Upaya Pengembangan Subak Juwuk Manis Sebagai Wisata Trekking Di Kawasan Wisata Ubud, Kabupaten Gianyar
on
Jurnal Destinasi Pariwisata
p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 9 No 2, 2021
Upaya Pengembangan Subak Juwuk Manis Sebagai Wisata Trekking Di Kawasan
Wisata Ubud, Kabupaten Gianyar
Eka Laraswatia, 1, Gede Anom Sastrawana, 2
Putu_laraswati@hotmail.com, 2anom_sastrawan@unud.ac.id
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
This research is related to packaging trekking packages in Ubud Village, namely in Subak Juwuk Manis and Sok Wayah. Ubud is a village in Gianyar Regency. Ubud Village is the best tourism destination in Bali. Many foreign tourists come to visit Ubud village. One of the tourism potentials in Ubud Village is a very beautiful rice field area. Many tourists walk to the rice fields for refreshing. This is the reason for management is needed related to trekking packaging a comfortable and safe for tourists
The type of data in this research is qualitative and quantitative data sourced from primary and secondary data. Data collection was carried out by interview and literature study. Determination of informants in this study begins with determining the first informant and key informants. The data analysis technique of this research is descriptive qualitative analysis. The packaging of trekking tours in Subak Juwuk Manis is seen from several aspects ranging from branding, trekking paths, regulations, clothing, food and beverages, souvenirs, and equipment. the economic impact is felt by local people who sell around the trekking route. The advice needed is to improve public facilities such as trash cans so that the juwuk manis subak is kept clean.
Keyword: trekking packaging, and economic impact
Perkembangan pariwisata Bali telah lebih dari seratus tahun berproses. Bali saat ini merupakan proses pembangunan pariwisata sejak era kolonial, orde lama, orde baru, era reformasi hingga saat ini. Pembangunan pariwisata Bali memiliki proses panjang yang membuat Bali dikenal dengan pariwisata budaya (Anom, dkk., 2017).
Pulau Bali memiliki keunikan budaya dan tradisi yang memukau wisatawan. Keindahan alam juga mendukung pengembangan pariwisata. Pariwisata merupakan sektor yang sangat diminati dan menjadi penghasil devisa terbaik suatu negara.
Bali memiliki 9 kabupaten yaitu Karangasem, Negara, Singaraja, Denpasar, Badung, Tabanan, Bangli, Klungkung dan Gianyar. Semua kabupaten di Bali memiliki banyak kawasan yang menarik untuk di kunjungi seperti Kuta, Seminyak, Kintamani, Nusa Penida, Ubud dan masih banyak lagi. Kawasan Ubud memiliki banyak daya tarik wisata yang menarik dan sering diminati oleh wisatawan mancanegara. Adapun daya tarik wisata di daerah Ubud yaitu Monkey Forest, Pasar Tradisional Ubud, Bukit Campuhan dan Puri Ubud.
Banyak wisatawan yang datang ke daerah Ubud untuk sekedar menghabiskan waktu luang. Namun kawasan Ubud sangat padat kendaraan yang menyebabkan macet setiap harinya. Hal tersebut mengakibatkan Ubud menjadi kawasan yang mengalami polusi udara. Hal tersebut menyebabkan wisatawan yang datang merasa terganggu. Wisatawan memerlukan ruang hijau untuk melepas kepenatan akibat macet dalam perjalanan.
Tidak banyak yang mengetahui di daerah Ubud tepatnya ke arah utara Jalan Kajeng Ubud sebelah barat Pasar Ubud terdapat area persawahan yang cukup luas dengan akses jalan yang cukup baik. Kawasan tersebut dikenal dengan sebtan “Uma Juwuk Manis” yang berarti daerah persawahan yang
banyak ditumbuhi buah jeruk yang manis.
Kawasan tersebut dapat digunakan sebagai wisata trekking untuk melepas lelah selama perjalanan. Udara yang sejuk serta pemandangan hijau di persawahan tersebut sangatlah alami serta masih asri. Adanya ruang hijau di tengah – tengah perkotaan tentunya membuat minat wisatawan terpenuhi.
Berdasarkan kondisi tersebut dan mengingat keadaan di Ubud sangat padat kendaraan maka pengembangan wisata trekking di daerah persawahan sangat menarik minat wisatawan yang berkunjung ke daerah Ubud. Namun wisata trekking tersebut belum berkembang baik dan wisatawan tidak mengetahui akan adanya ruang hijau tersebut. Hal inilah mendorong dilakukan penelitian wisata trekking di Uma Juwuk Manis, Ubud Kabupaten Gianyar.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Malibela (2012) dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Trekking Sebagai Wisata Alternatif di Pulau Wayag Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat”. Hasil dari penelitian tersebut adalah mengenai potensi- potensi yang terdapat di Pulau Wayag yang meliputi potensi fisik dan non fisik. Yang selanjutnya adalah mengenai hasil analisis SWOT yang menghasilkan strategi-strategi yang digunakan untuk pengembangan Pulau Wayag sebagai wisata trekking.
Penelitian Puja Astawa, dkk (2005) tentang “Pariwisata Terpadu : Alternatif Model Pengembangan Pariwisata Bali Tengah” menyatakan bahwa berdasarkan profil wilayah Bali Tengah yang pada dasarnya mencerminkan satu kesatuan sosial budaya dan lingkungan agraris, maka ditetapkan “Pariwisata Subak”
Vol. 9 No 2, 2021
sebagai model hipotetik bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan potensi sosial budaya dan ekologi pertanian yang dalam pengelolaannya. Mengutamakan peran serta masyarakat setempat sehingga mampu memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestarian budaya dan lingkungan setempat. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa ada beberapa jenis potensi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata meliputi: potensi ekologis yang terdiri dari ekologi persawahan, perkebunan, hutan, sungai, mata air dan pegunungan juga potensi sosial budaya dari berbagai aspek kehidupan budaya petani masyarakat pedesaan, revitalisasi dan konservasi kebudayaan lokal, yang ditandai dengan dibangkitkannya kembali berbagai jenis tradisi yang belakangan ini semakin terancam keadaannya. Semakin mantap dan terpeliharanya keberadaan lembaga subak yang sangat penting artinya bagi ketahanan pangan dan pelestarian lingkungan setempat; meningkatkan perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap pemeliharaan penyelamatan peninggalan budaya masa lalu, pengelolaan pariwisata subak dilakukan melalui kerjasama terpadu antara masyarakat sebagai pemegang peran sentral, pengusaha pariwisata sebagai mitra usaha dan pemerintah sebagai fasilitator dan sekaligus sebagai kontrol terhadap pengembangan pariwisata setempat. Relevansi penelitian ini terdapat pada kajian pemberdayaan masyarakat dalam industri pariwisata.
Penelitian I Ketut Budayasa (2016) tentang ”Pengembangan Wisata Trekking di Kawasan Danau Buyan, Desa Pancasari, Kabupaten Buleleng” Pengembangan wisata trekking, membutuhkan perencanaan pariwisata yang baik agar diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk menyusun sebuah strategi, analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunity, dan threat) merupakan pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji kondisi dan keadaan fisik dan serta lingkungan di sekitar Kawasan Hutan TWA Danau Buyan. Strategi tersebut nantinya akan dapat dikembangkan sebagai salah satu masukan dalam kaitan pengembangan wisata trekking. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Kekuatan adalah segala sesuatu yang dapat dikembangkan sebagai andalan pengembangan wisata trekking di Kawasan Hutan Danau Buyan, berupa potensi fisik dan potensi non-fisik sehingga nantinya dapat bertahan dan bersaing dengan objek wisata lain. Kelemahan suatu daya tarik wisata merupakan kondisi dan keadaan pada objek tersebut yang kurang menguntungkan, sehingga perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya. Peluang merupakan faktor-faktor dari luar yang dapat mendorong pengembangan wisata trekking di
Kawasan Hutan TWA Danau Buyan. Ancaman adalah segala sesuatu yang harus diantisipasi agar tidak menimbulkan kerugian terhadap pengembangan obyek wisata. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Istilah strategi berasal dari Bahasa Yunani Strategia (Stratos : Militer, dan ag : pemimpin), artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal (Tjiptono, 1997:3).
Strategi dapat diartikan sebagai prioritas atau arah keseluruhan yang luas diambil oleh organisasi. Strategi adalah pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi (Basri 2005 : 7). Pengertian strategi secara harfiah, menurut
Kamus Bahasa Indonesia Jilid II diartikan sebagai : “Suatu ilmu dan seni yang menggunakan sumber daya yang ada untuk melaksanakan kebijaksanaan mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus” (Shadly 1997 : 964)
-
2. Tinjauan tentang Konsep Pengemasan Pasckaging is a specific of set-up or review stage of a strategic approach to selling tourism product to the travel industry. Maknanya kemasan merupakan langkah-langkah pertimbangan yang harus dipersiapkan dalam penjualan produk-produk wisata kepada industri perjalanan wisata (Wisnawati, Ni Luh Sri, 2006)
Kemasan tidak hanya sebagai pembungkus bagi produk, tetapi juga merupakan sebuah identitas untuk membedakan dari produk-produk lainnya, karena kemungkinan besar produk tersebut akan dikenali melalui kemasannya. Kemasan yang menarik akan mempunyai daya tari tersendiri bagi konsumen.
Wisata trekking adalah suatu aktivitas perjalanan yang dilakukan di suatu daerah, baik itu di hutan, pedesaan, daerah pegunungan dan lain sebagainya yang bertujuan untuk menikmati potensi yang ada di daerah tersebut (Yoeti 1998 ; 35).
Wisata trekking termasuk wisata minat khusus karena tidak semua wisatawan tertarik untuk melakukan aktivitas trekking. Wisata trekking bertujuan untuk mengurangi mass tourism yang terjadi di suatu daerah wisata.
Lokasi penelitian ini terletak di Subak Juwuk Manis, Jalan Kajeng, Ubud, Gianyar Bali. Subak Juwuk manis merupakan area persawahan yang cukup luas. Lokasi tersebut di pilih berdasarkan strategi pengembangan wisata trekking yang akan dilakukan.
-
2. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Vol. 9 No 2, 2021
Untuk membatasi permasalahan yang akan di bahas adapun ruang lingkup penelitian ini adalah mengembangkan paket wisata trekking untuk wisatawan dan mengetahui aspek – aspek yang menguntungkan bagi masyarakat lokal.
Penelitian menggunakan paradigma penelitian kualitatif dan metode-metode kualitatif (Anom, dkk., 2020). Jenis data kualitatif, yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah - pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan (Kusmayadi dkk, 2000). Data kualitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seperti data mengenai gambaran umum subak, identifikasi potensi wisata trekking, strategi pengemasan wisata trekking di Subak Juwuk Manis. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka (Sugiyono, 2014) Data kuantitatif yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data jumlah luas lahan, jarak jalur trekking di Subak Juwuk Manis. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya/ sumber pertama (Sugiyono, 2014)yaitu pekaseh, kelihan banjar dan masyarakat lokal. Data ini diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yang berkaitan dengan penelitian ini seperti studi kepustakaan, berupa hasil penelitian terdahulu, dokumen-dokumen (Moleong, 2005) dari organisasi subak.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi lapangan (Bungin, 2007).
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini yaitu dengan menentukan informan pangkal Bungin,2007). Informan pangkal dalam penelitian ini adalah pekaseh Subak Juwuk Manis atau pengelola subak. Lalu akan didistribusikan ke informan selanjutnya misal kelihan banjar dan pengelola akomodasi.
Teknik Analisis data dalam penelitian ini memakai teknik analisis data kualitatif yang berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi pustaka di lapangan (Bungin, 2007).
Daerah ubud merupakan salah satu destinasi pariwisata unggulan di Bali. tidak banyak yang mengetahui bahwa dulu kelurahan ubud merupakan daerah persawahan. Seiring perkembangan di sektor pariwisata banyak sawah yang terjual maupun dikontrakkan sebagai akomodasi pariwisata. Di kelurahan Ubud terdapat 4 sistem subak yaitu subak
Semujan, Subak Benekaon, Subak Juwuk Manis dan Subak Juwuk Manis. Sistem irigasi keempat subak tersebut berada dalam satu tempat yaitu berpusak di Desa Keliki, Tegalalang. Subak Juwuk Manis terletak di sebelah utara Jalan Kajeng Ubud. Subak Juwuk Manis merupakan subak yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing karena udaranya sejuk dan jauh dari keramaian kendaraan di wilayah Ubud. Luas subak Juwuk Manis yaitu sekitar 90 hektar. Sepanjang jalan Juwuk Manis sudah diperbaiki dan beraspal yang didanai oleh pemerintah karena menang dalam lomba subak dan sumbangan dari pemilik akomodasi. Kurangnya pengelolaan jalur wisata trekking menyebabkan wisatawan kurang mengetahui rute atau jalur di sepanjang jalan persawahan Subak Juwuk Manis. Subak Juwuk Manis dikelola oleh masyarakat setempat kawasan Ubud. Pemandangan yang masih asri sangat mendukung untuk melakukan trekking di sepanjang jalan di Subak Juwuk Manis. Pengelola Subak yang dinaungi oleh organisasi subak dan diketuai oleh pekaseh Subak Juwuk Manis yaitu Bapak I Wayan Lungsur. Dengan adanya pengembangan jalur trekking akan sangat bermanfaat bagi seluruh aspek yang terlibat di kawasan Subak Juwuk Manis. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengemas paket trekking untuk wisatawan yang berkunjung ke Subak Juwuk Manis.
Aspek yang terdapat dalam pengemasan wisata trekking di Subak Juwuk Manis
Aspek |
Keterangan |
Branding |
The Natural Beauty Trekking in Juwuk Manis Ricefield |
Jalur Trekking |
ditempuh sekitar 30 sampai 45 menit
Joglo Abangan |
Peraturan |
Tidak ada peraturan khusus namun diharapkan wisatawan tidak mengotori sawah sepanjang jalur trekking. |
Vol. 9 No 2, 2021
Busana |
Pakaian olahraga yang nyaman |
Makanan dan minuman |
Tersedia beberapa tempat organik jika ingin memetik buah dan sayuran serta warung kecil penjual makanan dan minuman ringan. |
Souvenir |
Terdapat penjual souvenir di sepanjang jalan Kajeng menuju Subak Juwuk Manis dan di titik finish yaitu di Abangan Jalan Subak Sok Wayah. |
Sumber : Hasil observasi dan penelitian April-Mei 2020
Berikut merupakan penjelasan dari masing – masing aspek yang termasuk dalam pengemasan wisata trekking di Subak Juwuk Manis :
Subak Juwuk Manis : The Natural Beauty Trekking in Juwuk Manis Ricefield
Branding tersebut berarti keindahan alam yang masih alami di Subak Juwuk Manis. Pemandangan yang indah mengakibatkan wisatawan tertarik untuk melakukan trekking sepanjang jalan Subak Juwuk Manis sampai Subak Sok Wayah.
-
2) Jalur Trekking
Trekking di Subak Juwuk Manis mengambil start dari Balai Bajar Ubud Kaja sebagai titik kumpul atau start point dan berakhir di Kampoeng Joglo Abangan. Berikut adalah tempat-tempat yang akan dilalui dan disinggahi:
-
a. Titik Kumpul atau Start Point
Titik kumpul trekking atau start point ini berada di Balai Banjar Ubud Kaja. Saat berada di titik kumpul ini wisatawan akan dijelaskan mengenai rute yang akan dilalui oleh wisatawan dan jarak yang akan ditempuh. Wisatawan akan dipandu oleh seorang guide lokal yang akan menjelaskan keindahan alam di Subak Juwuk Manis.
Tempat ini merupakan perkebunan organik yang dimiliki oleh salah satu masyarakat lokal yang bekerjasama dengan pengelola wisata trekking. Pemberhentian
di Sari Organik dimanfaatkan untuk wisatawan yang ingin memetik buah maupun sayur organik yang dikelola oleh pemilik perkebunan dan bisa dimasak serta dinikmati langsung oleh wisatawan.
-
c. Pemberhentian Ketiga: Molecha
Organik
Sama halnya dengan Sari Organik, Molecha organik juga menyediakan perkebunan organik yang dikelola oleh masyarakat lokal. Wisatawan bisa memilik tembat yang ingin mereka kunjungi.
-
d. Finish Point
Setelah melakukan trekking dan melewati beberapa perkebunan organik yang ditempuh sekitar 2 km maka wisatawan akan tiba di titik finish yaitu di Kampung Joglo Abangan. Wisatawan bisa beristirahaat disana serta menikmati minuman yang sudah disediakan. Pengembangan paket wisata trekking tentu berdampak bagi masyarakat lokal khususnya dalam segi ekonomi. Masyarakat lokal dapat menikmati hasil dari penjualan paket tersebut. Keuntungan dari paket wisata dengan penjualan dibagi rata kepada penhelola dan karyawan yang bekerja dalam pengembangan paket wisata tersebut. Adapun yang bekerja dalam pengelolaan paket tersebut bertujuan memperberdayakan
masyarakat lokal agar mengurangi
pengangguran untuk masyarakat lokal.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
-
A. Simpulan
Pengemasan wisata trekking di Subak Juwuk Manis dilihat dari beberapa aspek mulai dari branding, jalur trekking, peraturan, busana, makanan dan minuman, souvenir, dan perlengkapan. Pengemasan tersebut sesuai dengan keadaan Subak Juwuk Manis yang mengandalkan keindahan alamnya sebagai nilai jual.
Dampak yang dirasakan oleh masyarakat lokal yaitu dampak ekonomi karena pelaku usaha tersebut adalah berasal dari masyarakat lokal serta dapat mengurangi angka pengangguran bagi masyarakat lokal B. Saran
Saran untuk pengelola adalah meningkatkan fasilitas di sepanjang jalur trekking misalnya penyediaan tempat sampah agar sampah yang dibawa oleh wisatawan tidak dibuang sembarangan ke area persawahan serta untuk pengelola memberikan peraturan agar wisatawan tidak mengotori pura Subak yang terdapat di Subak Juwuk Manis.
DAFTAR PUSTAKA
Vol. 9 No 2, 2021
Anonim. Republik Indonesia, 2010 Undang- Undang tentang kepariwisataan
Anom, I. P., Suryasih, I. A., Nugroho, S., & Mahagangga, I. G. A. O. (2017). Turismemorfosis: Tahapan selama seratus tahun perkembangan dan prediksi pariwisata Bali. Metamorfosis Pariwisata,
Tantangan Membangun Pariwisata Berkelanjutan di.
Alwi, Hasan,dkk .2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Basri, Faisal. 2005. Perencanaan Strategis. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Bungin, Burham 2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kota : Predana Media Group.
Kusmayadi dan Endar Sugiarto, 2000. Metodelogi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Lexy J Moleong. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta : Rajawali Pers.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan Kulitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Pendit,Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah
Pengantar. Jakarta: Perdana
A Yoeti Oka. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata
Sumber dari Internet
http://whc.unesco.org/en/list/1194 diakses pada
tanggal 20 Mei, Pukul 22:31 WITA
https://scholar.google.com/scholar?cluster=66752708 14525487991&hl=id&as_sdt=0,5 diakses pada tanggal 14 Juni 2021 Pukul 11:12 WITA
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2 C5&q=Puja+Astawa%2C+dkk+%282005%29+t entang+%E2%80%9CPariwisata+Terpadu+%3A +Alternatif+Model+Pengembangan+Pariwisata+ Bali+Tengah&btnG= diakses pada tanggal 14 Juni 2021, Pukul 11:12 WITA
488
Discussion and feedback