ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN DI DANAU BATUR MENGGUNAKAN ANALISIS FORCE-FIELD
on
Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian…
[Ni Komang Ayu Septiani, dkk]
ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN PENCEMARAN DI DANAU BATUR MENGGUNAKAN ANALISIS FORCE FIELD
Ni Komang Ayu Septiani1), I Wayan Budiarsa Suyasa2*), I Nyoman Rai2) 1)Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani Kabupaten Gianyar 2)Program Studi Magister.Ilmu Lingkungan, Pascasarjana, Universitas Udayana *Email : [email protected]
ABSTRACT
THE ANALYSIS OF WATER QUALITY AND POLLUTION CONTROL STRATEGIES IN LAKE BATUR BY IMPLEMENTING FORCE FIELD ANALYSIS
Batur is the largest lake in Bali which has the potential to experience pollution due to the high activity in the body and the surrounding environment. This condition indicates the need for serious management efforts to maintain water quality. This study aims at analysing the water quality, status of the water quality of Lake Batur and also formulate a strategy for controlling water pollution in Lake Batur. The water sample analysis method was carried out in two ways, namely in situ method and laboratory testing. The feasibility level of the results was matched with the Class 1 Water Quality Standard based on the Bali Governor Regulation number 16 of 2016, for the status of the water quality determined by the Pollution Index Method according to the Decree of the State Minister of the Environment No. 115 year 2003. In determining the control strategy, the force field analysis method was applied. The results of the study, there were several parameters that exceeded the quality standard ranging from 18.33-23 mg/l. In addition, the DO content at some points was also not classified as lightly polluted where the highest IP value is Brother with a value of 2.07. The pollution control strategy of Lake Batur produced based on force field analysis was increasing innovative socialization to the community, increasing the promotion of Lake Batur conservation, providing training and entrepreneurial skills as well as providing smallscale business capital assistance, synergizing government policies and programs and forming a pollution control unit.
Keywords: water quality; pollution index; control strategy.
Danau sebagai sumber mata air memiliki berbagai peran bagi masyarakat yang secara hidrologis berfungsi untuk mencegah banjir dan kekeringan. Danau terbesar di Bali yaitu Danau Batur berpotensi mengalami pencemaran karena tingginya aktivitas di badan dan
lingkungan di sekitar. Sundra dan Joni (2012) menyatakan, penduduk sekitar desa penunjang Danau Batur menggunakan lahan di sekitar danau untuk kegiatan pertanian. Hasil analisis kualitas air di empat desa penunjang Danau Batur yaitu Buahan,Abang Toya Bungkah, dan Kedisan melebihi baku mutu kelas III untuk peruntukkan pertanian. Selain itu aktivitas domestik (rumah tangga) di sekitar danau juga
berpengaruh terhadap pencemaran yang terjadi, volume limbah pemukiman yang dihasilkan per tahun diperkirakan sebesar 229.587,64 m3 (Handayani et al., 2011).
Kondisi sistem perairan yang tertutup dan tingginya aktivitas masyarakat sekitar yang menghasilkan limbah berdampak terhadap kualitas perairan Danau Batur (Wijaya et al.,2012). Tingkat kecerahan Danau Batur yaitu <2,5 m yang termasuk dalam golongan hipereutrofik (Laili et al., 2020). Berdasarkan indeks pencemaran biologik dan non biologik, perairan danau batur sudah menunjukkan adanya pencemaran dilihat dari nilai IPB pada kisaran 21-60%, total coliform sebesar 59,23 dan nilai NVC 20% dari analisis terhadap ikan di danau menunjukkan kondisi yang tidak sehat (Wijana,2010). Kandungan residu terlarut, COD dan total fosfat berdasarkan pemeriksaan fisikokimia dan NSFWQI air Danau Batur melebihi baku mutu. Hal tersebut diakibatkan oleh tingginya polutan anorganik dan organik dari aktivitas KJA, pertanian dan rumah tangga (Sukmawati,2019).
Kondisi ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu upaya dalam pelestarian Danau Batur yaitu dengan monitoring
kualitas air serta membuat sebuah strategi untuk pengendalian pencemaran air. Dalam pembuatan strategi memerlukan sebuah metode analisis untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, penyebab permasalahan, serta solusi dari pemecahan permasalahan tersebut. Salah satu analisis yang dapat digunakan yaitu Force- Field Analysis (Analisis Medan Kekuatan).
Pengambilan sampel air Danau Batur dilakukan dalam tiga kali pengambilan di lima lokasi yaitu Songan, Toya Bungkah, Kedisan, Abang dan Trunyan pada bulan Maret dan April 2021, sedangkan dalam penentuan strategi pengendalian kualitas air dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2021. Penelitian dilaksanakan di Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli dan UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Lokasi pengambilan sampel air danau ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1.
Lokasi Pengambilan Sampel Air Sumber: Wijaya et al. (2012)
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari; (a) water sampler, wadah sampel (cool box), ice box, (b) botol gelap dari kaca yang telah disteril dengan volume 250 ml untuk menampung air yang akan dipergunakan untuk analisis mikrobiologi dan BOD, (c) botol plastik berbahan polietilen ukuran 2 liter untuk pengambilan sampel air untuk analisis fisika dan kimia, (d) peralatan pengukur parameter lapangan yaitu pH meter,termometer, dan DO meter, (e) peralatan dokumentasi terdiri dari kamera, buku catatan, pulpen dan komputer, (f) kuisioner, (g) GPS garmin.
-
A. Pengambilan Sampel
Sampel air danau diambil sebanyak 2 liter menggunakan water sampler pada lima lokasi pengambilan masing-masing pada kedalaman 4m, 8m, 12m dan 16m kemudian digabungkan menjadi satu (komposit kedalaman). Pengambilan sampel air danau dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Sampel untuk pengujian parameter fisika dan kimia dimasukkan ke dalam botol plastik, sedangkan untuk pengujian mikrobiologi sampel air dimasukkan ke dalam botol kaca. Pengawetan sampel dilakukan dengan cara pendinginan, dimana botol sampel dimasukkan kedalam coolbox yang telah berisi ice pack, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perubahan baik secara fisika, kimia maupun mikrobiologi
-
B. Pengukuran Kualitas Air dan
Penentuan Status Mutu
Kualitas perairan Danau Batur digambarkan dari nilai beberapa parameter baik secara mikrobiologi, kimia dan fisika, Penilaian kualitas air dilakukan berdasarkan hasil pengujian
dibandingkan dengan baku mutu yang sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali No 16 Tahun 2016 kelas satu. Pemeriksaan sampel dilakukan secara insitu (suhu, pH dan DO) dan eksitu (TDS, TSS, BOD, COD, nitrat, fosfat, sulfat, timbal, fecal coliform dan total coliform).
Untuk menentukan status mutu
Perairan Danau Batur digunakan metode
indeks pencemaran yang dihitung dengan
prosedur menurut Kemenneg
Lingkungan Hidup, 2013 dengan rumus
sebagai berikut:
PJ _ /(2⅛7⅛⅛jH2⅛7⅛^
j ~ y 2
(1)
Keterangan:
(Ci/Lij)R = nilai parameter kualitas air rata-
rata
(Ci/Lij)M = nilai parameter kualitas air
maksimum
PIi = lndeks Pencemaran
Status mutu air ditentukan berdasarkan penilaian PIj dimana, (a) jika 0 ≤ PIj ≤ 1,0 maka kondisi perairan tergolong baik atau memenuhi baku mutu); (b) jika 1,0 < PIj <5,0 maka kondisi tergolong tercemar ringan; (c) jika 5,0 <PIj ≤ 10,0 maka kondisi
tergolong tercemar sedang; (d) jika PIj >10,0 maka kondisi tergolong tercemar berat.
-
C. Penentuan Strategi Pengendalian
Pencemaran Danau Batur
Strategi pengendalian pencemaran Danau Batur ditentukan melalui analisis force field untuk melihat semua faktor pendorong dan faktor penghambat suatu permasalahan. Dalam penentuan faktor pendorong dan penghambat
pengendalian pencemaran, dilakukan terlebih dahulu wawancara dan observasi dari masing-masing
komponen aktivitas di sekitar Danau Batur yang meliputi rumah tangga,pertanian, pariwisata dan KJA terkait dengan persepsi, perubahan
sikap dan perilaku untuk menjaga kelestarian danau dalam upaya pengendalian pencemaran Danau Batur. Selanjutya berdasarkan hasil tersebut, dianalisa faktor pendorong dan faktor penghambatnya. Masing-masing faktor pendorong dan panghambat selanjutnya diberikan penilaian oleh para pakar lalu dikelompokkan yang sejenis. Setelah itu, hasil tersebut dirangkum dan dirumuskan ke dalam strategi pengendalian pencemaran air Danau Batur.
Hasil pengukuran TDS di perairan Danau Batur pada Gambar 2, nilainya berkisar antara 1025,67mg/l-1030 mg/l. Hal tersebut menunjukkan bahwa TDS perairan Danau Batur sudah melebihi baku mutu yaitu 1000 mg/l. Nilai rata-rata TDS tertinggi terdapat di Desa Abang dan Kedisan yaitu 1030 mg/l.

Gambar 2.
Pengukuran TDS di masing-masing lokasi pengambilan sampel
Tingginya nilai TDS di kedua lokasi tersebut dapat disebabkan karena dalam perairan terdapat kandungan terlarut dari bahan organik maupun anorganik seperti limbah rumah tangga yang mengandung surfaktan, molekul sabun serta deterjen (Kustiyaningsih dan Irawanto,2020). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ridwan et al. (2018) dimana kandungan TDS pada Sungai Raci tidak memenuhi baku mutu dan terdapat perbedaan yang signifikan pada bagian hulu, tengah, dan hilir, dimana hal tersebut disebabkan oleh adanya kegiatan
MCK di sekitar sungai.
Selain itu, tingginya TDS juga didukung oleh hasil analisis parameter kimia pada Gambar 3 yaitu dissolved oxygen (DO) di lokasi pengambilan Songan, Kedisan, Abang dan Trunyan tidak memenuhi baku mutu, hanya di Toya Bungkah yang memenuhi baku mutu dengan kisaran rata-rata antara 4,81mg/l-6,01mg/l.

Gambar 3.
Pengukuran DO di masing-masing lokasi pengambilan sampel
Kandungan oksigen terlarut di titik pengambilan sampel yang tidak memenuhi baku mutu dapat didukung oleh banyaknya aktivitas masyarakat yang mengakibatkan tingginya kandungan sumber pencemar dalam perairan Danau Batur. Hasil ini sesuai dengan penelitian Prahutama (2013) dimana konsentrasi dissolved oxygen di bawah baku mutu sebesar 1.58 mg/l pada lokasi Kali Surabaya sesudah outlet PT. Suparma. Hal tersebut dikarenakan banyaknya aktivitas masyarakat di sekitar lokasi yang menghasilkan limbah domestik. Yuniarti dan Biyatmoko (2019) juga menyebutkan nilai DO di Sungai Jaing secara keseluruhan berada
di bawah memenuhi baku mutu kelas I dengan nilai minimal (3,75 mg/l) dan maksimal (5,53 mg/l), hal ini disebabkan karena kadar DO dalam air sangat bergantung pada suhu, tekanan atmosfer di daerah sekitar pengukuran, kecepatan arus dari aliran sungai serta polutan yang masuk ke badan air.
Rendahnya nilai DO pada perairan juga didukung oleh tingginya kadar COD pada perairan danau Batur di seluruh titik pengambilan. Kandungan COD rata-rata di perairan Danau Batur (Gambar 4) yaitu bekisar antara 16mg/l-23 mg/l, hal ini menunjukkan bahwa kadar COD telah melebihi baku mutu sebesar 10 mg/l.

Gambar 4.
Pengukuran COD di masing-masing titik pengambilan sampel
Nilai rata-rata COD tertinggi yaitu berada pada titik pengambil sampel di daerah Abang, dimana pada lokasi ini banyak terdapat aktivitas pertanian dan keramba jaring apung. Pemanfaatan pupuk dan pestisida oleh beberapa petani untuk menghasilkan tanaman dengan nilai ekonomis tinggi dimana dalam pelaksanaannya menggunakan dosis yang berlebih serta penggunaan pakan buatan yang tidak habis termakan oleh ikan dalam jaring apung dapat mencemari lingkungan danau (Kartini et al., 2014). Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sumarya et al. (2020) dimana konsentrasi COD di Danau Buyan pada stasiun I-V berkisar antara 27,74 mg/l-71,07mg/l telah melampaui baku mutu Pergub Bali No 16 Tahun 2016 akibat adanya peningkatan kegiatan pertanian yang berdampak terhadap meningkatnya konsentrasi bahan organik dalam perairan sehingga berpotensi terhadap pencemaran. Dalam penelitian Elvince dan Kembarawati (2021) juga menunjukkan kadar COD Danau Hanjalutung telah melebihi baku mutu dengan kisaran 38,40 mg/l-85,33 mg/l hal ini diakibatkan oleh meningkatnya bahan organik dalam perairan akibat kegiatan budidaya perikanan. Selain itu Garno et al. (2020) menyebutkan bahwa nilai COD telah melebihi baku mutu kelas satu dan dua pada perairan Danau Toba yang berkisar antara 44,3-341,1mg/l, hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam perairan Danau Toba mengandung polutan organik yang tinggi yang diduga karena adanya limbah KJA, baik berasal dari kotoran ikan atau dari sisa-sisa pakan ikan yang tidak habis termakan.
Berbeda dengan parameter fisika (TDS) dan kimia (DO serta COD), parameter mikrobiologi yang meliputi total coliform dan fecal coliform di perairan Danau Batur secara keseluruhan masih di bawah baku mutu. Nilai total
coliform yaitu antara >1,8 – 33 MPN/100 ml dan fecal coliform rata-rata antara >1,8 – 13 MPN/100 ml. Namun hal tersebur tidak sesuai dengan penelitian Sumarya et al. (2020) dimana nilai total coliform dan fecal coliform di Danau Buyan pada stasiun III (daerah pemukiman) telah melebihi baku mutu yang diduga berasal dari limbah aktivitas permukiman.
Berdasarkan uraian tersebut kualitas Danau Batur secara keseluruhan menunjukkan adanya indikasi pencemaran yang ditunjukkan dengan hasil uji beberapa parameter yang masih di bawah baku mutu yaitu TDS, DO dan COD. Untuk parameter lainnya seperti suhu, TSS, pH, BOD, nitrat, fosfat, sulfat, fecal coliform dan total coliform sudah memenuhi baku mutu sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016. Namun terdapat adanya kenaikan konsentrasi masing-masing uji di beberapa titik pada pengukuran kedua dan ketiga yang kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi cuaca dan gelombang arus pada saat proses pengambilan sampel.
Indeks pencemaran Danau Batur di masing- masing titik yang ditunjukkan pada Tabel 1, secara keseluruhan tergolong cemar ringan dengan kisaran IP 1,52- 2,07. Nilai IP tertinggi dari keseluruhan titik yaitu berada di daerah Abang hal ini disebabkan karena parameter COD dan TDS tidak memenuhi baku mutu. Pada lokasi lokasi tersebut banyak terdapat aktivitas pertanian dan keramba jaring apung dimana secara tidak langsung dapat menyebabkan meningkatnya limbah organik ke dalam danau (Kartini et al.,2014).
Tabel 1. Indeks Pencemaran Danau Batur
Lokasi Pengambilan |
Indeks Pencemaran |
Kategori |
Songan |
1,72 |
Cemar Ringan |
Toya Bungkah |
1,93 |
Cemar Ringan |
Kedisan |
1,52 |
Cemar Ringan |
Abang |
2,07 |
Cemar Ringan |
Trunyan |
1,76 |
Cemar Ringan |
Hal ini sesuai dengan penelitian Saputra et al. (2017) dimana indeks pencemaran Danau Buyan tergolong dalam cemar ringan dimana skor rata-rata sebesar 3.4347. Dimana parameter ammonia, BOD, nitrat, COD, dan sulfida melebihi baku mutu. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya pengaruh aktivitas pertanian, KJA, serta aktivitas lain yang menyumbangkan beban berat terhadap perairan di Danau Buyan. Devi (2016) juga menyebutkan bahwa status mutu dari perairan Danau Tamblingan tergolong cemar ringan dengan nilai nitrat (1,002 mg/L), DO (6,83 mg/l), BOD5 (9,34 mg/l) dan Total Phospat (0,764 mg/l). Status mutu perairan danau Beratan tergolong dalam kondisi tercemar ringan, sedang dan berat dimana terdapat beberapa parameternya yang tidak memenuhi baku mutu yaitu besi, ammonia, kekeruhan, pH, oksigen terlarut, BOD, COD dan coliform (Atmaja,2019).
-
3.3. Strategi Pengendalian
Pencemaran Danau Batur dengan Force Field Analysis
Dengan force field analysis terindentifikasi beberapa faktor penghambat dan pendorong yang mempengaruhi persepsi serta perubahan sikap dan perilaku untuk menjaga kelestarian danau dalam upaya pengendalian pencemaran Danau Batur. Pertama yaitu terkait dengan perilaku dan kesadaran sebagian masyarakat serta pelaku usaha dari komponen rumah tangga, pertanian, KJA maupun komponen pariwisata akan dampak dari
aktivitas komponen komponen tersebut masih kurang. Ditambah dengan tidak meratanya sosialisasi terkait dampak dari masing-masing aktivitas dan kurang aktifnya pihak Desa dalam pembuatan kebijakan internal desa. Namun persepsi masyarakat terhadap pengelolaan limbah tergolong baik dan adanya usaha pengelolaan air Danau Batur sebagai air minum yang telah dilaksanakan sekarang (dalam skala kecil), kedepannya dapat lebih dioptimalkan pemanfaatannya (dalam skala besar). Selain itu adanya dukungan dari Dinas terkait dalam pengendalian pencemaran Danau Batur dalam bentuk penyuluhan.
Kedua, yaitu terkait dengan mata pencaharian utama di Danau Batur yaitu pertanian dan KJA, namun terdapat sebagian masyarakat yang tidak memahami dampak aktivitas tersebut sehingga berpotensi terhadap pencemaran Danau Batur. Tidak adanya aturan/kebijakan terkait dengan pertanian sempadan Danau dan penggunaan KJA dalam danau, kurangnya pengawasan dan pemantauan secara menyeluruh dari dinas terkait karena kondisi pandemi COVID-19 serta kurang aktifnya peran desa dalam sosialisasi maupun pembuatan kebijakan internal desa dapat mempersulit pengendalian pencemaran Danau Batur. Namun disisi lain, terdapat beberapa kelompok masyarakat yang memahami dampak dari aktivitas pertanian dan penggunaan pakan berlebih terhadap pengurangan kualitas air danau. Selain itu dari pihak pemerintah terus berusaha memberikan dukungan terhadap pengendalian pencemaran di
Danau Batur.
Ketiga, dari segi sarana pengelolaan sampah di desa penunjang Danau Batur secara keseluruhan di masing-masing desa belum ada sistem terpadu terkait dengan pengelolaan sampah serta kurang meratanya bank sampah dan TPS sehingga pelaksanaan pengendalian pencemaran Danau Batur belum optimal. Tetapi di sisi lain penyediaan fasilitas bank sampah yang dikelola oleh pihak swasta di salah satu desa yaitu Desa Kedisan merupakan salah satu bentuk dukungan pengendalian pencemaran terhadap limbah aktivitas rumah tangga yang berupa limbah padat yang dapat terus dikembangkan.
Permasalahan terakhir yaitu terkait
Berdasarkan permasalahan -
permasalahan tersebut adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan (1) penguatan pengamalan persepsi
masyarakat terhadap kelestarian
lingkungan yang sudah baik lebih dioptimalkan dengan peningkatan
sosialisasi yang inovatif kepada masyarakat sekitar terkait dengan dampak, solusi dan alternatif dari masing-masing komponen aktivitas secara kontinu dan berkesinambungan; (2) peningkatkan promosi terkait pelestarian Danau Batur sebagai bahan baku air minum, keunggulan produk organik dalam pertanian (pupuk maupun pestisida) dan biofolk dalam KJA sehingga dapat menjadi alternatif penggunaan bahan kimia dan KJA dalam danau; (3) mensinergiskan kebijakan, program dan kegiatan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Provinsi Bali dan Pemerintahan Kabupaten Bangli serta
-
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1.Simpulan
-
1. Kualitas perairan Danau Batur berdasarkan parameter kimia, fisika dan mikrobiologi di titik
dengan pengelolaan limbah aktivitas pariwisata dimana para pelaku usaha masih minim dalam pembuatan IPAL mandiri karena dibutuhkan alokasi dana yang besar. Selain itu para pelaku usaha tidak melakukan pengujian air limbah secara berkala, hal ini juga diakibatkan karena kuranganya pengawasan secara menyeluruh dari dinas terkait terutama selama masa pandemi COVID-19. Namun disisi lain sebagian pelaku usaha memiliki kesadaran dalam mengolah limbah dan menggunakan septic tank sebagai sarana penampung limbah. Selain itu pemerintah sangat mendukung pengendalian pencemaran dalam bentuk pengawasan dan pemantauan ke pelaku usaha.
Desa sekitar Danau Batur terkait dengan pengendalian pencemaran dan melakukan pengawasan yang lebih optimal; (4) pembentukan satgas pengendalian pencemaran yang melibatkan unsur Desa dan Pemerintah; (5) memberikan pelatihan keterampilan kewirausahaan kepada masyarakat serta pemberian bantuan modal usaha skala kecil sehingga dapat dilakukan diversifikasi mata pencaharian selain pertanian dan KJA; (6) membuat sebuah sistem terpadu terkait pengelolaan sampah di desa penunjang Danau Batur sera pengembangkan fasilitas Bank sampah dan TPS di masing-masing desa; (7) mewajibkan para pelaku usaha menengah untuk memiliki IPAL mandiri dan melakukan pengujian air limbah secara berkala serta meningkatkan keterlibatan pelaku usaha terhadap pengendalian pencemaran Danau Batur melalui kegiatan CSR.
pengambilan Songan, Toya Bungkah, Kedisan, Abang, dan Trunyan menunjukkan adanya indikasi pencemaran, dimana parameter TDS dan COD tidak memenuhi baku mutu Peraturan Gubernur Bali Nomor Tahun 2016.
Selain itu, kandungan DO juga dibawah baku mutu di beberapa titik kecuali Toya Bungkah.
-
2. Status mutu perairan Danau Batur di semua titik tergolong cemar ringan dimana nilai IP tertinggi yaitu di Abang dengan nilai 2,07.
-
3. Berdasarkan analisa force field diperoleh beberapa strategi
pengendalian pencemaran Danau Batur yaitu peningkatan sosialisasi yang inovatif kepada masyarakat, pengingkatan promosi pelestarian danau Batur, pemberian pelatihan dan keterampilan kewirausahaan serta pemberian bantuan modal usaha skala kecil, mensinergiskan
kebijakan dan program pemerintah serta pembentukan satgas pengendalian pencemaran.
4.2. Saran
Perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara rutin serta koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergi (KISS) dalam perencanaan pengelolaan sumber daya air khususnya tentang pencegahan dan pengendalian pencemaran Danau Batur oleh stakeholder terkait. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan beban pencemaran yang dihasilkan dari berbagai aktivitas di sekitar Danau Batur.
DAFTAR PUSTAKA
Atmaja,D.M. 2019. “Konservasi Fungsi Danau Beratan Berbasis Sistem Informasi Geografi di Dataran Tinggi Bedugul Bali” (disertasi). Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Devi,P.M.2016.“Studi Kualitas Air Terhadap Tata Guna Lahan Di Danau Tamblingan Desa Muduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali”
(skripsi).Malang:Universitas Brawijaya.
Elvince,R., Kembarawati.2021. Kajian Kualitas Air Danau Hanjalutung untuk Kegiatan Perikanan di Kelurahan Petuk Katimpun, Kota Palangka Raya, Kalimantan
Tengah. Jurnal Teknologi
Lingkungan Lahan
Basah.9(1):029-041.
Garno,Y.S., Nugroho,R., Hanif,M.2020. Kualitas Air Danau Toba di Wilayah Kabupaten Toba Samosir dan Kelayakan
Peruntukannya.Jurnal Teknologi Lingkungan.21(1):118-124.
Handayani, C.I.M., Arthana,I.W., Merit,I.N. 2011. Identifikasi Sumber Pencemar dan Tingkat Pencemaran Air di Danau Batur Kabupaten Bangli.
Ecotrophic.6(1):37-43.
Laili,S., Cahyono,B.E., Nugroho, A.T.2020. Analisis Kualitas Air di Danau Batur Menggunakan Citra Landsar-8Oli/Tirs Multitemporal. Elipsoida. 3(1):71-790.
Kartini, N.L., Badraka, I.B., Manurung, H., Harahap, T.N., Retnowati, I.,Nasution, S.R.,Rustadi,
W.C. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau (GERMADAN) Batur. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup.
Kustiyaningsih,E., Irawanto,R. 2020. Pengukuran Total Dissolved Solid (TDS) Dalam Fitoremediasi Deterjen Dengan Tumbuhan Sagittaria lancifolia. Jurnal Tanah
dan Sumberdaya Lahan.7(1):143-148.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.
Prahutama,A.2013. Estimasi Kandungan DO(Dissolved Oxygen) di Kali Surabaya Dengan Metode
Saputra,I.W.R.R.,Restu,I.W.,Pratiwi,aM. A.2017Analisis Kualitas Air Danau Sebagai Dasar Perbaikan Manajemen Budidaya Perikanan di Danau Buyan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
Ecotrophic. 11(1):1-7
Sumarya,I.M.,Juliasih,N.K.A.,Sudiartaw an,I.P.2020. Sumber Pencemar Kualitas dan Tingkat Pencemaran Air Danau Buyan di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Bali. Ecotrophic .14(2):165-180.
Sukmawati, N.M.H., Pratiwi, A.E., Rusni, N.W. 2019. Kualitas Air Danau Batur Berdasarkan Parameter Fisikokimia dan
NSFWQI. Wicaksana Jurnal Lingkungan & Pembangunan,
3(2):53-60.
Sundra,I.K., Joni,M. 2012. Pengaruh Pertanian Terhadap Penurunan
Kriging. Statistika. 1(2) :9-14.
Ridwan,M.,Larasati,A.D.A.,Anggraini,S.
P.A.2018. Uji Kualitas Air Sungai
Raci Secara Perspektif
Berdasarkan Parameter TDS (Total Dissolved Solid).
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Industri, Lingkungan dan Infrastruktur (SENTIKUIN)
Kualitas dan Mutu Perairan
Danau Batur, Kecamatan
Kintamani,Bangli. Seminar
Nasional Sains dan Teknologi. Kuta.29-30 Oktober.
Wijana, N. 2010. Penentuan Kualitas Air Danau Batur Melalui Indeks Pencemaran Biologik dan Non
Biologik. Jurnal Bumi
Lestari .10(2):236-241.
Wijaya,D., Sentosa,A.A., Tjahjo,
D.W.H. 2012. Kajian Kualitas Perairan dan Potensi Produksi Sumber Daya Ikan di Danau Batur, Bali, Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI.
Yuniarti, Biyatmoko,D.2019. Analisis Kualitas Air dan Penentuan Status Mutu Air Sungai Jaing Kabupaten Tabalong. Jurnal Teknik
Lingkungan .5(2):52-69
ECOTROPHIC • 16(1): 10-19 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395
19
Discussion and feedback