Jurnal Destinasi Pariwisata                                             p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 1, 2021

Destinasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas: Studi Literatur Pengembangan

Branding Ekowisata

Willia Yusup Hardy a, 1, Yanti Setianti a, 2, Susanne Dida a, 3

  • a Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, Jln Raya Bandung-Sumedang KM. 21, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363, Indonesia.

Abstract

Sumedang Regency at West Java Indonesia has a lot of tourism potential. One of them is the potential for ecotourism in the Mount Tampomas natural tourism park. Mount Tampomas Nature Park is a tourist area in Sumedang Regency that has not been developed optimally. Mount Tampomas Nature Park has the potential for natural beauty, biotic potential, potential for springs and potential for hot springs. In developing the tourism potential, it will have an impact on the economic, tourism, cultural, social education and conservation sectors for the lives of the surrounding community. So that the potential development of Mount Tampomas needs to be developed properly because it has a major effect on increasing tourism branding in Sumedang Regency. This study is to determine the development and management of the tourist destination branding of Mount Tampomas Nature Tourism Park as an ecotourism area. The method used in this research is descriptive qualitative research method, with data collection techniques literature studies. This descriptive research method is used to find an overview of the branding activities of the Mount Tampomas Nature Tourism Park, by knowing tourist satisfaction and support from the local community for the progress of ecotourism development in the Mount Tampomas natural tourism park. So the researchers used the SWOT analysis technique to determine the supporting and inhibiting factors in the development of ecotourism in the Mount Tampomas natural tourism park.

Keywords: Branding, Tourism, Destinations

  • I.    PENDAHULUAN

Kabupaten Sumedang adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Sumedang memiliki potensi wisata alam yang dapat mendatangkan banyak wisatawan. Sampai dengan tahun 2015 kabupaten Sumedang tercatat memiliki 5 jenis daya tarik dari Kabupaten Sumedang ini yaitu potensi wisata yang diantaranya adalah daya tarik wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. Jumlah kunjungan 172.379 orang dari 169.513 wisatawan nusantara dan 2865 wisatawan mancanegara pada tahun 2015 (Darmawan, 2013). Perkembangan kegiatan pariwisata di daerah kabupaten Sumedang berpengaruh terhadap aspek sosial dan budaya terhadap masyarakat Sumedang sendiri terutama masyarakat yang berada di daerah kawasan objek wisata. Pengaruh aspek sosial bagi masyarakat adalah adanya pertukaran budaya masyarakat setempat dengan wisatawan yang datang. Sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang budaya luar dari para wisatawan domestik maupun internasional. Begitu pun para wisatawan yang dapat memahami adat dan kebudayaan masyarakat sekitar kawasan objek wisata.

Salah satu pengaruh kegiatan pariwisata yang ada di daerah Kabupaten Sumedang yaitu

terhadap kegiatan ekonomi masyarakat dan dapat berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Kegiatan pariwisata juga mempengaruhi masyarakat kawasan wisata dalam aspek kebudayaan. Hal itu terjadi akibat interaksi yang terjadi di antara wisatawan dan masyarakat sekitarobjek / daya tarik wisata. Termasuk usaha masyarakat dalam melestarikan dan menghidupkan kembali situs yang ada di kawasan objek wisata beserta adat tradisional.

Gambar 1: Kawasan Gunung Tampomas

Sumber:http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/stconte nt.php?id=67&lang=id

Kabupaten Sumedang yang letaknya yang berada di kaki Gunung Tampomas sehingga menjadikan Kabupaten ini memiliki kawasan berupa objek wisata yaitu Taman wisata alam (TWA) Gunung Tampomas. Wilayah Kabupaten Sumedang memiliki karakter wilayah yang unik

Vol. 9 No 1, 2021

karena berada pada kawasan pegunungan dari kawasan yang berada di dataran tinggi dan sebagian berada pada dataran rendah. Berdasarkan kebijakan pariwisata Kabupaten Sumedang yang dijabarkan dalam RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) tahun 2015, pengembangan pariwisata diarahkan pada tersedianya obyek wisata yang memadai dan didukung oleh pelaku pariwisata yang handal. Ada beberapa destinasi yang dapat dikunjungi oleh wisatawan, Salah satunya adalah objek wisata minat khusus taman wisata alam Gungung Tampomas, yang direncanakan oleh pemerintahan khususnya Dinas pariwisata, pemuda dan Olahraga sebagai central kegiatan pariwisata di daerah kabupaten Sumedang (Djuwendah dkk, 2018).

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas tersebut terletak diantara 4 Kecamatan yang berada di Kabupaten Sumedang, diantaranya adalah Kecamatan Buahdua, Congeang, Cimalaka, dan Tanjungkerta. Pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Sumedang salah satu nya yaitu pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Namun pada saat ini pengelolaan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas ini dirasa masih belum optimal, padahal apabila aspek-aspek pariwisata dari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas terus digali maka akan berpotensi menjadi objek wisata unggulan karena memiliki potensi alam yang baik. Gunung Tampomas mempunyai keindahan alam yang menakjubkan, seperti dapat terlihat pada bagian puncak Gunung Tampomas atau dikenal dengan nama Sangiang Taraje yang memiliki ketinggian mencapai 1.684 mdpl, selain itu di Gunung Tampomas sendiri mempunyai destinasi Air Terjun yang indah, memiliki sumber mata air, dan juga yang dikenal memiliki sumber air panas yang terdapat di kaki Gunung Tampomas. Keindahan lainnya yang terdapat di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas yaitu mempunyai aneka ragam flora dan juga fauna. Maka dari itu SDA flora dan fauna ini tentunya harus menjadi perhatian dari pemerintah untuk melindunginya dalam upaya untuk mendukung pengembangan dari pembangunan kepariwisataan nasional Indonesia selaras dengan peningkatan nilai manfaat sumber daya alam dan penyelamatan hutan.

Pada pengembangan dari kawasan wisata yang memanfaatkan fungsi hutan tentunya tidak menghilangkan fungsi hutan itu sendiri sebagai kawasan konservasi, sehingga memerlukan perlu strategi dan pemikiran yang tepat untuk hal tersebut. Maka dari itu dibutuhkannya upaya strategis bagi pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas yang sesuai yaitu salah satunya adalah strategi pengembangan pariwisata yang

berbasis lingkungan (Ekowisata). Ekowisata sendiri merupakan suatu kegiatan wisata yang memanfaatkan jasa lingkungan, baik itu dari keindahan dan keunikan alamnya ataupun budaya dan stuktur sosial kehidupan dari masyarakatnya, dengan dikemukakannya unsur-unsur dari sektor edukasi, konservasi, dan pemberdayaan masyarakat setempat di lingkungan tersebut (Fandeli,2000).

Branding destination merupakan usaha menciptakan persepsi publik terhadap suatu tempat atau tujuan, dengan memasarkan potensi yang menjadi keunggulan dan mampu menjadi pembeda dari tempat lainnya untuk menjadi destinasi wisata. Definisi yang dikemukakan oleh Ritchie dan Ritchie (1998) mengenai branding destination adalah sebagai berikut: "a name, symbol, logo, word mark or other graphic that both identifies and differentiates the destination; furthermore, it conveys the promise of a memorable travel experience that is uniquely associated with the destination; it also serves to consolidate and reinforce the recollection of pleasurable memories of the destination experience" (Blain, Levy dan Ritchie, 2005).

Terdapat enam aspek utama dalam upaya strategis pada pembentuk branding destination atau dapat dikatakan sebagai prasyarat terciptanya destinasi yang baik pada suatu objek atau wilayah. Komponen tersebut antara lain yaitu: tourism, governance, culture, heritage, people, export, dan investment/immigration (Lanita, Natadjaja & Febriani, 2019). Pengembangan branding dari destinasi suatu objek wisata memiliki tujuan yaitu sebagai alat bagi penyedia pariwisata untuk menarik minat kunjungan wisatawan. Perkembangan zaman pada saat ini, sektor pariwisata dapat menjadi sebuah industri yang besar sehingga dapat menghasilkan devisa bagi seuatu negara (Lantif, Nastiti, Hapsari dan Fatimah, 2019).

Maka dari pemaparan diatas diperlukannya strategi dalam pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas melalui strategi branding desitinasi. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan yaitu “Branding Destinasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Sumedang”.

  • II.    METODE PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini yaitu dengam menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu teknik pengumpulan data studi literatur terhadap, jurnal, buku, paper ilmiah terkait destinasi branding. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang melukiskan atau menggambarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan juga objek penelitian (Nawawi & Martini,1996).

Studi kualitatif berusaha mencari jawaban

Vol. 9 No 1, 2021

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan pengalaman sosial terbentuk dan diberikan makna (Denzin dan Lincoln, 1994). Peneliti kualitatif cenderung fokus pada makna dan tertarik untuk menggali bagaimana orang-orang melihat dunia dan memaknai pengalaman hidupnya, dengan tujuan memahami apa yang dirasakan untuk mengalami kondisi atau menghadapi situasi tertentu. Penelitian kualitatif memberikan peneliti kesempatan untuk mempelajari pemaknaan dan insight yang muncul dari objek yang diteliti selama proses penelitian. Penelitian kualitatif dilakukan berdasarkan latar ilmiah atau kejadian yang terjadi (fenomena), seperti perilaku, motivasi, tindakan atau persepsi (Moleong, 2007).

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur , penulis melakukan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan branding destinasi dan taman wisata alam Gunung Tampomas yang bersumber dari skripsi, jurnal penelitian dan buku. Seperti yang dijelaskan oleh Cooper dalam (Creswell, 2010) menjelaskan beberapa tujuan dari studi literatur diantaranya adalah menginformasikan hasil-hasil penelitian lain kepada pembaca yang berkaitan erat dengan penelitian sekarang, menghubungkan penelitian dengan literatur yang terkait, dan mengisi celah dalam penelitian yang terkait sebelumnya, studi literatur berisi rangkuman, ulasan, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet, data gambar dan grafik dan lain lain) tentang topik yang dibahas) (Hariyanti & Wirapraja, 2018). Studi literatur ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengembangan dari branding destinasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas yang berada di Kabupaten Sumedang.

Teknik analisis data menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman terhadap organisasi atau perusahaan. Analisis SWOT dikenal sebagai sebuah cara untuk mengamati lingkungan pemasaran yang terbagi atas dua analisis yaitu lingkungan internal maupun lingkungan eksternal (Kotler, 2008). Sama halnya dengan analisis mengenai branding destinasi wisata Taman Alam Gunung Tampomas yang menggunakan analisis SWOT dalam hal analisis dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancamannya sebagai pengembangan ekowisata.

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

  • 1.    Letak Geografis

Lokasi dari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas secara astronomis, terletak pada 6,77°LS -107,95°BT sedangkan secara geografis terletak diantara empat kecamatan di sekitarnya, yaitu kecamatan Buahdua, Conggeang, Tanjungkerta, dan Cimalaka. Jarak tempuh lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas sekitar 53 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat, Bandung. Luas seluruh area dari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas yaitu 3456,9 hektar yang terbagi menjadi tiga RPH (Resort Pemangku Hutan) yaitu RPH Tanjungkerta dengan luas 332,50 ha, RPH Narimbang dengan luas 1535,40 ha dan RPH Naluk dengan luas 1589,60 (Darmawan, 2013).

  • 2.    Aksesibilitas

Akses menuju lokasi Taman Wisata Alam Gunung dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan angkutan darat seperti mobil dan motor. Selain dengan kendaraan pribadi, untuk menuju Taman Wisata Alam Gunung Tampomas bisa menggunakan kendaraan umum seperti bis dan angkutan kota. Ada tiga pintu masuk menuju Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, yaitu  dari

Cebeureum (kecamatan Cimlaka, Conggeang dan

Buahdua (Darmawan, 2013). Apabila dari arah

bandung, wisatawan bisa menggunakan  rute

beberapa rute, yaitu :

  • 1)    Bandung - Sumedang - Cibeureum Wetan -Cimalaka (kurang lebih 53 km).

  • 2)    Bandung - Sumedang - Cimalaka - Legok - Paseh - Conggeang (kurang lebih 60 km).

  • 3)    Bandung - Sumedang - Cimalaka – Buahdua -(kurang lebih 57 km).

Sedangkan apabila dari arah Cirebon, wisatawan bisamenggunakan rute :

  • 1)  Cirebon - Majalengka - Kadipaten - Tomo -

Paseh – Legok - Cimalaka (kurang lebih 55 km).

  • 2)  Cirebon - Majalengka - Kadipaten - Tomo -

paseh – Legok - Conggeang (kurang lebih 57 km).

  • 3)    Cirebon - Majalengka - Kadipaten - Tomo -Paseh – Legok - Buahdua (kurang lebih (60 km). Setelah itu, wisatawan bias menggunakan jasa angkutan ojek atau berjalan kaki. untuk menuju pintu masuk Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Perjalanan akan ditempuh wisatawan dengan kondisi jalan yang berbatu.

  • 3.    Topografi

Kawasan Taman Wisata ini memiliki ketinggian lapangan 625-1.684 meter di atas permukaan laut (mdpl) yang bergunung-gunung. Mengacu pada data topografi kemiringan lereng Kabupaten Sumedang tahun 2009, kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas ini memiliki kemiringan lereng 0-3 % datar dengan beda tinggi 0-5 meter. 3-8  %

bergelombang dengan beda tinggi 5-15 meter, 8-15

Vol. 9 No 1, 2021

% berombak dengan beda tinggi 15-50 meter, 1530 % dengan beda tinggi 50- 200 meter, 30-50 % berbukit dengan beda tinggi >200 meter, > 50% berbukit agak bergunung dengan beda tinggi > 200 meter. Daerah berbukit paling dominan dijumpai dengan jumlah luasan areal seluas 135,32 ha atau 40,69% dari luasan areal seluruhnya (Darmawan, 2013).

  • 4.    Keadaan Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Sumedang didominasi oleh Latosol, yaitu jenis tanah yang mengandung banyak mengandung zat besi dan alumunium. Jenis tanah ini cocok untuk ditanami palawija, buah-buahan, padi, sayuran, cengkih, karet, sisal, kakao, kopi dan kelapa. Karena luas tanah Latosol Kabupaten sumedang sebesar 83.425 hektar, maka tidak heran jika komoditas utama Kabupaten Sumedang adalah sektor pertanian (Darmawan, 2013).

Kawasan Taman Wisata  Alam  Gunung

Tampomas memiliki jenis tanah yang cukup bervariasi. Paling banyak adalah tanah jenis Latosol dan Grumosol karena itu lahan di empat kecamatan tersebut banyak dipakai untuk kawasan pertanian. Tampomas adalah salah satu gunung berapi yang pernah aktif, maka dari itu di sekitar kawasan ini juga terdapat tanah jenis Regosol, yaitu tanah yang berasal dari material gunung berapi. Tanah jenis Aluvial (tanah yang terbentuk dari endapan sungai) pun ada di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Hal ini terjadi karena Gunung Tampomas merupakan kawasan resapan air, sumber air, dan hulu beberapa sungai di Kabupaten Sumedang, seperti sungai citarik, cipadayungan, da lain-lain.

  • 5.    Hidrologi

Hidorologi adalah suatu ilmu yang mempelajari air di bumi, sirkulasi, kejadian, sifat-sifat kimia, distribusi, dan fisika serta reaksinya dengan lingkungan. Aspek hidrologi suatu wilayah diperukan dalam pengaturan dan pengendalian tata air wilayah tesebut. Gunung Tampomas merupakan salah satu sumber air di Kabupaten Sumedang dengan debit rata-rata diatas 40 liter per detik.. Sumber air ini kemudian membentuk mata air seperti mata air Cipanteneun, Ciburial, Ciojar, Cikurubuk, dan Ciputrawangi.

Selain itu, sumber air Gunung Tampomas juga membentuk sungai- sungai kecil/anak sungai. Contohnya adalah sungai citarik dan cipadayungan. Kemudian, anak sungai yang berasal dari Gunung Tampomas ini mengalir menuju sungai Cimanuk, yang merupakan salah satu sungai besar yang melewati Kabupaten Sumedang.

Aliran sungai besar beserta anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS). Di Kabupaten Sumedang terdapat tiga (3) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Cimanuk, Citarum dan Cikandung. Sungai Cimanuk mengalir

dari arah hulu, yaitu kaki Gunung Papandayan (Kabupaten Garut) dan mengalir sejauh 180 km melewati Kabupaten Sumedang, Majalengka, Jatibarang, lalu bermuara ke Laut Jawa di wilayah timur Indramayu (Darmawan, 2013).

  • 6.    Iklim

Iklim dapat didefinisikan sebagai keadaan rata-rata cuaca dalam satu periode tertentu, dan meliputi daerah yang luas. Berdasarkan perhitungan data yang telah peneliti kumpulkan, ditemukan bahwa pada wilayah utara kabupaten Sumedang termasuk ke dalam tipe iklim B (Basah) (Darmawan, 2013).

Analisis SWOT

  • 1.    Kekuatan (Strengths) a. Keindahan alam

Keindahan alam yang dimiliki Taman Wisata Alam Gunung Tampomas menjadi nilai jual yang tinggi. Kawah letusan Gunung Tampomas, panorama puncak Sangiang Taraje yang menakjubkan, serta jalur pendakian yang disuguhkan dengan panorama yang indah. Hal tersebut membuat keindahan alam TWA Gunung Tampomas sangat potensial apabila dikembangkan. Selain itu, wisata alam yang ada di Kabupaten Sumedang hanya sedikit. Wisata alam yang masih terbatas ini dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan bagi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas sebagai ikon baru pariwisata Kabupaten Sumedang.

  • b.    Udara yang sejuk

Udara sejuk menjadi salah satu kekuatan dari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas karena kawasan TWA Gunung Tampomas ditumbuhi banyak pohon serta tumbuhan-tumbuhan lainnya. c. Keanekaragaman hayati (Flora dan Fauna)

Flora dan Fauna merupakan keanekaragaman yang dimiliki oleh Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Hal ini bisa dijadikan salah satu daya tarik tersendiri. Keberadaan flora dan fauna bisa dijadikan sebagai wisata edukasi. Jadi, wisatawan yang datang tidak hanya untuk Hiking, Camping, melihat pemandangan dan fotografi saja, tetapi juga bisa menambah pengetahuan tentang flora dan fauna.

  • d.    Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju Taman Wisata Alam Gunung Tampomas tergolong cukup baik, terutama untuk jalan kendaraan menuju pintu masuk. Selain akses jalan yang cukup baik, jalur pendakian menuju puncak pun sudah tersedia dan cukup jelas, sehingga memudahkan wisatawan untuk sampai ke puncak gunung Tampomas.

  • e.    Lokasi yang strategis

Lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas tidak jauh dari pusat kota Sumedang, hanya sekitar 30 menit.Kabupaten Sumedang yang merupakan “kota transit” membuat lokasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas pun dapat dicapai dengan mudah dari kota/kabupaten di sekitar

Vol. 9 No 1, 2021

priangan,baik itu dari Indramayu, Cirebon, Kuningan, Garut, Tasik, Bandung, ataupun Subang.

  • 2.    Kelemahan (Weaknesses)

    a.    Pemanfaatan potensi alam belum optimal

Kekayaan potensi alam yang dimiliki Taman Wisata Alam Gunung Tampomas seharusnya bisa dimanafaatkan dengan baik. Tetapi hal yang terjadi justru sebaliknya. Pemanfaatan potensi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas belum optimal.

  • b.    Lingkungan yang kurang terawat

Lingkungan TWA Gunung Tampomas kurang terjaga kebersihannya. Banyak sekali terlihat sampah non-organik disekitar kawasan tersebut. Selain sampah, terdapat pula vandalisme di batang pohon, bebatuan dan pos pendakian. Ada juga sampah seperti puntung rokok dan bekas api unggun. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi dan dapat dihindari, baik itu oleh masyarakat sekitar ataupun para wisatawan.

  • c.    Kualitas SDM yang belum kompeten

Kualitas SDM yang dimiliki Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masih belum kompeten. Misalnya dalam bidang pelayanan dari SDM atau pengelola TWA Gunung Tampomas masih sangat kurang. Hal ini harus diperhatikan mengingat pelayanan adalah salah satu elemen penting dalam pengelolaan suatu kawasan.

  • d.    Fasilitas wisata

Fasilitas wisata merupakan sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata (Suwantoro, 2002). Untuk di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas saat ini dirasa masih kurang memadai.

  • e.    Promosi

Promosi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masih dirasa kurang. Hal ini bisa dilihat dari masih rendahnya wisatawan baik lokal maupun nasional. Mayoritas wisaawan yang berkunjung mengetahui kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas tersebut dari teman/kerabat. Tampomas tersebut dari teman/kerabatnya.

  • 3.    Peluang (Opportunities)

    a.    Trend wisata alam

Seiring dengan perkembangan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, hal ini berdampak juga terhadap jenis wisata yang dipilih oleh wisatawan. Saat ini, banyak masyarakat yang tertarik dengan jenis wisata yang mendekatkan diri dengan alam. Hal ini bisa dimanfaatkan sebagai salah satu suatu peluang untuk mengembangkan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas.

  • b.    Kebutuhan konsumen akan wisata

Pendapatan atau devisa Negara dari sektor pariwisata semakin meningkat per tahunnya.

Maka dari itu hal ini membuktikan bahwa kebutuhan konsumen akan wisata terus meningkat. c. Dukungan masyarakat lokal terhadap Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Menurut data yang dihimpun penulis dari kajian litelatur bahwa dapat diketahui masyarakat lokal mendukung adanya pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas sebagai kawasan Ekowisata. Masyarakat lokal menyadari bahwa pengembangan pariwisata berbasis ekowisata tidak akan merusak lingkungan. Adanya terhadap kelangsungan hidup masyarakat lokal. Selain bisa mendapatkan penghasilan, masyarakat lokal pun bisa melestarikan lingkungan.

  • d.    Dukungan terhadap konservasi kawasan

Saat ini dukungan terhadap konservasi kawasan sedang marak diperbincangkan. Masyarakat luas menyadari pentingnya menjaga lingkungan, dan karena itu saat ini banyak lembaga yang mendukung program konservasi lingkungan. Hal ini bisa menjadi peluang untuk pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas.

  • e.    Minim pesaing

Sedikitnya obyek wisata di Kabupaten Sumedang membuat keberadaan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas bisa menjadi alternatif wisata atau bahkan menjadi wisata unggulan di Kabupaten Sumedang.

  • 4. Ancaman (Threats)

    a. Ancaman bencana Alam

Wisata alam sangat bergantung terhadap kondisi alam itu sendiri. Karena itu, keadaan alam yang tidak bisa diprediksi bisa menjadi suatu ancaman yang akan berdampak langsung bagi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas.

  • b.    Perilaku negatif wisatawan

Perilaku negatif wisatawan, seperti membuang sampah sembarangan dan vandalism dapat menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan suatu objek wisata.

  • c.    Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan menjadi salah satu ancaman untuk kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Apabila hal ini tidak ditanggulangi, maka lingkungan sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas akan rusak.

  • B.    Branding Destinasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas saat ini hanya dikenal dikalangan para wisatawan alam/petualang, terutama yang menyukai Hiking dan Mountain Trekking. Tampomas merupakan gunung yang terkenal sebagai kawasan Sumedang Larang. Su, artinya indah atau elok. Medang, artinya wilayah yang bersinar. dan Larang, artinya mahal, tiada bandingannya, hanya satu. Jadi Sumedang

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

Larang adalah suatu wilayah yang indah dan tidak ada bandingannya (Darmawan, 2013).

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas memiliki banyak sekali potensi yang dimiliki. Seperti terdapat pada puncak gunung yang memiliki keindahan alam yang menakjubkan, keindahan kawah letusan, kekayaan flora dan fauna, banyaknya mata air, air terjun di sekeliling gunung, serta sumber air panas. Potensi tersebut belum dimanfaatkan dengan baik. Padahal apabila dikembangkan, Taman Wisata Alam Gunung Tampomas bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Setelah puas menikmati keindahan puncak, wisatawan bisa menikmati segarnya mata air dan air terjun yang terdapat di sekeliling kawasan Gunung Tampomas. Tercatat ada sekitar 142 mata air yang mengelilingi Gunung Tampomas. Salah satu mata air yang terkenal adalah mata air Cipanteneun, yang saat ini sudah dikembangkan sebagai kolam renang. Selain menikmati segarnya mata air, wisatawan pun bisa melepas lelah dengan berendam di air panas Conggeang yang terdapat di kaki gunung Tampomas. Dulunya gunung Tampomas adalah gunung berapi yang aktif. Tetapi menurut sejarah gunung Tampomas tidak lagi aktif, maka munculah pemandian air panas Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari perut gunung.

Selain wisata alam, di kawasan ini juga bisa berwisata sejarah. Di puncak Sangiang Taraje (Sangiang = sang dewa, Taraje = Tanjakan/tangga) terdapat peninggalan bersejarah, yaitu makam peninggalan Dalem Samaji dan Prabu Siliwangi pada waktu kerajaan Pajajaran Lama. Jarak makam tersebut sekitar 300 meter ke arah utara dari puncak. Taman Wisata Gunung Tampomas memiliki potesni, diantaranya yaitu:

  • 1.    Potensi Biotik

Flora Vegetasi kawasan ini termasuk tipe hujan- pegunungan. Floranya terdiri dari aneka ragam pohon kayu serta jenis-jenis dari golongan Liana dan Epiphyt. Flora yang mendominasi adalah Jamuju (Podocarpus exceisea), Saninten (Castanea argentea). Taman Wisata Alam Gunung Tampomas juga banyak ditumbuhi tanaman jenis Lantana, Kirinyuh, Seuseureuhan, Minosa dan Tepus yang relatif sangat baik sebagai pengatur air yang paling menarik adalah di kawasan ini masih tumbuh tanaman Bonsai. Letaknya di sebelah utara gunung tampomas. Harga tanaman Bonsai yang selangit membuat warga sekitar semakin gencar memburunya. Padahal dahulu seluruh kawasan ini ditanami tanaman bonsai (Darmawan, 2013).

Sedangkan fauna yang hidup di kawasan ini adalah Lutung (Trachypithecus auratus), Kancil (Traugulus javanicus), Babi hutan (Sus vitatus) dan beberapa jenis burung. Dan kabarnya, di

Gunung Tampomas juga masih terdapat Trenggiling. Musang, Owa, Monyet, dan landak.

  • 2.    Potensi Keindahan Alam

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas memiliki pemandangan alam yang indah dengan dengan suasana yang alami dan udara yang sejuk. Yang menjadi daya tarik utama Taman Wisata Alam ini adalah Puncak gunung tampomas (Sangiang Taraje) dengan ketinggian 1.684 mdpl, seluas 1 Ha yang merupakan areal terbuka (Darmawan, 2013). Jika trekking ke gunung lain biasanya wisatawan harus berkemah beberapa puluh atau ratus meter sebelum puncak gunung karena biasanya puncaknya terlalu sempit untuk dipakai berkemah. Tetapi puncak gunung Tampomas cukup luas sehingga wisatawan bisa berkemah di puncak gunung.

Tidak hanya itu, di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas pun wisatawan dapat menikmati segarnya sumber mata air, air terjun yang terdapat di sekeliling Gunung Tampomas, serta pemandian air panas yang terdapat di kaki gunung.

  • 3.    Potensi Mata Air

Gunung Tampomas merupakan salah satu sumber air di Kabupaten Sumedang dengan debit rata-rata diatas 40 liter per detik. Sumber air ini kemudian membentuk mata air seperti mata air Cipanteneun, Ciburial, Ciojar, Cikurubuk, dan Ciputrawangi. Mata air tersebut dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bersih dan irigasi sawah. Saat ini hanya mata air Cipanteneun saja yang baru dimanfaatkan dengan baik. Selain digunakan sebagai sumber air bersih dan irigasi sawah, Mata air Cipanteneun juga dimanfaatkan untuk membuat kolam renang di kaki gunung Tampomas. Maka tidak heran jika kolam renang Cipanteneun banyak diminati wisatawan.

Gambar 2: Curug Ciputrawangi Di Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Sumber :

http://sumedangtandang.com/direktori/detail/curug-ciputrawangi.htm

  • E. Strategi Branding Destinasi wisata Gunung Tampomas

  • 1.    Market investigation, analysis and strategic recommendations

Vol. 9 No 1, 2021

Fase pertama dalam tahapan branding destination adalah market investigation, analysis and strategic recommendations menurut (Morgan dan Pritchard, 2004). Hal ini dapat diterapkan pada upaya branding destinasi untuk kawasan taman wisata alam Gunung Tampomas, yang mencakup pada bagaimana pengelolaan dalam mengidentifikasi     kebutuhan     wisatawan,

menganalisa dari segi peluang dipasar, menciptakan produk khas di wilayah tersebut, dan menentukan nilai produk/jasa tersebut kepada publik (Farhanas, 2018). Berikut adalah tahap Market investigation, analysis and strategic recommendations, yakni:

  • a.    Mengidentifikasi kebutuhan wisatawan

Pengelolaan wisata alam Gunung Tampomas yang Peneliti melihat dalam hal ini melakukan identifikasi kebutuhan wisatawan dapat dilihat dari minat dan kebutuhan masyarakat ketika mengunjungi objel wisata tersebut. Dalam hal ini peneliti  melihat tren yang sedang  marak

dikalangan masyarakat khususnya pada generasi milenial yaitu berswafoto dilingkungan objek wisata yang indah. Sehingga dari tren tersebut maka dapat dilihat bahwa di lingkungan kawasan taman wisata Gunung Tampomas ini banyak sekali objek untuk berfoto, sehingga dapat dijadikan media untuk promosi kepada publik,

  • b.    Menganalisa peluang dipasar

Strategi kedua adalah melakukan analisa peluang dipasar untuk meningkatkan wisatawan baik domestic dan mancanegara untuk berkunjung ke taman wisata alam Gunung Tampomas ini. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pada saat ini tentunya memudahkan pengelola untuk mempromosikan objek wisata tersebut ke publik dengan menggunakan media sosial.

  • c.    Menciptakan produk sesuai dengan permintaan pasar

Untuk strategi ketiga yaitu dengan menciptakan produk yang identik dengan kawasan di sekitar objek wisata tersebut. Seperti meningkatkan UMKM masyarakat sekitar kawasan Gunung Tampomas. Dengan adanya produk yang identik tersebut dapat pula meningkatkan kunjungan wisata.

  • d.    Menentukan nilai produk/jasa

Selanjutnya yang keempat, pengelola menentukan nilai produk/jasa yakni dalam hal ini adalah menentukan harga dari wisata alam Gunung Tampomas. Pengelola memberlakukan harga tiket masuk pada wisata wisata alam Gunung Tampomas dan memberlakukan harga untuk setiap wahana yang ada di wisata alam Gunung Tampomas. Seperti pada produk emping melinjo dari UMKM masyarakat sekitar.

  • F.    Evaluasi Pengembangan Ekowisata

    1.    Potensi Wisata

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

memiliki potensi wisata yang baik. Keindahan alam, potensi biotik, sumber mata air, serta sumber air panas (Darmawan, 2013). Hanya saja potensi yang baru berhasil dikembangkan adalah potensi sumber mata air dan potensi sumber air panasnya saja. Potensi keindahan alam dan potensi biotik belum dimanfaatkan dengan baik.

  • 2.    Potensi Ekonomi

Sebagian besar penduduk yang berada di sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas bermata pencaharian sebagai buruh kasar, pertukangan, petani dan sebagian kecil pegawai (Darmawan, 2013). Dengan pekerjaan-pekerjaan tersebut penghasilan yang didapat pun tidak banyak. Jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun- ke tahun membuat tanah dan lahan pertanian semakin sempit, serta bertambahnya usia-usia angkatan kerja. Hal tersebut sedikit banyak telah menjadikan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas sebagai alternatif lapangan kerja terdekat guna pemenuhan kebutuhan hidupnya.

  • 3.    Potensi Sosial

Masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Gunung Tampomas bermata pencaharian sebagai buruh kasar, pertukangan, petani dan sebagian kecil pegawai. Pekerjaan tersebut tidak mendapatkan penghasilan yang cukup. Sejauh ini ketergantungan masyarakat terhadap Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masih bisa ditampung dan disalurkan pada sektor-sektor kegiatan yang ada sesuai dengan rencana kerja Pengelola Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, walaupun pada tahun 2002 telah diberlakukan Moratorium logging. Sebagai antisipasinya masyarakat diikutsertakan terlibat dalam program PHBM (Pengelolaan Bersama Hutan Masyarakat) untuk Taman Wisata Alam Gunung Tampomas (Darmawan, 2013). Maka dari itu, konsentrasi sosial ekonomi masyarakat desa sekitar Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masih pada kondisi normal, bila saja dibandingkan dengan kondisi yang dijumpai pada desa-desa hutan lain, dimana tekanan terhadap hutan sedemikian besar sehingga banyak menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan keamanan hutan. Tetapi saat ini hal tersebut dirasa belum cukup karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sehingga perlu dibuat beberapa program lagi untuk pemberdayaan masyarakan dalam pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas.

  • G.    Hambatan Pengembangan Branding Destinasi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Kekayaan potensi alam yang dimiliki Taman Wisata Alam Gunung Tampomas seharusnya bisa dimanafaatkan dengan baik. Tetapi hal yang terjadi justru sebaliknya. Pemanfaatan potensi Taman Wisata Alam Gunung Tampomas belum optimal. Bukan hanya pemanfaataan potensi yang belum optimal saja, tetapi lingkungan TWA Gunung Tampomas pun kurang terjaga kebersihannya. Banyak terlihat sampah non-organik disekitar

Vol. 9 No 1, 2021

kawasan tersebut. Selain sampah, terdapat pula vandalisme di batang pohon, bebatuan dan pos pendakian. Ada juga sampah seperti puntung rokok dan bekas api unggun. Hal ini tidak lepas dari perilaku negatif wisatawan dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelestarian lingkungan, Apabila hal ini tidak ditanggulangi, maka lingkungan sekitar kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas akan rusak. Hal lain yang menjadi faktor penghambat pengembangan kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Dari segi promosi, Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masih dirasa kurang untuk mempromosikan objek wisata ini di media-media.

KESIMPULAN

Taman Wisata Alam Gunung Tampomas adalah suatu kawasan wisata di Kabupaten Sumedang yang yang memiliki potensi luar biasa untuk di kembangkan, namun saat ini pengembangannya disara masih kurang optimal. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas memiliki potensi keindahan alam, potensi biotik, potensi sumber mata air dan potensi sumber air panas. Sejauh ini hanya potensi sumber mata air dan sumber air panas saja yang sudah dimanfaatkan secara optimal. Padahal apabila potensi keindahan alam dan potensi biotik juga dikembangkan, pasti akan membuat Taman Wisata Alam Gunung Tampomas lebih dikenal oleh wisatawan domestik atau bahkan mancanegara. diketahui bahwa hambatan-hambatan daam pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas sebagai kawasan Ekowisata adalah kualitas SDM, fasilitas, perilaku negatif wisatawan, kenyamanan dan kebersihan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah strategi progresif atau strategi S-O.

Strategi ini pada dasarnya mengoptimalkan kekuatan (strength) untuk memanfaatkan segala peluang (opportunities) yang ada. Tahapan dan implementasi branding destination Taman Wisata Alam Gunung Tampomas: a). Market investigation, analysis and strategi recommendations dari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas yaitu melakukan identifikasi kebutuhan pengunjung dengan melihat tren, minat dan kebutuhan masyarakat saat ini, melakukan analisa peluang dipasar terutama pada faktor perkembangan teknologi, kemudian menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan, dan menentukan harga dari Taman Wisata Alam Gunung Tampomas. Lingkungan Gunung Tampomas memiliki potensi yang melimpah unutk dikembangkan yaitu potensi wisata, potensi ekonomi dan potensi sosial. Namun dalam pengembangannya masih terganjal dengan beberapa hambatan seperti perilaku wisatawan yang kurang menjaga kebersihan lingkungan dan

kurangnya sumber daya manusia. Upaya branding destinasi yang dilakukanpun masih terlihat kurang optimal dalam pelaksanaannya karena media promosi belum dilakukan dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Blain, C., Levy, S.E., & Ritchie, J. R. B. (2005). Destination Branding: Insights and Practices from Destination Management Organizations. Journal of Travel Research, 43(4), 328-338.

Darmawan, Andre Taufiq. (2013). Strategi Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Sumedang. Skripsi: Universitas Pendididikan Indonesia.

Djuwendah,Endah. PS, Tuhpawana. D, Yosini. Fatimah,Sri. T, Lucyana. (2018). Kajian Potensi Ekowisata Dalam Menunjang Pengembangan Wilayah Pada Sub Cikapundung Dan Kawasan Gunung Tampomas Sumedang. Jurnal Agribisnis Terpadu, Juni 2018 Vol. 11 No. 1.

Denzin, Norman K. Yvonna S. Lincoln (eds.). (2009).

Handbook of Qualitative Research. Terj. Dariyatno dkk. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Fandeli, Chafid. (2000). Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Farhanas, Suciati. (2018). Branding Destinasi Gunung Pinang Sebagai Tujuan Wisata Di Kabupaten Serang. Skripsi: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Hariyanti, Novi Tri. Wirapraja, Alexander. (2018) Pengaruh Influencer Marketing Sebagai Strategi Pemasaran Digital Era Moderen (Sebuah Studi Litelatur). Jurnal: EKSEKUTIF Volume 15, No. 1 Juni 2018.

Lanita, Kezia Ayu. Natadjaja, Listia,. Febriani, Rika. (2019). Perencanaan Destinasi Branding Desa Wisata Pujon Malang Jawa Timur. Jurnal DKV Adiwarna, Universitas Kristen Petra, Vol 1, No.14.

Lantif, M A F. Nastiti, N D. Hapsari, N M. Fatimah, S. (2019). Branding Destinasi Wisata Gunung Bromo Melalui Instagram Sebagai Upaya Glokalisasi. Jurnal BSI, Pariwisata, Vol. 6 No. 2 September 2019 ISSN: 2355-6587, e-ISSN: 2528-2220.

Lestari, Fitri. (2019). Model Branding Tujuan Wisata Kabupaten Garut. Prosiding Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019 ISSN (P) : 2615 – 2584, Buku 2: Sosial dan Humaniora.

Kotler, Philip. Keller, Kevin Lane. (2008). Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Morgan,. Nigel,. Annette, Pritchard. Roger, Pride. (2004). Destination Branding Creating The Unique Destination Proposition Second Edition. Elseiver: Butterworth Heinemann.

Nawawi, Hadari. Martini, H. Murni. (1966). Penelitian Terapan . Yogyakarta : Gajah Mada University Press,cet . 2, 1966).

Suwantoro, G. (2002). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Internet:

http://disparbud.jabarprov.go.id/wisata/stcontent.php?i d=67&lang=id

http://sumedangtandang.com/direktori/detail/curug-ciputrawangi.htm

58