ECOTROPHIC • 5 (2) : 79 - 84

ISSN: 1907-5626

MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKITAR KAWASAN HUTAN LINDUNG JOMPI KABUPATEN MUNA, PROVINS! SULAWESI TENGGARA

DASMINSIDU

Staf Pengajar Pascasarjana dan Jurusan Agribisnis Universitas Haluoleo Kendari serta Staf Ahli Lingkungan Hidup Bidang Sosial Ekonomi di Kab. Euton Utara dan Kab.Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara

ABSTRACT

Forest as an asset of national development is really beneficial for life and livelihood. It brings benefits ecologically culturally and economically on condition that the forest is properly exploited. For that purpose, forest should be managed, protected, and exploited continuously for the sake of the people's welfare, not only for the present but also for the next generation.Jompi Preserved Forest Area is one of the preserved forest areas in Muna Regency which is now in very bad condition. The people living around the forest are powerless. This research aims: to formulate a model of community empowerment adjusted to the local condition. The technique of collecting samples used is cluster sampling, covering 226 heads of family. The analysis used is correlation analysis of Rank Spearman (r5), Multiple Regression, and Path Analysis. The result of analysis shows that the people's productivity and capability are still relatively low. This condition is resulted from the physical, human, and social capitals in the community. Similarly the low capability of the empowerment facilitators and empowerment process also contribute to this situation. The effective empowerment model for the community around the preserved forest is the one that integrates the physical, human, and social capitals, and the facilitators' capability and empowerment process to create the power that can improve the productivity and capability of the community living around theJompi Preserved Forest Area.

Keywords: Empowerment Preserved Forest Area, powerless, and stakeholders.

PENDAHULUAN

Berdasarkan fungsinya, hutan dibagi menjadi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi. Hutan dengan fungsi konservasi dan lindungnya berperan dalam mempertahan.kan dan meningkatkan ketersediaan air dan kesuburan tanah. Ketersediaan air dan kesuburan tanah merupakan urat nadi kehidupan mahluk yang ada di muka bumi ini (UU RI No. 41 Tahun 1999). Hutan juga memiliki fungsi ekologi yaitu sebagai penimbun karbon melalui kegiatan fotositensisnya dapat mengubah gas C02 di udara menjadi karbohidrat yang merupakan sumber energi bagi mahluk hidup, termasuk manusia (Ida & Carol, 2003). Oleh karena itu, hutan memiliki manfaat yang nyata bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik manfaat ekologi, sosial budaya maupun ekonomi. Untuk itu, hutan perlu dilindungi, dikelola dan dimanfaatkan secara berkesi-nambungan untuk kesejahteraan masyarakat, baik generasi sekarang maupun yang akan datang.

Kerusakan hutan telah terjadi sejak lama, sebagai akibat dari aktivitas manusia yang tidak memper-timbangan kelestariannya, seperti pembalakan liar ( illegal logging) dan perambahan. Pembalakan liar dan perambahan semakin marak seiring dengan semakin bertambahnya jurnlah penduduk, desakan kebutuhan semakin meningkat, kebutuhan akan lahan pertanian dan perkebunan meningkat, kebutuhan lahan pemukiman baru terns bertambah, dan lain sebagainya. Ke-

rusakan hutan saat ini tidak hanya terjadi di kawasan hutan produksi dan hutan konservasi tetapi juga sudah merambah pada kawasan hutan lindung. Pada hal, hutan lindung mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

Luas kawasan hutan Kabupaten Muna sebesar ± 237.377 ha atau 51,3% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Muna. Dari luas kawasan hutan tersebut, ± 46.363 ha atau 19,53% adalah kawasan hutan lindung. Kawasan hutan lindung Jompi memiliki luas ± 1.927 ha atau 4, 2% dari luas kawan hutan lindung di Kabupaten Muna. Dari luas Kawasan hutan lindung Jompi tersebut, ± 1.233 ha atau 63,99% adalah hutan jati alam dan ± 694 ha atau 36,01% adalah hutan campuran. Kawasan hutan lindungJompi telah mengalarni kerusakan yang cukup serius, ± 1.080 ha atau 56,05% (seluruhnya hutan jati) sudah rusak dan ± 263 ha atau 13,65% terancam rusak dan ± 578 ha atau 30% dalam keadaan aman (Dinas Kehutanan Kabupaten Muna, 2006).

Kawasan hutan lindung Jompi secara admnistrasi berbatasan dengan lima kecamatan, yakni: Kecamatan Batalaiworu di sebelah Utara, Kecamatan Katobu di sebelah Timur, Kecamatan Duruka di sebelah Selatan, Kecamatan Kontunaga dan Watuputeh di sebelah Barat. Berdasarkan data dari BPMD Kabupaten Muna menunjukkan bahwa sebagian besar kelurahan/desa di lima kecamatan tersebut tergolong miskin dan tidak

berdaya. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa masyarakat di sekitar kawasan hutan lindungJompi masih miskin dan tidak berdaya? Sejauhmana tingkat keberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi saat ini dan model pemberdayaan masyarakat seperti apa yang sesuai dengan kondisi masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi? Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian secara mendalam sehingga dapat merumuskan model pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung yang sesuai dengan kondisi lokal.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian inidilakukan di sekitar kawasan hutan lin-dungJompi Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan teknik klaster sebagai teknik pengambilan sampel penelitian), yaitu kawasan hutan lindungJompi dibagi menjadi klasterWatupute, Kontu-naga dan Duruka sebagai unit analisis kecamatan. Dari tiga unit kecamatan ini diambil secara acak kelurahan/ desa yang bersentuhan langsung dengan k.awasan hutan lindungJompi dan terletak di bagian hulu dan tengah DAS Jompi. Semua KK yang bermata pencaharian utama sebagai petani di kelurahan/desa yang terpilih merupakan populasi penelitian. Dengan menggunakan rumus Solvin dengan tingkatan kesalahan 0,06 persen diperolah 226 KK sebagai sampel penelitian.

Alat analisis yang digunakan adalah uji korelasi Rank Spearman (r5) untuk mengetahui kuat dan arah hubungan antar variabel, regresi berganda untuk mengetahui koefisien regresi setiapvariabelindependen terhadap variabel dependen, dan path anlysis untuk mengetahui besamya pengaruh (sumbangan efektif) variabel independen terhadap variabel dependen baik langsung, tidak langsung, bersama-sama maupun dari luar model sehingga akan melahirkan model pemberdayaan yang efekti£

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Sebagain besarresponden merupakan usia produktif dengan tingkat pendidikan rendah, memiliki lahan yang sempit dan bermatapencaharian utama sebagai petani. Pola pemanfaatan lahan dominan untuk perladann-gan dan perkebunan (68,41% ). Sistem pertanian yang digunakan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi masih tradisional dan berorientasi konsumti£

Kondisi ketersediaan modal fisik (physical capital) seperti sarana dan prasarana produksi, pendidikan, kesehatan ekonomi, komunikasi dan transportasi) yang mendukung aktivitas masyarakat kurang tersedia, demikian juga modal manusia ( human capital) yang dimiliki masih tergolong rendah. Kondisi modal sosial (social capital) masyarakat sekitar kawasan

hutan lindung Jompi tergolong sedang, mereka saling bekerjasama, saling percaya antar sesama, patuh terhadap norma yang ada, peduli terhadap sesama dan sering terlibat dalam aktivitas organisasi sosial yang ada di lingkungannya. Namun sebagian besar kondisi kehidupan masyarakat di sekitar tidak berdaya. Secara rinci karakteristik responden di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Distribusi profil renponden dan peubah penelitian

Uraian

Kategori

Jumlah Responden (Jiwa)

Persentase (%)

(1)

(2)

(3)

(4)

Umur

Belum produktif ( < 14 )

0

0

Produktif { 15-59 )

161

71.20

Non produktif ( > 59 )

65

28.80

Tingkat Pendidikan

Rendah(Tdk tamat-tamat SD)

134

59.30

Sedang (Tdk Tamat-Tamat SMP/SMA

83

36.70

Tinggi (Tdk Tamat-Tamat PT)

9

4.00

Luas Lahan

Sempit {<1,0 ha )

197

87.20

Sedang (1,0-2,0 ha)

24

10.60

Luas (>2,00)

5

2.20

Physical Ccpital (X1) Tersedia (skor 72-88)

20

8.8

Kurang tersedia (skor 58-71)

155

68.6

Tidak tersedia (skor 43-57)

51

22.6

Human Capital (X2)

Tinggi (skor 80-104)

69

30.5

Sedang (skor 75-83)

65

28.8

Rendah (skor 56-74)

92

40.7

Sosial Capital (X3)

Tinggi (skor 98-118)

27

11.9

Sedang (skor 74-97)

160

70.8

Rendah (skor 60-73)

39

17.3

Kemampuan

Tinggi (skor 74-97)

43

19.7

Pelaku Pemberdayaan (X4)

Sedang (skor 74-97)

Rendah (skor 60-73)

64

119

28.3

52.6

Proses Pember-

Efektif (skor 44-57)

12

5.3

dayaan (Y1)

Kurang efektif (skor 29-43)

87

38.5

Tidak efektif (skor 15-28)

127

56.2

Tingkat

Berdaya (skor 37-47)

27

11.9

Keberdayaan (Yz)

Kurang berdaya (skor 25-36)

73

32.3

Tidak Berdaya (skor 14-24)

126

55.8

Sumber : Hasil analisis data primer

Model EfektifPemberdayaan Masyarakat

Perumusan model pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi bertujuan untuk menyederhanakan faktor-faktor yang secara konseptual didukung oleh beberapa kajian teori yang relevan dan mampu menjelaskan keadaan suatu sistem. Berdasarkan kajian literatur, maka model pemberdayaan secara konseptual dibangun seperti yang disajikan pada Gambar 1. Faktor-faktor yang menjadi komponen model pemberdayaan warga masyarakat terdiri clari faktor input, process, output clan out-came. Faktor input terdiri dari modal fisik, modal manusia, dan modal sosial, faktor yang berfungsi sebagai process adalah kemampuan pelaku pemberdayaan dan proses pemberdayaan, sedangkan faktor output adalah tingkat keberdayaan masyarakat dan faktor outcame adalah masyarakat sejahtera clan hutan lestari.

Faktor-faktor yang ada clalam model pemberclayaan

masyarakat yang dibangun berdasarkan teori clan logika, dianalisis mengunakan analisis jalur (path analysis) berdasarkan data empirik dari hasil survei, pengamatan, wawancara, indepth interview clan focus grup discussion (FGD ). Analisis jalur (path analysis) dimaksudkan untuk memperoleh nilai pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, pengaruh secara bersama-sama clan pengaruh di luar model untuk setiap faktor. Selain itu, analisis jalur juga bermanfaat untuk menentukan jalur-jalur efektif yang merupakan prioritas dalam meningkatkan faktor output clan outcame atau sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dalam rangka pencapaian hasil yang diinginkan. Hasil analisis jalur diperoleh koefisien jalur seperti yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai Koefisien jalur faktor-faktor yang mempangaruhi keberdayaan warga masyarakat

Hubungan antar Variabel

Lam bang

Koefisien Jalur (p)

X1 dengan X2

P21

0.140*

X1 dengan X3

P31

0.316**

X2dengan x3

P32

0.239**

X1 dengan Y1

Pv11

0.230**

X2 dengan Y1

Pv12

0.181**

x3 dengan Y1

Py13

0.272**

X4 dengan Y1

Py14

0.290**

X1 dengan Y2

Pv21

0.111•

x2 dengan Y2

Pv22

0.030*

x3 dengan Y2

Py23

0.077*

X4 dengan Y2

Pv24

0.165**

Y1 dengan Y,

Pv2v1

0.493**

Keterangan : • Signitikan pada a

= 0,05 •• Signitikan pada

a= 0,01

Berdasarkan hasil perhitungan keofisien jalur seperti yang tampak pada Tabel 1 menunjukkan bahwa semua faktor atau variabel bebas memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap tingkat keberdayaan warga masyarakat. Faktor proses pemberdayaan warga masyarakat dan kemampuan pelaku pemberdayaan merupakan dua faktor yang penting dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat dengan nilai koefisien jalur yang signifikan pada a 0.01. Hal ini mengandung makna bahwa tingkat keberdayaan masyarakat dapat ditingkatkan melalui perbaikan proses pemberdayaan masyarakat terutama pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan clan pelaksanaan program clan rneningkatkan kemampuan pelaku pemberdayaan, terutama terkait peningkatan ketrampilan clan sikap keberpihakan pada masyarakat. Secara empirikal model hubungan clan besarnya pengaruh faktor-faktor modal fisik, modal manusia, modal sosial, kemampuan pelaku

pemberdayaan clan proses pemberdayaan terhadap keberdayaan warga masyarakat divisualisasikan pada Gambar 1.

Berdasarkan perhitungan keofisien jalur clan arah hubungan antar variabel pada Gambar 1, maka analisis data dilanjutkan dengan proses dekomposisi korelasi antar variabel bebas dengan variabel terikat dengan tujuan untuk menemukan besarnya pengaruh langsung (Direct Effect) clan hubungan tidak langsung (Indirect Effect) clan selanjutnya dilakukan interprestasi data dengan mengadakan estimasi yang lebih eksak yaitu dengan jalan menghitung proporsi (surnbangan efektif) variasi keberdayaan masyarakat (Y2) yang dapat dijelaskan rnelalui variabel bebas (Xl' Xi, X3, X4, clan Y1). Besarnya sumbangan efektif dapat dihitung dengan rnengalikan koefisien jalur (p) dengan koefisien korelasi product moment (r). Hasil perhitungan dekorn-posisi clan besarnya surnbangan efektif dapat dilihat pada Tabel 2.

Gambar 1 Model hubungan dan besarnya koefisien jalur antar variabel yang mempengaruhi keberdayaan warga masyarakat


Tabel 2 Nilai sumbangan efektif faktor-faktor yang menjadi unsur model efektif pemberdayaan masyarakat

Pola hubungan antar Variabel

Nilai Dekom-_,posisi

Total

Nilai Sumbangan Efekt'f

Total.

Langsung

Tidak

Langsung

Langsung

Tidak Langsung

X1 melalui x2

0.111

0.0042

-

0.0412

0.0016

X1 melalui x3

0.0243

*

-

0.0090

-

X1 melalui Y1

-

0.1134

-

-

0.0421

-

X1 melalui X2 & X3

-

0.0026

-

0.0010

-

X1 melalui X2 Y1

-

0.0125

*

-

0.0046

X1 melalui X3 Y1

-

0.0424

-

-

0.0157

X1 melalui X2, x3 Y1

*

0.0045 0.2039

0.0017

0.1169

X2 melalui x3

0.030

0.0184

-

0.0069

0.0042

-

X2 melalui Y1

.∙

0.0892

-

-

0.0204

-

X2 melalui X3 & Y1

-

0.0320 0.1396

-

0.0073

0.0388

X3 melalui Y1

0.077

0.1341 0.2111

0.0287

0.0500

0.0787

X4 melalui Y1

0.165

0.1430

0.308

0.0751

0.0651

0.1402

Y1

0.493

-

0.493

0.3066

-

0.3066

Jumlah Gabungan

0.4585

0.2227

0.6812

Sumber: Hasil analisis data primer.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pola hubungan langsung yang memiliki sumbangan efektif terbesar adalah faktor proses pemberdayaan dan faktor kemampuan pelaku pemberdayaan. Artinya, dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat maka upaya yang di lakukan adalah memperbaiki proses pemberdayaan terutama terkait dengan pelibatan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program dan meningkatkan kemampuan pelaku pemberdayaan terutama terkait dengan peningkatan ketrampilan dan sikap .

Pola hubungan tidak langsung yang efektif terlihat pada faktor proses pemberdayaan dan modal sosial Hal ini ditunjukkan dari nilai sumbangan efektif pada setiap faktor yang melalui faktor proses pemberdayaan dan modal sosial selalu memiliki sumbangan efektif yang lebih besar dibanding melalui faktor lain. Artinya, kedua faktor tersebut merupakan faktor yang efektif untuk menjembatani pengaruh faktor kemampuan pelaku pemberdayaan, modal fisik, modal sosial clan modal manusia terhadap keberdayaan warga masyarakat.

Total pengaruh faktor modal fisik, modal manusia, modal sosial, kemam-puan pelaku pemberdayaan dan proses pemberdayaan terhadap faktor keber-daya-an warga masyarakat sebesar 68 persen. Hal ini bermakna, bahwa 68 persen variasi tingkat keberdayaan warga masyarakat (Y2) dapat dijelaskan secara

berturut-turut melalui faktor proses pemberdayaan (Y1), tingkat kemampuan pelaku pemberdayaan (X4), ketersediaan modal fisik (X1), kekuatan modal sosial (X3), dan kualitas modal manusia (Xi). Oleh karena itu, perpaduan faktor-faktor tersebut merupakan model efektifpemberdayaan warga masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi saat ini. Untuk lebih jelasnya model efektif pember-dayaan warga masyarakat dapat divisualisasikan seperti Gambar 2.

Semua proporsi varian tingkat keberdayaan masyarakat pada semua pola hubungan yang terjadi (lihat Gambar 1) dapat dijelaskan dengan baik melalui hubungan langsung dengan proses pemberdayaan, karena dalam pola hubungan langsung dengan keberdayaan masyarakat, faktor proses pemberdayaan memiliki sumbangan efektif (lihat Tabel 2) yang paling tinggi dibanding faktor lain. Hal ini mengandung makna bahwa keberhasilan suatu program pemberdayaan yang berpotensi meningkatkan keberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh faktor proses pemberdayaan yang efektif. Proses pemberdayaan yang efektif adalah proses pemberdayaan yang melibatkan masyarakat dengan mengoptimalkan modal muanusia, modal sosial, potensi dan sumberdaya lokal. Semakin efektif proses pemberdayaan, maka akan semakin tinggi tingkat keberdayaan masyarakat sasaran.

Besarnya sumbangan efektif variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) baik melalui pola

Input


Process


Output


I Outcome


Physical Capital (X1)

EY1 =0.228


EY2 =0.118

×0.138

N 00


0.052


0.06O'


Proses Pemberdayaan


,0.098


0.286


=0.882 I


II

«H rJJ


0.109


Human Capital


0.125/ I


I I


1 R- =0.777 °-214    0.055


Keberdayaan Masyarakat


-->1


0.064

I

I t


0.130'..( I '

I

I

I

I

I


Kemampuan Pelaku \ Pemberdayaan

(X4)     √


0.083.


0.07.


Social Capital

' * E3 =0.632

R2 =0.0368 Keterangan

------. : Pengaruh langsung . : Jalur efektif


---+: Pengaruh tidak langsung

• • • • •.,.: Pengaruh dari luar model


Gambar 2 Model efektif pemberdayaan masyasakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi

Tabel 3 Nilai sumbangan efektif variabel X terhadap variabel Y

Pola hubungan antar Variabel

Nilai Dekomposisi

Total.

Nilai Sumbangan Efektif

Total.

Langsung

Tidak

Langsung

Langsung

Tidak

Langsung

X1 melalui X2

0.177

0.0143

-

0.0979

0.0079

-

X1 melalui x3

-

0.0335

*

0.0185

X1 melalui x5

0.1067

-

-

0.0590

-

X1 melalui X2 & X3

-

0.0027

0.0015

-

X1 melalui x2 & X5

0.0059

0.0032

-

x1 melalui x3 & X5

-

0.0191

0.0106

-

X1 melalui X2, X3 & X5

-

0.0016

0.3879

0.0009

0,1995

X2 melalui X3

0.119

0.0229

-

0.0550

0.0106

-

X2 melalui X5

-

0.0489

0.0226

X2 melalui x3 & X5

0.0131

0.2210

0.0061

0.1022

X3 melalui x5

0.134

0.0767 0.3107

0.0734

0.0420

0.1154

X4 melalui x2

0.140

0.0315

0.0825

0.0186

-

X4 melalui X3

0.0403

-

0.0238

-

X4 melalui x5

*

0.0597

-

*

0.0352

X4 melalui x2 & X3

0.0061

0.0036

X4 melalui X2 & X5

-

0.0130

0.0076

X4 melalui X3 & X5

-

0.0231

0.0136

X4 melalui X2, X3 & X5

-

0.0035 0.3518

-

0.0020

0.1869

Xs

0.401

-

0.401

0.2859

0.2859

Jumlah Gabungan

0.5947

0.2373

0.8820

Sumber: Hasil analisis data primer.

hubungan langsung (direct effect) maupun hubungan tidak langsung (indirect effect) disajikan pada Tabel 3.

Pada Tabel 3 juga menunjukkan bahwa pola hubungan tidak langsung faktor proses pemberdayaan dan modal sosial (sosial capital) merniliki sumbangan efektif paling tinggi dibanding faktor kemampuan pelaku pemberdayaan, modal fisik (physical capital), dan modal manusia (human capital). Artinya, bahwa kedua faktor tersebut merupakan faktor yang paling efektif untuk menjembatani pengaruh faktor kemampuan pelaku pemberdayaan, modal fisik (physical capital), modal sosial (social capital) dan modal manusia (human capital) terhadap tingkat keberdayaan masyarakat.

Total pengaruh (langsungdan tidaklangsung) faktor modal fisik (physical capital)) modal manusia (human capital), modal sosial (social capital), kemampuan pelaku pemberdayaan dan proses pemberdayaan terhadap faktor keberdayaan masyarakat sebesar 88,20%. Hal ini bermakna, bahwa 88,20% variasi tingkat keberdayaan masyarakat (Y) dapat dijelaskan oleh faktor independen (X) yang secara berturut-turut dari faktor yang memiliki pengaruh tertinggi adalah faktor proses pemberdayaan (XS), modal fisik (physical capital) (Xl), kemampuan pelaku pemberdayaan (X4), modal sosial (social capital) (X3), dan faktor modal manusia (human capital) (X2).

Agar model efektif pemberdayaan dapat meningkatkan keberdayaan warga masyarakat, maka dikembangkan strategi sebagai berikut; pertama, menyempurnakan proses pemberdayaan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam tahapan proses pemberdayaan meningkatkan kemampuan pelaku pem-

berdayaan, terutama terkait dengan ketrampilan dan sikap keberpihakan pada masyarakat dan penguatan modal sosial masyarakat; kedua, untuk meningkatkan kemampuan pelaku pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui kegiatan pelatihan, kursus, seminar dan lain sebagainya; dan ketiga, untuk menguatkan modal sosial masyarakat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan, pendampingan dan pelibatan masyarakat dalam proses pemberdayaan secara optimal dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya kerjasama, saling percaya, mentaati norma, kepedulian terhadap sesama dan keikutsertaan dalam aktivitas organisasi sosial masyarakat dan keempat, perlu disadari bahwa selain variabel yang diungkapkan dalam modal ini masih ada variabel di luar model dan diduga mempengaruhikeberdayaan masyarakat, seperti tingkat pendapatan, dinamika kelompok, penegakan hukum dan sebagainya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1)    Tingkat keberdayaan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung Jompi adalah masih rendah, hal ini disebabkan oleh rendahnya modal fisik (physical capital), modal manusia (human capital), kemampuan pelaku pemberdayaan, dan lemahnya proses pemberdayaan masyarakat.

  • 2)    Faktor proses pemberdayan dan modal sosial (social capital) merupakan faktor yang paling efektif dalam menjembatani pengaruh modal fisik (physical capital), modal manusia (human capital), dan kemampuan pelaku pemberdayaan terhadap tingkat keberdayaan masyarakat.

  • 3)    Model pemberdayaan yang efektif adalah model yang memadukan dan meningkatkan faktor proses pemberdayaan dan ketersediaan modal fisik (physical capital), kemampuan pelaku pemberdayaan, modal sosial (social capital) dan modal manusia (human capital) masyarakat.

Saran

  • 1)    Dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung Jompi, maka upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses pemberdayaan mulai dari perencanaan program sampai pemanfaatan hasil yang didukung oleh modal fisik (physical capital) dan kemampuan pelaku pemberdayaan.

  • 2)    Perlu upaya tertentu yang dapat meningkatan modal manusia dan menguatatan modal sosial, seperti menyediakan fasilitas kursus clan latihan

  • 3)    Agar model pemberdayaan masyarakat yang efektif dapat diaplikasikan, maka perlu ada dukungan dan kornitmen yang kuat dari semua stakehold-

ers (pemerintah, swasta/pelaku bisnis, pemerhati lingkungan/LSM dan masyarakat) terutama dalam hal pendanaan dan pembinaan secara partisipatif

  • 4)    Agar dapat memahami secara mendalam pengaruh faktor modal sosial (social capital) terhadap tingkat keberdayaan masyarakat, maka perlu dilakukan penelitian pada masyarakat yang memiliki kondisi sosial budaya yang berbeda, terutama berbeda dalam hal matapencarian clan orientasi budaya.

DAFTARPUSTAKA

Anonim. 2003. Statistik Dinas Kehutanan Kabupaten Muna, Raha: Dishut.

Fukuyama, F. 2000. The Great Disruption : Human Nature and the Reconstitution of Social Order. Simon & Scuster: New York

Ida Aju P.R. & Carol J. P. Colfer.2003. Kemana Harus Melang-kah?.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Ife,Jim. 1995. Community Development: Creating Community Alternatives,Vision, Analysis and Practice. Longman: Australia.

Jamasy, 0. 2004. Keadilan,Pemberdayaan, & Penanggulangan Kerniskinan.Jakarta: Blantika

Putnam, Robert D. 1995. "Bowling Alone: Americas Declining Social Capital". Jurnal Democracy 6.

Slamet, Margono. 2003. "Pemberdayaan Masyarakat:' Dalam Membetuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor:IPB Press.

Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alva-beta.

Suharto, E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyak : Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial da Pekerjaan Sosial.Rafika Aditama.

Sudjana. 2003. TeknikAnalisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito. Bandung.

Sumardjo. 1999. "Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani : Kasus di Propinsi Jawa Barat:' Disertasi: Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor: IPB

Todaro, P.M. 1997. Pembangunan Ekonorni di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Tjokrowinoto, Moeljarto. 2001.Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Winarsunu, T. 2004. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press.

84