Jurnal Destinasi Pariwisata                                                  p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 2, 2021

Pengembangan Dtw Museum Perjuangan 10 November 1945 Sebagai Pariwisata Berbasis Sejarah Di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur

Andreas Mardwido De Prito a, 1, Ida Ayu Suryasih a, 2 IGAO. Mahagangga a, 3 I Made Bayu Ariwangsa a, 3 1 andresmdp3@gmail.com, 2 iasuryasih@yahoo.com, 3 okamahagangga@unud.ac.id, 4 bayu-ariwangsa@unud.ac.id a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

The Museum of Tenth November Surabaya is the only museum that keeps a history of the struggle of the arek-arek Suroboyo in maintaining the independence of the Republic of Indonesia. To commemorate the services of the warriors, the Heroes Monument was erected. In order to support the Heroes Monument, an underground museum was built so as not to disturb the main attraction, namely the Heroes Monument itself. Nowadays, the people of Surabaya are less aware of the history of the fighters so they are less interested in visiting this museum.

This study uses a qualitative method which aims to identify The Museum of Tenth November Surabaya as historical tourism. Data collection in this study were observation, in-depth interviews, and documentaries. Determination of informants is done by purposive sampling. The data analysis used is descriptive qualitative.

Observation results show The Museum of Tenth November Surabaya stores 47 collections and 4 weapons of war from allied spoils. Based on the SWOT analysis, the results of this study are the Surabaya Tenth November Museum which has the potential of innovation that can be developed to attract more tourists who come to visit.

Keyword: Heroes Monument, The Museum of Tenth November Surabaya, Development of Tourist Attraction, Heritage Tourism, SWOT.

  • I.    PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sejarah panjangan kolonialisasi oleh bangsa-bangsa Eropa. Lebih dari lima bangsa asing telah menjajah dan merampas kekayaan alam nusantara (sebelum Indonesia Merdeka). Seperti bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris, dan Jepang. Bangsa Indonesia tidak tinggal diam dan berjuang demi menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Berbagai daerah di Indonesia memiliki kenangan sejarah perjuangan melawan penjajah yang meliputi kisah-kisah heroik, semangat nasionalisme, kebangsaan, persatuan, tempat-tempat bersejarah dan tinggalan lainnya. Semangat menentang penjajahan dan mewujudkan Indonesia Merdeka berkumandang di seluruh pelosok bumi nusantara.

Kota Surabaya adalah salah satu lokasi sejarah yang menjadi kenangan perjuangan sejarah masa kemerdekaan. Pekik semangat Bung Tomo dan keberanian para pejuang melawan penjajah Belanda adalah bukti kegigihan bangsa Indonesia. Kota Surabaya sampai saat ini dikenal sebagai Kota pahlawan.

Untuk menghargai jasa para pahlawan, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya membangun sebuah monumen guna memperingati jasa pahlawan yang kemudian diberi nama Monumen Tugu Pahlawan. Tidak hanya sebuah tugu yang dibangun, namun Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga membangun sebuah museum bawah tanah tepat 7 meter di bawah Monumen Tugu

Pahlawan. Museum tersebut diberi nama Museum Perjuangan 10 November 1945 Surabaya. Koleksi museum ini adalah peralatan perang dan diorama perjuangan arek-arek Suroboyo saat melawan tentara Belanda pada 10 November 1945.

Dewasa ini, Museum Sepuluh Nopember Surabaya mulai tertata menjadi lebih menarik. Mulai tampak peremajaan di beberapa bagian museum. Namun, hal ini belum mendapat perhatian masyarakat Kota Surabaya. Meskipun terdapat kunjungan dari beberapa sekolah luar Kota Surabaya, masyarakat umum belum tertarik mengunjungi Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Kesadaran masyarakat untuk mengunjungi museum masih minim. Padahal museum ini menyimpan sejarah mengenai Kota Pahlawan Surabaya.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian pertama diambil dari laporan yang tidak dipublikasikan berjudul “Pengembangan Museum Wayang di Kabupaten Wonogiri” (Sari, 2010). Penelitian menemukan bahwa Museum Wayang Indonesia memiliki potensi wisata budaya sehingga layak dikembangkan. Wisatawan juga dapat melihat dan mengeksplor berbagai jenis wayang yang menjadi koleksi Museum Wayang Indonesia, seperti wayang kulit purwa, wayang beber, wayang suket, wayang golek, dan masih banyak jenis wayang yang lainnya.

Penelitian kedua berjudul “Pemanfaatan Museum Perjuangan 10 November 1945 sebagai Sumber Belajar Mata Pelajaran Sejarah di SMAN 14

Vol. 9 No 2, 2021

Surabaya” (Purnamawati, 2017). Temuan penelitian adalah program Museum Perjuangan 10 November 1945 adalah museum masuk sekolah dan museum keliling.

  • III.    METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini dilakukan di Museum Perjuangan 10 November 1945 di Jalan Pahlawan, Alun-alun Contong, Bubutan, Kota Surabaya, Jawa Timur. Museum ini berjarak 30 km dari Bandara Internasional Juanda Surabaya.

Penelitian menggunakan paradigma kualitatif dalam upaya memperoleh pemahaman makna (Anom, dkk., 2019). Pendekatan kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena mengenai apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara penjabaran dalam bentuk kata-kata maupun bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode kualitatif (Moleong, 2005).

Jenis data pada penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data adalah data primer dan data sekunder (Sugiyono, 2013).

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara (Suryawan, dkk., 2017) dan studi dokumen (Sugiyono, 2013). Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling (Sugiyono, 2013)

Salah satu alat yang dapat digunakan dalam mengembangkan suatu daya tarik wisata adalah analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan instrumen internal dan eksternal sebuah perusahaan. Analisis ini berfokus pada data perkembangan organisasi atau instansi dengan memakai pola 3-1-5. Makna dari pola tersebut yaitu melakukan analisis berbasis data perkembangan organisasi atau instansi 3 tahun sebelum analisis, kemudian tahun analisis dilakukan dan setelah analisis untuk perkembangan 5 tahun ke depan. Kegiatan analisis ini rutin dilakukan supaya strategi yang diambil organisasi maupun instansi dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan fakta riil dan dasar yang kuat” (Widjajakusuma dan Yusanto, 2003). Pengertian lain mengenai analisis SWOT adalah “salah satu bagian penting dalam manajemen strategi. Analisis ini meliputi faktor dari dalam perusahaan yang mana nantinya akan menghasilkan profil perusahaan sekaligus memahami dan mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan dengan ancaman dari luar dan peluang sebagai dasar untuk menghasilkan pilihan atau alternatif strategi lain” (Robinson dan Pearce, 1997).

Tabel 1. Analisis Matriks SWOT

IFAS

EFAS

Kekuatan (S)

Menentukan faktor kekuatan internal

Kelemahan (W)

Menentukan faktor kelemahan internal

Peluang (O)

Menentukan faktor peluang

Strategi SO

Menciptakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi WO

Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (T)

Menentukan faktor ancaman

Strategi ST

Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber: Rangkuti, 2011

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai Museum Sepuluh Nopember Surabaya tidak dapat mengabaikan Monumen Tugu Pahlawan itu sendiri. Hal ini dikarenakan Museum tersebut dibangun dengan latar belakang Monumen Tugu Pahlawan. Museum Sepuluh Nopember Surabaya dibangun beberapa tahun setelah Monumen Tugu Pahlawan berdiri. Monumen Tugu Pahlawan didirikan untuk mengapresiasi jasa para pahlawan yang gugur saat masa perjuangan. Monumen Tugu Pahlawan berdiri sejak 1951 kemudian diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 1952. Guna mendukung dan menunjang keberadaan Monumen Tugu Pahlawan, maka dibangun sebuah museum bernama Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Museum Sepuluh Nopember dibangun sejak tahun 1961 dan diresmikan oleh Presiden RI ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid pada tahun 2000. Museum ini berada 7 meter di bawah permukaan tanah. Maksud dan tujuan museum ini dibangun di bawah tanah adalah agar tidak menghalangi daya tarik utama, yakni Monumen Tugu Pahlawan itu sendiri. Museum dibangun dengan bentuk menyerupai piramida. Jarak total dari puncak piramida museum ke dasar museum yaitu 17 meter. Hal tersebut memiliki filosofi yang berkaitan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, 17 meter melambangkan tanggal 17. Selain itu, tubuh dari Monumen Tugu Pahlawan memiliki 10 lengkungan (canalures) dengan 11 ruas. Sedangkan tinggi dari monumen adalah 45 yard (41,15 meter). Hal ini melambangkan tanggal

Vol. 9 No 2, 2021

  • 10, bulan 11, tahun 45. Tanggal tersebut merupakan tanggal bersejarah untuk mengenang perjuangan para pahlawan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Surabaya khususnya. Museum dan monumen tersebut berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar, yang dahulu merupakan gedung Raad Van Justitie (Gedung Pengadilan Tinggi) pada masa pemerintahan Belanda. Museum inilah yang menjadi saksi bisu atas perjuangan arek-arek Suroboyo pada saat itu untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Potensi Museum Sepuluh Nopember Surabaya sebagai Pariwisata Berbasis Sejarah di Kota Surabaya

  • 1.    Potensi Fisik

  • a.    Monumen Tugu Pahlawan

Monumen Tugu Pahlawan adalah bangunan yang telah berdiri sebelum Museum Sepuluh Nopember Surabaya ada. Monumen ini menjadi salah satu ikon Kota Surabaya yang dikenal dengan julukan Kota Pahlawan. Monumen ini juga merupakan saksi bisu dari perjuangan arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, monumen yang diresmikan secara langsung oleh presiden pertama Republik Indonesia ini kurang diminati oleh masyarakat Kota Surabaya. Monumen yang menjulang setinggi 41,15 meter ini menjadi daya tarik utama karena bangunan ini yang paling terlihat dari jalan raya. Letaknya yang strategis juga menjadi nilai tambah bagi monumen ini. Monumen ini berada di tengah kota dan berhadapan dengan Kantor Gubernur Jawa Timur serta bersebelahan dengan Bank Indonesia. Bangunan museum cukup unik karena terletak di bawah tanah sehingga tidak menghalangi keberadaan Tugu Pahlawan. Museum ini juga berdiri di atas lahan 2,5 hektar yang memungkinkan untuk mengadakan pertunjukan.

  • b.    Koleksi Museum

Association of museum mengatakan, museum merupakan “organisasi yang bertugas mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima benda-benda dan spesimen dari pihak yang dipercaya oleh badan museum”. Sebagaimana konsep tersebut, Museum Sepuluh Nopember Surabaya memiliki koleksi yang cukup kaya. Museum Sepuluh Nopember Surabaya mengusung tema pertempuran Surabaya saat mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Semua koleksi yang dimiliki museum ini merupakan benda-benda yang pernah dipakai selama masa perjuangan. Benda-benda yang disimpan di museum ini berasal dari masyarakat maupun instansi-instansi yang bersedia menghibahkan untuk dikoleksi Museum Sepeuluh

Nopember. Hal tersebut menjadikan museum ini memiliki koleksi yang cukup lengkap. Di samping koleksi senjata, koleksi patung maupun diorama perang sangat menggambarkan situasi yang mencekam pada saat itu.

Koleksi utama yang dimiliki oleh Museum Sepuluh Nopember Surabaya adalah rekaman suara pidato Bung Tomo yang membakar semangat juang arek-arek Suroboyo pada masa itu. Selain itu, museum ini juga menyimpan radio peninggalan Bung Tomo, senjata-senjata otomatis peninggalan perang, mobil Bung Tomo, dan benda-benda peninggalan H.R. Muhammad. Masih pada kawasan museum, terdapat patung para pejuang yang berdiri rapi di pinggir kawasan Tugu Pahlawan. Koleksi-koleksi tersebut tersimpan cukup rapi dan tampak terawat. Koleksi museum menjadi daya tarik utama dari sebuah museum dan Museum Sepuluh Nopember telah memiliki potensi tersebut.

  • 2.    Potensi Non Fisik

  • a.    Sejarah Museum Sepuluh Nopember Surabaya

Setiap daya tarik wisata sejarah memiliki cerita di balik keberadaannya. Begitu juga dengan Museum Sepuluh Nopember Surabaya yang memiliki cerita di balik keberadaannya. Museum ini dibangun setelah Monumen Tugu Pahlawan berdiri. Kedua daya tarik wisata ini tidak dapat dipisahkan dikarenakan kedua daya tarik wisata tersebut berdiri di lahan yang sama dan saling mendukung dalam menarik wisatawan yang berkunjung. Sejarah yang dimiliki oleh Museum Sepuluh Nopember terbilang cukup kaya dan dapat menjadi daya tarik tersendiri. Sejarah ini diharapkan mampu menjadikan Museum Sepuluh Nopember memiliki kunjungan wisatawan yang dapat meningkat tiap periodenya.

Lahan tempat Museum Sepuluh Nopember Surabaya dan Monumen Tugu Pahlawan berada merupakan bekas pusat pemerintahan Belanda. Dahulu, berdiri gedung Raad Van Justitie di lahan seluas 2,5 hektar ini. Raad Van Justitie merupakan Pengadilan Tinggi pada masa pemerintahan Belanda. Pada masa pemerintahan Belanda, Kota Surabaya memiliki dua kantor Pengadilan Tinggi. Yang pertama kantor Pengadilan Tinggi di Sawahan (sekarang Jalan Arjuno), kini menjadi Pengadilan Negeri Surabaya dan yang kedua di Aloen-aloen Straat (sekarang Jalan Pahlawan), kini menjadi Monumen Tugu Pahlawan. Gedung Raad Van Justitie dahulu dipakai sebagai tempat mengadili orang-orang Eropa atau di luar etnis Eropa yang melakukan kejahatan berat. Kemudian pada pemerintahan Jepang, gedung ini beralih fungsi menjadi markas Kempeitai. Kempeitai merupakan satuan poilisi militer Jepang yang bertugas di seluruh wilayah Jepang termasuk wilayah

Vol. 9 No 2, 2021

jajahannya. Pada masa itu, Kempeitai terkenal dengan kekejamannya. Oleh karena itu, saat Jepang mengalami kekalahan, pemuda-pemuda Surabaya meluapkan amarahnya dengan mengahancurkan markas tersebut. Bekas puing-puing ini sempat membawa penderitaan yang tidak mudah hilang dari ingatan masyarakat Kota Surabaya. Banyak pejuang yang ditangkap dan dibawa ke gedung ini untuk ditawan dan disiksa, seperti Cak Durasim, tokoh seniman ludruk sekaligus salah satu pejuang Surabaya yang terkenal dengan parikannya yang bersifat perlawanan terhadap pemerintah Jepang.

Terdapat dua perbedaan terhadap pendiri Monumen Tugu Pahlawan. Menurut Gatot Barnowo, monumen ini digagas oleh Doel Arnowo yang merupakan Kepala Daerah Kota Besar Surabaya pada saat itu. Kemudian beliau memerintahkan Ir. Tan untuk mendesain gambar monumen yang dimaksud untuk kemudian diajukan kepada Presiden Soekarno. Sedangkan menurut Ir. Soendjasmono, Presiden Soekarno sendiri yang memiliki ide untuk membangun monumen ini. Ide ini mendapat perhatian khusus dari Walikota Surabaya, Doel Arnowo. Mengenai perencanaan dan gambarnya diserahkan kepada Ir. R. Soeratmoko yang telah mengalahkan beberapa arsitek lainnya dalam sayembara untuk pemilihan arsitek dalam pembangunan monumen ini. Pada awal pembangunan, Monumen Tugu Pahlawan ini diurus oleh Balai Kota Surabaya, kemudian dilanjutkan oleh Indonesia Engineering Corporation yang kemudian diteruskan oleh Pemborong Saroja. Pada akhirnya monumen ini diresmikan sendiri oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno pada 10 November 1952. Sejak saat itu Monumen Tugu Pahlawan berdiri untuk memperingati jasa para pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 10 November turut menjadi hari yang diperingati untuk mengenang jasa para Pahlawan. Dari sejarah tersebut juga Kota Surabaya memiliki julukan sebagai Kota Pahlawan.

  • b.    Drama Teatrikal

UPTD Tugu Pahlawan memiliki jadwal rutin dalam mengadakan drama teatrikal sejak 12 tahun lalu. Drama teatrikal ini biasa diselenggarakan rutin di atas tanah lapang pada kawasan Tugu Pahlawan dengan periode satu bulan dua kali. Konsep yang diangkat dalam drama yang berdurasi selama 20 menit ini adalah edutainment. Edutainment merupakan akronim dari education dan entertainment di mana pengunjung yang datang menyaksikan tidak hanya terhibur namun juga dapat mempelajari sejarah 10 November 1945 melalui pertunjukan ini. Drama teatrikal ini bekerjasama dengan

komunitas seniman yang ada di Surabaya, antara lain Komunitas Indonesian Reenactors, komunitas pelestari ludruk, dan komunitas sejarah. Drama teatrikal ini diadakan reguler setiap hari Minggu di minggu kedua dan minggu keempat. Drama teatrikal ini telah menjadi atraksi yang diminati pengunjung. Drama teatrikal tersebut diharapkan mampu dipertahankan guna menjadi ciri khas dari tugu yang menjadi ikon Kota Surabaya ini.

Sejak tahun 2011, Dewan Kesenian Jawa Timur mulai menyelenggarakan drama kolosal tiap tanggal 9 November untuk mengenang kembali perjuangan para pahlawan melawan pemerintah Belanda dan Sekutu. Drama kolosal ini juga digelar di kawasan Tugu Pahlawan dengan durasi 90 menit dan dimulai pukul 18.00 WIB. Pertunjukan ini selalu mengangkat kisah tokoh pejuang yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Beberapa di antaranya adalah perjuangan Tentara Rakyat Indonesia Pelajar (TRIP) yang membantu perjuangan rakyat Surabaya, Cak Roeslan Adulgani, dan Gubernur Suryo.

Strategi Pemerintah Kota Surabaya dalam Pengembangan Museum Sepuluh Nopember Surabaya        sebagai        Pariwisata

Berbasis Sejarah di Kota Surabaya

Pemerintah Kota Surabaya melalui UPTD Tugu Pahlawan memiliki strategi dalam mempertahankan eksistensi Museum Sepuluh Nopember dan untuk mengembangkannya menjadi daya tarik wisata yang diminati wisatawan. Dalam hal ini, akan ditelaah analisis faktor internal dan eksternal, demikian pemilahan tersebut.

  • 1.    Analisis Faktor Internal

Faktor internal yang dapat menjadi penentu dan penunjang kekuatan (Strength) pengembangan daya tarik wisata Museum Sepuluh Nopember Surabaya adalah sebagai berikut:

  • 1.    Museum dengan koleksi perjuangan

  • 2.    Keaslian koleksi yang kaya nilai sejarah

  • 3.    Objek wisata yang penuh sejarah dan budaya

  • 4.  Lokasi berada di tengah kota

  • 5.  Taman dan lahan yang cukup luas

  • 6.  Drama teatrikal

  • 7.  Sarana dan prasarana yang cukup lengkap

  • 8.  Konsep bangunan yang apik

  • 9.  Kurang memanfaatkan media online

  • 10.    Tidak spesifikasi dalam pencatatan kunjungan

  • 11.    Kurang promosi

Dari daftar di atas, dapat dipisahkan menjadi kekuatan dan kelemahan. Hasil observasi yang telah dilakukan terdapat lebih banyak kekuatan yang dimiliki oleh Museum Sepeuluh

Vol. 9 No 2, 2021

Nopember Surabaya. Kekuatan ini yang diharapkan dapat dipertahankan agar dapat menaikkan kunjungan wisatawan ke Museum Sepuluh Nopember.

  • 2.    Analisis Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menjadi penentu dan penunjang kekuatan pengembangan potensi dan daya tarik wisata Museum Sepuluh Nopember adalah sebagai berikut:

  • 1.    Dukungan pemerintah

  • 2.    Dikenal oleh kalangan pelajar dan umum

  • 3.    Muncul pusat hiburan baru

  • 4.    Hubungan kerjasama

  • 5.    Rendahnya kesadaran masyarakat akan sejarah Kota Surabaya

  • 6.    Peningkatan jumlah wisatawan di masa yang mendatang

  • 7.    Modernisasi

  • 8.    Gaya hidup masyarakat yang berubah

Dari faktor internal dan eksternal tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut. Strength (Kekuatan)

  •    Museum dengan koleksi perjuangan

  •    Keaslian koleksi yang kaya nilai sejarah

  •    Objek wisata yang penuh sejarah dan budaya

  • •   Lokasi berada di tengah kota

  • •  Taman dan lahan yang cukup luas

  • •   Drama teatrikal

  • •  Sarana dan prasarana yang cukup

lengkap

  • •  Konsep bangunan yang apik

Weakness (Kelemahan)

  • •  Kurang memanfaatkan media online

  • •   Tidak spesifikasi dalam  pencatatan

kunjungan

  • •  Kurang promosi

Opportunity (Peluang)

  • •  Dukungan pemerintah

  • •  Dikenal oleh kalangan pelajar dan umum

  • •  Hubungan kerjasama

  • •  Peningkatan jumlah wisatawan di masa

mendatang

Threats (Ancaman)

  • •  Muncul pusat hiburan baru

  • •  Rendahnya kesadaran masyarakat akan

sejarah Kota Surabaya

  • •   Modernisasi

  • •  Gaya hidup masyarakat yang berubah

Dari klasifikasi di atas, Strength (kekuatan) dan Opportunity (peluang) menjadi hal yang perlu diketahui agar dapat dieksplorasi oleh pengelola sehingga dapat menaikkan kunjungan wisatawan ke Museum Sepuluh Nopember.

Weakness (kelemahan) dan Threats (ancaman) tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan agar dapat merencanakan strategi untuk menguranginya.

  • 3.    Analisis SWOT

Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor internal dan eksternal, maka dilakukan penggabungan antara kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman melalui analisis SWOT. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi strategi apa yang akan dipilih untuk mengembangkan potensi pada daya tarik wisata Museum Sepuluh Nopember Surabaya di Kota Surabaya. Berdasarkan analisis SWOT menghasilkan empat kemungkinan strategi alternatif sebagai berikut:

  • a.    Strategi SO (Strength and Opportunity)

Museum Sepuluh Nopember Surabaya memiliki koleksi perjuangan arek-arek Suroboyo yang sarat akan nilai makna sejarah. Hal ini mampu menjadi potensi yang bisa dikembangkan juga dipromosikan oleh Pemkot Surabaya melalui UPTD Tugu Pahlawan. Hubungan yang dimiliki oleh pihak museum dengan instansi pariwisata perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjadi sarana menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Pihak museum juga mampu melakukan pendekatan lebih mendalam dengan masyarakat lokal. Melakukan eksplorasi terhadap strength maupun opportunity menjadi hal yang cukup penting dalam pengembangan Museum Sepuluh Nopember. Kegiatan eksplorasi ini tentu dapat dilakukan secara rutin dan berkala.

  • b.    Strategi WO (Weakness and Opportunity)

Pemerintah Kota Surabaya melalui UPTD Tugu Pahlawan dapat meningkatkan promosi melalui media online seperti website resmi Museum Sepuluh Nopember Surabaya. Selain itu, menambah hubungan kerjasama yang dapat dikembangkan antarinstansi baik instansi pemerintah maupun instansi swasta. Memiliki data kunjungan wisatawan yang lebih spesifik juga menjadi hal yang penting. Data kunjungan wisatawan dapat menjadi tolok ukur keberhasilan suatu daya tarik wisata. Dengan adanya data kunjungan wisatawan tang lebih spesifik pihak UPTD Tugu Pahlawan dapat mengidentifikasi strategi apa yang digunakan untuk menaikkan jumlah kunjungan, khususnya kepada repeater guest.

  • c.    Strategi ST (Strength and Threats)

Lokasi museum yang strategis terletak di tengah kota sehingga mudah dijangkau dan dapat dikembangkan untuk bersaing dengan objek wisata lain. Letak museum yang berada di bawah

Vol. 9 No 2, 2021

tanah menjadi ciri khas tersendiri dari Museum Sepuluh Nopember. Selain itu, museum ini merupakan satu-satunya museum yang menyimpan sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo melawan penjajah pada saat itu. Menjadi satu-satunya museum yang bertemakan perjuangan memiliki nilai plus tersendiri. UPTD Tugu Pahlawan yang memiliki agenda rutin drama teatrikal juga dapat dijadikan andalan.

  • d.    Strategi WT (Weakness and Threats)

Meningkatan promosi di berbagai media, baik offline maupun   online.   Selain itu,

meningkatkan pelayanan yang lebih optimal dengan tersedianya informasi lengkap pada website resmi. Dengan cara ini Museum Sepuluh Nopember dapat dikenal lebih luas lagi oleh masyarakat dari luar Surabaya bahkan mancanegara.

Strategi alternatif berikutnya yang digunakan adalah SO (Strength and Opportunity), dengan pertimbangan bahwa Museum Sepuluh Nopember Surabaya memiliki potensi yang besar maupun daya tarik yang ikonik untuk dikembangkan, hanya saja belum dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, untuk mengembangkan Museum Sepuluh Nopember Surabaya perlu menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan   (Strength)   untuk

memanfaatkan      peluang      (Opportunity).

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal di atas, maka kebijakan pengembangan Museum Sepuluh Nopember Surabaya adalah:

  • a.    Menambah promosi tentang daya tarik wisata

Museum Sepuluh Nopember Surabaya melalui berbagai media offline maupun online.

  • b.    Pengembangan Museum Sepuluh Nopember Surabaya memang perlu ditingkatkan, melihat saat ini banyak daya tarik wisata lain yang bermunculan. Maka dari itu, Museum Sepuluh Nopember perlu melakukan inovasi yang mampu mengangkat nama Museum Sepuluh Nopember dan menarik minat wisatawan.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Akbas, F., Markov, S., Subasi, M., & Weisbrod, E. (2018).

Determinants and consequences of information processing delay: Evidence from the Thomson Reuters Institutional Brokers’ Estimate System. Journal of Financial Economics, 127(2), 366–388. https://doi.org/ 10.1016/j.jfineco.2017.11.005

Anom, I. P., Par, M., Mahagangga, I. G. A. O., & Sos, S. (2019). Handbook Ilmu Pariwisata: Karakter dan Prospek. Prenada Media.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Museum Perjuangan 10 November 1945 Surabaya mempunyai nilai sejarah yang menjadi potensi utama dan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Museum ini satu-satunya museum yang menyimpan benda-benda bekas perjuangan arek-arek Suroboyo. Strategi alternatif yang dapat digunakan adalah SO (Strength and Opportunity) dengan pertimbangan bahwa Museum Sepuluh Nopember Surabaya mempunyai potensi dan daya tarik yang besar untuk    dikembangkan,    namun    belum

dimanfaatkan secara optimal. Hal ini terlihat dari kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menghasilkan inovasi yang dapat menarik minat kunjungan wisatawan. Kemudian, UPTD Tugu Pahlawan masih belum optimal dalam menggunakan peluang yang ada.

Saran

Terdapat beberapa saran yang dapat ditinjau oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui UPTD Tugu Pahlawan untuk mengembangkan potensi Museum Sepuluh Nopember Surabaya menjadi daya tarik wisata yang diminati oleh masyarakat luas.

  • a.    Meningkatkan penggunaan media online sebagai sarana promosi, seperti meng-endorse selebgram. Dalam hal ini website resmi Museum Sepuluh Nopember Surabaya yang memuat informasi umum mengenai museum, agenda rutin museum, dan hal lain yang dapat menarik minat wisatawan.

  • b.    Menambah kegiatan yang inovatif bertemakan perjuangan dapat membuat Museum Sepuluh Nopember Surabaya semakin dikenal masyarakat luas.

  • c.    Mengikuti pameran di luar Kota Surabaya dengan memamerkan beberapa koleksi museum maupun aksi teatrikal dapat menjadi opsi untuk mempromosikan Museum Sepuluh Nopember Surabaya.

Cooper et. al. 1995. Tourism Principles and Practice. England: Longman Group Limited.

Gamal, Suwantoro. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Handoko, Welly. 2020. Museum Sepuluh November, Gudangnya Kisah Perjalanan Melawan Zaman Penjajahan.

https://travelingyuk.com/museum-sepuluh-nopember/262664. (diakses 1 Maret 2020)

Heriawan, Rusman. 2004. “Peranan dan Dampak Pariwisata Pada Perekonomian Indonesia : Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM”. Disertasi. Doktoral Institut Pertanian Bogor.

ICOM. 2004. Running a Museum: A Parctical Handbook.

Vol. 9 No 2, 2021

International Council of Museum. France: UNESCO.

Moleong, Lexy J.. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakrya.

Nazir, M.. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pearce, John dan Richard B. Robinson. 1978. Manajemen Strategi Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Binarupa Aksara.

Pendit, I Nyoman S.. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pratama, Aswab Nanda. 2018. Benarkah Indonesia Dijajah Belanda selama 350 Tahun?.

https://nasional.kompas.com/read/2018/08/28/155402 11/benarkah-indonesia-dijajah-belanda-selama-350-tahun?page=all. (diakses 3 Juni 2020)

Purnamawati, Laksita Dewi. 2017. Pemanfaatan museum perjuangan 10 November 1945 sebagai sumber belajar mata pelajaran sejarah di SMAN 14 Surabaya. Avatara eJournal Pendidikan Sejarah. 5(1): 29-40.

Sari, Okiana Nur Indah. 2010. Potensi dan pengembangan museum wayang indonesia sebagai objek wisata budaya di kabupaten Wonogiri. Laporan Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suryawan, I. B., & Mahagangga, I. G. A. O. (2017). Penelitian Lapangan 1. Denpasar: Cakra Media dan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Widjajakusuma, M.K. dan Yusanto M.I.. (2003). Pengantar Manajemen Syariat. Jakarta: Khairul Bayan.

Wikipedia. 2019. Surabaya.

https://en.wikipedia.org/wiki/Surabaya. (diakses 2 Desember 2019)

Yoeti, Oka A. 1985. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.

370