terhadap medan daya (force field analysis) pengelolaan KKP Nusa Penida, terdapat beberapa faktor kunci keberhasilan (FKK) yang dapat digunakan sebagai prioritas dalam melaksanakan manajemen perubahan untuk pengelolaan KKP Nusa Penida yang efektif. Faktor kunci keberhasilan pengelolaan berdasarkan analisis medan daya, akan fokus pada 5 peringkat teratas berdasarkan hasil penelitian (Gambar 7) yang diantaranya:

  • 1)    Kekuatan pendorong: (a) Organisasi pengelola UPTD KKP Bali telah ditetapkan, (b) Zonasi KKP telah ditetapkan, (c) SOP kegiatan yang sudah       ditetapkan       dalam

melaksanakan pengelolaan, (d) UPTD KKP telah memiliki seluruh SOP kegiatan, (e) Rencana pengelolaan KKP

  • 2)    Kekuatan penghambat: (a) Anggaran belum terencana dan terpenuhi, (b) Program penjangkauan belum memenuhi target, (c) Data dan informasi      belum      tersedia,

termutakhirkan dan mudah diakses, (d) Pengawasan belum dilakukan rutin, (e) Pelibatan masyarakat.

»

120  110  100  90  80  70  60  50  40  30  20   10   0   -10  -20  -30  -40  -50  -60  -70  -80  -90 -100 -110 -120 -130 -140 -150 -160

Kekuatan

Penghambat (H)

H4; 117.35

-120 -110 -100 -90  -80  -70  -60  -50  -40  -30  -20  -10   0   10  20  30  40  50  60  70  80  90  100  110  120  130  140  150  160

Gambar 7.

Grafik arah pengelolaan KKP Nusa Penida

  • 4.    SIMPULAN DAN SARAN

    • 4.1    Simpulan

Kesimpulan      penelitian      ini

diantaranya:

  • 1.    Efektivitas pengelolaan KKP Nusa Penida menunjukkan bahwa kawasan konservasi perairan telah dikelola optimum

  • 2.    Indeks kesehatan terumbu karang di KKP Nusa Penida secara keseluruhan masih dalam kondisi sehat dalam mendukung pola-pola pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat.

  • 3.    Pemanfaatan perairan Nusa Penida lebih banyak digunakan untuk

sektor perikanan dan kemudian kegiatan wisata dan niaga. Aktivitas     perikanan     yang

ditemukan adalah penangkapan ikan pelagis kecil dan kegiatan pariwisata     adalah     wisata

menyelam dan berenang serta olah raga air.

  • 4.    Pola pemanfaatan KKP Nusa Penida terhadap kondisi sumber daya perairan menunjukkan bahwa pola pemanfaatan saat ini tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kondisi sumber daya perairan yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata kondisi sumber daya terumbu karang dan biomassa ikan.

  • 5.    Pengelolaan KKP Nusa Penida sangat potensial untuk di dorong ke arah pengelolaan yang efektif. Strategi untuk mendorong efektivitas pengelolaan KKP Nusa Penida dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di UPTD KKP Bali dan menyusun rencana pengelolaan serta rincian anggaran program.

  • 4.2. Saran

Hasil penelitian ini menyarankan strategi untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan KKP Nusa Penida yaitu:

  • 1.    Hasil      penilaian      efektivitas

pengelolaan agar dijadikan acuan dan target-target dalam pengelolaan sehingga dapat dimasukkan dalam rencana kerja pengelolaan KKP Nusa Penida

  • 2.    Ekosistem terumbu karang di KKP Nusa Penida masih termasuk dalam kondisi sehat namun beberapa lokasi memiliki indeks kesehatan terumbu karang yang rendah sehingga memerlukan upaya pengelolaan yang lebih efektif

  • 3.    Pemanfaatan KKP Nusa Penida masih ditemukan adanya aktivitas pemanfaatan yang  tidak  sesuai

dengan sistem zonasi dan peruntukan untuk  setiap zona

sehingga kegiatan pengawasan harus diintensifkan dan melakukan intervensi penegakkan hukum

  • 4.    KKP Nusa Penida memerlukan penyusunan         strategi-strategi

pengelolaan dalam rencana kerja sehingga     target     efektivitas

pengelolaan dapat digunakan sebagai panduan kegiatan

  • 5.    Hasil evaluasi efektivitas kawasan konservasi     (EVIKA)     yang

dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat disusun prioritas strategi efektivitas pengelolaan sesuai dengan kondisi

di kawasan konservasi melalui analisis medan daya (force filed analysis).      Strategi      untuk

meningkatkan           efektivitas

pengelolaan KKP Nusa Penida adalah dengan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di UPTD KKP Bali dalam pemantauan kondisi ekosistem dan pengawasan serta menyusun rencana anggaran pengelolaan berserta upaya pemenuhan anggaran program.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R., & Erdman, M.V. 2008. Reef Fish of Nusa Penida, Indonesia. Final Report to Conservation International. 22 pp

Choat, H. dan Spears, R. 2003. A rapid, quantitative survey method for large, vulnerable reef fishes. In: Wilkinson, C., Green, A., Almany, J., and Dionne, S. Monitoring coral reef marine protected areas. A practical guide on how monitoring can support effective management of MPAs. Australian Institute of Marine Science and the IUCN Marine Program Publication. 68pp.

Cleguer, C., A. Grech, C. Garrigue, dan H. Marsh. 2015. Spatial mismatch between marine protected areas and dugongs in New Caledonia. Biol. Conserv.,           184(1):154-162.

https://doi.org/10.1016/j.biocon.2015. 01.007

Darma, I N., R. Basuki dan M. Welly. 2011. Profil Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Kabupaten Klungkung Propinsi Bali. The Nature Conservancy – Indonesia Marine Program. Sanur, Bali, Indonesia. 78 hal.

Direktorat Jeneral Pengelolaan Ruang Laut. 2020. Status Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi

Tahun 2020. [Diakses pada 29 Januari 2022]. Diakses dari https://kkp.go.id/djprl/kkhl/page/4459 -status-pengelolaan

English, S.E., Wilkinson, C., Baker, V. 1997. Survey manual for tropical marine resources. Australian Institute of Marine Science, Townsville, Australia: pp.378.

Fatih,     Cholid.     2010.     Strategi

Pengembangan        Agroindustri

Perikanan Laut Di Kabupaten Tuban. Poli Teknik Lampung. J-SEP Vol. 4 No. 3 November 2010. [diakses pada 1 Januari 2022]. Diakses dari https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JS EP/article/view/398/256

Giyanto., Mumbay, P., Dhewani, N., Abrar, M., Iswari, M.Y. 2017. Indeks Kesehatan    Terumbu    Karang

Indonesia.      Pusat      Penelitian

Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Hockings, M., Stolton, S., Leverington, F., Dudley, N. and Courrau, J. (2006). Evaluating     Effectiveness:     A

framework for assessing management effectiveness of protected areas. 2nd edition. IUCN, Gland, Switzerland and Cambridge, UK. xiv + 105 pp. [diakses pada 10 Januari 2022]. Diakses                         dari

https://portals.iucn.org/library/efiles/d ocuments/pag-014.pdf

Kasman., Utami, R., Sanjaya, I. D W. K., Ihsan, E. N., Purwanto., Widodo. 2020.    Monitoring    Kesehatan

Terumbu Karang di Kawasan Konservasi Perairan Nusa Penida Provinsi Bali. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali dan Coral Triangle Center

Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. 2020. Tentang Pedoman Teknis      Evaluasi      Efektifitas

Pengelolaan Kawasan Konservasi.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 Septe,ber 2020. Kepala Bagian SDM Aparatur, Hukum dan Organisasi. [diakses pada 25 April 2021]. Diakses                         dari

https://kkp.go.id/djprl/artikel/25111-perbarui-tools-evaluasi-efektifitas-pengelolaan-kawasan-konservasi-kkp-berikan-sosialisasi-pedoman-teknis-evika

Kulbicki, M., Guillemot, N., Amand, M. 2005. A General Approach to Lengthj-Weight Relationship for New Caledonian Lagoon Fishes. : International Journal of Ichthyology. [Diakses pada 10 Januari 2022]. Diakses                         dari

https://www.researchgate.net/publicat ion/238837099_A_general_approach _to_length-

weight_relationships_for_New_Caled onian_lagoon_fishes

Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan. 2020. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 9 Oktober 2020. Direktur Jenderal Peraturan     Perundang-Undangan

Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Repunlik Indonesia. Berita Negara Republik Indoensia Tahun 2020 Nomor 1165. [diakses pada 26 April 2021]. Diakses dari http://jdih.kkp.go.id/peraturan/8c689-permen-31-tahun-2020_.pdf

Sugiarta, I.N.B., Sanjaya, I.D.K.W., Merta, I.K.M., Mirah, A.A.A.R., Risuana, I.G.S,. Mardani, N.P.S. 2020. Petunjuk Teknis Pemantauan Kesehatan Karang Di Kawasan Konservasi Perairan Bali. DKP Provinsi Bali.

Sugiarta, I.N.B., Sanjaya, I.D.K.W., Kasman, Purwanto, Hesti Handayani Widodo, Merta, I.K.M., Mirah, A.A.A.R., Merta, I. K., Mardani,

N.P.S. 2020. Petunjuk Teknis Pemantauan Sumber Daya Laut Kawasan Konservasi Perairan Daerah Provinsi Bali. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali.

Turak, E.,  & De Vantier, L. 2009.

Biodiversity and Conservation

Priorities of Reef-Building Corals in Nusa Penida. Final Report to Conservation International. 66 pp.

ECOTROPHIC • 16(2): 122-134 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395

134