Studi Perkembangan Pariwisata di Pantai Melasti Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937
Vol. 9 No 1, 2021
Studi Perkembangan Pariwisata di Pantai Melasti Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
Bellawasti Inna Ringu Langu a, 1, I Nyoman Sunarta a, 2
-
a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
This study examines the study of tourism development and the determination of development positions in Melasti Beach. Therefore related to the development of tourism, this study describes attractions, facilities, number of visits and community involvement and using the guidelines of the Butler theory.The qualitative methods was used with qualitative and quantitative types data. Data sourcing from the primary and secondary data. Data collection was carried out by observation, interviews and the library research. The technique data analysis is the qualitative descriptive. This research find that the Melasti beach experienced a significant tourism development and based on the butler theory the Melasti beach was in the second stage namely involvement.
Keyword: tourism development,, the position of tourism
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 menegaskan bahwa, “pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah”. Kegiatan wisata yang dimaksud adalah “kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara” (UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).
Pulau Bali sudah dikenal sebagai destinasi wisata lebih dari seratus tahun lalu. Keunikan budaya, keramah-tamahan masyarakat dan keindahan alam merupakan daya tarik khas dari pulau yang memiliki ragam sebutan ini. Perkembangan pariwisata telah maju pesat dan menjadikan sektor pariwisata sebagai satu-satunya sektor unggulan di Provinsi Bali. Tahapan perkembangan pariwisata Bali sebagai turismemorfosis meliputi tahap pengenalan (19021913), tahap reaksi (1914-1938), tahap pelembagaan (1950-2011) dan tahap kompromi (2012-2017) (Anom, dkk., 2017).
Pariwisata Bali belum stagnan, melainkan tetap dilakukan pengembangan-pengembangan dari para stakeholders pariwisata. Upaya ekonomi kreatif ditingkatkan, termasuk masih mengeksplorasi sumber daya pariwisata baru yang berpotensi sebagai daya tarik wisata baru. Harapannya adalah para wisatawan tidak pernah bosan berwisata ke Bali.
Sektor pariwisata memberikan pemasukan besar bagi perekonomian Bali, termasuk devisa negara bagi pemerintah Indonesia. Seperti kabupaten Badung sebagai kabupaten terkaya di provinsi Bali karena memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) tertinggi bersumber dari Pajak Hotel
dan Restoran (PHR). Problematika pariwisata di kabupaten Badung begitu kompleks tetapi selalu ada upaya penyelesaian meskipun tidak berhasil secara berkelanjutan. Pemerintah kabupaten Badung bersama para praktisi pariwisata dan masyarakat lokal melalui sektor pariwisata berupaya selalu berada pada titik temu-kompromi. Hal ini dibuktikan dengan tetap banyaknya wisatawan berkunjung (Mahagangga, dkk., 2019).
Saat ini daerah tujuan wisata di Kabupaten Badung yang sedang dalam tahap perkembangannya yaitu pantai Melasti (Badung Selatan). Pantai ini memiliki sumber daya dan potensi pariwisata yang menarik. Pantai pasir putih yang berada di sekitar area bukit Ungasan, pengelolaannya dilakukan masyarakat lokal.
Mengacu dari latar belakang di atas penelitian ini berupaya fokus terhadap perkembangan pariwisata pantai Melasti. Termasuk posisi Pantai Melasti dilihat dari siklus hidup destinasi pariwisata dari Butler (1980).
Telaah penelitian sebelumnya penting untuk dilakukan guna membandingkan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga tidak terjadi plagiasi, meneruskan penelitian (sebelumnya dengan fokus yang sama namun waktu berbeda atau sebaliknya serta dapat meghasilkan penelitian yang baru. Penelitian sebelumnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian oleh Ida Ayu Anggreni (dkk., 2016) dengan judul “Posisi Desa Serangan Berdasarkan Analisis Tourism Area Life Cycle”. Dalam penelitian sebelumnya terdapat kesamaan pada fokus penelitian yaitu menentukan posisi siklus hidup pariwisata dan perbedaan terletak pada lokasi dan waktu penelitian, penelitian Suryaningsing dilakukan di Desa Serangan pada tahun 2016 sedangkan penelitian ini dilakukan di Pantai Melasti pada tahun 2019.
Penelitian kedua yang dijadikan pambanding adalah penelitian yang dilakukan oleh Prastika dan
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021
Sunarta (2018) dengan judul “Studi Perkembangan Pariwisata dan Pengaruhnya Pada Lingkungan Fisik di Pantai Balangan, Desa Ungasan, Jimbaran ”. Dalam penelitian ini terdapat kesamaan fokus yaitu menentukan perkembangan pariwisata pantai dengan berpedoman pada teori Tourism Area Life Cycle. Sedangkan untuk perbedaan terdapat pada lokasi, penelitian sebelumnya dilakukan di Pantai Balangan dan waktu penelitian dilakukan pada tahun 2018.
Ada pun beberapa teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pertama, teori Tourism Area Life Cycle (Butler, 1980), yang memiliki tujuh tahap antara lain : penemuan, keterlibatan, pembangunan, konsolidasi, stagnasi,penurunan, peremajaan. Kedua, Konsep produk wisata yaitu sebagai susunan produk yang terpadu, yang terdiri dari objek wisata, atraksi wisata, transportasi, akomodasi dan hiburan dimana tiap unsur dipersiapkan oleh masing-masing perusahaan dan ditawarkan secara terpisahmenurut (Bukart dan Medlik(dalam Yoeti, 1996). Ketiga, potensi wisata adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut.” (Mariotti dalam Yoeti, 1996). Keempat konsep Pariwisata menurut Undang– Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata yang didalamnya didukung oleh berbagai fasilitas-fasilitas serta layanan- layanan yang telah disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah.
Penelitian ini berlokasi di Pantai Melasti yang terletak di Jalan Melasti, Banjar Kelod, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali yang dapat ditempuh sekitar 40 menit dari Nusa Dua Bali, dan sekitar 50 menit dari Kota Denpasar. Adapun lokasi Pantai Melasti dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 1. Lokasi Kawasan Pantai Melasti Sumber : google maps
Penelitian menggunakan paradigma kualitatif dengan metode dan teknik-teknik kualitatif dalam memperoleh data (Anom, dkk., 2019). Fokus penelitian adalah menentukan posisi Pantai Melasti sebagai perkembangan pariwisata berdasarkan teori siklus
hidup destinasi pariwisata (Butler, 1980).
Jenis dan sumber data dalam penelitian yang dilakukan menggunakan data kualitatif (Bungin, 2007:103) yang meliputi data: gambaran umum Pantai Melasti, data tentang usaha pariwisata, dan hasil wawancara dengan informan yang terkait dan data kuantitatif (Sugiyono, 2010: 15) meliputi; data pengunjung Pantai Melasti dan jumlah usaha pariwisata.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder (Wardiyanta, 2006). Dalam penelitian ini data primer yang diperoleh yaitu; data gambaran umum Pantai Melasti, potensi wisata, dan jumlah usaha pariwisata sedangkan data sekunder yang diperoleh peneliti meliputi; Profil Pantai Melasti. Pada penelitian ini digunakan teknik pengumpulan observasi (Suryawan, dkk., 2017), wawancara mendalam (indepth interview) (Bungin 2007:111) dan dokumentasi menurut Sugiyono (2015).
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan prosedur purposive sampling (Bungin 2007: 107). Narasumber kunci dalam penelitian ini adalah I Made Wijana selaku Asisten Manager Pengelola Utsaha Kawasan Pantai Melasti. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik analisis deskriptif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mancari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting, apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut (Moleong, 2012).
-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pantai Melasti merupakan salah satu pantai di Kabupaten Badung yang memiliki pasir putih dan saat ini sedang dalam tahap pembangunan secara fisik. Nama Melasti sendiri diberikan pada tempat ini berawal dari aktivitas masyarakat lokal beragama Hindu yang mengadakan Upacara Melasti di pantai tersebut. Upacara Melasti adalah kegiatan ritual yang berfungsi sebagai makna mensucikan kembali alam Bhur, Bwah, dan Swah atauiartikan juga sebagai upacara penyucian diri dengan berendam atau mandi di pantai sebelum menyambut tapa brata penyucian. Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap tahun pada hari-hari tertentu dan salah satunya menjelang perayaan Hari Raya Nyepi. Pemberian nama Melasti sebenarnya juga diberikan pada sebuah pantai di wilayah Kabupaten Tabanan Bali. Untuk membedakannya, Pantai Melasti di bukit Ungasan ini diberi tambahan nama Pantai Melasti Ungasan.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021
Gambar 2. Pantai Melasti Ungasan Sumber : hasil penelitian, 2019
Untuk memasuki kawasan Pantai Melasti Ungasana, wisatawan dikenakan tarif tiket sebagai berikut:
Tabel 1. Harga Tiket Masuk Kawasan Pantai Melasti
Kategori Tiket Masuk |
Harga tiket Rp 5,000/dewasa. |
Ket. Untuk anak-anak tidak dikenakan biaya tiket masuk. |
Parkir motor |
Rp 2,000/motor. |
- |
Parkir mobil |
Rp 5,000/mobil. |
- |
Sumber : hasil wawancara, 2019
Pantai Melasti mulai beroperasi sebagai daya tarik wisata pada tanggal 1 Agustus 2018 dan merupakan salah satu destinasi wisata pantai di Bali yang berada di bagian selatan pulau Bali. Sebelum adanya pengembangan, Pantai Melasti merupakan pantai tersembunyi di bagian Bali selatan karena berada di balik bukit kapur dan belum adanya jalan aspal yang membelah bukit kapur seperti saat ini.
Perkembangan pariwisata di Pantai Melasti dalam penelitian ini dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut :
-
1. Atraksi Wisata
Atraksi wisata adalah salah satu komponen produk wisata yang penting dan perlu dimiliki oleh suatu daya tarik atau objek wisata. Pantai Melasti Ungasan selain memiliki potensi dan daya tarik sebagai pantai pasir putih pantai ini juga memiliki daya tarik yang terletak pada akses menuju bibir pantai. jalan turunan berliku-liku yang berada di atas tebing kapur putih yang menjulang tinggi menjadi daya tarik yang tidak dimiliki oleh beberapa pantai yang ada di Bali.
Saat berwisata, beberapa aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di Pantai Melasti adalah
bersantai di tepi pantai, selain di tepi pantai wisatawan juga dapat bersantai di bukit-bukit disekitar pantai melasti, berenang, snorkeling, out bond atau family gathering, dan melakukan sesi foto prewedding di pantai Melasti. Untuk sesi foto akan dikenakan biaya lokasi prewedding. Dengan membayar lokasi prewedding, pasangan dan krew photographer dapat menggunakan fasilitas khusus, seperti ruang make up dan toilet tersendiri.
-
2. Kunjungan wisatawan
Semakin terkenalnya Pantai Melasti membuat pantai ini semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Melasti meningkat pada hari-hari libur seperti pada bulan Desember, Januari dan bulan Februari. Untuk jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Melasti terhitung sejak bulan Agustus 2018 sampai dengan bulan April 2019, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke
Pantai Melasti Agustus 2018 – April
2019
No. |
Bulan |
Tahun |
Jumlah Kunjungan (orang) |
1. |
Agustus |
2018 |
35.881 |
2. |
September |
2018 |
35.490 |
3. |
Oktober |
2018 |
30.802 |
4. |
November |
2018 |
28.866 |
5. |
Desember |
2018 |
43.314 |
6. |
Januari |
2019 |
42.436 |
7. |
Februari |
2019 |
40.678 |
8. |
Maret |
2019 |
37.859 |
9. |
April |
2019 |
37.130 |
Total |
332.456 |
Sumber : Bumda Melasti, 2019
-
3. Fasilitas Pariwisata
Fasilitas wisata merupakan salah satu komponen penting dan dengan menambahkan fasilitas wisata dapat memudahkan kegiatan berwisata yang dilakukan. Fasilitas di suatu daya tarik meliputi akomodasi, tempat parkir, usaha pengelolaan makanan, toilet dan sebagainya.
Pantai Melasti sebelumnya dalam tahap pembangunan jalan dan konstruksi sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan berwisata di pantai, namun saat ini proses tersebut sudah selesai. Fasilitas untuk objek wisata pantai juga sudah tersedia seperti, toilet, ruang ganti baju, tempat membilas kaki, tempat parkir kendaraan sangat luas baik untuk roda dua, empat maupun roda enam, dan beberapa tempat makan dan tempat membeli minuman.
-
4. Keterlibatan Masyarakat
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021
Kerjasama merupakan kunci keberhasilan dalam perkembangan suatu daya tarik wisata, termasuk bekerja sama dan melibatkan masyarakat lokal secara aktif dalam segala kegiatan kepariwisataan di Pantai Melasti Ungasan. Keterlibatan masyarakat lokal yaitu dalam tahap penataan kawasan yang dikelola langsung oleh BUMDA (Baga Utsaha Manunggal Desa Adat) yang membawahi Desa Adat Ungasan. BUMDA sendiri terdiri dari empat (4) bagian yaitu utsaha pasar, utsaha kawasan Pantai Melasti, utsaha Lembaga Pekreditan Desa (LPD) dan lain-lain, selain itu masyarakat juga terlibat dalam penyediaan fasilitas pariwisata di sekitar kawasan Pantai Melasti Ungasan. Berikut struktur organisasi pengelola utsaha kawasan Pantai Melasti:
Gambar 3. Struktur Organisasi Pengelola Utsaha
Kawasan Pantai Melasti
Sumber : hasil penelitian, 2019
Dalam tahap penataan ini, terdapat beberapa bangunan masih dalam tahap pembangunan, salah satunya yaitu bangunan los yang dibangun disekitar pantai. Los adalah bangunan permanen di suatu area yang beratap, dengan bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan dinding atau penyekat yang digunakan untuk usaha berjualan. Los ini nantinya akan diserahkan kepada 15 banjar yang ada di Desa Adat Ungasan untuk dikelola masing- masing banjar dan bangunan yang direncanakan sebagai kios nantinya juga akan dikelola oleh masyarakat lokal. Bangunan ini dikerjakan oleh I Made Sudana dengan Surat Perintah Kerja atau SPK Nomor 5/SPK/DAU/XII2018 tanggal 3 Desember 2018 yang diserahkan oleh I Wayan Disel Astawa, SE selaku Bendesa Adat Ungasan.
-
C. Posisi Pantai Melasti dalam Analisis
Siklus Hidup Pariwisata (Tourism Area Life Cycle)
Perkembangan pariwisata di Pantai Melasti ditelaah berdasarkan pada Teori Siklus Hidup Pariwisata yang memiliki tujuh indikator antara lain penemuan, keterlibatan, pembangunan, konsolidasi, stagnasi, penurunan dan peremajaan. Namun yang sesuai dengan Pantai Melasti hanya dua dari tujuh indikator, berdasarkan indikator tersebut, Pantai Melasti masuk dalam tahap keterlibatan (involvement) yang memiliki ciri-ciri antara lain adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan terutama pada hari-hari libur, keterlibatan pemerintah dan masyarakat lokal dalam menunjang kegiatan berwisata, kontribusi yang diberikan misalnya berupa menyediakan fasilitas-fasilitas wisata, hingga mempermudah akses masuk walau dengan skala yang terbatas, melakukan promosi-promosi berskala kecil untuk semakin memperkenalkan area wisata yang bersangkutan.
Berikut indikator-indikator yang
menunjukkan bahwa Pantai Melasti termasuk dalam tahap keterlibatan (involvement) yaitu :
-
1. Inisiatif dari tokoh masyarakat Pantai Melasti untuk membentuk kelompok pengelola BUMDA (Baga Utsaha Manunggal Desa Adat) yang membawahi Desa Adat Ungasan dan menjalin kerja sama sama dengan Program Studi (Prodi) S2 Kajian Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana sebagai mitra kerja sama untuk melakukan kajian sekaligus pembinaan secara berkelanjutan.
-
2. Masyarakat lokal ikut terlibat, terlihat
dari penjagaan tiket masuk menuju Pantai Melasti ditangani langsung oleh masyarakat lokal.
-
3. Kestabilan peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan, walau baru beroperasi Agustus 2018 kunjungan wisatawan untuk mengunjungi Pantai Melasti mengalami peningkatan yang stabil.
-
4. Peningkatan jumlah wisawatan tersebut
membuka peluang usaha bagi masyarakat. Hal ini memberi
keuntungan yaitu pemasukan bersih yang diperoleh sekitar 600-700 per bulan pada awal periode pembukaan
Gambar 4. Los di area Pantai Melasti
Sumber : hasil penelitian, 2019
Gambar 5. Bangunan di area Pantai Melasti Sumber : hasil penelitian, 2019

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021
dan sudah mampu menyelamatkan LPD Ungasan pasca bangkrut akibat ulah pengurus lama dan saat ini Desa Adat Ungasan memiliki dana cadangan kurang lebih Rp. 12 miliar. Usaha- usaha yang saat ini menjadi pemasukan bagi masyarakat adalah biaya tiket masuk dan parkir, pendapatan dari outbond atau family gathering, prewedding dan dokumentasi. Setelah nantinya bangunan los dan bangunan lain yang berada di area pantaidapat dioperasikan secara resmi maka dapat menciptakan peluang usaha-usaha yang
mampu mengangkat eksistensi Pantai Melasti dimata masyarakat dan wisatawan serta adanya peluang kerja bagi masyarakat lokal.
Dari indikator-indikator di atas, dapat disimpulkan bahwa posisi perkembangan Pantai Melasti menurut teori siklus hidup pariwisata erada dalam tahap keterlibatan yang menitikberatkan pada keterlibatan masyarakat lokal melakukan pengontrolan di wilayah Pantai Melasti.
Untuk memperjelas posisi Pantai Melasti, berikut akan dijelaskan hasil observasi pada tujuh indikator Tourism Area Life Cycle:
Tabel 3. Perkembangan Pariwisata Berdasarkan Teori Siklus Hidup Pariwisata di Pantai Melasti
No. |
Tahap |
Ciri-ciri |
Keterangan |
1. |
Keterlibatan (Involvement) |
Jumlah kunjungan wisatawan mulai memperlihatkan peningkatan terutama pada hari-hari libur. |
Dari data yang diperoleh, kunjungan wisatawan meningkat pada bulan Desember 2018 dari 28.866 orang pada bulan November menjadi 43.314 orang dan diikuti bulan Januari hingga Februari 2019 yaitu sebanyak 42.436 orang dan 40.678 orang. |
Adanya keterlibatan pemerintah dan masyarakat lokal. Kontribusi yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat lokal seperti menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata, hingga mempermudah akses masuk walau dengan skala yang terbatas. |
Masyarakat lokal ikut terlibat, terlihat dari penjagaan tiket masuk menuju Pantai Melasti ditangani langsung oleh masyarakat lokal. | ||
Mulai dilakukan promosi-promosi berskala kecil. |
Promosi yang dilakukan melalui media sosial dan word of mouth (WOM). |
Sumber: Hasil Penelitian, 2019
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa Pantai Melasti termasuk dalam tahap keterlibatan (involvement) dimana ketiga ciri yaitu jumlah kunjungan wisatawan mulai memperlihatkan peningkatan terutama pada hari-hari libur, adanya keterlibatan pemerintah dan masyarakat lokal. Kontribusi yang diberikan oleh pemerintah dan masyarakat lokal seperti menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata, hingga mempermudah akses masuk walau dengan skala yang terbatas, serta mulai dilakukan promosi-promosi
berskala kecil, semuanya terpenuhi oleh kondisi yang ada di Pantai Melasti.
Ciri pertama yaitu jumlah kunjungan wisatawan di Pantai Melasti yang menunjukan peningkatan di hari-hari libur, hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung di bulan Desember, Januari dan Februari lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Ciri kedua yaitu keterlibatan masyarakat, hal ini terlihat dari partisipasi masyarakat dalam penjagaan di loket tiket menuju Pantai Melasti. Selain itu semua pengelolaan Pantai Melasti juga masih ditangani oleh masyarakat
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021
lokal yang tergabung dalam organisasi Bumda. Ciri ketiga melakukan promosi berskala kecil, promosi yang dilakukan masih sebatas promosi melalui media sosial dan word of mouth (WOM).
Dari ketiga ciri di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan pariwisata berdasarkan teori siklus hidup pariwisata di Pantai Melasti masuk dalam tahap keterlibatan dengan menitikberatkan pada partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata di Pantai Melasti.
Selain melihat ketiga ciri keterlibatan tersebut, perkembangan Pantai Melasti juga dilihat dari aspek atraksi, beberapa aktivitas yang bisa dilakukan wisatawan di Pantai Melasti adalah bersantai di tepi pantai, selain di tepi pantai wisatawan juga dapat bersantai di bukit-bukit disekitar pantai melasti, berenang, snorkeling, out bond atau family gathering, dan melakukan sesi foto prewedding di pantai Melasti, jumlah kunjungan, fasilitas untuk pantai Melasti juga sudah tersedia seperti, toilet, ruang ganti baju, tempat membilas kaki, tempat parkir kendaraan sangat luas baik untuk roda dua, empat maupun roda enam, dan beberapa tempat makan dan tempat membeli minuman dan keterlibatan masyarakat lokal yaitu dalam tahap penataan kawasan yang dikelola langsung oleh BUMDA (Baga Utsaha Manunggal Desa Adat) yang membawahi Desa Adat Ungasan.
Perkembangan Pantai Melasti sudah mencakup komponen-komponen penting dilihat dari potensi atraksi wisata, tersedianya fasilitas pariwisata, kunjungan wisatawan dan keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola Pantai Melasti, kestabilan dalam peningkatan jumlah kunjungan wisatawan cukup baik walau Pantai Melasti Ungasan baru beroperasi di tahun 2018.
Untuk posisi perkembangan Pantai Melasti berada pada tahap kedua yaitu keterlibatan (involvement) dan memenuhi semua ciri tahap yaitu kunjungan wisatawan meningkat pada hari-hari libur, di Pantai Melasti tercatat jumlah kunjungan wisatawan meningkat pada bulan Desember dan Januari serta Februari. Ciri kedua keterlibatan masyarakat, dalam pengelolaan Pantai Melasti masyarakat lokal sangat dilibatkan terlihat dari penjagaan tiket masuk yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Ciri ketiga yaitu promosi, dalam hal ini promosi lebih kepada penggunaan media sosial dan word of mouth (WOM).
Saran kepada stakeholder khususnya masyarakat lokal yang terlibat dalam pengelolaan:
-
1. diharapkan dapat melindungi kawasan pantai serta melindungi fungsi sosial sebagai aset milik bersama yang dapat dimanfaatkan
dalam kegiatan-kegiatan upacara adat maupun keagamaan. Masyarakat sangat bergantung pada sempadan pantai dalam pelaksanaan upacara keagamaan seperti upacara Melasti/Mekiyis.
-
2. Memperhatikan kondisi lahan yang tepat untuk membangun agar tidak mengubah fungsi lahan yang sebenarnya. Menjaga keasrian serta kebersihan area sempadan pantai.
-
3. Perkembangan Pantai Melasti agar tidak terjadi penurunan dalam kaitannya dengan tourism area life cycle, namun terjadi
peningkatan ke tahap berikutnya yaitu tahap pembangunan.
-
4. Menjalin jejaring kerjasama dengan pihak lain (investor, agen travel) dalam pengembangan Pantai Melasti, namun tetap
mempertahankan keterlibatan masyarakat lokal,.
-
5. Memperluas promosi berupa brosur atau website resmi.
-
6. Menggandeng kaum muda agar ikut terlibat dalam pengelolaan Pantai Melasti
-
7. Perancangan produk wisata ramah lingkungan dalam upaya mewujudkan perkembangan pariwisata Pantai Melasti secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI
Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Sekretariat Negara. Jakarta.
Anonim. 2019. Profil Pantai Melasti: Kantor Bumda Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung tahun 2019.
Anom, I. P., Suryasih, I. A., Nugroho, S., & Mahagangga, I. G. A. O. (2017). Turismemorfosis: Tahapan selama seratus tahun perkembangan dan prediksi pariwisata Bali. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), 7(2), 59-80.
Anom, I. P., & Mahagangga, I. G. A. (2019). Handbook Ilmu Pariwisata: Karakter dan
Prospek. Jakarta: PrenadaMedia Group.
Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Prenada Media Group.
Butler, R.W. 1980. The Concept of A Tourist Area Cycle of Evolution: Implications for Management of Resources. University of Western Ontario. Canadian Geographer XXIV.
Mahagangga, I., Oka, G. A., & Suryawan, I. B. Anom, I Putu dan Kusuma Negara, I Made. 2019. Evolusi Pariwisata Di Indonesia,
Turismemorfosis di Kabupaten Badung, kabupaten Banyuwangi dan kabupaten Luwu Timur. Denpasar: Cakra Media Utama.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rodakarya
Prastika, Yulien, dan I Nyoman Sunarta. Studi Perkembangan Pariwisata Dan Pengaruhnya Pada Lingkungan Fisik Di Pantai Balanga, Desa Ungasan, Jimbaran. Jurnal Destinasi Pariwisata Vol.6, No.1. Universitas Udayana.
Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV Alfabeta. 2012.
Suryaningsih, Ida Ayu Anggreni, dan Ida Bagus Suryawan. 2016.Posisi Desa Serangan Berdasarkan Analisis Tourism Area Life Cycle. Jurnal Destinasi Pariwisata Vol.4, No.2. Universitas Udayana.
Suryawan, I. B., & Mahagangga, I. G. A. O. (2017). Penelitian Lapangan 1. Denpasar: Cakra Media dan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: ANDI
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
122
Discussion and feedback