STUDI DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN LAUT TERHADAP PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG
on
Ecotrophic ♦ 3 (1): 35 - 40
ISSN: 1907-5626
STUDI DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBENIHAN IKAN LAUT TERHADAP PENURUNAN KUALITAS LINGKUNGAN DI KECAMATAN GEROKGAK KABUPATEN BULELENG
1Suko Ismi 1), I Wayan Arthana 2) dan I W. Budiarsa Suyasa 3)
-
1) Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Gondol, Bali
-
2) Program Magister Ilmu Lingkungan Udayana
-
3) Jurusan Kimia FMIPA Udayana
ABSTRAK
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembenihan ikan laut terhadap penurunan kualitas lingkungan di Kecamatan Gerokgak, Sampel diambil dar air sumur 17 stasiun dan air laut 8 stasiun dengan 2 stasiun yang berasal dari air buangan kegiatan pembenihan parameter kualitas air yang diukur meliputi aspek fisika, kimia dan mikrobiologi air sumur dan air laut. Hasil analisa untuk air sumur dibandingkan dengan baku mutu air kelas satu dan untuk air laut dibandingkan dengan baku mutu air untuk kehidupan biota laut. Tingkat pencemaran air laut dihitung melalui indeks deversitas dan skor terpadu, sedangkan untuk mengetahui kemiripan karakteritik fisika dan kimia air antar stasiun dilakukan analisis cluster.
Beberapa parameter air sumur telah melewati baku mutu yaitu: salinitas, BOD5, nitrit, phospat, besi, mangan, tembaga, seng, kobalt, kadmium, dan kandungan bakteri coliform tinja. Analisis cluster air sumur jika dikelompokkan menjadi 3, maka yang pertama stasiun 2, 4, 5, 8 sampai 17 dimana stasiun 2, 4 dan 5 letak sumur dekat dengan pembenihan tetapi mempunyai kemiripan karakteristik fisika dan kimia dengan stasiun 8-17 yaitu sumur yang letaknya jauh dengan pembenihan, kelompok ke dua stasiun 3, 6 dan 7 yang letaknya dekat dengan pembenihan dan kelompok ke tiga adalah hanya stasiun 1 yang letaknya dekat dengan pembenihan. Kedekatan antar stasiun dalam satu kelompok dikarenakan kemiripan karakteristiknya, walaupun jarak sumur dari pembenihan tidak sama.
Parameter air laut yang telah melewati baku mutu adalah nitrat dan phospat, diketemukan 21 genus plankton dari 6 phylum dengan komposisi 61% Bacillariophyta, 5% Cyanophyta; 10% Protozoa; 5% Ctenophora, 14% Arthropoda dan 5% Mollusca. Indeks keanekaragaman (H’) 0,078 – 1,968 berarti tercemar sedang hingga berat, nilai indeks keseragaman (E) 0,033 – 0,473 berarti keseragaman rendah hingga sedang dan nilai indeks dominasi (C) 0,167 - 0,974 yang berarti dominasi parsial plankton rendah hingga tinggi. Kualitas air terpadu skor rata-rata 4,63 - 6,25 berarti tercemar sedang hingga berat. Hasil uji cluster air laut dan air pembuangan jika dikelompokkan menjadi 3, yang pertama stasiun 1 sampai 5 yang terletak di pinggir laut stasiun ini menerima langsung hasil air buangan., sehingga mempunyai karakteristik berbeda dengan stasiun 6, 7 dan 8 yang merupakan kelompok ke dua yang letaknya jauh dari pantai , kemudian kelompok ke tiga yaitu stasiun B1 dan B2 yang merupakan air pembuangan.
Kata kunci : Penurunan kualitas lingkungan, pembenihan ikan, air sumur dan laut
ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate influence of marine fish hatchery to degradation environmental quality in Gerokgak District, measurement was done through physical, chemical and microbiologycal analysis.The sample was taken from 17 stations well water, and 8 stations sea water with 2 stations coming from water discard marine fish hatchery of Gondol Orchard. Data analysis of wells water to campare with water quality standart category I and sea water comparing with the live for animal sea water according to Regulation of The Governor Bali No. 8 Year 2007. Sea water pollutan level was counted through index of diversity and integrated score, to know the resemblance physical and chemical caracteristic among station was analysis by cluster.
Result of the research indicates that some parameters of wells water have passed standart water quality namely : Salinity, BOD5, nitrit, phospat, iron , mangan, copper, zink, cobalt, cadmium, dan bacteria coliform feces content. Cluster analysis wells water if we classify into 3 groups namely first group station 2, 4, 5, 8 until 17, the location of wells 2, 4 and 5 near for hatcheries but have resemblance caracteristic with wells far for hatcheries that is station 8-17. Second group station 3, 6 and 7 have location near hatcheries and third group station 1 only near hatcheries location. Nearness between station on one group caused resemblace caracteristic, although different wells distance. Parameters sea water have passed standart water quality namely : nitrat and phospat. Can be found 21 genus plankton from 6 phylum with composition 61% Bacillariophyta, 5% Cyanophyta, 10% Protozoa, 5% Ctenophora, 14% Arthropoda. Index diversity (H’) 0.078 – 1.968 it indicates about medium to high pollution, index uniformities (E) 0,033 – 0,473 its means that uniformities low to medium, index domination (C) 0,167 – 0,974 it’s meaning have domination partial of plankton a low until high.
Integrated score rate have value 4,63 – 6,25 the meaning is water have a medium until heavy of pollution. Cluster analysis sea water if it is classified into 3 groups namely first group that is station 1 until 5 that in coastal area with direct water coming from discard water marine fish hatchery different caracteritic with second group station 6,7 and 8 this area far from the beach, next third group B1 and B2 this station water discard from marine fish hatchery.
Keyword : Environmental quality degragation, fish hatchery, well and sea water
PENDAHULUAN
Kawasan pembenihan di Indonesia yang telah berkembang pesat salah satunya adalah di Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng. Beberapa ikan laut yang dibenihkan adalah bandeng (Chanos-chanos Forskal) dan kerapu antara lain : kerapu macan (Epinehelus fuscogutatus) kerapu lumpur (Epinehelus suilus), kerapu sunu (Plectropomus leoprdus) dan kerapu bebek (Cromileptes altivelis)
Dari hasil pengamatan secara langsung di lokasi pembenihan didapatkan data bahwa limbah yang berasal dari pembenihan ikan yang mengandung sisa-sisa plankton, bahan-bahan kimia dan air sisa /kotoran dari bak larva dibuang langsung ke laut dan secara sengaja atau tidak sengaja terbuang ke tanah. Bahan buangan tersebut merupakan bahan organik yang akhirnya membusuk, menyuburkan perairan pantai dan berdampak menurunkan kualitas perairan laut, selain itu juga akan berpengaruh terhadap mutu kualitas air sumur yang digunakan untuk kepentingan penduduk sehari-hari.
Bertitik tolak dari kondisi tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penurunan kualitas air sumur dan air laut mengingat usaha pembenihan harus tetap berproduksi dengan baik selain juga sebagian penduduk masih menggunakan air sumur gali sebagai air untuk mandi, mencuci dan kakus (MCK).
METODA PENELITIAN
Penelitian dilakukan di lokasi laut dan sumur penduduk yang terletak di sepanjang pantai yang merupakan daerah pembenihan di dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng-Bali. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2008
Sampel diambil 17 sumur dengan kriteria yang terletak dekat dengan pembenihan (berjarak 1 – 30 meter) ditetapkan sebagai stasiun 1 sampai 7 dan sumur yang terletak jauh dengan pembenihan (berjarak lebih dari 30 – 400meter) ditetapkan sebagai stasiun 8 sampai 17. Untuk air laut 8 stasiun dengan 2 stasiun yang berasal dari air buangan kegiatan pembenihan Dusun Gondol, lokasi pengambilan sampel disajikan pada Gambar 1. Sampel air sumur diambil dengan ulangan 3 kali dan air laut diambil dengan 2 kali ulangan. Hasil analisa air secara fisika, kimia dan mikrobiologi, untuk air sumur dibandingkan dengan baku mutu air kelas satu dan untuk air laut dibandingkan dengan baku mutu air untuk kehidupan biota laut berdasarkan Peraturan Gubernur Bali N0. 8 Tahun 2007.
Tingkat pencemaran air laut dihitung melalui indeks deversitas dan skor terpadu, sedangkan untuk mengetahui kemiripan karakteritik fisika dan kimia air antar stasiun
Gambar 1: Lokasi Pengambilan Sampel Air Sumur dan Air laut di Dusun Gondol
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pengamatan lapangan di lokasi survey dapat diklasifikasikan 5 jenis penggunaan lahan seperti pada Tabel 1. Jenis pembenihan, volume tangki dan rasio dari (plankton, rotifer dan larva) hatcheri yang terdapat di Dusun Gondol disajikan pada Tabel 2. Nampaknya kawasan pesisir Gondol mendapat tekanan dari kegiatan budidaya yang memanfaatkan daratan pesisir untuk kegiatan perbenihan ikan, baik Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) berjumlah 29 buah yaitu pembenihan yang yang hanya memelihara larva dan tidak punya induk maupun Hatchery Lengkap (HL) berjumlah 11 buah yaitu pembenihan yang mempunyai induk dan memelihara larva. Sehingga bahan-bahan buangan sisa pembenihan yang berupa sisa plankton, sisa pakan, feses, bahan-bahan kimia penunjang pembenihan menjadi sumber bahan pencemar yang ada pada daerah tersebut. Total volume tangki pembenihan adalah tercatat 42.424 m3, jika pada pengoperasiannya setiap hari membuang 50% dari volume air maka akan terbuang langsung ke laut dan sengaja atau tidak sengaja ke tanah adalah 21.212 m3/hari. Seperti yang dikatakan oleh (Johnsen et. al., 1993; Buschmann e.t al., 1996; McDonald et. al., 1996), buangan limbah kegiatan perikanan (pembenihan, budidaya, pengolahan dan lain-lain) mengandung konsentrasi tinggi bahan organik dan nutrien, dari sisa pakan dan feses, sisa produksi yang terlarut ke dalam perairan sehingga menjadi sumber pencemar pada lingkungan sekitarnya.
Tabel 1. Klasifikasi Penggunaan Lahan di Dusun Gondol
No |
Deskripsi |
Keterangan |
1 |
Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) |
Terdapat 29 HSRT tersebar sepanjang pantai |
2 |
Hatcheri Lengkap (HL) |
Terdapat 11 HL yang berlokasi saling berjauhan |
4 |
Kebun Kelapa |
Pada umumnya kebun kelapa yang berada diantara HSRT mati atau tidak berbuah karena intrusi air laut (Lampiran 19) |
4 |
Kebun Campuran |
Kebun campuran yang berada dekat dengan HSRT umumnya mengalami nasib sama seperti kebun kelapa |
5 |
Pemukiman |
Sebagian pemukiman dekat hatcheri mengalami kerusakan dinding rumah akibat air laut; terjadi intrusi air asin ke sumur |
Tabel 2 Jenis Pembenihan dan Volume dari Tangki Hatchery di Dusun Gondol
Jenis Hatcheri |
Volume total bak (m3) |
Total vol. (m3) |
Rasio P : R : L | ||
Plankton(P) |
Rotifer(R) |
Larva(L) | |||
HSRT+HLBandeng |
21.853 |
8.306 |
9.327 |
39.486 |
2:1:1 |
HSRT Kerapu |
1.893 |
282 |
763 |
2.938 |
3:1:2 |
Total vol(m3) |
23.746 |
8.588 |
10.090 |
42.424 |
3:1:1 |
Hasil analisa air sumur Dusun Gondol dilihat dari beberapa parameter fisika, kimia dan biologi Tabel 3
Beberapa parameter air sumur telah melewati baku mutu air kelas satu antara lain : salinitas (1,0 – 33,3 ppt), BOD5 (2,17 – 17,73 ppm), nitrit (0,013 -0,116 ppm), phospat (0,110 – 0,387 ppm), besi (0,159 – 1,191 ppm), mangan (0,051 – 0,639 ppm), tembaga (0,016 – 0,025 ppm), seng (0,040 – 0,426 ppm), kobalt (0,027 – 0,577), kadmium (0,012 – 0,116 ppm) dan kandungan bakteri coliform tinja (9,0 - 249 MPN/100).
Dari hasil analisa air sumur Tabel 3 nampak bahwa beberapa parameter fisika kimia dan mikrobiologi pada air sumur yang terletak di dekat pembenihan (stasiun 1-7) rata-rata mempunyai kwalitas air yang lebih jelek dibanding dengan sumur yang terletak jauh dari pembenihan, salah satu parameter yang paling menonjol adalah mempunyai salinitas yaitu 8,7 – 33,3 ppt. Boyd (1988) nilai salinitas air tawar biasanya kurang dari 0,5 ppt, perairan payau 0,5 – 30 ppt dan perairan laut 30 - 40 ppt, karena itu air sumur pada semua stasiun di dusun gondol termasuk kriteria air payau hingga air laut (1,0 -33,3 ppt)
Analisis cluster dari 17 stasiun air sumur dapat dikelompokkan berdasarkan kedekatan karakteristik sifat kimia dan fisikanya menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pertama stasiun 2, 4, 5, 8 sampai 17 dimana pada stasiun 2, 4 dan 5 adalah stasiun sumur yang dekat dengan pembenihan sedangkan stasiun 8 sampai 17 adalah stasiun sumur yang jauh dari tempat pembenihan tetapi stasiun-Tabel 3. Nilai Rata-Rata Analisa Kualitas Air Sumur di
stasiun tersebut mempunyai kemiripan karakteritik fisika dan kimia. Beberapa parameter yang mempunyai kemiripan untuk stasiun 2 adalah variabel BOD5, NH3, NO2, Fe dan Mn sedangkan untuk stasiun 4 adalah variabel salinitas, TSS, BOD5 NH3, Fe dan untuk stasiun 5 adalah variabel salinitas, NH3, NO2, NO3. Kelompok ke dua stasiun 3, 6 dan 7 adalah stasiun yang letaknya dekat dengan pembenihan, kemiripan stasiun tersebut pada suhu, TSS, salinitas, pH, BOD5, NH3, NO2, NO3, PO4, Fe, Mn, Cu, Pb dan Cd. Kelompok ke tiga adalah hanya stasiun 1 yang terletak didekat pembenihan dan mempunyai karakteristik fisika dan kimia dengan kandungan lebih tinggi dan berbeda dengan stasiun yang lain yaitu : TSS, salinitas, BOD5, NH3, Fe, Mn dan Pb. Urutan kemiripan antar stasiun digambarkan pengelompokannya dengan dendogram Gambar 2.
Stasiun
Gambar 2. Dendogram Air Sumur dari 17 Stasiun di Dusun Gondol
Hasil analisa air laut dari 8 stasiun dari perairan Dusun Gondol dapat dilihat pada Tabel 4., parameter yang telah melewati baku mutu untuk kehidupan biota laut adalah nitrat (0,015 – 0,046 ppm) dan phospat (0,013 – 0,029 ppm), tingginya kandungan nitrat dan phospat karena pengaruh air pembuangan dari pembenihan yang dibuang langsung ke laut. Kandungan nitrat dan phospat dalam suatu perairan bersumber dari limbah industri, limbah domestik dan pertanian, hancuran bahan orhanik dan mineral-mineral phospat (Manik, 2003). Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan tumbuhan air (ganggang) apabila didukung oleh nutrien yang lainnya Alaerts dan Santika (1987. Peningkatan konsentrasi phospat dalam suatu perairan menunjukkan adanya bahan pencemar berupa senyawa-senyawa phospat dalam bentuk organophospat atau poliphospat. Kandungan phospat yang tinggi dalam suatu perairan yang melebihi kebutuhan normal organisme dapat terjadi eutrofikasi, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan fitoplankton dalam waktu singkat (Wardoyo, 1975).
Kemelimpahan plankton 8,0 – 530.104 sel/l, dengan 21 genus plankton dari 6 phylum dengan komposisi 61% Bacillariophyta yang terdiri dari 13 genus, 5%
Dusun Gondol
Stasiun | ||||||||||||||||||
Parameter |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
Baku Mutu Air Kelas 1 |
FISIKA | ||||||||||||||||||
Bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
Tdk bau |
- |
Warna |
bng |
bng |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening | |
Temperatur (oC) |
29,0 |
29,0 |
29,7 |
29,5 |
28.2 |
29,5 |
29.6 |
29,5 |
28,2 |
29,1 |
29,9 |
29,7 |
29,7 |
29,9 |
29,7 |
29,7 |
29,5 |
Deviasi 3 |
TSS (ppm) |
0,014 |
0,007 |
0,013 |
0,006 |
0,009 |
0,010 |
0,015 |
0,002 |
0,006 |
0,004 |
0,004 |
0,002 |
0,004 |
0,004 |
0,008 |
0,002 |
0,007 |
50 |
KIMIA | ||||||||||||||||||
pH |
7,10 |
7,36 |
6,95 |
7,15 |
7,38 |
7,02 |
6,95 |
7,31 |
7,45 |
7,27 |
7,54 |
7,48 |
7,79 |
7,43 |
7,59 |
7,25 |
7,85 |
6 – 9 |
Salinitas (ppt) |
33,0 |
22,3 |
29,7 |
9,7 |
8,7 |
24,0 |
33,3 |
2,3 |
1,7 |
4,7 |
2,3 |
2,0 |
5,0 |
2,0 |
1,0 |
3,0 |
1,0 |
- |
DO (ppm) |
5,950 |
6,107 |
6,907 |
6,720 |
6,610 |
6,163 |
5,720 |
7,040 |
7,137 |
6,737 |
6,943 |
7,047 |
6,640 |
7,010 |
7,140 |
7,053 |
7,137 |
6 |
BOD5 (ppm) |
17,717 |
5,647 |
6,533 |
5,417 |
17,733 |
5,733 |
4,843 |
4,433 |
4,433 |
2,167 |
2,837 |
4,603 |
3,163 |
4,227 |
4,667 |
4,317 |
3,700 |
2 |
NO3 (ppm) |
3,773 |
5,259 |
4,953 |
5,533 |
1,193 |
7,920 |
4,072 |
2,320 |
1,659 |
1,338 |
1,654 |
0,692 |
2,849 |
0,707 |
0,447 |
0,070 |
0,127 |
10 |
NO2 (ppm) |
0,021 |
0,014 |
0,018 |
0,053 |
0,018 |
0,031 |
0,013 |
0,019 |
0,032 |
0,021 |
0,073 |
0,027 |
0,116 |
0,022 |
0,021 |
0,015 |
0,013 |
0,060 |
NH3 (ppm) |
0,121 |
0,030 |
0,054 |
0,029 |
0,030 |
0,046 |
0,043 |
0,015 |
0,037 |
0,075 |
0,017 |
0,016 |
0,026 |
0,018 |
0,021 |
0,033 |
0,014 |
0,500 |
PO4 (ppm) |
0,249 |
0,219 |
0,257 |
0,250 |
0,216 |
0,319 |
0,289 |
0,159 |
0,173 |
0,231 |
0,110 |
0,125 |
0,387 |
0,129 |
0,174 |
0,130 |
0,161 |
0,200 |
Nikel /Ni (ppm) |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
- |
Besi/Fe (ppm) |
1,191 |
0,598 |
0,930 |
0,554 |
1,865 |
0,912 |
1,146 |
0,248 |
0,374 |
0,329 |
0,168 |
0,168 |
0,437 |
0,231 |
0,231 |
0,248 |
0,204 |
0,300 |
Mangan/Mn (ppm) |
0,639 |
0,080 |
0.191 |
0,243 |
0,044 |
0,217 |
0,240 |
ttd |
ttd |
0,051 |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
0,100 |
Tembaga/Cu (ppm) |
0,016 |
ttd |
0.012 |
ttd |
ttd |
0,021 |
0,025 |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
0,020 |
Timbal/Pb (ppm) |
0,283 |
ttd |
0.125 |
ttd |
ttd |
0,125 |
0,125 |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
0,030 |
Seng/Zn (ppm) |
0.199 |
0,239 |
0.355 |
0,171 |
0,144 |
0,262 |
0,403 |
0,318 |
0,426 |
0,138 |
0,083 |
0,083 |
0,080 |
0,048 |
0,048 |
0,146 |
0,050 |
0.05 |
Krom / Cr (ppm) |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
0,050 |
Kobalt/Co (ppm) |
0,425 |
0,197 |
0.387 |
0,065 |
0,027 |
0,273 |
0,577 |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
ttd |
0,065 |
0,065 |
ttd |
ttd |
0,200 |
Kadmium/Cd (ppm) |
0,126 |
0,029 |
0.108 |
0,033 |
0,042 |
0,101 |
0,116 |
ttd |
0,019 |
0,012 |
ttd |
ttd |
0,012 |
ttd |
ttd |
0,012 |
0,046 |
0,010 |
BAKTERIOLOGI | ||||||||||||||||||
Coliform tinja |
243 |
96 |
248 |
21 |
96 |
230 |
9 |
15 |
96 |
21 |
249 |
240 |
15 |
241 |
21 |
242 |
96 |
50 |
Total Coliform |
343 |
300 |
440 |
356 |
305 |
309 |
17 |
322 |
305 |
96 |
340 |
360 |
96 |
400 |
447 |
425 |
240 |
500 |
Cyanophyta yang terdiri dari 1 genus; 10% Protozoa terdiri dari 2 genus; 5% Ctenophora terdiri 1 genus; 14% Arthropoda terdiri 3 genus dan 5% Mollusca terdiri dari 1 genus disajikan pada Tabel 5 . Jika nilai indeks diversitas dilihat dari semua stasiun laut (stasiun 1 sampai 8) dari perairan dusun Gondol maka indeks keanekaragaman (H’) 0,078 – 1,968 yang berarti tercemar berat hingga sedang, nilai indeks keseragaman (E) 0,033 – 0,473 yang berarti keseragaman rendah hingga sedang kemudian nilai indeks dominasi (C) 0,167 -0,974 yang berarti dominasi parsial plankton adalah rendah hingga tinggi Adanya dominasi plankton menandakan bahwa perairan laut Dusun Gondol produktivitasnya telah menurun. Dari nilai indeks diversitas menunjukkan bahwa perairan laut Dusun Gondol mempunyai ketidak mantapan ekologis hal ini sesuai dengan pernyataan Odum (1996) yang menyatakan bahwa pada perairan tercemar hanya organisme tertentu yang dapat bertahan hidup sedangkan jenis yang lain akan mati, sehingga perkembangan populasi organisme yang hidup sangat tinggi.
Penilaian kualitas air terpadu dari parameter DO, BOD5, NH3, TSS dan indeks deversita plankton stasiun 1, 2, 3, 4 dan 6 dengan skor rata-rata 6,25 yang berarti perairan stasiun tersebut tercemar berat. Pada stasiun 5, 7 dan 8 dengan skor rata-rata 4,63 yang berarti air laut pada stasiun tersebut adalah tercemar sedang. Dengan demikian tingkat pencemaran dari penilaian kualitas air secara terpadu menunjukkan perairan Dusun Gondol pada
kategori sedang hingga berat (Lee et al., dalam (Firngadi,1995).
Hasil uji cluster berdasarkan kemiripan karakteristik fisika dan kimia dari air laut (stasiun 1 sampai 8) dan air pembuangan (stasiun B1 dan B2) maka jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok maka kelompok satu stasiun 1 sampai 5 yang terletak di pinggir berjarak 50 meter sejajar dengan pantai, pada perairan laut stasiun ini menerima langsung hasil air buangan dari pembenihan., karena itu mempunyai nilai parameter fisika dan kimia yang berbeda dengan stasiun 6, 7 dan 8 yang merupakan kelompok ke dua yang letaknya jauh dari pantai , kemudian kelompok ke tiga yaitu stasiun B1 dan B2 yang merupakan air pembuangan. Urutan kemiripan antar stasiun digambarkan pengelompokannya dengan dendogram Gambar 3.
Stasiun
Gambar 3. Dendogram Air Laut dan Pembuangan di Dusun Gondol
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Kualitas Air Laut Setiap Stasiun di Dusun Gondol
No. |
S t a s i u n |
Baku Mutu | ||||||||||
Air laut |
Air pembuangan | |||||||||||
Parameter |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
B1 |
B2 | ||
FISIKA | ||||||||||||
1 |
Bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
tdk bau |
Alami |
2 |
Warna |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
bening |
keruh |
keruh | |
3 |
Kecerahan |
1.635 |
1.81 |
1.69 |
1.86 |
1.92 |
5.65 |
7.7 |
10.65 |
>6 | ||
4 |
Temperatur(oC) |
27.82 |
27.70 |
27.70 |
28.00 |
28.03 |
27.92 |
27.78 |
27.92 |
27.60 |
27.70 |
Alami |
5 |
TSS (ppm) |
0.031 |
0.015 |
0.016 |
0.016 |
0.013 |
0.015 |
0.017 |
0.015 |
0.098 |
0.306 |
20 |
KIMIA | ||||||||||||
6 |
pH |
8.06 |
8.09 |
8.075 |
8.095 |
8.12 |
8.135 |
8.195 |
8.21 |
7.96 |
7.95 |
7-8,5 |
7 |
Salinitas (ppt) |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
35 |
Alami |
8 |
DO (ppm) |
6.09 |
5.78 |
5.25 |
5.99 |
5.75 |
6.06 |
6.26 |
6.07 |
5.31 |
5.40 |
>5 |
9 |
BOD5 (ppm) |
8.235 |
5.585 |
8.310 |
9.410 |
8.885 |
7.485 |
6.510 |
7.035 |
14.160 |
11.985 |
20 |
10 |
NO3 (ppm) |
0.045 |
0.046 |
0.045 |
0.042 |
0.029 |
0.022 |
0.019 |
0.015 |
0.070 |
0.068 |
0,008 |
11 |
NO2 (ppm) |
0.008 |
0.010 |
0.009 |
0.007 |
0.008 |
0.008 |
0.007 |
0.007 |
0.014 |
0.011 |
- |
12 |
NH3 (ppm) |
0.039 |
0.029 |
0.027 |
0.030 |
0.034 |
0.027 |
0.027 |
0.029 |
0.069 |
0.053 |
0,300- |
13 |
PO4 (ppm) |
0.029 |
0.022 |
0.025 |
0.027 |
0.023 |
0.018 |
0.021 |
0.013 |
0.044 |
0.047 |
0,015 |
Tabel 5 Jenis dan Kepadatan Plankton (sel/l) Air Laut pada Setiap Stasiun
S t a s i u n | |||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 | ||
Phylum Bacillariophyta | |||||||||
Genus 1 |
Melosira |
0 |
2 |
10 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
2 |
Skeletonema |
182.000 |
380.000 |
120.000 |
505.000 |
60.000 |
285.062 |
6 |
8 |
3 |
Coscinodiscus |
16 |
12 |
22 |
20 |
16 |
24 |
18 |
22 |
4 |
Rhizosolenia |
0 |
4 |
6 |
0 |
8 |
0 |
0 |
10 |
5 |
Chaetoceros |
0 |
0 |
82 |
0 |
10 |
0 |
8 |
32 |
6 |
Bidulphia |
16 |
13 |
26 |
48 |
18 |
22 |
8 |
4 |
7 |
Hemiaulus |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
8 |
Streptotheca |
0 |
0 |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
9 |
Eucamphia |
0 |
0 |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
10 |
Fragilaria |
0 |
2 |
0 |
6 |
12 |
16 |
8 |
8 |
11 |
Thalassiothrix |
0 |
0 |
2 |
2 |
2 |
12 |
2 |
4 |
12 |
Gyrosigma |
12 |
10 |
10 |
14 |
6 |
0 |
2 |
0 |
13 |
Nitzia |
40.008 |
22 |
4 |
20.006 |
10 |
4 |
0 |
0 |
Phylum Cyanophyta | |||||||||
Genus 14 I Pelagothrix |
0 |
0 |
2 |
0 |
0 |
0 |
6 |
0 | |
Phylum Protozoa | |||||||||
Genus 15 |
Gymnodinium |
10.000 |
5.000 |
2.000 |
2.000 |
2.000 |
1.000 |
0 |
0 |
16 |
Perdinium |
20.000 |
5.000 |
20.000 |
3.002 |
20.002 |
2.652 |
0 |
0 |
Phylum Ctenophora | |||||||||
Genus 17 |
Brachionus |
6 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
PhylumArthropoda | |||||||||
Genus 18 |
Calanus |
2 |
0 |
0 |
2 |
0 |
4 |
2 |
0 |
19 |
Acartia(naupli) |
0 |
0 |
0 |
2 |
6 |
0 |
0 |
10 |
20 |
Balamus |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
6 |
Phylum Molusca | |||||||||
Genus 21 |
Oikopleura (larva) |
4 |
0 |
6 |
2 |
0 |
0 |
0 |
0 |
Jumlah |
252.064 |
390.065 |
142.174 |
530.104 |
82.090 |
288.796 |
60 |
104 | |
Jumlah Genus |
10 |
10 |
15 |
12 |
12 |
9 |
9 |
9 |
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan :
-
1. Beberapa parameter air sumur telah melewati baku mutu kualitas air kelas 1 yaitu: salinitas, BOD5, nitrit, phospat, besi, mangan, tembaga, seng, kobalt, kadmium, dan kandungan bakteri coliform tinja. Parameter yang Parameter yang sangat terpengaruh
adalah salinitas, semua air sumur yang dekat dengan pembenihan mempunyai salinitas yang tinggi yaitu (8,7 -33,3 ppt).
-
2. Analisis cluster air sumur jika dikelompokkan menjadi 3, maka yang pertama stasiun 2, 4, 5, 8 sampai 17 dimana stasiun 2, 4 dan 5 letak sumur dekat dengan pembenihan tetapi mempunyai kemiripan karakteristik fisika dan kimia dengan stasiun 8-17 yaitu sumur yang letaknya jauh dengan pembenihan, kelompok ke dua
stasiun 3, 6 dan 7 yang letaknya dekat dengan pembenihan dan kelompok ke tiga adalah hanya stasiun 1 yang letaknya dekat dengan pembenihan. Kedekatan antar stasiun dalam satu kelompok dikarenakan kemiripan karakteristiknya, walaupun jarak sumur dari pembenihan tidak sama.
-
3. Kualitas air laut yang telah melampui batas baku mutu air untuk biota laut yaitu nitrat (0,015 – 0,046 ppm) dan phospat (0,013 – 0,029 ppm). Air laut mempunyai kemelimpahan plankton 8,0 – 530.104 sel/l, dengan 21 genus plankton dari 6 phylum dengan komposisi 61% Bacillariophyta, 5% Cyanophyta; 10% Protozoa; 5% Ctenophora; 14% Arthropoda dan 5% Mollusca. Air laut mempunyai indeks keanekaragaman (H’) dengan nilai 0,078 – 0,859 yang berarti perairan tersebut tercemar berat dengan Indeks keseragaman (E) mempunyai nilai 0,019 – 0,206 yang berarti mempunyai keragaman yang redah hingga sedang dan indeks dominasi (C) mempunyai nilai 0,554 -0,974 yang berarti perairan tersebut mempunyai indeks dominasi parsial sedang hingga tinggi. Penilaian kualitas terpadu perbandingan nilai parameter fisik, kimia dan biologi air laut dari parameter DO,BOD5, NH3, TSS dan indeks deversitas plankton pada kategori sedang hingga berat.
-
4. Hasil uji cluster berdasarkan kemiripan karakteristik fisika dan kimia dari air laut (stasiun 1 sampai 8) dan air pembuangan (stasiun B1 dan B2) maka jika dikelompokkan menjadi 3 kelompok maka kelompok satu stasiun 1 sampai 5 yang terletak di pinggir berjarak 50 meter sejajar dengan pantai, pada perairan laut stasiun ini menerima langsung hasil air buangan dari pembenihan, karena itu mempunyai nilai parameter fisika dan kimia yang berbeda dengan stasiun 6, 7 dan 8 yang merupakan kelompok ke dua yang letaknya jauh dari pantai, kemudian kelompok ke tiga yaitu stasiun B1 dan B2 yang merupakan air pembuangan.
Saran
-
1. Bagi pengelola pembenihan perlu melakukan perbaikan dan perawatan secara berkala saluran pemasukan dan saluran buangan pada setiap usaha pembenihan agar tidak terjadi perembesan air laut ke tanah dan disarankan agar membuat sistim pengolahan pembuangan /limbah sebelum di buang ke laut.
-
2. Untuk instansi terkait seperti Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Buleleng agar melakukan penertipan perijinan usaha agar perkembangan usaha pembenihan ikan laut khususnya di Dusun Gondol perkembangannya dapat dikontrol dan sesuai dengan tata letak dan acuan yang telah ditentukan sesuai perijinan dan secara rutin melakukan pengontrolan dan memberi sanksi bagi yang melanggar.
-
3. Untuk penduduk Dusun Gondol sebaiknya tidak menggunakan air sumur untuk minum dan memasak, untuk sumur yang letaknya jauh dari pembenihan
masih bisa digunakan untuk kegiatan kegiatan mencuci dan kakus.
-
4. Bagi Pemerintah Kabupaten Buleleng perlu memberikan sarana air bersih yang cukup untuk penduduk khususnya Kecamatan Gerokgak, memngingat air sumur telah mengalami pencemaran akibat adanya kegiatan pembenihan ikan laut.
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts. G. dan S. Santika. 1987. Metode penelitian Air. Usaha Nasional,Surabaya.
Boyd, C.E. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Pond. Fourth Printing. Auburn University Agricultural Experiment Station. Auburn Alabama.
Buschmann, A.H., D.A. Lopes and A. Medina. 1996. A review of the environmental effects and alternative production strategies of marine aquaculture in Chile, Aquaculture Enginering, Vol. 15 (6) : 397421.
Firngadi , S. 1995. Komunitas hewan makrobenthos yang terdapat di sungaiSamin, Kodya Surakarta. Unsoed. Purwokerto.
Johnsen,R.I., O. Grahl-Nielsen and B.T. Lunestad. 1993. Environmental distribution of organic waste from a marine fish farm. Aquaculture, 118:29-224.
Manik, K.E.S. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan Jakarta.
McDonald, M.E., C.A. Tikkanen, R.P. Axler, C.P. Larsen and G. Host. 1996. Fish simulation culture-model (FIS-C): a bioenergetis based model for aquaculture wasteload application. Aquaculture Engineering, 15 (4):243-259.
Odum. E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007. Tentang Baku Mutu Lingkungan hidup dan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
Wardoyo, S.T.H . 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB-Bogor.
40
Discussion and feedback