Jurnal Destinasi Pariwisata                                        p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 9 No 1, 2021

Evaluasi Pengelolaan Obyek Wisata Air Panas Mamuya Kabupaten Halmahera Utara

Filus Raraga1, a , Hersen F. Korengkeng2, a

aUniversitas Halmahera, Tobelo Maluku Utara

Abstract

Tourism is a kind of activity which has multiplicative impact to economic development of a region especially moreover to society around the tourism place. Mamuya’s hot water spring is a tourist spot in North Halmahera Regency that have good prospectto develop. The purpose of this research is to study and evaluate development program of mamuya’s hot water spring by knowing public opinion about it. The method used in this study uses a Likert scale to find out the public opinion through a questionnaire then analyzed using SWOT analysis to compare people's opinions with the Mamuya hot water development program. The result shows that the necessity of promotion is very needed through somekind of tourism events as attraction to people; keeping the beauty of nature around the spot; repair and maintenance the access road to location; add the street light along the access road; repair the pool, add some more facilities as more toilets, more gazebos, shelter, umbrella houses, and keep the maintance; build some new facilities like provide the parking area, deposit counter, merchandise outlet (join with the craftsman round the place), building the awareness towards the importance of cleanliness; facilities development by local architecture; public facilities improvement as tourism supporting.

Keywords: program, evaluation, hot, water spring, tourism

  • I.    PENDAHULUAN

Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang memiliki dampak multiplikasi bagi pembangunan ekonomi dan masyarakat sekitar lokasi wisata. Salah satu obyek wisata yang ada di Kabupaten Halmahera Utara adalah obyek wisata air panas yang berada di Desa Mamuya Kecamatan Galela. Dalam usaha mengembangkan obyek wisata tersebut berbagai upaya telah dilakukan yaitu perbaikan sarana dan prasarana seperti tanggul penahan tanah dan beton agar tidak terjadi longsor, bak mandi, kamar mandi, tempat parkir kendaraan, adanya penjaga pintu. masuk lokasi, warung kopi dan fasilitas pendukung lainnya.

Dalam Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata (RIPOW) Kabupaten Halmahera Utara (2008) dijelaskan bahwa potensi pariwisata sampai saat ini belum dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal, yang terlihat dari aktualisasi maupun kajian tentang potensi yang masih minim. Dan sebagai sector yang diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan Pendapatan Asli Darah (PAD) masih rendah.

Melihat perkembangan pembangunan fasilitas yang ada saat ini di obyek wisata air panas mamuya masih perlu pembenahan baik fasilitas dilokasi maupun aksesbilitas jalan yang masih rusak serta pembenahan fasilitas pendukung lainnya yang menjadi daya tarik bagi pengunjung. George McIntyre (1993) mengemukakan komponen dasar yang harus diperhatikan dalam membuat rencana pariwisata, yaitu: a) Atraksi wisata dan kegiatan wisata yang menjadi daya tarik/obyek wisata; b) Akomodasi dan pelayanannya; c) Transportasi dan

pelayanannya; d) Sumber daya manusia; e) Fasilitas pelayanan lainnya; f) Unsure-unsure institusional.

Dalam pengembangan obyek wisata air panas mamuya dibutuhkan perencanaan secara menyeluruh, berkesinambungan dan terintegrasi dengan program pengembangan pembangunan secara umum sehingga manfaat dapat diperoleh oleh masyarakat di sekitar obyek wisata air panas, baik segi ekonomi, social dan budaya. Hal ini berkaitan dengan lokasi obyek wisata yang sangat dekat dengan pemukiman masyarakat Desa Mamuya yang berjarak kurang lebih 500 m dari desa/pemukiman warga. Dukungan pengembangan pariwisata juga dilakukan oleh United World Tourism Organization (UNWTO)(https://kemlu.go.id/portal/id/read/135/ halaman_list_lainnya/world-tourism-organization-un-wto) yang bertujuan mendorong pengembangan pariwisata secara maksimal. Sehingga kegiatan wisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap kegiatan pariwisata Saputro, A. S (2014) menemukan bahwa pemerintah lebih berperan aktif dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di lokasi wisata, melalui pelatihan secara khusus. Selanjutnya, Licinwa (2018) menemukan bahwa fasilitas dan sarana penunjang serta fasilitas penunjang lain seperti aksesibilitas yang baik sangat perlu dalam menarik wisatwan datang berkunjung. Selanjutnya, Hidayat, M (2011) menyatakan bahwa perlu optimalisasi penyiapan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan wisata, seperti penjaga, informasi center, penyediaan toilet, tempat sampahsesuai dengan kebutuhan pengujung. Dilihat dari

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

minatberkunjung kembali Damayanti M, dan Ferdinand A. T (2015) menemukan bahwa citra produk memiliki hubungan positive dengan daya tarik produk, mutu produk memiliki hubungan yang positive dengan daya tarik, daya tarik produk memiliki hubungan positive dengan minat berkunjung kembali.

Barreto, M dan Giantari I.G.A.Ketut (2015) variable lingkungan internal sebagai kekuatan tempat pemandian air panas Marobo adalah keunikan, promosi, kualitas air panas, pengembangan obyek wisata, kualitas SDM, dukungan pihak terkait, dan inovasi obyek wisata. Dan kelemahannya adalah infrastruktur yang belum memadai. Selanjutnya variable lingkungan eksternal yang menjadi peluang kondisi ekonomi nasional, tingkat pendapatan masyarakat, perubahan minat wisata, infrastruktur, dan pesaing.

Berdasarkan      uraian      sebelumnya

menunjukkan bahwa pengelolaan obyek wisata air panas mamuya membutuhkan dukungan program yang sesuai dengan pengembangan daya tarik, sarana dan prasarana, aksesibilitas dan fasilitas pendukung lainnya. Untuk itu perlu adanya program pengembangan    yang    terintegrasi    secara

menyeluruh.

Pariwisata

Dalam UU Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung fasilitas serta layanan yang disediakan masayarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Selanjutnya wisata didefenisikan sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sesorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Definisi tersebut menunjukan bahwa kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai pihak dan memiliki dampak multiplikasi. Oleh sebab itu perlu adanya perencanaan yang baik dari para stakeholder agar dapat berdampak terhadap masyarakat sekitar dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan mereka. World     Tourism     Organization     (WTO)(

https://kemlu.go.id/portal/id/read/135/halaman_lis t_lainnya/world-tourism-organization-un-wto) mensyaratkan tiga prinsip pariwisata berkelanjutan, yaitu: kelangsungan ekologi, kelangsungan sosial budaya, dan kelangsungan ekonomi baik generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Dengan kata lain bahwa kegiatan pariwisata harus mampu     menyeimbangkan     pemanfaatan

alam/lingkungan dengan capaian nilai social dan ekonomi.

Perencanaan dan Pengelolaan

Perencanaan merupakan unsur pokok dalam suatu organisasi maupun suatu kegiatan. Perencanaan yang dibuat dengan baik sangat menentukan kemajuan dan pencapaian tujuan organisasi maupun suatu kegiatan. Perencanaan dimaksud disini adalah berupa program pariwisata yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata pada suatu obyek wisata.

Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang melibatkan banyak pihak dan diperlukan dukungan yang memadai seperti yang dikemukakan oleh George McIntyre (1993) tentang komponen dasar sarana dan prasarana yang harus diperhatikan dalam membuat rencana pariwisata, yaitu: a) Atraksi wisata dan kegiatan wisata yang menjadi daya tarik/obyek wisata; b) Akomodasi dan pelayanannya; c) Transportasi dan pelayanannya; d) Sumber daya manusia; e) Fasilitas pelayanan lainnya; f) Unsur-unsur institusional.

Pengelolaan      merupakan      proses

pengkoordinasian dan pengintegrasian sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Kegiatan pengelolaan wisata merupakan rangkaian upaya yang dilakukan secara terus-menerus untuk mewujudkan keterpaduan dari barbagai kegiatan unit-unit organisasi pariwisata. Dengan kata lain bahwa pengelolaan pariwisata merupakan suatu proses yang melibatkan semua potensi organisasi dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dalam usaha mewujudkan tujuan organisasi. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan pariwisata adalah teori community bassed tourism (CBT). Robinson (2012) mengatakan CBT merupakan: 1) pedoman dalam bidang pariwisata yang menitikberatkan pada keterlibatan masyarakat dan isu-isu pariwisata local; 2) sebagai manajemen dalam pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

Pengembangan Pariwisata

Dalam rangka pengembangan obyek wisata air panas yang berada di Desa Mamuya maka telah dibuat peta arahan kebijakan yang termuat dalam RIPDA Kabupaten Halmahera Utara (2011). Tema pengembangan tersebut adalah “Wisata tirta air panas yang menyegarkan di dukung panorama alam pegunungan” dan diuraikan dalam 3 (tiga) pengembangan, yaitu:

  • a.    Pengembangan Daya Tarik Wisata/Atraksi yaitu pengembangan wisata tirta (air panas) sebagai kawasan wisata rekreasi dengan atraksi: mandi air panas, bersantai dan menikmati pemandangan alam pegunungan.

  • b.    Pengembangan Fasilitas Pariwisata, Prasarana dan Fasilitas Umum, yaitu:

  • -    Tempat bilas, toilet/kamar mandi, tempat bersantai (kursi), parkir kendaraan, jaringan listrik

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

  • -    Penataan kawasan wisata agar tidak Nampak kumuh

  • c.    Pengembangan Aksesibilitas

  • -    Peningkatan kualitas jalan masuk menuju air panas

  • -    Ketersediaan ojek dari jalan besar menuju air panas

Berdasarkan peta arahan tersebut terlihat arah pengembangan pada 3 (tiga) hal yaitu a) daya tarik/atraksi; b) fasilitas sarana dan prasarana serta fasilitas umum dan; c) aksesibilitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Muljadi (2009) bahwa dalam usaha pengembangan dan peningkatan jumlah pengunjung obyek wisata dipengaruhi oleh 3 (tiga) factor utama

  • 1.    Fasilitas adalah semua bentuk fasilitas yang memberikan pelayanan bagi wisatawan untuk segala kebutuhan selama tinggal atau berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti hotel, motel, restoran, bar, café, shopping center, souvenir shop dan lain-lain yang merupakan kenyamanan yang didukung oleh berbagai kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata.

  • 2.  Aksesibilitas adalah semua jenis sarana dan

prasanan transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan didalam wilayah destinasi pariwisata.

  • 3.  Atraksi merupakan keunggulan yang dimiliki

suatu daerah yang dapat digunakan untuk menarik wisatawan   untuk datang

berkunjung.

Evaluasi ProgramPengembangan Objek Wisata

Program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan dijalankan. Dengan kata lain program adalah alat yang membantu organisasi mencapai tujuan organisasi.

Dalam pelaksanaan suatu program, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dan harus dilaksanakan agar dapat menemukan hambatan ataumasalah dan dicarikan solusinya serta mengetahui tingkat pencapaian program. Kegiatan evaluasi dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan data dan informasi yang valid. Hal ini berguna untuk menyusun strategi pengembangan program yang lebih maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan berkelanjutan.

Evaluasi merupakan suatu proses menilai sesuatu berdasarkan criteria atau standar objektif yang dievaluasi (Djaali, Mulyono, dan Ramly, 2000. Selanjutnya Nurhasan, 2001) mengemukakan bahwa dalam proses mendapatkan data dapat dilakukan

dengan menggunakan instrument yang sesuai dengan kebutuhan.

Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Licinwa (2018) tentang strategi pengelolaan dalam pengembangan daya tarik wisata pemandian air panas di Desa Batu Lepoq menemukan bahwa fasilitas dan sarana penunjang serta fasilitas penunjang lain seperti aksesibilitas yang baik sangat perlu dalam menarik wisatawan datang berkunjung.

Hidayat, M (2011) menyatakan bahwa perlu optimalisasi penyiapan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan wisata, seperti penjaga, informasi center, penyediaan toilet, tempat sampahsesuai dengan kebutuhan pengujung.

Damayanti M, Ferdinand A. T (2015) menemukan bahwa citra produk memiliki hubungan positive dengan daya tarik produk, mutu produk memiliki hubungan yang positive dengan daya tarik, daya tarik produk memiliki hubungan positive dengan minat berkunjung kembali.

Barreto, M dan Giantari I.G.A.Ketut (2015) variabel lingkungan internal sebagai kekuatan tempat pemandian air panas Marobo adalah keunikan, promosi, kualitas air panas, pengembangan obyek wisata, kualitas SDM, dukungan pihak terkait, dan inovasi obyek wisata. Dan kelemahannya adalah infrastruktur yang belum memadai. Selanjutnya variabel lingkungan eksternal yang menjadi peluang adalah kondisi ekonomi nasional, tingkat pendapatan masyarakat, perubahan minat wisatawan, infrastruktur, dan pesaing.

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini berusaha memberikan gambaran program pengembangan yang dilakukan saat ini pada obyek wisata air panas mamuya, yaitu melakukan kajian dan evaluasi program pengembangan obyek wisata air panas mamuya. sehingga dapat diketahui pendapat masyarakat tentang program yang telah dilakukan selama ini oleh pengelola dalam usaha pengembangan obyek wisata air panas mamuya. Penelitian ini dilakukan di obyek wisata air panas mamuya yang merupakan salah satu tempat pemandian air panas yang saat ini dikelola oleh Kelompok Usaha Sadar Wisata Air Panas Mamuya dibawah pengawasan Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara. yang dilaksanakan pada bulan juli sampai November tahun 2020. Dengan pertimbangan bahwa tempat obyek wisata air panas mamuya berdekatan dengan pemukiman masyarakat, yaitu Desa Mamuya yang berjarak kurang lebih 500 m dari pemukiman penduduk.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

Sumber Data

Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data dan informasi adalah hasil observasi, angket dan wawancara kepada pengelola wisata air panas mamuya dan Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara yang dianggap memiliki informasi tentang program pengembangan wisata air Panas Mamuya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen program pengembangan Obyek Wisata Air Panas Mamuya serta dokumen dan informasi lainnnya yang perlu dan relevan dengan penelitian ini, yaitu Dalam Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata (RIPOW) Kabupaten Halmahera Utara (2008) dan RIPDA Kabupaten Halmahera Utara (2011).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  • 1.    Observasi (Moleong, 2004), yaitu melakukan pengumpulan data dengan mengamati aktivitas pengunjung dan pengelola di lokasi wisata.Air Panas Mamuya

  • 2.    Wawancara (Moleong, 2004), yaitu melakukan wawancara secara langsung kepada pengelola obyek wisata Air Panas Mamuya dan dari Dinas Pariwisata.

  • -    Menggunakan Angket (Moleong, 2004), yaitu untuk memperoleh informasi dari responden melalui item pertanyaan yang dibuat secara tertulis mengenai obyek wisata Air Panas Mamuya Responden Dari Dinas Pariwisata Kab Halmahera Utara, Kelompok pengelola, dan Pengunjung,

  • -    Sampling Dinas Pariwisata 2 Orang, Pengelola 3 Orang, dan sisanya dari pengunjung dengan criteria minimal 1 kali berkunjung dalam 2 tahun terakhir

  • 3.    Dokumentasi (Sugiyono, 2018), yaitu melakukan pengumpulan data sekunder berupa dokumen-dokumen terkait.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala likert (Sugiyono, 2018). Adapun tahapan analisis data sebagai berikut:

  • 1.  Mengolah dan mempersiapkan data untuk

dianalisis

  • 2.  Membuat skoring semua data penelitian

dengan tingkatan alternative jawaban adalah

  • a.    Jawaban a, dengan skor 1

  • b.    Jawaban b, dengan skor 2

  • c.    Jawaban c, dengan skor 3

  • d.    Jawaban d, dengan skor 4

  • 3.    Menganalisis lebih detil data penelitian dengan menghitung frekuensi tiap-tiap jawaban untuk setiap variable/sub variable.

  • 4.    Menerapkan proses analisis untuk mendeskripsikan kategori-kategori yang akan dianalisis. Rumus yang digunakan dalam analisis deskripsi adalah:

DP = n/N x 100%

Dimana:

DP = Deskripsi Persentase

n = Jumlah skor jawaban

N = Jumlah jawaban maksimal

Ada 2 (dua) tahapan analisis yang dilakukan yaitu:

  • 1.    Mendeskripsikan dan menghubungkan laporan. Untuk lebih jelas berikut dijelaskan langkah perhitungan:

  • a.    Jenjang criteria dalam penelitian ini terdiri atas: sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju

  • b.  Menetapkan  skor: tertinggi: 100,

terendah: 25

  • c.  Menetapkan  persentase: tertinggi:

100%, terendah: 25%

  • d.  Menetapkan  rentang persentase:

100% - 25% = 75%

  • e.  Menetapkan interval kelas: 75% : 4 =

  • 18,    75%

  • f.   Membuat table criteria dan interval

kelas:

Tabel 1

Jenjang Interval dan Kriteria Hasil Penelitian

N       Kriteria

Interval (%)

1

Sangat Setuju

81,25% - 100%

2

Setuju

62,5% - 81,25%

3

Tidak Setuju

43,75% - 62,5%

4

Sangat Tidak Setuju

25% - 43,75%

  • 2.    Menginterprestasikan hasil penelitian.

Melakukan evaluasi program pengembangan obyek wisata air panas mamuya yang diawali dengan melakukan analisis SWOT dan selanjutnya melakukan analisis arah pengembangan, aksesibilitas, fasilitas pariwisata, prasarana dan fasilitas umum

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis SWOT.

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai evaluasi program pengembangan obyek wisata air panas mamuya sesuai arah pengembangan obyek wisata air panas mamuya adalah sebagai berikut:

  • A.    Karakteristik Responden

  • 1.    Identitas Pengunjung 1-4

Gambaran tanggapan dari adalah responden adalah (41,7%) berusia 21-30 tahun. Sedangkan sisahnya (36%) kurnag dari 21 tahun, (13,9%) 31-40 tahun, (8,3%) 41-50 tahun, dan (5,6%) di atas 51 tahun. Berdasarkan informasi tersebut bahwa 41,7% responden berusia 2130 tahun.

  • 2.    Sosial dan Ekonomi

Untuk jenis pekerjaan pengunjung 47, 2 persen adalah mahasiswa

diikuti oleh wirausaha 22, 2% dan 16,7% adalah karyawan swasta. Sedangkan untuk pendapatan pengunjung 50%, 3 % kurang dari Rp 2 juta, 25% pendapatan Rp 2-Rp4 juta, sisa 8, 3% pendapatan Rp4 – diatas Rp6 juta. Hal ini berkaitan dengan kegiatan mahasiswa yang lebih banyak menggunakan waktu liburan dirumah sehingga mereka lebih banyak untuk mengakses informasi ini. Dan sangat berkaitan dengan point identitas pengunjung.

  • B.    Kondisi Sosio Psikografis Pengunjung

Jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 52, 8 % menyatakan sangat setuju artinya responden sudah lebih dari 1 kali berkunjung. Dan hanya 8, 3 % yang tidak berkunjung lebih dari satu kali. Berdasarkan informasi ini maka obyek wisata air panas mamuya memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.

Durasi waktu yang digunakan wisatwan dilokasi/lama berkunjung sebanyak 50% menyatakan sangat setuju dan 27,8% menyatakan setuju artinya 87,8% wisatawan lebih dari satu jam berada di obyek wisata air panas mamuya. Hal ini merupakan kesempatan untuk menggunakan waktu tersebut dengan menyediakan berbagai tawaran produk dan fasilitas baik dalam bentuk makanan ataupun fasilitas lainnya.

Dalam berkunjung wisatawan bersama

keluarga/teman sebanyak 63,9% sangat setuju dan 22,2% setuju artinya 81,1% pengujung obyek wisata air panas mamuya bersama dengan keluarga/teman. Dengan membawa keluarga/teman berarti kesempatan besar bagi pengelola untuk menyiapkan fasilitas khusus keluarga/teman dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan kembali berkunjung atau tidak sebanyak 52,8% sangat setuju dan 16,7% setuju artinya 69,5 % akan kembali berkunjung. Dengan jumlah yang akan berkunjung kembali tersebut merupakan kesempatan untuk menawarkan produk atau fasilitas lain sehingga mereka tetap kembali berkunjung.

Kegiatan yang dilakukan wisatwan selain mandi pada saat berada pada obyek wisata air panas mamuya 44,4 % sangat setuju dan 27,8 % setuju artinya 72,2% akan melakukan kegiatan lain selain mandi. Kegiatan lain yang dilakukan oleh pengujung merupakan kesempatan untuk menawarkan produk lainnya.

  • C.    Tema Pengembangan

Wisatawan yang menyatakan menikmati kesegaran wisata tirta Air Panas Mamuya adalah sebanyak 72,2% sangat setuju dan 13,9% setuju artinya 86,1 % menikmati kesegaran wisata tirta air panas mamuya.

Wisatawan yang menikmati panorama alam pegunungan sebanyak 50% sangat setuju dan 33,3% setuju. Artinya 83,3 % menikmati panorama alam pegunungan yang ada di obyek wisata air panas mamuya. Untuk aspek ekologis 41,7 % masing-masing sangat setuju dan setuju. Artinya 82,4 % masih terjaga ekologisnya.

Untuk kesesuaian tema pengembangan dan kondisi obyek wisata air panas mamuya 41,7 % setuju dan 30,6% sangat setuju. Artinya 72,3% sudah sesuai.

Mendukung peluang bahwa pengujung menikmati obyek wisata air panas mamuya perlu menjaga dan memelihara keindahan dan keasrian lokasi wisata tetap terjaga.

  • D.    Pengembangan Daya Tarik/Atraksi

Wisatawan yang menyatakan tentang pengembangan daya tarik/atraksi yang ada pada obyek wisata air panas mamuya, sebanyak 47,2 % sangat setuju dan 36,1% setuju. Artinya 83,3% tertarik dengan obyek wisata air panas mamuya. Dengan daya tarik alam tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan dengan baik yaitu membuat inovasi dan kreativitas fasilitas/kegiatan yang lebih mendukung daya tarik.

Untuk pengembangan tempat mandi kolam

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

  • 44,4% sangat setuju dan 22,2% setuju dengan pemandian kolam yang ada. Sedangkan 27% tidak setuju. Masih perlu perbaikan kolam mandi dengan membuat talud/beton pada bibir kolam agar tanah tidak longsor kedalam kolam.

Terkait dengan pengembangan tempat santai 41,7% sangat setuju dan 38,9% setuju. Artinya 80,6% setuju dengan pengembangan tempat santai yang ada saat ini, misal tempat bersantai yang menyediakan berbagai makanan, minuman maupun hiburan lainnya.

Untuk keamanan 41,7% setuju dan 27,8% sangat setuju artinya 69,5% merasa aman berkunjung ke obyek wisata air panas mamuya. Keamanan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnnya dalam kegiatan pariwisata untuk itu perlu dijaga sebaik mungkin.

Untuk pengembangan produk/keunikan 44,4 % setuju dan 25% sangat setuju dengan keunikan yang ada. Dengan adanya keunikan air panas bumi maka harus dimanfaatkan secara maksimal dengan tetap menjaga keasrian alam sekitar.

Untuk daya tarik wisata responden memberi saran, mulai dari parkiran, aspek jalan masuk/perbaikan jalan, perbesar lagi kolamnya, membuat lomba/iven dan dijaga kebersihannnya. Hal ini sangat penting agar pengembangan obyek wisata air panas mamuya sesuai dengan kebutuhan pengunjung.

  • E.    Pengembangan Fasilitas Pariwisata, Prasarana dan Fasilitas Umum

Ketersediaan tempat bilas sebanyak 58,3% setuju dan 27,8% sangat setuju dengan ketersediaan telas saat ini. Dan kamar mandi 58,3% setuju dan 36,1% sangat setuju dengan ketersediaan toilet/kamar mandi yang ada di obyek wisata air panas mamuya.Saran untuk MCK adalah perlunya dijaga kebersihan dan penambahan jumlah kamar mandi agar tidak terjadi antrian pada saat menggunakan MCK.

Untuk ketersediaan gazebo, shelter, rumah payung dilokasi wisata 55,6% setuju dan 25% sangat setuju artinya 80,5% dengan ketersediaan fasilitas tersebut saat ini.. Dan yang perlu dilakukan saat ini adalah perlu perawatan agar tidak terlihat kumuh.

Tempat parkir yang ada saat ini sebanyak 47,2% sangat setuju dan 36,1% setuju tersedianya tempat parkir yang ada pada obyek wisata air panas mamuya. Perlu adanya petugas yang mengatur parkir kendaraan dan juga disediakan tempat penitipan barang di tempat parkir sehingga menjadi sumber pendapatan dari jasa penitipan barang.

Ketersediaan jaringan listrik 44,4% sangat setuju dan 33,3% setuju jaringan listrik sudah tersedianya. Dengan adanya jaringan listrik yang

baik maka aktivitas dilokasi wisata air panas mamuya juga berjalan dengan baik. Dimana kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi apabila membutuhkan listrik.

Penataan kawasan obyek wisata air panas mamuya 41,7% setuju dan 27,8% sangat setuju artinya 69,5% sudah tertah obyek wisata air panas. Sedangakan 22,2% masih tidak setuju dengan penataan yang ada saat ini. Masih perlu penataan agar setiap bangunan/fasilitas yang dibangun sesuai dengan tempatnya. Dan perlu perawatan secara terus menerus.

Saran yang diberikan oleh responden terkait dengan sarana dan prasarana adalah perlu pengembangan, tempat istrahat diperbanyak, perlu perbaikan gazebo dan penataan kembali agar lebih rapi dan nyaman sesuai kebutuhan wisatawan.

Fasilitas wisata dengan berarsitektur lokal 44,4% setuju dan 30,6 % adalah sangat setuju. Artinya perlu adanya fasilitas yang memiliki arsitektur lokal sebagai kekhasanan dari obyek wisata air panas mamuya.

Tempat jajan souver 52,6% tidak setuju artinya tempat jajan souvenir belum tersedia. Sebagai obyek wisata maka perlu kerjasama dengan masyarakat pengrajin untuk membuat berbagai souver untuk dijadikan ole-ole ciri khas obyek wisata air panas mamuya.

Kebersihan lokasi obyek wisata air panas mamuya sebanyak 41,7% setuju dan 22, 2% sangat setuju adanya kebersihan pada obyek wisata air panas mamuya. Sedangkan 25% tidak setuju artinya masih perlu dijaga kebersihannnya. Hal ini menjadi perhatian kepada pengelola untuk menjaga kebersihan dan harus diingatkan kepada pengunjung untuk tetap menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan.

  • F.    Pengembangan Aksesbilitas

Perbaikan jalan menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya sebanyak 72,2% setuju jalan perlu diperbaiki. Sebagai salah satu sarana untuk akses kelokasi maka perbaikan dan perawatan jalan adalah hal penting agar wisatawan merasa nyaman menuju lokasi obyek wisata air panas.

Penempatan rambu-rambu yang ada saat ini sebanyak 38,9% sangat setuju dan 27,8 persen setuju bahwa ada rambu-rambu kelokasi obyek wisata air panas mamuya. Perlu penambahan rambu-rambu yaitu dari jalan utama menuju lokasi maupun dilokasi obyek wisata air panas mamuya.

Untuk penerangan jalan kelokasi 38,9% responden menyatakan sudah tersedia

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

penerangan jalan menuju ke lokasi. Akses kelokasi dengan berjalan dibawa pohon kelapa maka penerangan jalan sangat penting saat wisatawan berkunjung dimalam hari. Sedangkan penerangan dilokasi 44,4% sangat setuju dan 33,3% setuju penerangan dilokasi sudah tersedia. Penerangan dilokasi sangat penting bagi wisatawan yang mandi di malam hari.

Transportasi kelokasi dan dari jalan utama kelokasi saat ini 44,4% tidak setuju. Artinya belum ada transportasi khusus ke lokasi maupun dari jalan utama kelokasi obyek wisata air panas mamuya. Sebagai sarana yang memiliki peran penting dalam mengangkut wisawatan, alat transportasi perlu disiapkan menuju kelokasi. Dengan disediakannya alat transportasi dapat menjadi sumber pendapatan bagi pengelola atau bagi masyarakat Desa Mamuya.

  • G.    Respon Setelah Berkunjung

Pendapat responden terkait dengan pelayanan yang diberikan selama berada di obyek wisata Air Panas Mamuya yaitu perlunya peningkatan pelayanan dalam melayani wisatawan.

Pendapat responden setelah berkunjung ke obyek wisata air panas mamuya yaitu perlunya keamanan dan kenyamanan wisatawan; perlunya pelatihan bagi pengelola, memperhatikan jalan masuk, melukan promosi, diperlukan kerjasama PEMDA khususnya Dinas Pariwisata Kab. Halut dan Pemerintahan Desa Mamuya dalam usaha pemberdayaan masyarakat Desa pada obyek wisata air panas mamuya. Dan tetap menjaga kebersihan obyek wisata air panas mamuya..

Pembahasan

Analisis diawali dengan melakukan analisis SWOT hasil penelitian dan dilanjutkan dengan pembahasan arah pengembangan obyek wisata air panas mamuya yang terdiri atas 3 (tiga) aspek yaitu: 1) Daya Tarik/Atraksi; 2)Pengembangan Fasilitas Pariwisata, Prasarana dan Fasilitas Umum; 3) Aksesibilitas.

Analisis SWOT dan evaluasi yang dilakukan berikut adalah data yang diolah dari RIPPDA Kabupaten Halmahera Utara untuk pengolahan hasil penelitian evaluasi Program Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Mamuya (RIPPDA Kab. Halut 2011). Untuk lebih jelas berikut disajikan hasil análisis SWOT.

Hasil Analsisis SWOT

  • a.    Strength (Kekuatan/Potensi)

  • 1.    Letak wilayah sangat strategis karena dekat dengan kota Tobelo

  • 2.    Potensi wisata alam air panas yang dekat dengan jalan raya

  • 3.    Potensi budaya dan kehidupan tradisi masyarakat desa mamuya

  • 4.    Kreatifitas masyarakat dalam pengembangan ekonomi kreatif

  • 5.    Akses jalan ke lokasi air panas mamuya

  • b.    Weakness(Kelemahan/Kekurangan)

  • 1.    Keterbatasan      dana      untuk

penyediaan fasilitas pariwisata dan daya tarik wisata air panas mamuya

  • 2.    Fasilitas pendukungtempat santai kawasan wisata air panas mamuya masih terbatas

  • 3.    Akses menuju dan keluar kawasan wisata masih terbatas/tidak ada transportasi khusus

  • 4.  Akse jalan ke lokasi sudah rusak

perlu diperbaiki

  • 5.  Rendahnya aksesibilitas antar

wilayah baik kota kabupaten dan kecamatan serta desa sebagai akibat dari karakteristik fisik daerah berupa kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil

  • 6.  Perencanaan       pengembangan

pariwisata belum optimal dan terarah / prioritas

  • 7.  Peran serta masyarakat dalam

perencanaan dan  pembangunan

pariwisata masih rendah

  • c.    Opportunities (Kesempatan/Peluang)

  • 1.    Salah satu obyek wisata air panas yang dekat dekat kota Tobelo

  • 2.  Pergeseran trend pariwisata dunia

dari wisata massal ke minat khusus dan ekowisata dengan daya tarik

asli, unik dan alami

  • 3.  Posisi obyek wisata air  panas

mamuya yang strategis

  • 4.    Dikelola oleh kelompok dibawah Dinas     Pariwisata     sehingga

memberikan kesempatan untuk mengelola lebih professional.

  • 5.    Masuk       dalam       prioritas

pengembangan obyek wisata Kab Halmahera Utara

  • 6.    Peningkatan ekonomi masyarakat lokal sekitar kawasan wisataair panas mamuya

  • d.    Threat(Hambatan)

  • 1.    Obyek wisata air panas mamuya belum cukup dikenal dalam

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

khasanah pariwisata local maupun nasional

  • 2.    Berada dekat kebun masyarakat sehingga butuh kerjasama dengan pemilik kebun yang berada disekitar obyek wisata air panas mamuya

  • 3.  Kondisi jalan kelokasi yang sudah

rusak

  • 4.  Berkembanganya daya tarik wisata

pantai yang berdekatan dan sejenis di desa yang berdekatan

Evaluasi Program Pengembangan Obyek Wisata Air Panas berdasarkan arah pengembangan obyek wisata air panas mamuya adalah sebagai berikut:

  • 1.    Arah    Pengembangan    Daya    Tarik

Wisata/Atraksi Wisata

  • a.  Meniliki daya tarik sebagai obyek

wisata air panas alami

  • b.  Pengembangan kolam pemandian

dengan membuat talud/beton agar tidak longsor

  • c.  Perbaikan kolam pemandian khusus

yang sudah dibangun agar dapat digunakan

  • d.  Menyelenggarakan        iven-iven

dilokasi obyek wisata air panas

  • e.    Penataan lokasi dan kolam yang terkesan terbengkalai sehingga perlu ditata dengan memperhatikan keaslian dan sesuai dengan arsitek budaya lokal

  • f.    Terjaganya keamanan dilokasi obyek wisata air panas

  • g.    Pengembangan    produk/kegiatan

yang memiliki keunikan dan daya tarik wisata altematif dalam skala massal   (mass   tourism) yang

memungkinkan untuk dikunjungi dan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata rekreasi outdoor lainnya

  • h.    Pengembangan kawasan dengan tetap memperhatikan aspek ekologis sehingga kelestarian kawasan tetap terjaga

  • i.    Pengemasan produk wisata berbeda dengan daerah/kabupaten lain

  • 2.    Aksesibilitas

  • a.    Perbaikan serta perawatan jalan

menuju kawasan wisata serta penempatan rambu-rambu dan penerangan     jalan     sehingga

pengunjung dapat dengan mudah mengetahui lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • b.    Penyediaan penerangan jalan

menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • c.  Penambahan lampu penerangan di

lokasi/kolam pemandian

  • d.  Penyedian angkutan/ transportasi

khusus menuju lokasi maupun dari jalan utama ke lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • e.  Strategi Pengembangan Aksesibilitas

Pariwisata :

  • •  Strategi        Pengembangan

Aksesibilitas         Pariwisata

bertujuan         mendorong

pergerakan wisatawan dan pengembangan obyek wisata sehingga dapat berkembang dengan baik

  • Terjaganya kenyamanan dan

keamanan dalam menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • •  Tersedianya moda transportasi

yang memadai sebagai sarana untuk menggerakan wisatwan menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • •  Tersedianya jenis transportasi

sesuai kebutuhan wisatawan dalam menggerakan menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • 3.    Fasilitas Pariwisata, Prasarana Dan Fasilitas Umum

  • a.    Penambahan tempat bilas dan toilet dengan tetap memperhatikan kebersihan

  • b.    Penambahan gazebo, shelter, rumah paying dilokasi obyek wisata air panas mamuya  dan  dilakukan

perawatan agar  tidak  kelihatan

kumuh

  • c.    Tersedianya tempat parkir, kedepan perlu disediakan tempat penitipan barang

  • d.    Sudah sedia jaringan listrik dilokasi obyek wisata air panas

  • e.    Tertatahnya pembangunan kawasan obyek wisata air panas mamuya

  • f.    Perlu fasilitas wisata dengan arsitektur local

  • g.    Penyediaan tempat jajan souvenir sebagai ole-ole yaitu membangun mitra dengan pengrajin/industry

  • h.  Tetap menjaga kebersihan dengan

membangun   kesadaran   akan

pentingnya kebersihan.

  • i.   Pembangunan fasilitas wisata pada

kawasan-kawasan wisata alam

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

secara terbatas dengan arsitektur lokal.

  • j.    Peningkatan bangunan prasarana umum     sebagai     penunjang

kepariwisataan

Peningkatan bangunan fasilitas umum sebagai penunjang kepariwisataan

  • IV.    KESIMPULAN

  • 1.    Obyek Wisata Air Panas Mamuya adalah salah satu obyek wisata yang diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat yang berada di Desa Mamuya karena berada pada desa tersebut. Obyek wisata Air Panas Mamuya memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan.    Kerjasama    dengan

masyarakat sekitar obyek wisata untuk terlibat dalam usaha penyediaan warung kopi dan kuliner yang berada pada obyek.

  • 2.    Berdasarkan hasil evaluasi program pengembangan bahwa arah pengembangan daya tarik wisata/atraksi wisata: meniliki daya tarik sebagai obyek wisata air panas alami; pengembangan kolam pemandian dengan membuat talud/beton agar tidak longsor; perbaikan kolam pemandian khusus yang sudah dibangun agar dapat digunakan; menyelenggarakan iven-iven dilokasi obyek wisata air panas; penataan lokasi dan kolam yang terkesan terbengkalai sehingga perlu ditata dengan memperhatikan keaslian dan sesuai dengan arsitek budaya lokal; terjaganya keamanan dilokasi obyek wisata air panas; pengembangan produk/kegiatan yang memiliki keunikan dan daya tarik wisata altematif dalam skala massal (mass tourism) yang memungkinkan untuk dikunjungi dan dimanfaatkan untuk kegiatan wisata rekreasi outdoor lainnya; pengembangan kawasan dengan tetap memperhatikan aspek ekologis sehingga kelestarian kawasan tetap terjaga; pengemasan produk wisata berbeda dengan daerah/kabupaten lain.

  • 3.    Berdasarkan hasil evaluasi bahwa aksesibilitas obyek wisata air panas dapat dijelaskan sebai berikut: perbaikan serta perawatan jalan menuju kawasan wisata serta penempatan rambu-rambu dan penerangan jalan sehingga pengunjung dapat dengan mudah mengetahui lokasi obyek wisata air panas mamuya;

penyediaan penerangan jalan menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya; penambahan lampu penerangan di lokasi/kolam pemandian;    penyedian

angkutan/ transportasi khusus menuju lokasi maupun dari jalan utama ke lokasi obyek wisata air panas mamuya;

Strategi Pengembangan Aksesibilitas Pariwisata :

  • •  Strategi        Pengembangan

Aksesibilitas         Pariwisata

bertujuan         mendorong

pergerakan wisatawan dan pengembangan obyek wisata sehingga dapat berkembang dengan baik

  • Terjaganya kenyamanan dan

keamanan dalam menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • •  Tersedianya moda transportasi

yang memadai sebagai sarana untuk menggerakan wisatwan menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • •  Tersedianya jenis transportasi

sesuai kebutuhan wisatawan dalam menggerakan menuju lokasi obyek wisata air panas mamuya

  • 4.    Berdasarkan hasil evalusai untuk fasilitas pariwisata, prasarana dan fasilitas umum yang ada pada obyek wisata air panas mamuya adalah: penambahan tempat bilas dan toilet dengan tetap memperhatikan kebersihan; penambahan gazebo, shelter, rumah paying dilokasi obyek wisata air panas mamuya dan dilakukan perawatan agar tidak kelihatan kumuh; tersedianya tempat parkir, kedepan perlu disediakan tempat penitipan barang; sudah sedia jaringan listrik dilokasi obyek wisata air panas; tertatahnya pembangunan kawasan obyek wisata air panas mamuya; perlu fasilitas wisata dengan arsitektur local; penyediaan tempat jajan souvenir sebagai oleh-oleh yaitu membangun mitra dengan pengrajin/industri yang disekitar obyek wisata; tetap menjaga kebersihan dengan membangun kesadaran akan pentingnya kebersihan; pembangunan fasilitas wisata pada kawasan-kawasan wisata alam secara terbatas dengan arsitektur local; peningkatan bangunan prasarana umum sebagai    penunjang    kepariwisataan;

peningkatan bangunan fasilitas umum

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 9 No 1, 2021

sebagai penunjang kepariwisataan

Saran

Berdasarkan kesimpulan sebelumnya maka beberapa saran :

  • 1.    Untuk Dinas Pariwisata dan Kelompok Pengelola     terkait     dengan     arah

pengembangan Obyek Wista Air  Panas

Mamuya adalah:

  • a.    Mengelola  dengan  baik  daya tarik

wisata/atraksi wisata agar tetap terjaga

  • b.    Melakukan     pembenahan     dan

memperbaiki aksesibilitas obyek wisata air panas.

REFERENSI

Barreto, M dan Giantari I.G.A.Ketut (2015) Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas Di Desa Marobo, Kabupaten Bobonaro, Timor Leste. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 4.11 (2015) : 773-796

Damayanti M, dan Ferdinand A. T 2015 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Kunjung Ulang Pada Obyek Wisata Pemandian Air Panas Guci Di Kabupaten Tegal. Diponegoro Journal Of Management. Volume4,Nomor4, Tahun 2015, Halaman1-15

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan-Kabupaten Halmahera Utara; 2008 Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Obyek Wisata (RIPOW) Kabupaten Halmahera Utara.

Dinas Pariwisata Kab Halmahera Utara (2011) RIPPDA Kabupaten Halmahera Utara

Djaali, Mulyono, P., & Ramly. (2000). Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPs UNJ.

George McIntyre (1993) Sustainable Tourism Development, Guide for Local Planners. World Tourism Organization.

Hidayat, Marceilla 2011 Strategi Perencanaan Dan Pengembangan Objek Wisata (Studi Kasus Pantai Pangandaran Kabupaten Ciamis Jawa Barat). Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol. I, No. 1, 2011 – 33

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka

Licinwa, 2018 Strategi Pengelolaan Dalam Pengembangan Daya Tarik Wisata Pemandian Air Panas Oleh Pemerintah Desa Batu Lepoq Kabupaten Kutai Timur.

McInteyre George, 1993, Sustainable Tourism Development, Guide for Local Planners. World Tourism Organization

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muljadi, A.J; 2012 Kepawisataan Dan Perjalanan, Jakarta;

Raja Grafindo Persada

Nurhasan (2001) Tes dan Pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdiknas

Robinson, Peter; 2012. Tourism, The Key Concepts, New York: Routledge, Taylor & Francis Group

  • c.  Perlu adanya strategi pengembangan

aksesibilitas

  • d.  Penambahan,    perbaikan    fasilitas

pariwisata, dan menjaga kebersihan prasarana dan fasilitas umum yang ada

pada obyek wisata air panas mamuya

  • 2.    Untuk penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah informasi dengan dengan menambahkan program kerja terbaru khususnya pengembangan obyek wisata air panas mamuya.

Saputro, AS; 2014. Evaluasi Pengembangan Obyek

Wisata Di Kabupaten Banyumas dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Tahun 2014

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang

Kepariwisataan

WTO, World Tourism Organization Agenda 2, 1992

https://kemlu.go.id/portal/id/read/135/halaman_list_la innya/world-tourism-organization-un-wto

50