FITOREMEDIASI LIMBAH DOMESTIK (Greywater) MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR (Echinodorus palaefolius) DAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI BOD, COD DAN AMONIA
on
Fitoremediasi Limbah Domestik (greywater)...,
[Nisa Nurhidayanti, dkk]
FITOREMEDIASI LIMBAH DOMESTIK (Greywater) MENGGUNAKAN TANAMAN MELATI AIR (Echinodorus palaefolius) DAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI BOD, COD DAN AMONIA
Nisa Nurhidayanti*), Helbi Nurul Huda, Dodit Ardiatma
Universitas Pelita Bangsa, Bekasi-Jawa Barat
*Email: nisa.kimia@pelitabangsa.ac.id
ABSTRACT
PHYTOREMEDIATION OF DOMESTIC GREYWATER WASTE USING WATER JASMINE (Echinodorus palaefolius) AND HYACINTH (Eichornia crassipes) TO REDUCE BOD, COD AND AMONIA CONCENTRATIONS
Sustainable development can lead to an increase in the amount of wastewater produced from industrial waste and household domestic wastewater which contains materials/substances that can endanger human life and disrupt environmental sustainability. The aim of this research is to determine the optimum concentration of domestic wastewater for growth of water jasmine and water hyacinth and to determine the effectiveness of the phytoremediation method using plants water jasmine (Echinodorus palaefolius) and water hyacinth (Eichornia crassipes) in reducing concentrations of BOD, COD and ammonia in domestic greywater wastewater. The stages of the research method began with sampling waste water, testing wastewater, acclimatization of plants, range finding test / phytoreactor test and continued with data analysis. The results of the test parameters of domestic greywater waste for 7 days obtained the final value of COD is 0.50 mg/L, BOD is 0 mg/L, and Ammonia is 0 mg/L. Based on the research results obtained the effectiveness of reducing COD concentrations by 99.65%; BOD of 100%; and 100% ammonia. This shows that the use of the phytoremediation method using water jasmine and water hyacinth is very effective in reducing the levels of BOD, COD and ammonia in domestic greywater wastewater and has met the quality standards for domestic wastewater.
Keywords: Phytoremediation, Domestic Greywater, Water Jasmine, Water Hyacinth
Banyaknya kasus pencemaran lingkungan terutama pencemaran air di negara berkembang seperti Indonesia mengakibatkan berbagai permasalahan serius dan harus segera ditangani. Pencemaran air tidak hanya disebabkan karena limbah buangan industri saja, tetapi dapat berasal dari limbah kegiatan domestik yang bersumber dari rumah tangga, perdagangan, sekolah, perkantoran
serta sarana sejenis dan membuang air limbah domestik tersebut tanpa pengolahan terlebih dahulu ke lingkungan. Lalu disisi lain, seiring bertambahnya penduduk dan perkembangan suatu daerah dapat menyebabkan bertambahnya pula jumlah limbah domestik yang dihasilkan.
Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tugas menyelenggarakan tri dharma yaitu pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam menyelenggarakan tri dharma tersebut
seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh civitas akademika dapat menghasilkan limbah domestik. Limbah domestik yang dihasilkan berasal dari air sabun dan air tinja. Salah satu perguruan tinggi yang sedang berkembang pesat yaitu perguruan tinggi swasta Universitas Pelita Bangsa (UPB) yang terletak di Kabupaten Bekasi. Universitas Pelita Bangsa ini memiliki lahan seluas 21.103 m2 yang terdiri dari dua gedung utama. Universitas Pelita Bangsa ini sedang berkembang pesat yang artinya bahwa universitas ini memiliki jumlah mahasiwa yang terus meningkat setiap tahun ajarannya. Peningkatan jumlah mahasiswa tersebut dapat menyebabkan meningkatnya pula jumlah limbah domestik yang dihasilkan. Saat ini, Universitas Pelita Bangsa dalam mengolah limbah domestik tersebut memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah. Secara garis besar, bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dimiliki oleh Universitas Pelita Bangsa menggunakan proses teknologi biofilter tercelup. Proses teknologi biofilter tercelup ini prinsipnya yaitu mengalirkan air limbah domestik kedalam reaktor biologis yang dilengkapi media penyangga. Pada proses ini dapat dilakukan dengan proses aerobik maupun anaerobik. Pada proses aerobik dibutuhkan oksigen dengan cara aerasi yang digunakan untuk menguraikan zat organik, sedangkan pada proses anaerobik, tidak memerlukan oksigen (aerasi) dalam menguraikan zat organik. Penelitian tentang0pengolahan limbah domestik sebelumnya menyatakan bahwa metode fitoremediasi dengan tanaman kayu apu dan bunga kana memerlukan biaya yang terjangkau dan dapat memperindah lingkungan kampus di area dekat IPAL. Penggunaan metode fitoremediasi dengan tanaman kayu apu dan bunga kana dengan filter arang aktif dari ampas kopi pada sampel air limbah domestik pada kontrakan X mampu menurunkan BOD sebesar 80.65%, COD
sebesar 70.59% dan TSS sebesar 79,17% (Nurhidayanti et al. 2021).
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Saputro (2016), fitoremediasi dengan memanfaatkan tanaman kayu apu sebagai biofiIter pada limbah cair rumah sakit dapat menurunkan kadar amonia sebesar 97,323% dengan menggunakan tanaman kayu apu sebanyak 8 tanaman dalam 15 liter air limbah. Kemudian dalam penelitian Choirunisa (2020), efisiensi tertinggi dalam menurunkan kandungan besi dengan metode fitoremediasi didapatkan sebesar080,64% menggunakan 8 tanaman kayu0apu dan 8 tanaman0papyrus. Penggunaan fitoreaktor hidroponik dapat mengoptimalkan kinerja instalasi pengolahan air limbah (IPAL) daIam menurunkan kandungan amonia dengan penambahan presentase penyisihan amonia pada hari ke-7 menggunakan tanaman selada sebesar 18,72% dan menggunakan tanaman Kangkung sebesar 20,17% (Hendriarianti & Ratna, 2018). Pada penelitian Maddusa (2017), menunjukkan bahwa fitoremediasi dengan menggunakan tanaman jirangau dan diberi aerasi lebih efektif dibandingkan dengan tanpa aerasi yakni mampu menurunkan kadar amonia sebesar 99,49%. Metode fitoremediasi menggunakan tanaman bunga0kana dan kayu apu0dengan filter karbon0aktif menghasilkan efektifitas penurunan TDS sebesar 98,20%, TSS sebesar 98,20%, Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 76,04% (Nurhidayanti & Ardiatma, 2020). Tanaman melati air (Echinodorus palaefolius) efektif sebagai filter kontaminan dan dapat menurunkan kadar nutrien pada perairan (Kasman dkk., 2018a). Menurut penelitian Kasman (2018b), didapatkan hasil bahwa pengaruh tanaman melati air dalam limbah cair tempat pemotongan ayam dapat dipergunakan untuk menurunkan kadar
BOD sebesar 87,47%, TSS (Total Suspended Solid) sebesar 88,98% dan COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 91,13%. Eceng gondok0dapat hidup mengapung0bebas di atas0permukaan air0dan berakar di dasar kolam0atau rawa jika0airnya dangkal. Kemampuan tanaman ini0banyak digunakan untuk mengolah air0limbah, karena dengan akivitas tanaman ini mampu mengolah air limbah domestik dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Eceng gondok dapat menurunkan kadar BOD, partikel suspensi secara biokimiawi namun berlangsung agak lambat (Sari, 2020) dan dapat menurunkan zat warna rhemazol pada industri tekstil (Rahmawati, 2013).
Berdasarkan hasil analisis awal air limbah greywater domestik UPB didapatkan nilai pH sebesar 7,43, TSS sebesar 0,145 mg/L, BOD sebesar 78,02 mg/L, COD sebesar 144,05 mg/L, NH3 sebesar 20,00 mg/L dan Minyak dan Lemak sebesar 0,0091 mg/L. Untuk nilai COD, BOD, dan NH3 masih melebihi baku mutu air limbah domestik menurut PermenLHK No 68 Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, sedangkan untuk nilai pH, TSS, dan minyak dan lemak masih memenuhi baku mutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum air limbah domestik untuk pertumbuhan tanaman melati air dan eceng gondok serta mengetahui efektivitas penurunan kadar COD, BOD dan NH3 pada limbah greywater domestik Universitas Pelita Bangsa dengan metode fitoremediasi menggunakan tanaman melati air dan tanaman eceng gondok. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu berfokus pada bagaimana efektifitas metode fitoremediasi menggunakan tanaman melati air dan tanaman eceng gondok dalam menurunkan kadar COD, BOD dan NH3 pada limbah greywater domestik Universitas Pelita Bangsa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsentrasi optimum limbah greywater yang digunakan efektivitas penurunan konsentrasi polutan pada air limbah greywater domestik dengan menggunakan fitoremediasi tanaman melati air dan eceng gondok. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi penggunaan suatu metode pengolahan air limbah domestik sehingga dapat memenuhi baku mutu dan air limbah yang diolah dapat bermanfaat sebagai media pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pelita Bangsa, Jalan Inspeksi Kalimalang Tegal Danas Arah Deltamas, Kecamatan Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi dari proses pengambilan sampel air limbah hingga implementasi penggunaan fitoremediator untuk mengolah air limbah. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Maret 2021 sampai dengan Mei 2021. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Bahan yang diperlukan dalam penelitan ini meliputi limbah domestik0yang berasal dari WWTP Universitas Pelita0Bangsa, tanaman melati air, tanaman eceng gondok, bahan untuk analisa BOD0dengan metode titrasi winkler (aquades, larutan buffer fosfat 1,5 N, larutan amonium klorida 0,71 N, larutan kalsium klorida 0,25 M, larutan magnesium sulfat (MgSO4) 0,41 M, Besi klorida 0,018 M, larutan kalsium hidroksida 6 N, larutan H2SO4 1 N dan Larutan NaOH 1 N), bahan untuk analisa COD dengan metode refluks tertutup (larutan H2SO4, larutan ferro amonium sulfat, asam sulfamat dan larutan standar kalium hidrogen ftalat), Analisa NH3
dengan metode Phenate (larutan phenol, Natrium nitroprusside 0,5 %, alkaline sitrat, natrium hipoklorit).
Alat yang diperlukan pada penelitian ini terdapat 4 bagian utama. Pada bagian pertama yaitu sebuah bak berukuran 550 mm x 360 mm x 300 mm dengan volume 50 liter digunakan sebagai tempat limbah cair domestik yang dihubungkan dengan pipa PVC dengan diameter 2/3 inch dan dilengkapi 2 buah pompa dengan kecepatan 500 liter/jam. Bagian kedua yaitu tabung filter karbon aktif yang terbuat dari kaleng berukuran 173 mm x 142 mm x 240 mm dengan volume 6 liter yang didalamnya berisi 3 lapisan yaitu pada lapisan atas terdapat karbon arang aktif, pada lapisan tengah pasir silica serta pada lapisan bawah terdapat batu kerikil. Pada bagian ketiga terdapat 3 buah bak reaktor yang terbuat dari plastik berukuran 550 mm x 360 mm x 300 mm dengan volume 50 liter. Ketiga bak reaktor tersebut digunakan untuk tumbuhnya tanaman eceng gondok, dimana pada bak tersebut terdapat pipa PVC berukuran 2/3 inch yang saling berhubungan. Pada bagian keempat yaitu terdapat 10 bak reaktor yang terbuat dari plastik berukuran
100 mm x 80 mm x 80 mm memiliki volume 8 liter yang digunakan untuk tempat tanaman melati air yang dilengkapi selang berukuran 11 mm untuk menghubungkan bak tanaman melati air tersebut dengan bak tanaman eceng gondok serta dilengkapi kran agar dapat mengatur debit yang akan dikeluarkan.
Setelah melewati keempat bagian tersebut, limbah domestik yang telah diolah tersebut kembali ke bak bagian pertama dengan menggunakan pipa PVC berukuran 2/3 inch. Dibagian tengah pipa tersebut diberikan tuas kran sebagai hasil output pengambilan contoh uji hasil pengolahan limbah domestik. Selain peralatan tersebut, peralatan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan uji sesuai dengan APHA 5210D 2017 untuk parameter BOD, APHA 5220D 2017 untuk parameter COD dan APHA 4500-NH3 F 2005 untuk parameter amonia. Peneliti membuat desain alat sebagai gambaran bentuk fitoreaktor yang akan digunakan. Desain alat fitoreaktor dan Rangkaian peralatan fitoreaktor tersebut disajikan pada0Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 1.
Peta Lokasi Penelitian
Enceng Gondok

Gambar 2. 0
Desain Alat Sistem Pengolahan0Limbah Domestik Dengan Fitoremediasi

Gambar 3.
Rangkaian0Alat Fitoreaktor
Keterangan:
-
1. Bak fitoremediator Eceng gondok I
-
2. Bak fitoremediator Eceng gondok II
-
3. Bak fitoremediator Eceng gondok III
-
4. Selang konektor
-
5. Bak fitoremediator Melati air I
-
6. Bak fitoremediator Melati air II
-
7. Bak Kontrol I
-
8. Pipa penghubung Bak fitoremediator
-
9. Bak Kontrol II
-
10. Pipa penghubung Bak fitoremediator ke Bak Tampungan limbah greywater
-
11. Outlet Pengambilan sampel
-
12. Bak Tampungan limbah greywater
-
13. Pompa ke bak fitoremediator Eceng gondok
-
A. Pengambilan Sampel Air Limbah
Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan metode pengambilan
contoh0duplikat yaitu sampel0yang
diambil dari titik0pengambilan air limbah domestik yang0sama pada hari ke 0, ke1, ke3, ke5 dan ke7 pada jam 16:00-16:15, dengan duplikat sampel digunakan untuk menguji0ketelitian tata kerja0pengambilan sampel.
-
B. Analisa Kualitas Air Limbah
Analisa kualitas limbah cair greywater domestik dilakukan di laboratorium PT Tuv Nord Indonesia, Cikarang Kabupaten Bekasi.
-
C. Aklimatisasi
Tahap aklimatisasi dilakukan pada tanaman melati air usia 2 bulan keatas sebanyak 20 tanaman yang ditanam pada sistem hidroponik drif dan eceng gondok sebanyak 282 tanaman untuk ditanam di fitoreaktor selama 7 hari. Tujuan aklimatisasi adalah untuk mendapatkan tanaman melati air dan eceng gondok yang telah0beradaptasi pada0media yang akan0digunakan pada Range Finding0Test (RFT) / uji fitoreaktor. Tanaman melati air dan eceng gondok yang masih hidup dan berwarna hijau akan diambil untuk penelitian. Total volume limbah cair yang digunakan adalah 200 Liter.
-
D. Range Finding Test (RFT)/Uji
Fitoreaktor
Pada tahap ini yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan limbah cair greywater dengan 5 variasi konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan fitoreaktor dan tanaman
yang sama dengan proses aklimatisasi tanpa menggunakan filter karbon aktif. Kemudian menambahkan dan
mensirkulasikan air limbah yang telah disiapkan secara berulang ke dalam fitoreaktor. Konsentrasi limbah yang tidak menyebabkan kematian pada tanaman Eceng gondok dan Melati air akan dilakukan pengamatan paramater BOD, COD dan NH3 dilakukan setiap hari selama 7 hari dengan pengambilan sampel dilakukan pada sore hari dengan pengambilan contoh uji sebanyak 2 liter pada sore hari (jam 16:00) di hari ke-0, hari ke-1, hari ke-3, hari ke-5 dan hari ke-7.
-
E. Analisa Data
Dilakukan perhitungan efektivitas penurunan kadar COD, BOD dan amonia limbah cair greywater domestik Universitas Pelita Bangsa dengan menggunakan persamaan (1) sebagai berikut (Maryana, 2020):
E0=s°sqs1 x100% (1)
Dimana:
E =0Efisiensi (%)
S0 =0Konsentrasi hari ke-0 (mg/L)
S1 =0Konsentrasi hari ke-7 (mg/L)
Hasil pengujian laboratorium pada Tabel 1 0menunjukkan bahwa pengolahan limbah greywater domestik dengan metode fitoremediasi0menggunakan
tanaman0melati air dan eceng gondok dapat menurunkan polutan air limbah COD, BOD dan amonia yang sebelumnya tidak memenuhi baku mutu menjadi memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Menteri0Lingkungan Hidup0Nomor 68 Tahun02016.
Tabel 1. Hasil Uji0Kualitas Limbah0Greywater Domestik Sebelum dan Sesudah Fitoremediasi
No0 |
Parameter0 |
Satuan0 |
Hasil Uji Sebelum |
Baku0Mutu |
Hasil Uji Sesudah |
1 |
pH |
- |
7,43 |
6 – 9 |
7,92 |
2 |
COD*) |
mg/L |
144,05 |
100 |
0,50 |
3 |
BOD*) |
mg/L |
78,02 |
30 |
0 |
4 |
TSS |
mg/L |
0,145 |
30 |
0 |
5 |
NH3*) |
mg/L |
20,00 |
10 |
0 |
6 |
Minyak dan0Lemak |
mg/L |
0,0091 |
5 |
0 |
*)belum memenuhi baku mutu sebelum pengolahan dengan fitoreaktor
Tujuan aklimatisasi0tanaman melati air dan eceng gondok ialah agar kedua tanaman tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Aklimatisasi tanaman dapat dikatakan tumbuh dengan baik dapat dilihat dari kondisi fisik tanaman tersebut diantaranya tanaman tersebut tetap hijau dan tidak layu. Proses aklimatisasi tanaman ini dilakukan dalam waktu 7 hari. Menurut Nurmalinda, el al. (2018) tanaman harus melewati tahap aklimatisasi sebagai tahap awal sebelum dilakukannya proses fitoremediasi. Kemudian setelah melewati tahap aklimatisasi, tanaman yang tetap hijau dan tidak layu lanjut ke tahap selanjutnya yaitu Range Finding0Test (RFT).
Pada tahap ini dilakukan variasi konsentrasi air limbah domestik untuk mengetahui0batas kritis konsentrasi bagi tanaman melati air dan0eceng gondok. Variasi konsentrasi diperoleh dengan melakukan pengenceran limbah domestik yang kemudian diujikan pada tanaman melati air dan0eceng gondok. Rentang variasi konsentrasi limbah domestik yang0digunakan dalam penelitian ini mengikuti0deret geometrik yaitu konsentrasi air limbah domestik 20%,
40%, 60%, 80%, dan 100% (v/v) dengan voleme total larutan air limbah domestik sebanyak 200 liter. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui batas kritis0konsentrasi yang tidak memberikan efek kematian0pada tanaman.
Berdasarkan hasil0pengamatan selama0tujuh hari, terlihat bahwa tanaman0Melati Air dan0Eceng Gondok0mampu hidup dengan0baik pada semua konsentrasi air limbah. Konsentrasi yang digunakan untuk tahap uji fitoreaktor yaitu konsentrasi paling tinggi0dari hasil RFT tanaman0Melati Air0dan0Eceng Gondok0sebesar 100%v/v. Hal ini0dilakukan agar mempermudah proses0fitoremediasi karena tidak memerlukan faktor pengenceran terlebih dahulu.
Hasil pengujian laboratorium untuk parameter COD selama proses fitoremediasi pada konsentrasi limbah domestik 100% (v/v) disajikan pada0Gambar 4.
Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin lama larutan limbah greywater domestik dalam bak fitoreaktor maka nilai COD semakin menurun. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu tinggal tanaman dalam fitoreaktor akan memberikan peluang yang lebih besar pada0mikroorganisme air di akar tanaman melati air dan eceng gondok untuk
menguraikan senyawa organik yang0terkandung dalam0air limbah. Penurunan konsentrasi COD juga0dipengaruhi0oleh adanya asupan gas oksigen dan0cahaya matahari selama proses fotorsintesis tanaman, karena dengan adanya oksigen dan cahaya matahari akan mempercepat laju pertumbuhan0mikroorganisme pada akar
tanaman melati air dan eceng gondok (Raissa, 2017). Hasil pengamatan juga0menunjukkan bahwa0semakin lama waktu proses fitoremediasi maka air limbah0domestik menjadi semakin jernih karena0polutan air limbah domestik yang terserap akar0tanaman (Dewi & Akbari, 2020).

Gambar 4.
Penurunan Konsentrasi COD selama Proses Fitoremediasi
Konsentrasi COD pada hari ke-0 didapatkan sebesar 144,05 mg/L, dalam hal ini tidak memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan proses fitoremediasi menggunakan tanaman melati air dan eceng gondok konsentrasi COD menurun secara signifikan sejak hari ke-1 sampai hari ke-7. Penurunan konsentrasi COD pada hari ke-1 menjadi sebesar 14,52 mg/L; pada hari ke-3 sebesar 11,20 mg/L; pada hari ke-5 sebesar 0,58 mg/L; dan hari ke-7 sebesar 0,50 mg/L. Berdasarkan data penelitian ini maka konsentrasi COD setelah melalui proses fitoremediasi selama 7 hari telah memenuhi baku mutu sesuai PermenLHK No 68 Tahun 2016. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa efektivitas eceng gondok dalam
menurunkan kadar COD air limbah laboratorium memiliki pola peningkatan yang cenderung linear. Reaksi yang terjadi selama proses fitoremediasi sehingga dapat menurunkan COD mengikuti persamaan (2) sebagai berikut (Sawyer dkk, 2003):
CjlHaOiNc + dCr2O⅞^ + (8d + c)H+ → nCOi
+ a + ⅛ " ⅛ H2O + cNH+ + 2√Cr3
(2)
Efektifitas penurunan konsentrasi COD selama proses fitoremediasi pada penelitian ini mencapai 99,65%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme pada proses fitoremediasi ini dapat menguraikan bahan organik dalam air limbah greywater domestik secara optimal.
fitoremediasi pada konsentrasi limbah
domestik 100% (v/v) disajikan
Hasil pengujian laboratorium untuk pada0Gambar 5.
parameter COD selama proses

Penurunan Konsentrasi BOD selama Proses0Fitoremediasi
Konsentrasi0BOD pada hari ke-0 didapatkan sebesar 78,02 mg/L dengan begitu hasil BOD tidak memenuhi baku mutu yang sudah di tetapkan tetapi setelah dilakukannya proses fitoremediasi menggunakan0tanaman melati air dan0eceng gondok hasil BOD dari hari ke-1 sampai hari ke-7 telah memenuhi baku mutu sesuai PermenLHK No 68 Tahun 2016 yaitu hari ke-1 sebesar 7,4 mg/L; hari0ke-3 sebesar 5,7 mg/L; hari0ke-5 sebesar 0,0 mg/L; dan hari0ke-7 sebesar 0,0mg/L. Adanya tanaman melati air dan eceng gondok dapat menyerap dan mengoksidasi senyawa organik0yang terdapat dalam0air limbah greywater domestik0 (Novita dkk., 2019). Semakin lama waktu fitoremediasi, maka akan0semakin banyak senyawa0organik yang terserap oleh0tanaman dan mengalami fitodegradasi oleh mikroorganisme0air limbah menjadi air dan karbondioksida (Nurhidayanti et al.,
-
2021) . Reaksi penurunan BOD selama proses fitoremediasi yang terjadi mengikuti persamaan (3) sebagai berikut (Sawyer dkk., 2003):
Efektifitas penurunan0konsentrasi BOD selama proses fitoremediasi pada penelitian ini mencapai 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme pada proses fitoremediasi ini dapat menguraikan bahan organik dalam air limbah greywater domestik menjadi air dan karbondioksida secara optimal. Selanjutnya karbondioksida akan digunakan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Oksigen terlarut0dalam air limbah akan mengalami peningkatan0karena adanya reaksi hasil fotosintesis dari tanaman melati air dan eceng gondok (Sari & Hermiyanti, 2020).
Hasil pengujian laboratorium untuk parameter amonia selama proses
fitoremediasi pada konsentrasi limbah domestik 100% (v/v) disajikan pada0Gambar 6.

Penurunan Konsentrasi Amonia selama Proses Fitoremediasi
Konsentrasi amonia pada hari ke-0 masih cukup tinggi yaitu sebesar 20,00 mg/L disebabkan karena sumber utama amonia tersebut berasal dari kegiatan domestik seperti air tinja dan air sisa cucian. Selama proses fitoremediasi menggunakan0tanaman melati air dan eceng gondok konsentrasi amonia berangsur-angsur menurun dari0hari ke-1 sampai0hari ke-7 . Penurunan amonia pada hari0ke-1 menjadi sebesar 8,06 mg/L; pada hari ke-3 sebesar 0,00 mg/L; hari0ke-5 sebesar 0,00 mg/L; dan hari0ke-7 sebesar 0,00 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi amonia pada hari kedua telah memenuhi baku0mutu sesuai PermenLHK No 680Tahun 2016. Semakin lama waktu kontak tanaman dengan air limbah selama proses fitoremediasi, maka nilai konsentrasi amonia semakin rendah karena penyerapan nutrisi oleh tanaman (Hendriarianti dan Ratna, 2018).
Fitoremediasi eceng gondok (Eichornia crassipes) melalui proses pengenceran 25% mampu memperbaiki kadar polutan amonia sehingga lebih aman dibuang ke lingkungan karena telah memenuhi baku mutu air limbah tahu. Morfologi tanaman eceng gondok dan melati air selama proses fitoremediasi pada konsentrasi air limbah domestik 100 %v/v juga dapat memperindah lingkungan, hal ditunjukkan dengan warna daun melati air dan eceng gondok yang tetap hijau sampai akhir perlakuan dan biomassa eceng gondok dan melati air bertambah besar (Yuni et al., 2014). Efektifitas penurunan konsentrasi amonia selama proses fitoremediasi pada penelitian ini mencapai 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyerapan nutrisi ammonia oleh tanaman melati air dan eceng gondok selama proses fitoremediasi telah berjalan secara optimal.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
-
1) Metode fitoremediasi
menggunakan tanaman melati air dan eceng gondok selama sirkulasi tujuh hari menggunakan limbah greywater domestik diperoleh
konsentrasi limbah domestik
optimum sebesar 100% v/v dan
DAFTAR PUSTAKA
Choirunnisa, A. T. (2020).
Fitoremediasi0Logam Berat Besi (Fe) menggunakan Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes L) dan Papirus (Cyperus0papyrus L). Surabaya: Skripsi Program Studi Teknik
Lingkungan Universitas Islam Negeri0Sunan Ampel Surabaya. (diakses pada 11 Mei 2021)
Dewi, M. O., & Akbari, T. (2020).
Pengolahan Limbah Cair
Tahu0Dengan Metode0Fitoremediasi Tanaman Eceng0Gondok (Eichhonia Crassipes ) Pada Industri Tahu B0Kota Serang. Jurnalis, 3(1): 38-48.
Hendriarianti, E., & Ratna. (2018).
Penurunan Nutrien Amoniak dan IPAL Komunal Tlogomas dengan Fitoremediasi. Laporan Penelitian Hibah Internal Institut Teknologi Nasional Malang. (diakses pada 11 Mei 2021)
Kasman, M., 0Herawati, P., dan Aryani, N., (2018a). Pemanfaatan
Tumbuhan0Melati Air (Echinodorus Palaefolius) dengan Sistem
Constructed Wetlands0untuk
Pengolahan Grey Water, Jurnal
Daur0Lingkungan’, 1(1): 10-15.
tidak memerlukan faktor
pengenceran.
-
2) Hasil perhitungan efektivitas penurunan konsentrasi polutan pada air limbah greywater domestik dengan menggunakan fitoremediasi tanaman melati air dan eceng gondok yaitu penurunan COD sebesar 99,65%, BOD sebesar 100%, dan amonia sebesar 100%.
Kasman, M., 0Riyanti, A., Salmariza, S., Y., dan Ridwan, M., (2018b).
Reduksi pencemar0limbah cair industri tahu dengan
tumbuhan0melati air (Echinodorus palaefolius) dalam sistem kombinasi constructed0wetland dan filtrasi, Jurnal Litbang Industi, 8(1): 39-46.
Maddusa, S. S. (2018). Efektifitas Tanaman Jeringau (Acorus Calamus) Untuk Menurunkan Kadar0Amoniak Pada Air Limbah RSUD Kota Bitung. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado, 7(1): 37-46
Maryana, M., Oktorina, S. , Auvaria, S. W., & Setyowati, R. diah N., (2020). Fitoremediasi Menggunakan Variasi Kombinasi Tanaman Kiambang (Salvinia molesta M) dan Tanaman Kayu Apu (Pistia stratiotes L) dalam Menurunkan Besi (Fe) dengan Sistem Batch. Al-Ard: Jurnal Teknik
Lingkungan, 6(1): 29–36.
Menteri Lingkungan0Hidup dan
Kehutanan. (2016).0Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup
Republik0Indonesia Nomor 68 Tahun 20160Tentang Baku Mutu Air Limbah0Domestik. 1323.
Novita, E., Arunggi, A.,0Hermawan, G., 0Wahyuningsih, S., Studi, P., Pertanian, T., Pertanian, F. T.,
Jember, U., &0Tegalboto, K. (2019). Komparasi Proses0Fitoremediasi
Limbah Cair Pembuatan0Tempe menggunakan Tiga0Jenis Tanaman Air. Agroteknologi, 13(01): 16-24.
Nurhidayanti, N.,0& Ardiatma, D. (2020). 0Efektivitas Hidroponik Tanaman Bunga Kana, Kayu Apu serta0Ampas Kopi dalam PengoIahan Air Limbah Greywater0Domestik. JurnaI
Presipitasi: Media Komunikasi0dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 17(3): 272-283.
Nurhidayanti, N.,0Ardiatma, D., 0&
Tarnita, T. (2021). Studi
Pengolahan0Limbah Greywater
Domestik0menggunakan Sistem
Hidroponik0dengan Filter Ampas Kopi. Jurnal Tekno Insentif, 15(1), 15-29.
0https://doi.org/https://doi.org/10.367 87/jti.v15i1.394
Nurmalinda.,0Yuliansyah A.T., &
Prasetya A. (2018). Aklimatisasi Tanaman Lemna0Minor dan Azolla Microphylla Terhadap Lindi0TPA Piyungan Pada Tahap AwaI Fitoremediasi. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, ISSN 02163128.
Rahmawati, F., Pranoto, dan0Aryunani, I., N., 2013, Adsorbsi zat0warna tekstil Remazol Yellow FG0pada limbah batik oleh eceng gondok0dengan aktivator NaOH, Jurnal Alchemy, 2(2): 138-149.
Raissa, DG. (2017) Fitoremediasi Air yang Tercemar Limbah Laundry dengan Menggunakan Kayu apu (Pistia stratiotes), Jurnal Teknik ITS, 6(2): 232-236.
Sari, S. V., &0Hermiyanti, P. (2020). Pengaplikasian Kayu Apu (Pistia stratiotes L ) 0dalam Menurunkan Kadar BOD,0COD dan TSS0Pada Limbah Cair Laboratorium di
RSUD0Besuki
Kabupaten0Situbondo. Jurnal
Keperawatan Profesional, 8(1): 1-14.
Saputro, T. (2016). Keefektifan Metode0Fitoremediasi dengan
Pemanfaatan0Tanaman Kayu Apu Untuk Menurunkan Kadar0Amoniak Pada Limbah Cair Rumah Sakit Umum PKU
Muhammadiyah0Delanggu. Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sawyer, Clair N.,0McCarty, Perry, L., & Parkin,0Gene F. (2003). Chemistry for Environmental0Engineering and Science.0New York: McGrawHill.
Yuni, I.,0Lestari, W., & Yelmida. (2014). Kajian Efektifitas0Kayu Apu (Pistia stratiotes L) dalam Mereduksi N-Total0Sebagai Upaya Perbaikan Kualitas0Limbah Cair Industri Tahu .
JOM FMIPA, 1(2): 383-290.
ECOTROPHIC • 16(2): 153-164 p-ISSN:1907-5626,e-ISSN: 2503-3395
164
Discussion and feedback