Jurnal Destinasi Pariwisata                                                p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 8 No 2, 2020

Desa Wisata Berbasis Wisata Ramah Anak di Desa Wisata Pemuteran Kabupaten Buleleng Provinsi Bali (Suatu Studi Kualitatif)

Dian Pramita Sugiarti a,1, I Gede Anom Sastrawana,2, I Made Bayu Ariwangsaa,3, Nyoman Manik Mas Genitri Putria,4 1dian_pramita@unud.ac.id, 2 anom_sastrawan@unud.ac.id, 3 bayu_ariwangsa@unud.ac.id, 4gputri1402@gmail.com a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

Tourists who come to visit Bali with their families will visit child-friendly tourist villages. The goal is that the child has a sense of security and comfort when visiting a tourist village. The experience will learn a new tourist area will increase enthusiasm and refresh children from all their activities. The identification of child- friendly tourismbased tourism villages is carried out to determine the level of safety, comfort and learning that children will get when carrying out tourism activities in the tourist village of Pemuteran, Buleleng Regency. The problem raised in this study is the identification of child-friendly tourism-based tourism villages and the identification of supporting facilities provided by tourism service providers in Pemuteran tourism village, Buleleng Regency.

Keywords : Tourist Destination, Child Friendly, Tourist Villages.

  • I.    PENDAHULUAN

Pariwisata pedesaan memiliki penekanan pada kegiatan pariwisata di daerah pedesaan, di mana wisatawan dan masyarakat tidak secara aktif terlibat dalam hubungan sosial yang mendalam. Faktor menikmati keindahan alam dan keunikan masyarakat dianggap sebagai prioritas utama kegiatan pariwisata tersebut dalam memenuhi kebutuhan dan motivasi wisata di pedesaan.

Kriteria desa yang dapat disebut desa wisata adalah 1) tempat wisata; Artinya, segala sesuatu yang mencakup alam, budaya, dan ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan menarik di desa. 2) Jarak Tempuh; adalah jarak dari kawasan wisata terutama tempat tinggal wisatawan serta jarak dari ibukota provinsi dan jarak dari ibu kota kabupaten. 3) Luas Desa; mengenai jumlah rumah, jumlah penduduk, karakteristik dan luas desa. Kriteria ini terkait dengan daya dukung pariwisata suatu desa. 4) Kepercayaan dan sistem sosial; merupakan aspek penting mengingat adanya aturan khusus dalam masyarakat desa. Perlu diperhatikan agama yang menjadi mayoritas dan sistem sosial yang ada. 5) Ketersediaan infrastruktur; meliputi sarana dan pelayanan transportasi, sarana listrik, air bersih, drainase, telepon dan lain sebagainya. (Buku Panduan Wisata Perdesaan Ramah Anak Bebas Eksploitasi oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia. (2019).

Bali memiliki banyak desa wisata yang tersebar di seluruh pulau Bali. Salah satu desa wisata yang terkenal adalah desa wisata Pemuteran yang terletak di kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Mata pencaharian masyarakat setempat adalah nelayan dan petani. Desa wisata ini kaya akan wisata alam khususnya laut. Desa

wisata ini memiliki banyak tempat wisata pendukung seperti wisata spiritual, snorkeling, konservasi terumbu karang, diving dan konservasi penyu. Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali menyatakan bahwa konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran oleh Yayasan Karang Lestari mendapat penghargaan dari United Nations World Tourism Organization atau UNWTO (UN World Tourism Organization). Desa wisata Pemuteran juga mendapat penghargaan sebagai best inresposible tourism yang diserahkan kepada yayasan Karang Lestari tahun 2018. Penelitian ini akan menganalisis desa wisata berbasis ramah anak dengan menganalisis aspek keamanan, kenyamanan, pelayanan dan kepatuhan.

Telaah penelitian sebelumnya sangat penting dilakukan untuk membandingkan telaah penelitian berikutnya yang terikat dan digunakan untuk memilah fokus dan lokus penelitian. Studi yang awal dengan judul “Pengembangan Pariwisata Hijau sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Pemuteran Kabupaten Buleleng Bali” (I Ketut Suwena, Ni Ketut Arismayanti, 2016) dan studi yang kedua “Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tujuan Wisata Desa Pemuteran Dalam Rangka Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan” (I Wayan Mudana, 2015). Pengkajian dalam penelitian ini menggunakan teori Security of Stranger (Tefler,2000) dan konsep yang diaplikasikan yang meliputi : konsep Destinasi wisata (UU tentang kepariwisataan No. 10, 2009), Desa Wisata Pemuteran (BulelengKab), Wisata Ramah Anak (KPAI), Wisata Perdesaan (UU tentang Kepariwisataan,2011). Desa wisata berbasis ramah anak harus digalakkan guna melindungi wisatawan anak maupun anak-anak yang berada salam lingkungan atau kawasan pariwisata.

Vol. 8 No 2, 2020

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan metode-metode kualitatif (Anom, dkk., 2020). Penelitian kualitatif bermaksud memahami fenomena atau subjek penelitian secara emik dengan menggunakan teknik analisis deskripsi kualitatif (Mukthar,2013). Penelitian dilaksanakan di Desa wisata Pemuteran, kecamatan Gerokgak kabupaten Buleleng Bali. Desa wisata Pemuteran terletak dipesisir barat pulau Bali. Letak Desa wisata Pemuteran berada di perbukitan dan laut dengan kondisi alam yang tenang dan indah.

Teknik penentuan sample menggunakan teknik snowball sampling (Bernard,1994) untuk 7 orang informan inti sebagai warga lokal dan secara accidental sampling (Bernard, 1994) terhadap 30 orang responden yaitu wisatawan yang berkunjung. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data observasi (Suryawan, dkk., 2017), panduan wawancara (Kusmayadi, 2000) dan kuisioner menggunkaan pertanyaan terbuka serta studi kepustakaan (Nazir,2013). Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan penafsiran/interpretasi (Sugiyono, 2009; Pernecky, 2010; Mukhtar, 2013).

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Wisata ramah anak bisa dikatakan penelitian baru karena belum banyak yang menelitinya. Isu terbaru tentang pariwisata ramah adalah adanya arahan tentang pariwisata pedesaan berbasis pariwisata ramah anak yang dicetuskan oleh menteri pariwisata dan komisi perlindungan perempuan dan anak. Adapun 4 kriteria destinasi wisata ramah anak yang menjadi pembahasan utama yaitu keamanan, keselamatan, pelayanan dan kepatuhan yang harus diperhatikan oleh seluruh destinasi wisata di Indonesia.

Sementara itu, Rizky Handayani, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata, meminta pelaku usaha pariwisata dan masyarakat turut andil dalam mewujudkan pariwisata ramah anak. Ada 5 himbauan yang diberikan kepada pengelola pariwisata, Memastikan bahwa operator pariwisata memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan anak dengan mengutamakan aspek keselamatan hidup anak dari permainan dan hiburan ekstrim yang dapat membahayakan nyawa dan mengancam kesehatan anak, Menjamin fasilitas pariwisata seperti infrastruktur liburan anak mudah dijangkau dan tidak membahayakan anak. Memastikan bahwa operasional pariwisata memiliki layanan sistem keamanan berdasarkan kebutuhan anak dengan memprioritaskan pencegahan penculikan di tempat wisata outdoor

dan bahari. Memastikan operator pariwisata berkomitmen untuk tidak mempekerjakan anak di bawah usia 18 tahun baik untuk industri hiburan maupun pariwisata mulai pukul 18.00 hingga 06.00 WIB dan Memastikan operator pariwisata tidak menggunakan jasa anak-anak untuk pariwisata dan membawa pornografi, eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi. Dalam kerangka hukumnya, desa wisata dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2011 nomor: KM / 18 / HM.001 / MKP / 2011 tentang Pedoman dan Program Pariwisata untuk Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata Mandiri. Wisata pedesaan diartikan sebagai bentuk keterpaduan antara pembangunan, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang dihadirkan dalam tatanan kehidupan masyarakat yang menyatu dengan adat dan tradisi yang berlaku. Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa penguasaan wisata pedesaan difokuskan pada harmonisasi nilai budaya dan tradisi dalam kehidupan masyarakat dengan kegiatan pariwisata.

Kenyamanan dan keamanan merupakan kondisi yang sangat penting dalam industri pariwisata. Aspek ini dalam dua dekade terakhir telah menjadi isu yang lebih besar dan berdampak besar pada keberlanjutan aktivitas perjalanan dan pariwisata [15]. Kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan merupakan salah satu faktor penentu keputusan untuk melakukan perjalanan ke suatu destinasi pariwisata. UNWTO (2004) menyatakan bahwa sudah saatnya destinasi wisata di negara berkembang memberikan alternatif perjalanan wisata dengan jaminan keselamatan dan keamanan bagi wisatawan selama perjalanannya.

Lokasi penelitian di Desa Wisata Pemuteran Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali. Ini adalah 4 jam dari Denpasar. Desa wisata Pemuteran terletak di ketinggian 100 meter di atas permukaan laut. Memiliki luas wilayah 30,33 km2 dengan jumlah penduduk 82.370 jiwa (tahun 2010). Pemuteran terletak di pesisir barat Pulau Bali ± 55 km sebelah barat kota Singaraja dan 30 km dari Gilimanuk. Letaknya yang berada di antara gugusan perbukitan dan laut menjadikan tempat ini sangat eksotis. Pantai Pemuteran merupakan sebuah tempat wisata yang sangat cocok untuk wisatawan yang menyukai tempat yang tenang dan jauh dari kebisingan. Terumbu karang yang dipelihara secara profesional dan proyek penangkaran penyu juga ada di desa ini. Meski sudah dikembangkan sebagai objek wisata, pantai ini tetap menunjukkan keasliannya. Masyarakat pesisir masih menggunakan peralatan tradisional seperti perahu dan jaring untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Di desa ini juga terdapat Pura Pemuteran yang terkenal dengan sumber air panasnya. Beragam fasilitas wisata tersedia di tempat ini, mulai dari hotel melati hingga hotel

Vol. 8 No 2, 2020

berbintang lima, restoran dan dive center yang mudah ditemukan.

Berdasarkan hasil penelitian desa ramah anak berbasis pariwisata, Desa Wisata Pemuteran merupakan model desa wisata di Bali yang dikembangkan dengan menerapkan konsep ekowisata berkelanjutan berbasis lokalitas, selain itu juga merupakan tujuan wisata dengan keistimewaan. minat. Pemuteran adalah rumah bagi proyek terumbu karang Biorock buatan terbesar di dunia dan ada semangat nyata dari upaya konservasi laut di kawasan ini. Desa ini, sebuah daerah kecil dan tenang di Bali, menjadi semakin populer di kalangan wisatawan dalam beberapa tahun terakhir. Pengunjung desa biasanya berasal dari daerah pantai utara Lovina dan Singaraja atau dari daerah barat Gilimanuk. Popularitasnya yang semakin meningkat sebagai tujuan wisata, bersama dengan keindahan alam Lovina dan Taman Nasional Bali Barat yang ekstrim, telah mendorong pertumbuhan yang cukup pesat di sektor pariwisata di daerah tersebut sebagaimana dibuktikan dengan banyaknya resor tepi laut yang beroperasi di sekitarnya.

Untuk sampai ke Pemuteran dapat dilakukan melalui bemo biasa dan bus rattletrap yang sangat tua yang melintasi jalan pantai utara. Namun kedua alat transportasi tersebut bisa sangat lambat dan penuh sesak. Sapa mereka dari pinggir jalan dan tawar-menawar harga jika Anda orang asing. Anda akan melihat banyak penduduk setempat hanya membayar sen. Beri tahu pengemudi bahwa Anda ingin turun di pusat kota Pemuteran karena hanya ada sedikit papan nama atau landmark untuk mengarahkan Anda ke daerah tersebut. Kemudian berjalanlah ke setiap 'gang' melalui ladang dan melewati resor mewah ke pantai.

Atau, Anda bisa menyewa mobil dengan sopir untuk membawa Anda dari Lovina ke Pemuteran. Selalu sepakati harga sebelumnya dan pastikan bensin sudah termasuk. Perjalanan langsung ke Pemuteran dari pusat wisata di selatan akan memakan waktu sekitar empat jam tergantung lalu lintas di jalan pantai. Pemuteran dulunya adalah desa nelayan dengan iklim yang sangat kering. Sekitar akhir tahun 90-an ketika terjadi resesi global, kekacauan politik Indonesia, dan bencana iklim La nina dan El Nino membuat hidup sebagian besar masyarakat Indonesia sangat berat bahkan hanya sekedar untuk bertahan hidup. Dalam situasi ekonomi yang sulit ini, nelayan terpaksa menggunakan dinamit dan sianida untuk menangkap ikan guna meningkatkan produktivitas mereka. Metode penangkapan ikan ini dengan cepat melenyapkan ikan dan terumbu karang yang mengakibatkan kerusakan terumbu yang parah dan hilangnya flora dan fauna bawah air.

Berdasarkan penelitian ini maka lokasi penelitian yang dipilih adalah Pantai Pemuteran, Tanjung Budaya, Biorock dan Penangkaran Penyu. Berkembangnya Desa Pemuteran tidak lepas dari peran I Gusti Agung Prana yang merupakan pelopor dan pendiri Yayasan Karang Lestari yang aktif mengelola kawasan karang di pantai Pemuteran. adapun 5 hal yang dapat ditemukan dalam penelitian ini adalah penyelenggara pariwisata memberikan rasa aman dan nyaman, pada pantai pemuteran merupakan kawasan yang bersih, tenang dan memiliki ombak yang tenang sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak. Sedangkan tanjung budaya memiliki banyak atraksi budaya yang bisa dipelajari dan dilihat langsung oleh wisatawan anak. Karena biorock merupakan aktivitas wisata yang disukai baik oleh anak-anak maupun dewasa, wisatawan anak-anak dapat melihat secara langsung budidaya terumbu karang terbesar di Bali. akan diberikan penjelasan tentang cara merawat dan berkembang biak, dan penangkaran penyu juga memberikan banyak informasi terkait cara hidup penyu, cara memelihara dan membiakkan penyu tersebut.

Seluruh kegiatan pariwisata dipastikan memiliki infrastruktur yang aman bagi wisatawan anak-anak, untuk melihat konservasi terumbu karang telah disediakan perahu kecil atau kapal pelampung untuk menjaga keselamatan penumpang. Kondisi pariwisata di tengah pandemi Covid 19 telah mengurangi jumlah wisatawan yang berkunjung, namun destinasi wisata di desa wisata Pemuteran tersebut telah mengeluarkan sertifikat tata kehidupan era baru sebagai fasilitas keamanan bagi wisatawan yang akan berkunjung. Pengelola pariwisata telah memberikan pencegahan virus, yaitu dengan mendirikan tempat cuci tangan, handsanitizer, dan thermogun di setiap destinasi wisata.

Di desa wisata Pemuteran, aparat desa menamakan pecalang dengan pecalang segara (laut) dan ini yang pertama di Bali. Pecalang laut menjaga pantai, laut dan kehidupan bawah laut. Pecalang laut tidak harus bisa berenang, tapi kebetulan semua orang bisa berenang. Selama 26 tahun ini, kami telah membangun kepercayaan warga kami akan pentingnya menjaga lingkungan. Seiring berjalannya waktu, lanjutnya, warga dan nelayan setempat mulai paham akan pentingnya menjaga alam. Pecalang ini tidak hanya melindungi laut dari ancaman nelayan ilegal, tetapi juga tumbuhan dan merawat terumbu karang serta membersihkan sampah.

Memastikan penyelenggaraan pariwisata memiliki layanan sistem pengamanan yang sesuai dengan kebutuhan anak dengan mengutamakan pencegahan penculikan di kawasan wisata alam dan air. Desa wisata pemuteran memiliki akses

Vol. 8 No 2, 2020

keamanan yang baik, semua pelaku pariwisata berusaha untuk menjaga keamanan desa wisata pemuteran. mulai dari penjagaan ketat oleh pecalang langsung dan dibantu oleh

polisi setempat. Manajemen pariwisata juga ikut serta dalam pengamanan dengan mengurangi jumlah pedagang, membatasi jam berjualan. sehingga desa wisata pemuteran dianggap desa yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kota, aman dan nyaman.

Memastikan operator pariwisata berkomitmen untuk tidak mempekerjakan anak di bawah usia 18 tahun baik untuk industri hiburan maupun pariwisata mulai pukul 18.00 hingga 06.00 WIB. Berdasarkan hasil ke lapangan, pelaku pariwisata rata-rata berusia 30 tahun ke atas dan tidak ada anak di bawah umur yang ditemukan berjualan atau bekerja di Desa Wisata Pemuteran. Ini merupakan langkah utama yang dilakukan pengelola pariwisata dan desa adat untuk mendukung gerakan melawan eksploitasi anak. Memastikan operator pariwisata tidak menggunakan jasa anak untuk pariwisata dan membawa pornografi, eksploitasi seksual dan eksploitasi ekonomi. Dalam hal ini tidak ditemukan kasus eksploitasi seksual terhadap anak. Pemerintah telah membuat peraturan tentang eksploitasi anak di lingkungan pariwisata sesuai dengan peraturan menteri kebudayaan dan pariwisata nomor Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.30 / HK.201 / MKP / 2010 tentang Pedoman Pencegahan Eksploitasi Seksual Anak dalam Lingkungan Pariwisata.

  • IV.    SIMPULAN

Wisata berbasis desa ramah anak merupakan sesuatu yang menjadi pekerjaan rumah bagi pelaku pariwisata dan pemerintah. di Bali terutama dengan jumlah wisatawan yang setiap tahun meningkat dan permintaan yang diinginkan wisatawan saat berkunjung. Desa Pemuteran merupakan salah satu desa wisata populer yang diminati oleh banyak wisatawan karena memiliki kawasan wisata yang tenang, aman dan nyaman. Apalagi bagi anak-anak yang datang berkunjung bisa menikmati indahnya pantai Pemuteran sambil belajar tentang perawatan terumbu karang dan konservasi penyu. pentingnya pelaku pariwisata dalam menjaga keamanan dan kenyamanan wisatawan guna meningkatkan kepercayaan wisatawan terhadap desa wisata Pemuteran. Hal tersebut telah dilakukan oleh sekelompok desa adat yang berada di bawah naungan Yayasan Karang Lestari menjadikan desa wisata Pemuteran sebagai desa wisata yang wajib dikunjungi saat berkunjung ke Bali. Pada tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali menyatakan bahwa

konservasi terumbu karang di Desa Pemuteran oleh Yayasan Karang Lestari mendapat penghargaan dari United Nations World Tourism Organization atau UNWTO (UN World Tourism Organization). Desa wisata Pemuteran juga mendapatkan penghargaan sebagai best inresposible tourism yang diserahkan kepada yayasan Karang Lestari pada tahun 2018. Dengan demikian, desa wisata Pemuteran menjadi desa wisata percontohan yang ramah anak karena memiliki wisata edukasi dan peduli lingkungan.

REFERENSI

Anom, M. Par., Dr. Drs. I Putu dan Mahagangga, S. Sos., M.Si, I Gusti Agung Oka. 2020. Handbook Ilmu Pariwisata Karakter dan Prospek. Jakarta: Prenada Media (Divisi Kencana)

Bernard, H. Russell, 1994, Research Methods in Anthropology: Qualitative and Quantitative Approaches, California: SAGE Publications, Inc.

Buku Panduan Wisata Perdesaan Ramah Anak Bebas Eksploitasi oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia. (2019)

Burhan Bungin, Analisis data penelitian kualitatif.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Goodson, L., & Phillimore, J. (Eds.) 2004 Qualitative research in tourism: Ontologies, epistemologies and methodologies. Routledge.

Jennings, G. R. (2005). 9 Interviewing: Techniques. Tourism research methods, 99.

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Koenjaraningrat 1983 Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Koenjaraningrat, Metode-Metode Penelitian ilmu Sosial. Jakarta : Rajawali, 1997.

Kovari, I. dan Zimanyi, K. (2011). “Safety and Security in The Age of Global Tourism: The Changing Role and Conception of Safety and Security in Tourism”, Applied Studies in Agribusines and Commerce

Lexy J. Moleong, Metode Penulisan Kualitatif. Bandung: Rosda, 2005.

Vol. 8 No 2, 2020

Miles M.B. dan Huberman, AM. Analisis Data Kualitatif, (diterjemahkan Oleh: Tjetjep Rohedi Rosidi). Jakarta: Universitas Indonesia. 1992.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta Selatan : Referensi (GP Press Group).

Nanang Martono, Metode Penelitian Sosial. Rajagrafindo Persada, Depok, 2015.

Nazir, Moh. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Pernecky, T., & Jamal, T. 2010 (Hermeneutic) phenomenology in tourism studies. Annals of Tourism Research, 37(4), 1055-1075.

Priasukmana, Soetarso.,Mulyadin,R. Muhamad. Pembangunan Wisata Perdesaan Pelaksanaan Undang- Undang Otonomi Daerah.Info Sosial Ekonomi 2001.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suryawan, I. B., & Mahagangga, I. G. A. O. 2017.

Penelitian Lapangan 1. Denpasar: Cakra Media dan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 10 Tahun 2009

398