ECOTROPHJC • 7 (I) : 6 - 15

ISSN: 1907-5626

STUDJ KUALITAS LINGKUNGAN PERAIRAN DI LOKASI TAMBAK KECAMATAN SEKOTONG KABUPATEN LOMBOK BARAT

SuC1A AI J, I.W ARniANA2>, M.S. Ma^NDRa3)

"^^""" Mogister llmu Lingkungan PPS Unud

^,Pu.sat Pcnelician Lingkungan Jlidup f.PPi\1 Unud/Fokultas Perikanan dan Kelaucan Unud vJurusan Agroelwreknologi Fu/..'lllras Pertanian unud

Etnail: chcc.ka_army23@yahoo.com

ABSTRACT

Sekolong is one of West Lombok subdistricts with considerable potential for marine fishery led to the development of aquaculture businesses. The purpose ofthis study were; (1) to know the quality of aquaculture waters. (2) lo know the phytoplank1:on community structure, and (3) to detennine the relationship between water quality parameters and primary productivity.

The methods used field survey for three months, ,iarted from June to August 2011. Sampling was done by purposive sampling that consisted of 3 stations, with 3 substations on each station. Samples were analyzed in situ and in laboratory.

Results showed that water quality parameters (temperature, brightness, turbidity, pH, salinity, dissolved oxygen nitrate and fosfut) for all stations were suitable for fish culture with the hlghest suitable value at stasion with rarely mangrove vegetation, eventhough, nitrate and phosphate concentrations were relatively low. The abundance of phytoplankton ranged from 449- 3966 ind/I. Index of diversity on all three stations were classified as medium/moderate. Unifonnity index of phytoplankton was high and there was no species dominance. Primary productivity ranged from 101,875 to 519 mgC/m3/day. The most important factors of water quality for productivity level were phytoplankton abundance, nitrat level and dissolved oxygens level.

Key words: aquaculture, water quality, phytoplankton

ABSTRAK

Sekotong merupakan salah satu kecarnatan di Kabupaten l.ombok Barat deagan potensi perikanan laul eukup besar. Hal ini mcnyebabkan berkembangnya usaha perikanan budidaya atau dikenal dengan istilah pertambakan. Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mengetahui k'llalitas perairan tambak; (2) mengetahui stmktur komunitas fitoplankton; dan (3) mengetahui hubungan parameter kualitas perairan terhadap produklivilas primer.

Metode yang digunakan adalah survey lapangan dan pengukuran selama 3 bulan penelitian yakni dari bulan Juni-Agustus 2011. Penentuan lokasi menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari 3 stasiun. Pada masing masing stasiun ditetapkan sebanyak 3 substasiun. Sampel dianalisis secara in-situ dan laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bal1wa tingkat kesesuaian budidaya air payau pada ketiga stasiun pengamatan tergolongsesuai untuk parameter suhu, kecerahan, kekeruhan, salinitas, pH, DO, meskipun nilai parameter nitrat dan fosfat relatif rendall, dan nilai kesesuaian tertinggi terdapat di stasiun dengan vegetasi mangrove jarang. Kemelimpahan fitoplankton berkisar antara 449 - 3966 ind/I. Jndeks keanekaragaman pada ketiga stasiun tergolong scdang/moderal, indeks keseragaman tergolong tinggi dan tidak terdapat dominansi spesies. Produktivilas primer berkisar antara 101,875- 519 mgC/m3fhari. Aclapun fak1:or k-ualitas perairan yang paling bcrperan dalam menentukan produktivitas adalah kemelimpahan fitoplankton, kadar nitrat clan oksigen terlaml.

Kata kunci: perikcman budidaya, kualitas air, fitoplanktan

PENDAHULUAN

Kecamatan Sekotong merupakan kecamatan yang paling luas di Kabupaten Lombok Barat yaitu seluas 33.004,5 ha, terdiii dari 6 desa dan 56 dusun, dengan jumlah penduduk 50.945 jiwa dan tinglmt kepadatan penduduk 154,17 jiwa/km•. Sebagian besar wilayah Sekotong merupakan wilayab pesisir yang memiliki sumberdaya potensial ba^ kegiatan perikanan dan kelautan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan perikanan tangkap, perikanan hudidaya, pengelolaan basil perikanan dan jasa pe1ikanan lainnya (Anonim, 2010). Berdasarkan bal tersebut, maka scbagian besar penduduknya sangat bergantung terbadap swnberdaya pesisir.

Salah salu potensi pesisir yang diminati dan banyak dikembangkan oleb penduduk sekitar adalah kegiatan budidaya perikanan air payau atau yang lebih dikcnal dengan kegiatan tambak. Jenis sumberdaya tambak yang banyak diusabakan masv_arakal adalal1 ikan bandenp.. Kegiatan usaha ini sebagian besar dilaln1kan olch masyarakat dengai1 teknik pengelolaan secara ckstcnsif (tradisional). Sumber pakan pada pengclolaan seperti ini memanfaatkan biota pcrairan alami, tidak mendapat pakan tambahan seperti halnya pada pengelolaan Lambak secara semi-intensif dan intensif. Olch karena itu, kondisi perairan sangat menentukan produktivitas pakan yang pada akhimya sangat menentukan produksi perikanan tambak itu sendiri. Menurut keterangan yai1g diperoleh drui masyarakat penambak, produksi usaha mereka jarang sekali mengalami peningkatan. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh hcbcrapa faktor salah satunya adalah menurunnya kualitas perairan laut.

Kelayakan lingkungan untuk usaha hudidaya dapat diestimasi melalui pengukuran kuantitatif dan kualitatif terhadap biota yang men11huni suatu perairan sehingga dapat diketahui kualitas perairannya. Salah satu biota yang sering digunakan dalam pengukuran kualitas perairan adalah fitoplankton (Basmi, 2000). Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan serta mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Kualitas suatu perairan dapat ditentukan oleh kemelimpahan fitoplank"ton. Parameter ini mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu komunitas. Ekosistem dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan terbadap pengai1Jh tekanan dari luar dibandingk:rn clengan ekosistem yang memiliki keragaman tinggi.

Menurut Odum (1971) dalam Baksir (2004), dalam tropik level suatu perairan, fitoplankton disebut sebagai produsen utama perairan yaitu mampu mengubah zat-1.at anorganik menjadi organik dengan bantuan cahaya matahari melalui proses fotosintesis menghasilkan bahan organik dan oksigen terlarut yang dinyatakan sebagai produklivitas primer perairan. Produktivitas primer oleh fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagian sumber penting dalam pembentukan energi di perairan yang sangat penting dalan1 mendulmng bagi kehidupan organisme perairan lainnya.

Demikian besarnya peranan fitoplankton di dalam ekosistem perairan, maka sangat penting dilakukan kajian kelayakan perairan pada sentra kegiatan budidaya dengan menggunakan indikator biologis untuk menggarnbarkan kondisi clan kualitas perairan. Berdasarkan latar helakang vang Lelah dikemukakan di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetalmi kondisi kualit.is perairan tambak masyarakat Kecamatan Sekotong, (2) untuk mengetahui struklur komunitas fitoplank'ton di areal tambak masyarakat Kecamatan Sekotong, dan (3) untuk mengetahui hubungan parameter kualitas perairan terhadap produktivitas primer di lokasi tarnbak masyarakat Kecamatan Sekotong.

METODOLOGI PENELTTIAN

Penelitian lapangan dilakukan di wilayall tambak masyarakat Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan yakni dari bulan ,Juni sampai denp.an hulan Agustus 2011.

Teknik pcnentuan lokasi sampling dalam penelitian ini adalall dengan metode purporsiue sampling. Berdasarkan basil observasi lapang.u1 maka pengambilan sampe\ dilalrukan pada tiga stasiun yang berbeda, yaitu lokasi tainbak cli Desa Kelapa (slasiun 1) dimana kondisi pertambakan dengan kondisi veg· etasi mangrove )'allg cuk'llp padal, tambak Desa Em-pol (stasiun 2) dengan kondisi pertambakan dengan kondisi vegetasi mangrove yang jarang, dan tambak Desa Medang (stasiun 3) adalah pertambakan den-gau kondisi mangrove yang rusak serta dipengarubi kondisi fisik air laut sehingga pcmanfaatan tambak hauya digunakan pada musim kemarau. Masing ma-sing stasiun dibagi menjadi 3 suh stasiun yaitu di bagian yang dekat dengan sumber air taut, di bagian tengah dan bagian terluar. Jadi secara keselnmhan terdapat 9 titik sampling (Camb:u· t).

PETA LOKASI PENEllTIAN



• ,.. M^ . .,- *. Z' '{ti∙u-M .,....,. ..-.-.


Γ




....

*..^ i -—4. M, MI HIM,

-•-i^— ∙M Hmmt


∙∙, >

^

⅛WΛ1 i&iv


pengambilan sampel dilaln1kan setelab pengambilan sampel fitoplankton. Sampcl diambil secara komposit di beberapa titik pada setiap pengarnbil kemudian diambil nilai rata-rata. Pengukuran terhadap suhu air, inleositas cahaya, pH dan salinitas dan DO dilak<1kansecarn in-situ sedangkan pengukuran kekeruhan, nitrat dan posfat dilakukan di laboratorium

Pengukuran produktivitas primer diukur deogan metode pengukuran oksigen dengan menggunakan botol gelap dao botol terang menurut Michael (1994). Untuk menghitung nilai produk1ivitas primer (PP) d.iguoakao rumus menurut Darmawan et al. (2004).

(Lb - Db) + (Ref - Db) x 1000 x 0,375

GPP = ------------

1,2 X h


RE=


(Ref - Db) x 1000 x 0,375

1,2 X h


Gambar 1. Lokasi PeneJ1han


NPP = GPP- RE


Sampel fitoplankton diambil dengan menggunak, an teknik sampling menggunakan botol menurut Michael (1994), yaitu mcngambil sampel air secara komposit sebanyak 50 L dari 3 petak yang berbeda dengan menggunakan botol sampcl. Air kemudian disaring dengan menggunakan plankton net no 25 dengan ukuran botol penampung sampel ±50 ml. Air yang tersaring dalam botol penampung kemudian diawelkan dengan la1utan formalin 4% sehan-yak 5 ml.

Sampel fitoplankton yang telah diawetkan kemudian dibawa ke Laboratorium MIPA Universitas Mataram. Pengamatan fitoplankton menggunakan miroskop perbesaran 1ox10 dan 4ox10. Setiap sampel diulang sebanyak 3 kali pengamatan kemudian dihitung jenis dan jumlah sel pada masing-masing bidaog pandang. Uotuk keperluan pencacahan plankton dihitung dengan menggunakan rumus metode volume sampel.

II    s    I

N =-x-x-

111   a   v

Dimana:

N = juml⅛ sel ^r lite,r

n = jumlah sel yang dihilung dalam m tetes

m • jt1mlab tetes contoh yang diperiksa

s • volume contoh dengan pengawetnyn (ml)

a     volume tiap tetesoontoh (mcn8!,'Ullakan pipet rnomatik

0,05 ml)

v volume air yang ters.aring (L)

Sampel air diambil di setiap titik sampling. Wakiu

Di mana:

NPP • Produk1.i,itas primer hersih (mg C/m'/hari) CPP Produkti\itas primer kotor (mg C/m"fhari)

RE - Respirasi (mg 0/L)

to fla^ rata-rata totol terang s^udah diinkubasi (mg 0/L)

Db Harga rata-rata botol (Map sesudah diinlmbasi (mg 0/L)

Ref = Harga rata∙rata rcforensi (w^⅛ ^tolum inkuhasi (mg 0/L)

H Waktu inkubasi

1000 = bilangan konversi dari liter kc m3

0375 = kon"ersi oksigen ke karbon

1.2 photosynthetic quotien. dengan asumsi produktivitas dilakukan oleh fitoplankton

Analisis kuaolitatif indeks biologi fitoplank-ton meliputi perhitungan perhituogao keseragaman (H), keragam.m (E), dan domioansi (D) dari Shanon Wienner. Evaluasi indeks keanekaragaman (diversitas), kE!seragaman dan domioansi fitoplankton terhadap kondisi lingkungan merujuk pada Legendre dan Legendre (1983). Hasil pengukuran parameter kualitas fisik, kimia clan biologi air yang diperoleh dievaluasi berdasarkan Matriks Kesesuaian Liogkungan Perairan untuk l:ludidaya Air Payau menurut lrfan et.<1/. (1996). Evaluasi tingkat kesesuaian perairan dilakukan berdasarkan sistem skoring yang mengacu pada basil modifikasi Erlina et al. (2005). Analisis keeratan hubungan oilai masing-masiog variabel kttalitas air terhadap produktivitas primer dianalisis secara regresi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Perairan Tambak

Hasil penelitian terhadap kualitas pcrairan di tambak Kecamatan Sekotong menunjukkan bahwa suhu perairan berkisar antara 27,74 - 29,1 °C, dimana suhu terendah terdapat pada substasiw1 1.3 sedangkan suhu tertinggi terdapat pada substasiw1 3.1. Kisaran suhu tersebut sesuai untuk budidaya air payau (lrfan et al., 1996). Effendi (2003) mcnam-bahkan babwa suhu optimum untuk pertumbuhan fitoplankton adalah 20 - 30 °C. Hal ini mengindikasikan bahwa kisaran suhu pada daerah penelitian tersebut masih baik untuk pertumbuhan fitoplank-ton. Untuk lebih jelasnya basil pengukuran kualilas air dapal dilihat pada Tabel 1.

Kecerahan air yang didapatkan pada perairan tambak di lokasi penelian adalab berkisar antara 81,14 cm - 134,33 cm. Kisaran nilai kecerahan pada seluruh subslasiun menunjukkan bahwa perairan Tamhak Sekotong sangat sesuai ($1) untuk kegiatan budidaya. Menurut Ma.rindo (2008), kecerahan air pada perairan tambak berkaitan dengan kelimpahan plankton. Semakin tinggi tingkat kecerahan air maka kelimpaban ftoplankt'on akan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendal1 tingkat kecerahan air maka kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut semakin tinggi. Selain kemelimpahan fitoplankton zat-zat yang tersuspensi di dalam air seperti lwnpur, bahan organik, bahan anorganik juga dapat mempengaruhi kecerahan air (Effendi,2003). Berdasarkan basil penelitian, hubungan kccerahan dan kemelimpahan fitoplank1<>11 tidak memperlihatkan keterkaitan yang era!. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, jumlah sel fitoplankton tertinggi terdapat di substasiun 2.3 dimana pada lokasi ini memiliki kecerahan perairan yang tinggi. Sementara kemelimpahan plankton

Tabel 1. Nil.al R.a^rata Kualitas Perairan Tambak

NO

Para· meter

sa1uan

N1IJl rata rat.i (n = 3 sampel)

""s,., u1 .c.1

^ s^•·^"^""^2^

Stas,un 3

11

, ,

1 3^

^2^1

^2.c.2_

2.c.3

3 1

3 2.

33

Fisika

1

Suhu

·c

28,84

27.95

27.74

28,74

28,73

28,87

29,10

28.86

28.99

2

Kecerahan

cm

^.67

44,01

45.56

25, 33

7 1,00

73,33

21,14

56,33

SS.Oil

3

KP-keruh;:in

mpt

•.08

32,17

12,35

47,63

8,20

3,89

Sl,9

10,32

6,33

Kimi^

5.llu'lilas

6,93

7,00

7,00

6,97

6.90

7,37

6.97

7,00

7,03

s

pH

7,80

7,47

7,52

8,19

8.2•

8,lS

7,75

7,91

7·84

G

00

mg/I

?,25

6,80

7,23

6,17

6,33

6.68

S.67

6.02

6·36

7

N trat

mg/I

0,09?

0,078

0.109

O,l4S

0,lOS

0.110

0,090

0.074

0.099

8

Fosfat

mg/I

0,087

0,135

0.16•

0.665

0,136

0,118

0.101

0,087

0,098


terendah terdapat di substasiun 3.1 yang mempakan titik lokasi deugan nilai kecerahan yang terendah. Oleh karena ito kekeruhan di lokasi penelitian lebih utama disebabkan oleh adanya partikel - partikel yang terlarut dan tersuspensi di dalam air.

Nilai kemhan berkorelasi negatif dengan kecerahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai kekeruhan yang temkur pada tambak penelitian. Kekeruhan tinggi terdapat di substasiun 3.1 sedangkan kekemhan terendah terdapat di substasiun 2,3. Kekemhan pada penelitian ini disebabkan oleh adanya bahan yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasi,').

Nilai salinitas perairan tambak secara umum berkisar antara 6.9 - 7.34 %o. Menurut lrfan et al. (1996) mengenai kescsuaian untuk hudidaya air payau, nilai salinitas ini tergolong bersyarat atau marginal (S3). Namun, benlasarkan Standar Baku Mutu Air Somber dan Air Pemeliharaan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (2004), kondisi terscbut masih berada pada kisaran salinitas yang dianjurkan untuk kegiatan budidaya yaitu 5-35%.

Berdasarkan matriks kesesuaian perairan Budi-daya (lrfan el al, 1996), nilai rata-rata pH di lokasi penelitian termasuk dalam kategori yang sangat sesuai (St), dimana kisaran pll di lokasi penelitian adalah ialah 7,47 - 8,24. Barns (2004) menyatakan bahwa pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa fak:or antara lain aktivitas biologi misalnya fotosintesis, respirasi organisme, suhu dan keberadaan ion-ion dalam perairan tersebut. Pada siang hali kecerahan tinggi. Kecerahan perairan sangat penting dalam proses fotosintesis organisme perairan dalam ha! ini fitoplanJ..'ton. Pada proses fotosintesis te1jacli penggunaan CO, oleh fitoplankton menyebabkan terjadinya peningkatan pH. Rerdasarkan hasil penelitian menunjukkan kecerahan tertinggi terdapat pada substasiun 2.2 dan 2.3, sementara jumlah sel fitoplankton lerting-gi terdapat di stasiun 2.3 (Tabel 2), tingginya kecerahan dan jumlah sel fitoplankton tersebut mcnyebabkan konsumsi CO, sehingga uilai pH yang cukup tinggi pada kedua substasiun tersebut. demiJ-;an pula sebaliknya rendahnya nilai kecerahan pada sub-stasiun 3.1 menyebabkan rendahnya nilai pH di titik lokasi tersebut.

Berdasarkan basil pengukuran oksigcn terlanit di lokasi penelitian,

nilai DO yang didapatkan untuk kesesuaian bud1daya air payau adalah sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2), yaitu berkisar antara 7,25 - 5,67 mg/I. Kadar DO yang tergolong kelas sangat sesuai adalah pada semua lokasi penelitian kecuali di suhstasiun 3.1 adalah tcrgolong cukup sesuai (82). Namun demikian, apahila mengacu pada kriteria kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut (Lee et al., 1978), menunjukkan babwa perairan di substasiun 3.1 tersebut termasuk dalam kriteria tercemar ringan dengan kandungan DO berada pada kisaran 4,5 - 6,7 mg/I. Suhu merupakan salah satu parameter perairan yang berpengaruh terhadap ketersediaan 00, kenaikan sttlm dapal menyebabkan terjadinya penurunan kadar DO perairan. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan metabolisme aquatik (ikan) yaitu terjadinya konsumsi oksigen yang semakin tinggi dengan adanya peningkatan suhu (Effendi, 2003 dan Irfanalwi, 2009). Selain suhu, keberadaan fitoplankton clan tumbuhan air berpenga11.1h terhadap ketersediaan DO yang berasal dari kegiatan fotosintesis.

Hasil pengulmran terhadap kadar nitral di lokasi penelitian berkisar antara 0,074 - 0,145 mg/I. Berdasarkan kelas kesesuainnya, kadar nitral tersebut termasuk kelas hersyarat atau marginal (S3). Hal ini berarti kadar nitrat kurang cukup untuk mendukung kehidupan organisme perairan termasuk dalam mendukung kehidupan fitoplankton. Fitoplankton dapat tumbuh optimal pada kandungan nitrat sebesar 0,9 - 3,5 mg/I, sedangkan konsentrasi dibawah 0,01 mg/I alau diatas 4,5 mg/I dapat mernpakan faktor pembatas peitumbuhannya (Oktora, 2000). Kadar nitrat - nitrogen pada perairan alami hampir tidak pemah lebih tinggi dari 0,1 mg/I. Kadar nib·at yang lebih tinggi dari 5 mg/I menggambarkan terjadinya penccmaran antropogenik yang berasal dari aktivitas manusia dan tinja hewan. Kadar nitrat - nitrogen yang lebih dari 0,2 mg/1 dapat mengaki-batknn terjadinya eulrofikasi (pengayaan) perairan yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan turnbuhan air secarn cepal (blooming) (Effendi, 2003). Menurut Nybakken (1992) menarnbahkan bahwa meningkatnya kepadatan popttlasi populasi fitoplankton dan algae menyebabkan persediaan zat hara dalam lapisan air akan semakin berkurang. Berdasarkan kisaran kadnr nitrat pada lokasi penelitian, kadar nitrat yang ternkur adalah l"llrang dari 0,2 mg/I, hal ini berarti belum mengindikasikan ter-jatlinytt pencemaran maupun eutrofikasi perairan yang dapat menyebabkan blooming algae.

Hasil pengukuran terhadap kadar fosfot di lokasi

penelitian adalah berkisar antara 0,087 - 0,665 mg/I. Dari nilai tersebut maka kelas kesesuaian kadar fosfat tergolong Sesuai (S1) dan bersyarat atau marginal (S3). Perairan tarnbak di substasiun 2.1 tergolong sangat sesuai (S1) untuk kegiatan budidaya yakni dengan kadar 0,665 ppm, sedangkan di 8 substasiun lainnya (substasiun 1.1 -1.3, substasiun 2.2 -2.3 dan substasiun 3.1 -3.3) tcrgolong bersyarat atau marginal (S3) untuk kegiatan budidaya.

Rasio kadar nitrat dan fosfat (N/P) pada hasil penelitian memiliki kecenderungan nilai fosfat lebih tinggi dibandingkan nitrat. Nontji (2006) menyatakan bahwa rasio N/P di perairan terbuka biasanya hampir konstan, yaitu sekitar 15:1, tetapi pada perairan di dekat pantai rasionya sangat bervariasi. Rasio N/P pada penelitian ini memperlihatkan nilai yang relatif rendalt, dimana konsentrasi fosfat lebih tinggi dibandingkan nitrat. Peristiwa ini menunjukkan status perairan cenderung mengalami pencemaran oleh senyawa fosfat. Hal ini kemungkinan terjadi karena laju pemakaian nitrogen oleh organisme perairan seperti litoplankton dan bakteri berlangsung cepat dan tidak sebanding dengan laju pemakaian fosfat. Selain itu hal tersebut dapat juga terjadi, dimana laju regcnerasi fosfat dari bahan tersuspensi atau sedimen berlangsung lebih cepat dan tidak disertai penyediaan nitrogen yang cukup.

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai kualitas perairan diatas, didapatkan bahwa pada hampir tidak terdapat perbedaan kisaran nilai kualitas perairan yang herbeda jauh antar ketiga stasiuu. Parameter suhu, kecerahan, pH dan oksigen terlarut dikategorikan masih b,tik untuk kegiatan budidaya perairan payau menurut Itfan et al. 1996, sedangkan kadar salinitas nitrat dan fosfat tergolong rendah dan belum cukup sesuai untuk mendukung kebidupan biota perairan dalam kegiatan budidaya air payau. Hasil skoring terhadap tingkat kesesuaian perairan unluk budidaya perairan payau menunjukka.n bahwa ketiga stasiun pengamatan tergolong sesuai (S2) untuk kegiatan budidaya air payau.

Struktnr Konnmitas Fitoplankton

Komposisi dan Kemclimpahan Fitoplankton

Dari basil pengamatan didapatkan sebanyak 44 jenis fitoplankton yang teridentifikasi. Spesies yang mendominasi perairan tambak sekotong adalah dari Ordo Bacillariophyceae (Diatomae) yaitu sebanyak 38 jenis, namun demikian terdapat pula beberapa species dari 2 ordo Dynophyceae (sebanyak 5 jenis) dao Cyonopltyceae (sebanyak 1 jenis).

Tabet 2. KomPo$isi, Keme!impahan, lndeks Keragaman, Keserang;i,man dan Oomlnansl F,toplankton

NamaOrdo

1.1

Stasiun 1

1.2

Stas,un 2

Staiiun 3

3.2

33

1.3

21.

2.2

2.3

3.1

Boc1flor10phycl!oe

13

18

21

11

15

13

10

IS

13

Dynophyceoe

3

5

4

3

2

4

l

2

4

CJiyanc,phyceae

0

0

0

0

l

0

0

1

o

Jomtoh seq,nd/ll

1305

1283

176 8

1365

1261

3966

449

1m

1534

Jumlal\ Jen,s

16

23

25

14

18

17

11

18

l7

lndeks H

2.509

28.3 1

2.847

2.08

2 464

2.147

2176

2·31

1 637

lndeks E

0.905

0.903

0884

0 788

0.852

0.758

0.907

0.853

0.578

-=lnd=eks^C> ---

-01

0074

:::0.0=76-

0.17

-"'0=.113-

=:..:.

0.131

0.132

0.361


fosfat tertinggi terdapat di substasiun 2.1, sementara kemelimpahan tertinggi terdapat di substasiun 2.3. Hal ini menunjukkan terdapat fnk'tor lain penyebab kemelimpahan menjadi lebih tinggi di substasiun tersebut yang tidak terukur selama penelitian. Sementara rendahnya kemelim-


Bacil/ariophyccac (Diatom) merupakan komponen fitoplankton yang paling umum mendominasi perairan laut. Kelompok ini terdapat di semua bagian lautan khususnya paling melimpah di daerah permukaan massa air. (Nontji, 2006).

Jumlah jenis/spesies fitoplankton ditemukan paling banyak di daerah tarnbak yang bervegetasi mangrove (stasiun 1), yaitu sehanyak 25 jenis. Pada daerah tambak yang tidak bervegetasi (stasiun 2,), clitemukan sebanyak 18 jcnis, scdangkan pada daerah tambak dengan kondisi mangrove yang rusak (stasiun 3) ditemukan sehanyak 17 jenis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Qiptiyah et al. (2007) mengenai struktur komunitas plankton di Perairan Sinjai Sulawesi Selatan bahwa di perairan terbuka (tanpa vegetasi mangrove) menunjukkan bahwa jumlah jenis planklon pada daerah mangrove lebih banyak daripada di perairan terbuka (tanpa vegetasi mangrove).

,Jenis fitoplankton yang mempunyai kemelimpahan relatif tinggi (;,.5%) di stasiun 1 adalah Nauicula sp., Cosconodiscus sp., Thalassiosira oestrupi, Nitzschia closterwm, clan (jonydwm sp.1. ,!ems plankton yang tergolong melimpah di stasiun 2 adalah T. oestrupi, Gonydium sp. 2, Chaetoceros sp.t, Chaetoceros sp.3 dan Pmtoperidinium quinncome. Pada tambak sta siun 3 adalah C/taetocems sp.1 dan Chaetoceros sp. 2.

Hasil perhitungan kcmdimpahan plankton pada 9 titik lokasi sampling menunjukkan bahwa keme· limpahan tertinggi terdapal di stasiun 2 yaitu den· gan kisaran kemelimpahan sebanyak 1261 - 3966 ind/I selanjutnya diik-uti di stasiun 1 antara 1283 - 1768 ind/I dan terendah terdapat di stasiun 3 bcrkisar antara 449 - 1534 ind/I.. Nybaken (1992) mengatakan bahwa terdapat dua faktor utama yang membatasi produktivitas filoplankton yaitu cahaya dan zat·zat hara. Hara utama yang diperlukon dalam pertumbuhan fitoplank1on adalah nitrat dan fosfat. (Effendi 2003). Terkait deogan basil penelitian, pernyataan beberapa sumher tcori diatas tidak sesuai dengan basil penelitian dimana kadar nitrat dan

pahan di substasiun 3.1 menunjukkan keterkaitan deagan faktor pembatas nitrat dan fosfat dimana di lokasi ini merupakan dengan kadar nitrat dan fosfat paling rendah diantara 9 substasiun lainnya.

lndeks Keanekaragaman Keseragaman dan Dominansi Jenis Fitoplankton

Tndeks keanekaragaman jenis (H) pada semua lokasi penelitian adalah berada pada kisaran indcks 1,o<H<3,32. Ini menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada perairan tambak Sekotong tergolong moderat/sedang, produkiivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang dan tekonaJ1 el<ologjs sedang. Pada selw·uh lokasi tambak menunjukkan bahwa indeks keseragaman (E) >0,75 kecuali pada substasiun 3.3 yaitu nilai E > 0,5. Pada daerah dengan indeks E>o,75 menunjukkan bahwa keseragaman jenis tergolong tinggi. lni mcnunjukkan distribusi individu masing masing jenis di dalam komunitas sangat seimbang dan ekosistem stabil. Sedangkan di stasiun 3.3 memiliki keseragaman jenis yang tegolong sedang dimana distribusi ind1vidu masing masing jenis cukup seimbang.

Indeks dominansi (D) pada seluruh lokasi penelitian adalah <5. Ini menunjukkan bahwa perairan tambak tidak terdapat dominansi, perkembangan jenis seimbangatau dengan kata lain struktur komunitas yang se<lang tlitelili ticlak terdapat spesics yang mendominasi spesies lainnya. Ditinjau dari nilai indcks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi antar stasiun menunjukkan babwa indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman pada tambak stasiun 1 lebih tinggi dibandingkan tambak stasiun 2 dan stasiun 3. Hal ini berarti komunitas plank1on pada tambak clengan vegetasi mangrove lebih stabil daripada tan1bak yang tak bervegetasi ataupun tambak clengan kondisi mangrove dengan tekanan fisik. Pada perairan mangrove, gerakan air relatif lebih tenang karena terhalang oleh akar· akar vegetasi sehingga fitoplankton relatif bisa berkembang dengan baik.

Produktivitas Prime,· dan Hubungannya dengan

Kualitas Air

Tabet 3. Nilai Produktivitas Primer Perairan Tambak Kecamatan Sekotong

No

Stasiun

P(Odukt1v1l<lS Primer Kotor (NP) (mgC/m'/han)

Resplras, (R) (mgC/ m1/han)

Produkt1v1tas Pr-imer Ocrslh,PP) (mgC/ m'/han)

1

1.1

415,458

115,083

300.375

2

1.2

439,167

102,917

336,250

3

1.3

519.958

109,271

410,688

4

2.1

574,625

115.750

458.875

5

2.2

427,167

61,333

365,833

G

2.3

715,917

196,917

519,000

7

3.1

126,125

24,250

101,875

8

3.2

274,&33

40,979

233,854

9

3.3

397,333

56.667

340,667

Cushing (1973) membagi nilai produk-tivitas perairan menjadi empat kategori: (1) produktivitas sangat tinggi, > 1000 mgC/m3/hari, (2) tinggi, 300 - 1000 mgC/m3/hari, (3) sedang, 100 - 300 mgC/m3/hari, dan (4) rendah, <100 mgC/m3fhari. Berdasarkan patokan tersebul maka produk-tivitas primer bersih perairan tambak Kecamatan Sekotong tergolong ke dalam produktivitas primer tinggi dan sedang. Produktivitas primer stasiun 1 tergolong tinggi dengan kisaran 300,375 - 410,688 mgC/ma/ bari, sedangkan di stasiun 2 juga tergolong tinggi yakni dengan produktivitas sebesar 365,883 - 519 mgC/m3/hari. Sementara di stasiw1 3 produk1ivitas primernya tergolong sedang hingga tinggi yaitu dengan kisaran pmduktivitas primer sebesar 101,875 - 340,667 mgC/m3/hari, ctimana tambak yang terletak berbatasan dengan laut (substasiun 3.3) tergolong tinggi sedangkan tambak yang berbatasan dengan daratan (subtasiun 3.1) dan yang berada di bagian tengah (substasiun 3.2) tergolong sedang.

Ditinjau dari pcrbandingan nilai produktivitas primer bersih antar stasiun maka diketahui bahwa tambak stasittn 2 memiliki nilai produktivitas primer yang paling tinggi dibandingkan stasiun 1. Sementara nilai produktivitas primer paling rendah terdapat di stasiun 3 (Tabel 3). Hal ini tentunya sangat berkaitan dengan fal-.ior penenlu produktivitas primer perairan. Pcrtumbuhan litoplank-ton ^angat berkaitan erat dengan fak'tor pembatas kehidupannya yaitu daya dukung kualitas perairan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erlina et al (2005) mengenai hubungan kualitas perairan dengan produktivitas primer menemukan bahwa fak-tor fisika perairan yang sangat berperan

penting dalam pertumbuhan fitoplankton adalah suhu dan intcsitas cahaya, sedangkan faktor kimia yang paling bcrpengaruh adalah nitrat dan fosfat. Untuk mengetahui kecratan hubungan produktivitas perairan maka dalam penelitian ini dilakukan pengujian rej\resi produktivitas primer terhadap fak1:or kualitas perairan.

Diantara paran1eter kualitas air, faktor kemelim-pahan fitoplankt-on mernpakan parameter yang paling tinggi hubungannya dengan produ.k1ivitas primer dengan nilai koefisien detem1inasi (R2) sebesar 0,573 dan persan1aan regresinya adalah Y "' 187,498 + o,097*kemelimpahan fitoplankton. flubungan kadar nitrat dan oksigen terlarut dengan prodnk-tivitas primer tergolong sedang dengan R• untuk nitmt sebesar 0,4133 dan persamaan reg,esinya Y= 40,974+3787,256*nitrat, sedangkan oksij\en terlarut dengan R2 adalah sebesar 0,4086 dengan persamaan regresi Y= - 616,636 + 147,294*00. Parameter kualitas air lainnya tergolong rendal1 hubunggan-nya dengan produktivitas primer dengan koefisien regresi <0,35. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap kualitas perairan sebelumnya didapatkan hahwa tidak terdapat perbedaan nilai parameter suhu, ke-ccrahan, kekeruhan, pH, salinitas antar ketiga stasiun tidak terdapat perbedaan nilai yang nyata.

Hasil uji regresi berganda didapatkan persamaan yaitu Y = - 440,708 - 61,29 (x1) + 2888,896 (x2) + 0,0582744 (x3) dimana Y adalah produktivitas primer, sedangkan x1, x2, clan x3 secara berturut turut adalah DO, nilral, dan kemelimpahan fitoplankton. Koefisien determinasi (R2) untuk persamaan tersebut adalah sebesar 0,832. Dari persamaan tersebut diatas dapat diartikan babwa koefisien regresi antara variable suhu, nitrat, dan kemelimpahan fito plankion dengan produktivitas primer adalah sebesar 0,832. Hal ini menttnjukkan bahwa hubttngan antara ketiga variabel pendulnmg tersebut dengan nilai produktivilas primer tergolong tinggi (R2>0,5). Selain itu juga, koefisien determinasi menunjukkan menunjukkan nilai sebcsar 0,832, a1tinya sebanyak 83,2% nilai produktivitas primer dalam perairan tambak diduknng oleh variabel DO unsur hara nitrat, dan kemelimpahan l'itoplankton. Sedangkan sebanyak 1,68 % dipengaruhi oleh faktor lain.

Hasil uji diatas menyatakan bahwa faktor yang paling menentnkan produhivitas primer pada tambak Kecamatan Sekotong adalah kemelimpa-han fitoplankton, kadar oksigen terlarut dan kadar nitrat. Produktivitas primer sangat erat kaitannya dengannya kemelimpahan fitoplankton mengingat fitoplanl-.-ton merupakan pro<lnsen utama pada

Studi ll(uaJ.it^s1..Mgkungon Ptt'cdro()dJ LOlwslTombok Kecomotott Sckotong Kabupatm Lombok8arot [SIIOko A. I.WArthon a, M.S. MahendtaJ

ekosistem perairan. Semakin tinggi kemelimpahan fitoplankton maka aktivitas fotosintesis juga akan semakin tinggi dengan kata lain produk"tivitas primer akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan data yang di dapatkan dimana meningkatnya kemelim-pahan fitoplan1.1:on diiln1ti oleh kecendemngan meningkatnya nilai produktivitas primer scperti yang ditampilkan pada gambar berikut:

4000

3000

2000

1000

0

Ll 1.2 L3 :U 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3


...

.....


Gambat 2. Graflk Hubungan Produktiv1tas Primer Bt>r^ih dengan Kernelimpahan Fltoplanlcton di loka:!.i Tambdk Kecamatan Sekotong

Effendi (2003) berpendapat bahwa oksigen terlarut di dalam perairan berasal dari difusi dari atmosfer dan aktivitas fotosintesis organisme perairan. Jadi hubungan positif antara oksigen terlarut <lengan produk1:ivitasprimer menunjukkan semakin tinggi kadar ok^igen terlamt menunjukkan semakin tingginya aktivitas fotosintesis. Nitrat merupakan nutrisi yang paling penting dibutuhkan olch fitoplankton dalam pertumbuhannya oleh karena itu hara ini merupakan salah satu faktor utama pembatas kehidupan fitoplankton. Hasil pengukuran terhadap nilai produktivitas primer rata-rata dan kadar nitrat rata-rata di tiga stasiun maka didapatkan produktivitas primer tertinggi di stasilm 2 dan terendah terdapat di stasiun 3 (Tabel 3) sedangkan kadar nitrat rata-rata tertinggi juga terdapat di stasiun 2 dan terendah terdapat di stasiun 3 (Tabel 1 ). Berdasarkan hasil tersebut men11njukkan memang tcrdapat hubungan antara produktivitas prirner dengan nitrat.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

  • 1.    Hasil evaluasi terhadap tingkat kesesuaian bu-didaya air payau menuajukkan bahwa ketiga stasiun pengami,tan tergolong sesuai (S2) untuk parameter suhu, keceral1an, kekcruhan, salinitas, pH, DO. meskipun nilai parameter nitrat dan fosfat tergolong rendah, dan nilai kcsesuaian tertinggi tcrdapal di stasiun 2.

  • 2.    Kemelimpal1an fitoplankton tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu sebanyak 3966 ind/I, sedangkan kemelimpahan terendah terdapat di stasiun 3 yaitusebanyak 449 ind/I. Indeks kcanckaragaman pada ketiga stasiun tergolong sedang/moderat dengan indeks tertinggi di stasiun 1 dengan indeks 2,847 sedangkan indeks keanekaragaman tereadah stasiun 3 dengan nilai 1,637. Indeks keseragaman pada semua lokasi penelitian tergolong tinggi kecuali stasiun 3 terutama substasiun 3.3 keseragaman yang tergolang sedang. Selain itu juga pada kctiga stasiun tidak terdapat dominansi species

  • 3.    Produktivitas primer tertinggi terdapat di stasiun 2 yaitu sebesar 519 mgC/m3/hari sedangkan produktivitas primer terendah terdapat di stasiun 3 sebesar 101,875. Adapun faktor kualitas pcrairan yang paling berperan dalam menentukan produk1::ivitasadalah kemelimpahan fitoplank1:on, kadar oitral dan oksigen terlarut.

Saran

  • 1.    Bagimasyarakat penambak perlu memaksimalkan upaya pengelolaan tambak terutama mengenai pemupukan perairan agar kebutuhan nutrisi pakan alami seperti nitrat dan fosfal dapal mendukung produktivitas perairan.

  • 2.    Bagi pemerintah dan instansi terkait dibuluhkan duhmgannya, baik secara materil maupun sumbangan pengetahuan terhadap petani tambak bagaimana cara pengclolaan tambak yang baik, mengingat kondisi perairan yang tergolong masih baik maka sangat pcnting untuk memanfaatkan potensi ini agar dapat berjalan secara berkelanjutan

  • 3.    Diperlukan adanya penelitian mengenai kondisi sosial ekonomi masyarnkat pcnambak, serta hubungan produktivitas perairan terhadap produksi perikanan tambak

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kecamatan Sekotong. (serial onlinc). [cited ^<Ill May 8]. Available from: URL: http://www.lom· bokbaralkab.go. id/index.php/ pe,nerintahan /kec/113.

Baksir, 2004. Hubungan Antara Produkth-itas Primer Fitop· 1:mk"ton dan Imensitas Cahaya di Waduk Cirata Kabu· paten Cianjur Jawa Baral. Makalah Falsafah Sains !PB. (serial online), [cited 2010 Mey 20]. Available from: URL: w,,w.rudyct.com/l'PS702ipb/09145/abdurrach· man baksir.pdr.

Basmi. H.J. 2000. Plank1onologi: Plankton sebagai Tndika· tor Kualitas Per<1ir·an. Bogor: Fakultas Pcrikanan dan llmu Kelautan, lPB.

Baro., T. A. :2004. Pengantur limnologi Studi1"entang Eko-

sistem Air Daratm>. Medan: USU Press.

Cushing, D,H, 1973. Recruitment Parent Srock in Fisheries.

Washington DC: Univ. Washington.

Dhannawan, A., fbrohim, ·ruarita, H.1 Suwono, H., Susanto, P. 2004. Ekalogi Hewan. Semarang: Universitas Negeri Sc1narang.

DepartemenKelaman danPerikanan.2004. Pcdoman Urmnn Budidaya Udang Di Tambak. Jakarta: Direkiorat Pem· budidayaan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Departemen Kclautan dan Perikanan.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumbenlaya. Dan Lingkungan Perairan. Yogya.karta: Kanisius.

Erlina, A., Agus H., Sum into. 2005. "KualitasPerairan di Seki· tar BBPBAP Jepara Ditinjau dariProdul..-tivit,1s Primer seoogai l.andasanOperasionalPengembangan Budidaya Udang dan Ikan". Ju.-na/ Pasir Laur. 3 2 [2); 1-17

Irran A., Yanuarita D., Weworelangi S. 1996. Kriteria Teknis Pcma1tfaatan Ruang Untuk Budidaya Air Payau dan Budidaya Peroiran. Kertas Kerja dalam Diskusi Pena· taan RunngPesisir. Ujungpandang:PSDAL, LP Unhas.

lrfanalwi, 2009. Parameter Oseanografi (serial online), [cited2012 February 10]. Avanable from: URL http:// mspunhas.wordpress.com/2009/11/01/ parameler-oseanografi/.

Legendre, L. Dan P. Legendre.1983.M,meriool Ecology. New York: Elsevier Science PublishingCompany Inc.

Marindro. 2008"- ldentifikasi Pcrmasalahan Kualitas Air Tambak. {serial onlinc), [cited 2010 May 20]. Avail· able from: URL: http://marindro-ina.blogspot. com/2008/02/identifikasi permasalaban k-ualitasair. html

Michael,P. 1984. Metoda Ekologi untukPenyelidikan Lapan· gan dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Nontji, A. 2006. Tiada Kehidupan Di Bumi Tanpa Ke· beradaan Plankton. I.embaga I/mu Pengetahuan Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi.

Nybakken,,J.1992. BiologiLaut: Suatupendekaton Ekologis. Jakarta: Gramedia.

Oktora, A. D. 2000. 'Kajian Produktivitas Primer Berdasarkan Kandungan Klorofil pada Perairan Tamb.'\k Berbakau dan Tidak Berbakau di Desa GrintiJ,g Kabu· paten Brebes" (skripsi). Semarang: Jurusan Perikanan l'akultas Perikanan dan llmu Kelautan. Universitas Diponegoro.

Qiptiyah M, llalidah, dan M. Azis It 2007. "Struktur Komunitas Plank-ton di Pcrairan Mangrove dan Perairan Terbuka di Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan". Jumal Penelirian dan KonseroasiAlam. 5 [2]: 137-143.

Lampiran i Species Fitoplankton Hasil Identifiksi

Stasiun 1

Stasiun

2

Stasiui

13

No

Nama Jenls

1.1

1.2

1.3

2.1

2.2

2.3

3.1

3.2

3.3

Bacillariophyceae

1

Navicula sp.

139

88

183

161

I 17

125

37

117

22

2

Skletonema costatum

O

O

44

O

O

O

O

O

22

3

Mellosira sp.

O

22

15

O

22

O

O

22

O

4

Thalassiosira Oestrupi

O

117

213

O

O

367

88

O

O

5

ThaIassiosira sp. I

51

161

132

44

O

235

O

O

O

6

Thalassiosira sp. 2

O

O

O

O

O

O

O

O

59

7

CosconndiscHs sp.

132

44

257

15

37

37

66

37

81

8

Rhizosolenia pungens

O

O

22

O

O

O

O

O

O

9

Rhizosolenia sp.

O

81

51

22

15

O

15

15

7

IO

Bhidulphia mobil tens i;

15

O

15

9

O

O

O

O

O

Il

Bacteriastrum sp.

O

22

O

O

O

O

O

O

O

12

Tabetlaria sp.

22

O

O

O

O

O

O

O

O

13

Nitzschia Closterium

1IO

169

IlO

125

117

59

O

117

15

14

Nitzschia sp. f

44

22

44

O

37

14

O

37

O

15

Nitzschia sp. 2

O

O

15

O

O

O

O

O

O

16

Nitzschia sp.3

O

O

O

O

O

O

O

O

O

17

Gvrosigma fasciola

O

O

O

O

O

O

O

O

29

18

Surrirela sp.

44

O

22

O

O

O

O

1)

0

19

Plectonema sp.

44

O

O

22

O

O

O

O

O

20

Pinnularia sp.

44

O

22

O

51

O

15

51

15

21

CyciotelIa sp.

66

51

22

315

88

O

59

88

O

22

Diploneis splendica

22

O

O

124

22

O

O

22

O

23

Cocconeis sp.

O

7

95

O

15

O

O

15

O

24

HemiaIus Iiauckii

O

15

O

O

O

O

O

O

22

25

Amphora sp.

O

22

66

O

7

22

O

7

15

26

Pleurosigma sp. I

O

29

44

22

73

51

O

73

O

27

Pleurosigma sp. 2

O

22

22

O

O

O

7

O

O

28

Pleurosigma sp. 3

O

O

O

O

O

O

O

O

22

29

Grammatophora sp.

O

15

O

O

O

O

81

O

15

30

Gemminela sp.

O

O

44

O

O

O

O

O

O

31

Minidiscus sp.

O

O

15

O

29

O

37

29

O

32

Ceralium furca

O

O

O

O

U

22

U

O

O

33

Cosmarium sp.

O

O

O

O

O

O

O

O

44

34

Cymbella sp.

59

O

15

O

44

O

22

44

29

35

Ephitemia s p.

O

59

O

51

O

22

O

O

O

36

Chaetocheros sp. 1

O

29

O

O

286

1342

O

286

880

37

Chaetochcros sp. 2

O

O

O

O

O

132

O

O

O

38

Chaetocheros sp. 3

O

O

O

O

O

726

O

O

242

Dynophyceae

39

Gonydium sp. J

264

132

161

389

191

O

O

191

15

40

Gonydium sp. 2

O

44

59

37

O

235

O

O

O

41

Gonyulax s p.

95

51

73

29

103

IOO

22

103

O

Protoperidiniuni

42

Ifuinncorne

154

22

O

O

O

323

O

O

O

43

Prorocentrum m i cans

O

59

7

O

O

154

O

O

O

Chlorophyceae

44

Spirulina sp.

O

O

O

O

7

O

O

7

O

Jumiah sel (ind/L)

1305

1283

1768

1365

1261

3966

449

1261

1534

Jumtah Jenis

16

23

25

14

18

17

11

18

17

H

2.509

2.83

2,85

2.08

2,464

2,15

2.18

2.31

1,64

E

0,905

0.9

0.88

0,788

0,852

0.76

0.91

0.85

0.58

D

0.1

0.07

0.08

0.17

0,113

0.18

0.13

0,13

036

15