ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN INDEKS PENCEMARAN SERTA PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA SANUR KAUH DENPASAR SELATAN
on
ECOTROPHIC • VOLUME 16 NOMOR 1 TAHUN 2022
p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395
ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN INDEKS PENCEMARAN SERTA PERSEPSI DAN PERILAKU MASYARAKAT DI DESA SANUR KAUH DENPASAR SELATAN
Gertrudis Vebriyanti Kahar1*), Made Sudiana Mahendra2), I Gede Mahardika1) 1)Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Udayana 2)Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Udayana
*Email: [email protected]
ABSTRACT
ANALYSIS OF SHALLOW GROUNDWATER QUALITY IN SANUR KAUH VILLAGE ON POLLUTION INDEX AND COMMUNITY BEHAVIOR
The goal of the study was to analyze the water quality of dug wells based on Bali Governor Regulation No. 16 of 2016 and Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.492/Menkes/Per/IV/2010, which analyzes the quality status of dug well water and its distribution based on the Pollution Index (IP) value and community behavior in Sanur Kauh Village, South Denpasar. Purposive sampling at three stations with three repeats was used to determine the sample. Temperature, color, taste, odor, TDS, turbidity, pH, DO, BOD, COD, Nitrate (NO3-N), Phosphate (PO4), Chloride (Cl-), Iron (fe), E. Coli, and total coliforms were among the parameters measured in situ and ex situ (laboratory). Questionnaires and interviews with respondents who used dug well water were used to collect data on perception and behavior of components (households, business actors and/or activities, farmers, and the government), which were analyzed using a Likert scale and binary model. Surfer and GIS were used to map the water from an excavated well. The results of the analysis of the quality of dug well water exceeded the Class I Water quality standard set by Bali Governor Regulation No. 16 of 2016 for BOD, COD, phosphate, nitrate, iron, total coliform, and turbidity parameters, as well as the Indonesian Minister of Health Regulation No.492/Menkes /Per/IV/2010 for BOD, COD, phosphate, nitrate, iron, total coliform, and turbidity parameters Population activities, pollution sources, climate, soil type and topography, height and depth of the well all influence the water quality status of dug wells, which is classified as moderately polluted. The average community's impression of the provision of dug well water, water pollution, and waste management is positive, and the average community conduct is positive.
Keywords: Shallow Groundwater, Groundwater Quality, Quality Status, Perception, Behavior
Pada saat ini pemanfaatan air tanah pada daerah pedesaan atau perkotaan sangat meningkat sejalan dengan
pertumbuhan penduduk yang semakin padat sehingga berpengaruh pada kualitas dan kuantitas air yang akan digunakan masyarakat (Widiyanto, 2015). Menurut penelitian Sudiajeng, et al (2016) masalah kualitas dan kuantitas air tanah di wilayah
Kota Denpasar sudah mengalami penurunan karena adanya aktivitas manusia seperti eksploitasi air tanah yang berlebihan tanpa memperhatikan keberlanjutannya. Selain itu penelitian Arsini, (2018) bahwa pertumbuhan penduduk di Desa Sanur Kauh sudah bertambah/padat karena adanya mutasi penduduk atau penduduk pendatang sehingga keadaan sanitasi lingkungan (rumah) kurang memenuhi syarat kesehatan. Masalah kualitas air sumur gali di Sanur dan Sanglah juga sudah mengalami pencemaran yang ditandai dengan adanya logam pada perairan, warna air sumur yang sudah keruh pada kedalaman 3-4 meter yang disebabkan limbah masyarakat yang tidak dikelola dengan baik. Nilai DO pada perairan tanah juga rendah, serta BOD, COD, nitrit, nitrat, fosfat, krom, coli tinja juga tidak memenuhi baku mutu karena bertambahnya pemukiman, pusat-pusat perdagangan dan alih fungsi lahan (Pemerintah Kota Denpasar, 2008). Penggunaan air yang mempunyai kualitas kurang baik atau tidak memenuhi syarat kesehatan akan berpengaruh timbulnya penyakit (bakteri berbahaya) yang menyerang tubuh manusia (Yuliani, 2017). Penelitian Trisnawulan (2007) di pesisir pariwisata Sanur mendapatkan bahwa kualitas air tanah dangkalnya kurang layak dan melampaui baku mutu air Kelas 1 seperti parameter DO, BOD, Fosfat serta status mutu air sumurnya sudah tercemar ringan dan tercemar sedang yang disebabkan satuan batuan yang mudah meresap limbah dan limbah domestik yang dibuang sembarangan.
Sehingga perlu diperhatikan pengelolaan lingkungan dari segi aktivitas manusia (perilaku-perilaku, persepsi atau penadapat masyarakat tentang pengelolaan lingkungan yang baik) seperti penempatan bangunan dan bentuk fisik sumur gali dan pemeliharaannya serta perilaku pemanfaatan air yang harus efisien, pembangunan sumur yang harus jauh dari sumber pencemar dapat mengurangi tercemarnya air sumur gali (Marsono, 2009).
Penelitian dilaksanakan pada Desa Sanur Kauh, Denpasar Selatan dengan tahapan pengambilan sampel air sumur gali (kuantitatif) serta penyebaran kuesioner (kualitattif) untuk persepsi dan perilaku masyarakat (pelaku usaha dan/atau kegiatan, rumah tangga, petani serta pemerintah) dilaksanakan selama bulan Februari- Maret 2021 yaitu pada musim hujan. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi 3 Stasiun yaitu stasiun 1 kawasan padat pemukiman, kawasan perdagangan. Stasiun 2 yaitu kawasan yang berada dekat sungai, dekat dengan pembangunan hotel, villa, restaurant, kos-kosan/rumah kontrakan. Stasiun 3 merupakan kawasan rawan banjir karena berada pada dataran rendah, kawasan dekat sungai, terletak dekat lahan pertanian (sawah) dan puskesmas. Lokasi penelitian yang terletak di Desa Sanur Kauh dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.
Peta Lokasi Penelitian
Sampel air sumur gali diambil pada tiga stasiun secara purposive sampling sesuai dengan perbedaan pemanfaatan wilayah penelitian serta kondisi
lingkungan (Abadi, 2011). Sampel persepsi dan perilaku diambil dari pelaku usaha dan/atau kegiatan, rumah tangga, petani serta pemerintah secara purposive sampling pada masyarakat yang mempunyai sumur gali dan sesuai dengan perbedaan pemanfaatan air tanah serta berdasarkan aktivitas atau kegiatan masyarakat yang memberikan pengaruh besar pada pencemaran air sumur gali (Sugiyono, 2013).
Intrumen penelitian yang digunakan adalah GPS (penentuan koordinat), peralatan timba air sumur gali, wadah sampel (botol kaca, plastik, ice box) untuk menyimpan sampel, pH meter, DO meter, Thermometer, Roll meter, Tali, kamera, serta lembar kuesioner.
Jumlah sampel air sumur gali yang dianalisis pada masing-masing Stasiun
(Stasiun 1, Stasiun 2, Stasiun 3) yaitu 15 sumur gali dengan pembagian Stasiun1 (5 sumur gali), Stasiun 2 (5 sumur gali) dan Stasiun 3 (5 sumur gali). Kedalaman Stasiun 1 adalah 4,5 meter-8 meter, Stasiun 2 adalah 5 meter-9 meter dan Stasiun 3 adalah 4,5 meter-10 meter dengan elevasi semua stasiun yaitu 5 dpl-10 dpl. Sampel air sumur gali diambil secara insitu untuk parameter (DO, suhu, pH warna, rasa dan bau) dan secara ex situ yaitu parameter BOD, COD, nitrat, phospat, besi, kekeruhan, klorida, e.coli dan total coliform dengan menggunakan timba yang kemudian disimpan dalam wadah penyimpan sampel (botol kaca, botol plastik dan ice box). Pengambilan sampel air sumur gali pada 3 Stasiun dilaksanakan dengan tiga kali pengulangan pada musim hujan dan sampelnya digabung (composite sample) sehingga terdapat 9 sampel yang dianalisis di laboratorium. Data tingkat persebaran pencemaran air sumur gali diambil dari data hasil analisis laboratorium yang sudah dibandingkan dengan baku mutu. Data persepsi dan perilaku masyarakat didapatkan dari penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam serta observasi langsung dengan masyarakat.
Hasil analisis kualitas air sumur gali secara in situ dan ex situ dibandingkan dengan baku mutu Air Kelas 1 Peraturan Gubernur Bali Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/1V/2010. Status mutu perairan dengan metode Indeks Pencemaran (IP) menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Tahun 2003 (Kementerian Lingkungan Hidup Tahun 2003).
Analisis persepsi dan perilaku masyarakat dengan skala likert dan model
biner dengan metode penskoran dan menggunakan interval kelas (Ferdinand, 2014). Analisis persebaran pencemaran air sumur gali menggunakan Surfer dan GIS.
Hasil analisis kualitas air sumur gali berdasarkan parameter Fisika, Kimia dan Mikrobiologi Minggu Ke 1 yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Minggu Ke 1
No |
Parameter |
Satuan |
Baku Mutu |
Minggu I | ||
Stasiun 1 |
Stasiun 2 |
Stasiun 3 | ||||
1 |
pH |
Mg/L |
6 – 9 |
7,48 |
7,65 |
7,6 |
2 |
DO |
Mg/L |
6 |
7,06 |
7,16 |
7 |
3 |
BOD5 |
Mg/L |
2 |
9,649 |
14,473 |
16,885 |
4 |
COD |
Mg/L |
10 |
13,488 |
44,96 |
53,952 |
5 |
Nitrat |
Mg/L |
10 |
8,794 |
8,048 |
10,531 |
6 |
Phospat |
Mg/L |
0,2 |
6,35 |
1,571 |
3,462 |
7 |
Klorida |
Mg/L |
600 |
37,417 |
53,925 |
81,437 |
8 |
TDS |
Mg/L |
1000 |
650 |
650 |
750 |
9 |
Kekeruhan |
mgSiO2/L |
0,5 |
173,964 |
94,754 |
110,289 |
10 |
Besi |
Mg/L |
0,3 |
0,428 |
Ttd |
0,052 |
11 |
E.Coli |
MPN/100 mL |
100 |
0 |
0 |
0 |
12 |
Coliform |
MPN/100 mL |
1000 |
23 |
9 |
43 |
Berdasarkan Tabel 1 nilai BOD5, COD, Nitrat, Phosphat, Kekeruhan, Besi pada Stasiun 1, Stasiun 2 dan Stasiun 3 telah melebihi baku mutu air Kelas 1 Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016. Nilai suhu rata-rata semua Stasiun berada pada kisaran 28,140C sampai 28,480C memenuhi standar baku mutu air Kelas 1 deviasi 3 (±30C dari suhu normal air) dan rata-rata parameter warna, rasa dan bau juga memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/1V/2010 dengan
hanya terdapat 1 sampai 3 sumur gali yang memiliki rasa payau dan berbau anyir.
Hasil analisis kualitas air sumur gali berdasarkan parameter Fisika, Kimia dan Mikrobiologi Minggu Ke 2 yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Minggu Ke 2
No |
Parameter |
Satuan |
Baku Mutu |
Minggu II | ||
Stasiun 1 |
Stasiun 2 |
Stasiun 3 | ||||
1 |
pH |
Mg/L |
6 – 9 |
7,78 |
7,72 |
7,66 |
2 |
DO |
Mg/L |
6 |
6,9 |
6,82 |
6,86 |
3 |
BOD5 |
Mg/L |
2 |
16,885 |
19,297 |
24,121 |
4 |
COD |
Mg/L |
10 |
35,968 |
53,952 |
71,936 |
5 |
Nitrat |
Mg/L |
10 |
8,732 |
8,379 |
9,899 |
6 |
Phospat |
Mg/L |
0,2 |
3,151 |
0,88 |
1,646 |
7 |
Klorida |
Mg/L |
600 |
39,618 |
51,724 |
74,834 |
8 |
TDS |
Mg/L |
1000 |
770 |
700 |
960 |
9 |
Kekeruhan |
mgSiO2/L |
0,5 |
10,149 |
94,732 |
89,582 |
10 |
Besi |
Mg/L |
0,3 |
Ttd |
Ttd |
Ttd |
11 |
E.Coli |
MPN/100 mL |
100 |
0 |
0 |
0 |
12 |
Coliform |
MPN/100 mL |
1000 |
1100 |
271 |
95 |
Berdasarkan Tabel 2 nilai BOD5, COD, phosphat, Kekeruhan, total coliform melebihi baku mutu. Nilai rata-rata suhu (penelitian siang hari) berada pada kisaran 29,720C sampai 29,80C deviasi 3 (±30C dari suhu normal air). Parameter warna, rasa dan bau juga memenuhi baku mutu dengan hanya terdapat 1 sampai 2 sumur gali yang mengandung rasa payau dan berbau anyir.
3.3
Kualitas Air Sumur Gali Minggu
Ke 3
Hasil analisis kualitas air sumur gali berdasarkan parameter Fisika, Kimia dan Mikrobiologi Minggu Ke 3 yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Kualitas Air Sumur Gali Minggu Ke 3
No |
Parameter |
Satuan |
Baku Mutu |
Minggu III | ||
Stasiun 1 |
Stasiun 2 |
Stasiun 3 | ||||
1 |
pH |
Mg/L |
6 – 9 |
7,52 |
7,6 |
7,59 |
2 |
DO |
Mg/L |
6 |
7,12 |
7,08 |
6,98 |
3 |
BOD5 |
Mg/L |
2 |
19,297 |
21,709 |
26,533 |
4 |
COD |
Mg/L |
10 |
26,976 |
35,968 |
62,944 |
5 |
Nitrat |
Mg/L |
10 |
9,36 |
8,17 |
9,613 |
6 |
Phospat |
Mg/L |
0,2 |
3,386 |
1,074 |
1,847 |
7 |
Klorida |
Mg/L |
600 |
37,417 |
49,523 |
77,035 |
8 |
TDS |
Mg/L |
1000 |
180 |
200 |
360 |
9 |
Kekeruhan |
mgSiO2/L |
0,5 |
30,245 |
84,507 |
13,9 |
10 |
Besi |
Mg/L |
0,3 |
Ttd |
Ttd |
ttd |
11 |
E.Coli |
MPN/100 mL |
100 |
0 |
0 |
0 |
12 |
Coliform |
MPN/100 mL |
1000 |
1100 |
139 |
116 |
Berdasarkan Tabel 3 nilai BOD, mutu. Nilai suhu (penelitian sore hari)
COD, phosphat, kekeruhan melebihi baku berada pada kisaran 28,420C sampai
28,580C deviasi 3 (±30C dari suhu normal air). Parameter warna, rasa dan bau memenuhi baku mutu karena hanya terdapat 2 sumur yang memiliki rasa payau dan 1 sumur berbau anyir.
Nilai BOD pada penelitian ini melebihi baku mutu dengan nilai tertinggi terdapat pada Stasiun 3 Minggu III (26,533 mg/L) dan Minggu II (24,121mg/L). Perbedaan waktu pengambilan sampel yang dilaksanakan pada Minggu II (siang hari) dan Minggu III (sore hari) dapat memberikan pengaruh berbeda pada limbah hasil aktivitas masyarakat. Selain itu lokasi penelitian yang berada pada kawasan pariwisata dan perkotaan serta padat penduduk dapat meningkatkan nilai BOD pada perairan karena limbah yang dihasilkan (cair dan padat) sangat tinggi. Pada penelitian ini jarak sumur gali dengan sumber pencemar seperti septic tank, laundry, villa, saluran drainase, puskesmas, lahan pertanian, rumah makan kecil/warung sangat dekat dengan kisaran jarak 1m-45 m. Menurut Effendi (2003), terjadinya peningkatan BOD pada perairan berkaitan dengan nilai DO yang mengalami penurunan dan berdasarkan hasil penelitian nilai DO (6,7mg/L) pada Minggu 2 Stasiun 2 mengalami penurunan dibandingkan Minggu 1 dan Minggu 3.
Nilai COD pada penelitian ini melebihi baku mutu air dengan nilai tertinggi terdapat pada Stasiun 3 Minggu II (71,936 mg/L) dan Minggu III (62,944 mg/L) dan COD terendah di Stasiun 1 Minggu I (9,649 mg/L). Tingginya nilai COD pada setiap pengulangan pengambilan sampel karena perbedaan waktu pengambilan sampel dan perbedaan tingkat aktivitas masyarakat pada lokasi penelitian. Stasiun 3 merupakan daerah rawan banjir yang disebabkan karena saluran drainase kurang bekerja optimal dan letak Stasiun 3 yang berada pada dataran rendah menyebabkan limbah buangan dari lokasi lain pada dataran
tinggi akan terbawa bersama aliran air hujan dan tertampung atau tergenang pada Stasiun 3 sehingga dapat menurunkan kualitas air sumur gali masyarakat setempat. Jarak sumur gali dengan sumber pencemar yang dekat yaitu 1m-45m juga berpengaruh pada tingginya nilai COD perairan sumur gali. Meningkatnya nilai COD dipengaruhi oleh tingginya nilai BOD dan rendahnya nilai DO pada saat penelitian dan berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai BOD tertinggi terdapat pada minggu II dengan nilai sebesar 24,121 mg/L dan nilai DO mengalami penurunan yaitu 6,86 mg/L (Peavy, 1986). Nilai COD yang melebihi baku mutu pada perairan sumur gali dapat mengganggu kesehatan manusia seperti timbulnya penyakit atau kecacatan karena mengandung gas beracun seperti gas hidrogen sulfat dan methane (Nurjijanto, 2000).
Nilai Nitrat pada Stasiun 1 dan Stasiun 2 memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan sedangkan Stasiun 3 Minggu I telah melebihi baku mutu dengan nilai 10,531 mg/L. Pengambilan sampel air sumur gali pada Minggu 1 dilaksanakan pada waktu pagi hari pukul 07:00 dimana tingkat aktivitas masyarakat masih sangat tinggi menyebabkan kandungan nitrat yang berupa senyawa-senyawa amoniak, amonium yang berasal dari penguraian bahan organik dan pupuk dari aktivitas masyarakat dan pertanian meningkat pada perairan sumur gali (Mathes, 1982). Berdasarkan Gao, dkk (2012), terdapatnya kandungan nitrat pada perairan dipengaruhi oleh musim, intensitas pengairan dan suhu perairan dimana pengambilan sampel air sumur gali pada Stasiun 3 Minggu 1 berada pada musim hujan dengan tingkat curah hujan yang tinggi dengan nilai suhu perairan 27,9 0C lebih rendah dari pada Stasiun 1 dan Stasiun 2. Adanya kandungan Nitrat pada perairan sumur gali juga dipengaruhi oleh jarak sumur gali dengan lahan
pertanian (sawah) yang berdekatan dimana aktivitas penggunaan pupuk dan pestisida yang mengandung nitrogen dapat menurunkan kualitas perairan sumur gali (Djuwansyah, dkk 2009).
Nilai phosphat pada semua stasiun telah melebihi baku mutu dan yang tertinggi terdapat pada Stasiun 1 Minggu I (6,35 mg/L) dan Stasiun 3 Minggu I (3,462 mg/L) diikuti Stasiun 2 Minggu II (0,88 mg/L). Nilai phosphat tertinggi terdapat pada Minggu 1 untuk semua Stasiun penelitian. Aktivitas domestik dan lokasi penelitian yang berada dekat pasar, sungai, laundry, pertanian, pantai, hotel, villa, restoran, rumah makan dapat meningkatkan kandungan phosphat pada air sumur gali karena limbah yang dihasilkan semua kegiatan menghasilkan bahan kimia seperti deterjen dan pupuk (Suharjono, 2010).
Pada penelitian ini nilai kekeruhan semua Stasiun dan pengulangan pengambilan sampel Minggu 1, Minggu 2 dan Minggu 3 telah melebihi baku mutu Permenkes RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 dengan nilai tertinggi terdapat pada Stasiun 1 (173,964 mgSiO2/L) Minggu I, diikuti dengan Stasiun 3 Minggu 1 (110,289 mgSiO2/L). Pada Stasiun 1 lokasi sumur gali terletak dekat pasar, laundry, villa, restaurant, kos-kosan/rumah kontarakan, rumah makan kecil (warung) dan lokasi Stasiun 3 terletak dekat sungai, laundry, rumah makan kecil (warung), lahan lpertanian, lpuskesmas, lselokan lyang lsering ltergenang
lair l(rawan lbanjir) ldapat lmenjadi lpenyebab ltingginya lnilai lkekeruhan lair lsumur lgali lseperti ladanya lkotoran, llumpur latau lganggang lpada lair lsumur lgali l(Sutrisno ldan lSuciastuti, l2002).
Nilai lBesi lpada lStasiun l1 lMinggu lke-1 ltelah lmelebihi lstandar lbaku lmutu ldengan lnilai lsebesar l0,428 lmg/L. lTingginya lnilai lbesi lpada lperairan lberkaitan ldengan lnilai lpH ldan lDO lyang lmengalami lpenurunan ldan lsesuai ldengan lpenelitian lpada lStasiun l1 lMinggu l1 lsumur lke-2 lyaitu lnilai lpHnya lyaitu l7,36 llebih lrendah ldari lMinggu lyang llain ldan lnilai lDO lsebesar l l6,4 llebih lrendah ldari lMinggu lyang llain lpada lStasiun l1 l(Effendi, l2003). lStasiun l1 lterletak ldekat lpusat lperkotaan ldan lpusat lperdagangan l(pasar), llaundry, lrumah lmakan lkecil, lvilla lsehingga ldapat lmeningkatnya lnilai lbesi lpada lperairan. l
Total lcoliform lpada lMinggu l1 ldan lMinggu l2 luntuk lStasiun l2 ltelah lmelebihi lbaku lmutu lyang ldisebabkan lkarena llokasi lStasiun l2 lyang lberada lpada ldaerah lpadat lpenduduk, lpariwisata, ldekat lsungai, ladanya lusaha latau lkegiatan lseperti llaundry, lvilla, lrestaurant, lkos-kosan latau lkontrakan lsehingga lbanyak lterdapat lbakteri-bakteri lpatogen lyang lmasuk lke ldalam lair lsumur lgali lhasil laktivitas lmasyarakat ltersebut l(Sumantri, l2013).
Hasil lanalisis lkualitas lair lsumur lgali lmenggunakan lIndeks lPencemaran l(IP) ldapat ldilihat lpada lTabel l4.
Tabel l4. lNilai lIndeks lPencemaran l(IP) lAir lSumur lGali lPada lMasing- lMasing lStasiun
NO |
Nilai lIndeks Minggu l1 Minggu l2 Minggu l3 Rata-Rata lPencemaran l(Ipj) |
1 2 3 |
Stasiun l1 9,864 5,589 7,226 7,559 Stasiun l2 8,919 8,931 8,743 8,864 Stasiun l3 9,195 8,875 6,034 8,034 |
lsumur |
Nilai lIndeks lpencemaran lair lyaitu lStasiun l1 lrata-rata lnilai lIP l7,559, lgali lpada lsemua lStasiun lsudah lStasiun l2 lsebesar l8,864 ldan lstasiun l3 |
ltercemar ldengan lstatus lcemaran lsedang lsebesar l8,034 lsehingga lperairan lsumur lgali
lDesa lSanur lKauh ltidak lbisa ldigunakan llagi luntuk lmemenuhi lkebutuhan lhidup lterutama luntuk ldikonsumsi latau ldiminum. lTingginya lnilai lIP lpada lStasiun l1 lkarena ljarak lsumur lgali ldengan lsumber lpencemaran lberdekatan lyaitu l1m lsampai l45 lm ldengan ljarak lterdekat ladalah ltumpukan lsampah l1-5 lmeter, lseptic ltank lsekitar l6-11 lmeter ldan lpasar lsekitar l8-11 lmeter. lStasiun l2 lJarak lsumur lgali ldengan l(septic ltank, lpantai, lsungai, lhotel, lvilla, llaundry, lkos-kosan, ltumpukan lsampah) lyaitu lantara l2m lsampai l152 lm ldan lStasiun
l3 lyaitu l6m lsampai l107m. lSelain litu lSifat ltanah lporous lpada llokasi lpenelitian ldapat lmemudahkan lrembesan lair lpermukaan lke lsumur lgali l(Sundra, l1997). lLuas lsebaran lair lsumur lgali lyang lsudah ltercemar lpada lStasiun l1 ladalah l137 lHa, lStasiun l2 lsekitar l93 lHa ldan lStasiun l3 lsekitar l156 lHa ldan lyang lmenjadi lpenyumbang ltingginya lpencemaran lair lsumur ladalah lparameter lkekeruhan lyang lterdapat lpada lStasiun l1 l(173,964 lmgSiO2/L). lPeta lpersebaran lair lsumur lgali ldi llokasi lpenelitian ldapat ldilihat lpada lGambar l2.

Gambar l2.
Peta lPersebaran lAir lSumur lGali
Persepsi lmasyarakat lpada lpenelitian lini lberkaitan ldengan lpemanfaatan ldan lpengolahan lair lsumur lgali, lkonstruksi lsumur lgali l(bibir lsumur, ldinding lsumur, llantai lsumur, lSPAL lsumur lgali), lpemeliharaan lsumur lgali ldan lpemeriksaan latau lpencegahan lpencemaran lair lsumur lgali ldan lpengelolaan llimbah lcair ldan lpadat. lPersepsi lpelaku lusaha lyang lbekerja ldi l(villa, llaundry, lrestaurant, lrumah lmakan, lperdagangan), lmasyarakat lyang lberumah ltangga, lpetani ldan lpemerintah lterkategori lbaik ldengan lskor lmasing-masing lyaitu
luntuk lpelaku lusaha l(skor l4,48) ldimana lsebanyak l12 lorang l(80%) ldari l15 lorang lmempunyai lpersepsi lbaik. lPersepsi luntuk lmasyarakat lyang lsudah lberumah ltangga lterkategori lbaik ldengan lskor l4,29 lyaitu lsebanyak l46 lorang l(90,20%) ldari l51 lorang lmempunyai lpersepsi lbaik, luntuk lmasyarakat lyang lbekerja lsebagai lpetani lskor ltotal l4,7 ldimana lsebanyak l28 lorang l(93,33%) ldari l30 lorang lmempunyai lpersepsi lbaik lserta luntuk lpemerintah lskor l5,0 ldengan l7 lorang l(100%) lmempunyai lpersepsi lbaik. lMasyarakat lyang lmempunyai lpersepsi latau lpenilaian ldan
lpandangan lyang lbaik lmenunjukan lbahwa lmasyarakat lsetuju luntuk lmemanfaatkan lair lsumur lsecara lefisien, lmengolah lair lsumur ldengan lcara lmemasak lsebelum ldiminum, lmemelihara ldan lmenjaga lkontruksi lsumur lgali ldan lharus ljauh ldari lsumber lpencemar, ladanya lSPAL lpada lsumur ldan lseptic ltank lpada lrumah ltangga latau lsuatu lusaha, lmenguras llimbah lseptik lsecara lrutin, lpemeriksaan lkualitas lair ldi llaboratorium, lmenggunakan l(deterjen, lpestisida, lpupuk) lyang lramah llingkungan, ladanya lperaturan ltentang lpembuangan lair llimbah lke llingkungan lserta lharus lmengolah lair llimbah lsebelum ldibuang lke llingkungan ldapat lmengurangi lterjadinya lpencemaran lair lsumur lgali. l
Hasil lpenyebaran lkuesioner ltentang lperilaku lmasyarakat lyang lsudah lberumah ltangga lcukup lbaik ldengan lskor l0,38 ldimana lsebanyak l45 lorang l(88,24%) lberperilaku lcukup lbaik ldan l4 lorang l(7,84%) lberperilaku lkurang lbaik lyang lditandai ldengan lpemanfaatan lair lsumur lgali lyang lberlebihan ldimana luntuk lkegiatan lminum lmasyarakat lmemakai lair lkemasan l44 lorang l(86,3%), lair lsumur lgali ldan lair lkemasan l5 lorang l(9,8%), lPDAM ldan lkemasan l2 lorang l(3,9%). lMasyarakat lmerasa lbahwa lair lkemasan llebih lbersih ldan lsehat ldibandingkan ldengan lair lsumur lgali ldan lPDAM luntuk lminum ldan lmemasak. lUntuk lkegiatan lmandi, lcuci ldan lkakus l(MCK), lmasyarakat lmenggunakan lair lsumur lgali l46 lorang l(90,2%), lPDAM l5 lorang l(9,8%). lRata-rata lmasyarakat lmemanfaatkan lair lsumur lgali luntuk lkegiatan lminum, lmasak, lmencuci l(baju, lkendaraan, lmengepel llantai), lkakus ldan lmenyiram ltanaman lsekitar l8-201 lliter/orang lper lhari. lMenurut lSunjaya ldalam lKarsidi, l(1999) lpenggunaan lair lsumur lgali lyang lbaik ldan lefisien lyaitu lsekitar l60-70 lliter/hari luntuk ldaerah lperkotaan. lPerilaku lcukup lbaik ljuga lberkaitan ldengan lkurang ltersedianya lIPAL lpada lmasing-masing lrumah, lrendahnya ltanggungjawab ldalam lmemperbaiki lsarana
lsumur lgali lyang lrusak l(bibir lsumur, llantai lsumur, ldinding lsumur), ltidak ladanya lSPAL lpada lsumur lyang ldapat lmengalirkan llimbah l lair lkotor lsumur, lrendahnya lpengolah lsampah l(memisahkan lsampah lorganik ldan lanorganik) lsecara lmandiri, lkurangnya lsarana ltempat lsampah ldan lperilaku lmasyarakat lyang lmembuang llimbah lcair lke ltanah latau lsaluran ldrainase ltanpa lpengolahan lserta ljarak lsumur ldengan lseptic ltank, ltumpukan lsampah, lsaluran ldrainase, llaundry, lpuskesmas lyang ldekat ldapat lmencemari lair lsumur lgali. lSumber lair lsumur lgali lharus lmempunyai lsyarat lkonstruksi ldan llokasi lyang lbaik lagar lterhindar ldari lbahan lpengotor lakibat laktivitas lmasyarakat ldan lterhindar ldari lpenyakit latau lbakteri lsehingga lmasyarakat lharus lmemperhatikan ldan lmemelihara lkonstruksi lsumur lserta lmemasak lair lsumur l lsebelum ldiminum l(Madhi, l2010; lStefano, l2011).
Perilaku lpelaku lusaha ldan/atau lkegiatan lpada lpenelitian lini lcukup lbaik lskor l0,35 ldimana lsebanyak l13 lorang l(86,67%) lmempunyai lperilaku lcukup lbaik ldan l2 lorang l(13,33%) lperilaku lkurang lbaik lberkaitan ldengan lkurang ltersedianya lIPAL, lrendahnya lkegiatan lpengolahan lsampah l(memisahkan lsampah lorganik ldan lanorganik) lsecara lmandiri, lsarana ltempat lsampah lyang lmasih lbelum lterpisah l(oranik ldan lnonorganik), ltidak ladanya lperaturan ldalam lpengolahan llimbah lpada lsuatu lusaha ldan/atau lkegiatan lserta ltidak lmelakukan lpengujian lkualitas lair lsumur lgali ldan lair llimbah.
Perilaku lpetani lpada lpenelitian lini lcukup lbaik ldengan lskor l0,3 lyaitu lsebanyak l26 lorang l(86,67%) lberperilaku lcukup lbaik ldan l4 lorang l(13,33%) lberperilaku lkurang lbaik lberkaitan ldengan lrendahnya lmasyarakat lmenggunakan lpupuk, lpestisida lyang lramah llingkungan lkarena lmasyarakat lsudah lterbiasa latau lsudah llama lmenggunakan lpupuk lkimia. l
lPerilaku lpemerintah lpada lpenelitian lini lbaik ldengan lskor l0,7 lyaitu l5 lorang
l(71,43%) lmempunyai lperilaku lbaik ldan l2 lorang(28,57%) lmempunyai lperilaku lcukup lbaik. lPerilaku lyang lbaik lditandai ldengan ladanya lpenyediaan lsarana ldan lprasarana lpengelolaan lsampah, ladanya lTPS3R luntuk lmengolah lsampah lmenjadi lkompos, ladanya lberbagai lkegiatan lgotong lroyong lseperti lmembersihkan lsungai, lsampah lyang lberserakan. lPerilaku lyang lkurang lbaik ladalah lrendahnya lpengawasan ldan lpemeriksaan lterhadap lair lsumur lgali ldan lpengelolaan lair llimbah lmasyarakat. l
Faktor lekonomi lmenjadi lsalah lsatu lpenghalang ldalam lkegiatan lmenjaga latau lmemelihara llingkungan l(Notoatmojo, l2003). lHasil lpenyebaran lkuesioner ldan lwawancara lbahwa lmasyarakat lpada ldaerah lpenelitian lmempunyai lpendapatan l lmasih ldibawah lstandar lUKM lserta ltingkat lpendidikan lmasyarakat lyang lmasih lrendah lyang ldominan llulusan lSMP ldan lSMA. lMenurut lLatif, ldkk l(2012), lbahwa lperilaku latau lsikap lseseorang ldalam lmenjaga lkondisi llingkungan lagar ltetap lbersih ldan lterjaga lberkaitan ltingkatan lpendidikan lseseorang. l
-
1. Kualitas lair lsumur lgali lpada lsemua lstasiun ltelah lmelebihi lbatas lbaku lmutu lair lKelas lI lPeraturan lGubernur lBali lNo.16 lTahun l2016 ldan lPeraturan lMenteri lKesehatan lRI lNo.
l492/Menkes/Per/IV/2010. lParameter
lyang lmelebihi lbaku lmutu lyaitu
lKekeruhan, lBOD, lCOD, lBesi, lTotal lColiform, lPhospat, lBesi ldan lNitrat
-
2. Rata-rata lstatus lmutu lair lsumur lgali lberdasarkan lmetode lIndeks
lpencemaran luntuk lsemua lstasiun
ltergolong ltercemar lsedang. lNilai lIP luntuk lStasiun l1 lsebesar l7,559 lStasiun l2 lsebesar l8,864 ldan lStasiun l3 lsebesar l8,034 ldan lsebaran lpencemaran lair lsumur lgali lStasiun l1 lseluas l137 lHa,
lStasiun l2 lseluas l93 lHa ldan lStasiun l3 lseluas l156 lHa.
-
3. Persepsi ldan lperilaku lmasyarakat
lterhadap lpenyediaan lair lsumur,
lpencemaran ldan lpengelolaan lair
llimbah luntuk lkomponen lrumah ltangga lterkategori lbaik lskor l4,29 ldimana lsebanyak l46 lorang l(90,20%)
lmempunyai lpersepsi lbaik lsedangkan lperilakunya lterkategori lcukup lbaik ldengan lskor l0,38 ldimana lsebanyak l45 lorang l(88,24%) lperilaku lcukup lbaik ldan l4 lorang l(7,84%) lperilaku lkurang lbaik. lPersepsi lpelaku lusaha ldan/atau lkegiatan lterkategori lbaik ldengan lskor l4,48 lyaitu lsebanyak l12 lorang l(80%) lmempunyai lpersepsi lbaik lsedangkan lperilakunya lterkategori lcukup lbaik lskor l0,35 lyaitu lsebanyak l13 lorang l(86,67%) lmempunyai lperilaku lcukup lbaik ldan l2 lorang l(13,33) lperilaku lkurang lbaik. lKomponen lpetani
lmempunyai lpersepsi lbaik ldengan lskor ltotal l4,7 ldimana lsebanyak l28 lorang l(93,33%) lmempunyai lpersepsi lbaik lsedangkan lperilakunya lterkategori
lcukup lbaik ldengan lskor l0,3 lyaitu lsebanyak l26 lorang l(86,67%)
lberperilaku lcukup lbaik ldan l4 lorang l(13,33%) lberperilaku lkurang lbaik. lKomponen lpemerintah lmempunyai lpersepsi lbaik ldengan lskor l5,0 ldimana lsebanyak l7 lorang l(100%) lmempunyai lpersepsi lbaik ldan lperilakunya
lterkategori lbaik ldengan lskor l0,7 ldimana lsebanyak l5 lorang l(71,43%) lmempunyai lperilaku lbaik ldan l2 lorang(28,57%) lmempunyai lperilaku lcukup lbaik.
-
1. Perlunya lupaya lmasyarakat ldalam lmeningkatkan lsanitasi llingkungan lbaik ldi llingkungan lrumah ltangga lmaupun llingkungan lusaha ldan/atau lkegiatan luntuk lmeminimalisir lterjadinya lpencemaran lair lsumur lgali ldengan ltidak lmembuang
llimbah lsecara lsembarangan ldan lharus lmelalui lseptik ltank,
lmemelihara/menjaga lkonstruksi
lsumur lgali, lmengurangi
lpenggunaan lbahan lkimia l(deterjen, lpupuk, lpestisida) lsecara
lberlebihan, ladanya lbank lsampah luntuk lmengumpulkan llimbah lpadat l(sampah).
-
2. Untuk lpenelitian lselanjutnya
lsebaiknya ldilaksanakan lpada
lmusim lkemarau lkarena lpenelitian lini ldilaksanakan lpada lmusim
lhujan. l
DAFTAR lPUSTAKA
Abadi, lM. lF. l2011. lPemetaan lKualitas lAir lTanah lDi lDesa lDauh lPuri lKaja lKota lDenpasar. lTesis. lUniversitas
lUdayana. lProgram lStudi lMagister lIlmu lLingkungan. lDenpasar
Arsini, lN. lK. lV. l2018. lFaktor-Faktor lYang lBerhubungan lDengan lSanitasi
lRumah lDi lDesa lSanur lKauh lKecamatan lDenpasar lSelatan
lTahun.Thesis. lJurusan lKesehatan
lLingkungan. lPoltekes lDenpasar
Djuwansah, lM.R, ldkk. l2019. lPencemaran lAir lPermukaan lDan lAir lTanah lDangkal lDi lHilir lKota lCianjur. lJurnal lRiset lGeologi lDan lPertambangan lJilid l19 lNO.2.109-121
Effendi. l2003. lTelaah lKualitas lAir lBagi lPengelolaan lSumber lDaya lDan lLingkungan lPerairan. lYogyakarta: lKanisius.
Ferdinand, lAugusty. l2014. lMetode
lPenelitian lManajemen. lBP
lUniversitas lDiponegoro. lSemarang.
Gao. lY., lG. lYu, lC lLuo, ldan lP. lZhou. l2012. lGroundwater l l lNitrogen lPollution land lAssessment lof lIts lHealth lRisks: lA lCase lStudy lof la lTypical lVillage lin lRural-Urban lContinuum, lChina.
lPLoS lONE l7(4).
Karsidi, l1999. lHubungan lantara lTingkat lPendidikan ldan lPendapatan ldengan lPenggunaan lAir lSungai loleh
lPenduduk ldi lSekitar lSungai lKali lJajar lDemak. lSemarang l: lSkripsi.
Kementerian lLingkungan lHidup lRepublik lIndonesia. l2003. lKeputusan lMenteri lNegara lLingkungan lHidup lNomor l: l15 lTahun l2003 lTentang lPedoman lPenentuan lStatus lMutu lAir. lJakarta
Latif, lS.A., lOmar, lM.S., lBidin, lY.H., ldan lAwang, lZ.,2012. lEnviromental lValue las la lPresictor lof lRecycling lBehavior lin lUrban lArea: lA lComparative lStudy. lProcedia-Social land lBehavioral
lSciences, l50:989-996
Madhi, lShabir lA. l2010. lEfect lof lHuman lRotavirus lVaccine lon lSevere
lDiarrhea lin lAfrican lIn-fants. lN lEngl lJ lMed,362:289-298
Marsono. l2009. lFaktor-Faktor lYang
lBerhubungan lDengan lKualitas
lBakteriologis lAir lSumur lGali l lDi lPermukiman l(Studi lDi lDesa
lKaranganom, lKecamatan lKlaten
lUtara, lKabupaten lKlaten). lThesis. lUniversitas lDiponegoro.
Mathes lG., land lJ. lC. lHarvey, l1982. lThe lproperties lof lGroundwater. lJohn
lWilley land lSon
Notoatmodjo, lS. l2003. lPrinsip-Prinsip lDasar lIlmu lKesehatan lMasyarakat. lJakarta: lRhineka lCipta. l l
Nurjijanto. l2000. lPencemaran
lLingkungan. lBandung l: lITB-PRESS.
Peavy, lH.S, lD.R l lRowe land lG. l
lTchobanoglous. l l1986. l
lEnvironmental lEnginering. l lMc. lGraw lHill-Book lCompany, lNew lYork.
Pemerintah lKota lDenpasar. l2008. l lStatus lLingkungan lHidup l(SLH) lKota lDenpasar lTahun l2008. l
Peraturan lGubernur lBali lTahun l2016. lBaku lMutu lLingkungan lDan lKriteria lBaku lKerusakan lLingkungan lHidup.
Peraturan lMenteri lKesehatan lRepublik lIndonesia lNo.492/MENKES/PER/
1V/2010. lPersyaratan lKualitas lAir lMinum
Stefano, lGuandalini. l2011. lProbiotics lfor lPrevention land lTreatment lof
lDiarrhea. lJournal lof lCinical
lGastroenterologi, l45(2):149-153.
Sudiajeng, lL., lWiraga, lI. lW., lParwita, lI. lG. lL. l2016. lInovasi lSumur lImbuhan lUntuk lPemanenan lAir lHujan
lDomestik. lJurnal lLogic. lVol. l16. lNo. l3.
Sugiyono. l2013. lMetode lPenelitian
lPendidikan lPendekatan lKuantitatif, lKualitatif, ldan lR l& lB. lAlfabeta. LBandung.
Suharjono, lM. lS. l2010. lPemberdayaan lKomunitas lPseudomonas lUntuk
lBioremediasi lEkosistem lAir lSungai lTercemar lLimbah lDeterjen. lSeminar lNasional lBiologi. lFakultas lMIPA, lUniversitas lBrawijaya. LMalang.
Sumantri, lH.A. l2013. lKesehatan
llingkungan. lKencana lprenada lmedia lgrup. LJakarta.
Sundra, lI. lK. l1977. lPengaruh lpengelolaan lsmapah lterhadap lkualitas lair lsumur lgali ldi lSekitar lsampah lsuwung, lDenpasar lBali.
Sutrisno, lT ldan lE. lSuciiastti. l2002. lTeknologi lPenyediaan lAir lBersih. l lRineka lcipta. LJakarta.
Trisnawulan, lI. lA. lM., lSuyasa, lI. lW. lB., lSundra, lI. lK. l2007. lAnalisis lKualitas lAir lSumur lGali lKawasan lPariwisata lSanur. lJurnal lEcotropic l(2), l1-9.
Widiyanto, lA.F., lYuniarno, lS. ldan lKuswanto. l2015. lPolusi lAir lTanah lAkibat lLimbah lIndustri lDan lLimbah lRumah lTangga. lJurnal lkesehatan lmasyarakat l10 l(2) l: l246-254.
Yuliani, lN., lNurlela., lLestari, lN. lA. l2017. lKualitas lAir lSumur lBor lDi
lPerumahan lBekas lPersawahan
lGunung lPutri lJawa lBarat. lSenasPro l2. lUniversitas lNusa lBangsa lBogor.
70
ECOTROPHIC • 16(1): 59-70 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395
Discussion and feedback