Jurnal Destinasi Pariwisata                                             p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 8 No 2, 2020

Eksistensi Atraksi Pariwisata Di Daya Tarik Wisata Toya Devasya Kintamani (Suatu Studi Pustaka)

Ni Made Ayuk Putriani a, 1, I Gusti Agung Oka Mahagangga a, 2

  • a Program Studi Sarjana Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

Abstract

Toya devasya is tourist attraction located ini Kintamani subdistrict, Bangli regency. Domestic tourist and international tourist very interested with toya devasya, we should give an appreciation due to management, strategy and travel products, toya devasya felt very fast to built its identity, very interesting and give multiple impact to the local community. Toursm activities have very interesting that sustainability must be pursued. Secondary sources show that the management has made a good effort to manage and establish harmony with the local community. This situation must be pursued for the sustainability of tourism development Method of this research is literature study and the data are qualitative and quantitative, the data source is secondary data by using article tourism science, book and the internet source. The results obtained is the toursm activitiy has not had a positive impact to the local community and the management seem like they are not involved the community in making a decisions, policy maker, to get a benefit from toursm activities.

Keywords: Exsistence, tourist attraction, Local Community, Toya Devasya

  • I.    PENDAHULUAN

Pariwisata adalah pergerakan manusia yang bersifat sementara ke tujuan-tujuan wisata yang berada diluar tempat kerja dan tempat tinggal wisatawan. Kegiatan pariwisata yang berkembang akan memberikan dampak baik secara langsung atau secara tidak langsung terhadap kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat disekitarnya (Shantika dan Mahagangga, 2018).

Kintamani merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali yang telah dijadikan sebagai kawasan wisata dengan pemandangan pesona alam Bali. Kintamani sudah menjadi perhatian wisatawan sejak zaman pemerintah Hindia Belanda. Latar belakang kawah gunung api purba (terdapat lembah, danau dan hutan di dalamnya mendorong pemerintah Hindia Belanda membangun pesanggrahan dan memasukkannya dalam paket wisata bagi wisatawan (Anom, dkk., 2016). Perkembangan pariwisata tidak luput dari trend pasar, ketika suatu destinasi wisata ingin bertahan atau semakin memperkuat eksistensinya maka pemenuhan permintaan pasar tampaknya harus diutamakan. Terdapat konsep-konsep berjualan dalam pemasaran pariwisata di Bali seperti cultural park, river club, beach club dan yang lainnya (Anom, dkk., 2020).

Salah satu daya tarik wisata di Kintamani yang sedang trend adalah toya devasya. Toya devasya dirancang sebagai ‘beach club’ di tepi danau, karena posisinya berada persis didanau batur . sebagai wilayah yang juga terdapat alam pegunungan kintamani toya devasya mewadahi akomodasi bagi pengunjung yang ingin bermalam disana. terdapat vila dan resort , serta fasilitas untuk camping, dengan tenda-tenda reguler dan semi glamor. Pengembangan daya tarik wisata

yang berada di area seluas 2,5 hektar ini merupakan daya tarik wisata milik swasta. Toya devasya mampu menyedot wisatawan sekitar 3.000 orang per hari.

Daya tarik wisata toya devasya di Kintamani sangat diminati oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Kemampuan pengelola dalam menciptakan produk wisata dan strategi pemasarannya patut dikagumi. Keberadaan daya tarik wisata toya devasya dirasakan cepat membentuk identitasnya, laris pengunjung dan wisatawan serta mampu memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bangli

Keadaan ini harus diupayakan tetap terjaga untuk mewujudkan pembangunan pariwisata secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang eksistensi atraksi wisata di daya Tarik wisata toya devasya dengan menggunakan pendekatan studi pustaka.

Dalam Penelitian ini, konsep yang digunakan adalah konsep 4 A Attraction Accesbilitiy Aminities dan Anycillary (Medlik, 1991).Pandangan masyarakat sebagai perspektif emik yaitu pemahaman masyarakat lokal terhadap kebudayaannya (Pike, 1967), atau pendapat subyektif individu-individu terhadap kehidupan sosial-budaya/keseharian dalam kehidupan masyarakat lokal. Konsep masyarakat yaitu orangorang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mempunyai kesamaan wilayah,identitas,mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan (Soedmardjan dalam Soekanto,2006), Konsep pengunjung adalah adalah orang atau sekelompok orang yang mendatangi suatu kawasan wisata dengan maksud berwisata dan tidak menerima upah atau melakukan pekerjaan

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 8 No 2, 2020

(International Union of Official Travel Organization) dan konsep wisatawan yaitu adalah pengunjung di Negara yang dikunjunginya setidak-tidaknya tinggal 24 jam (Soekadijo (2000),

Telaah hasil penelitian sebelumnya dilakukan guna membandingkan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan guna menghindari terjadinya penelitian ganda. Penelitian sebelumnya yang menjadi pembanding dalam penelitian yaknini yaitu pertama jurnal yang diteliti oleh I Wayan Nurjaya tahun 2017 yang berjudul Daya Tarik Dan Aktivitas Pariwisata Yang Digemari Wisatawan Mancanegara Di Kelurahan Ubud Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada permasalahan yang diambil yakni Aktivitas pariwisata di suatu daya tarik wisata. Penelitian kedua yakni jurnal yang diteliti oleh I Gede Wiramatika , Niputu Eka Mahadewi dan Ni Gusti Ayu Susrami Dewi tahun 2018 yang berjudul Motivasi Berkunjung dan Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Kualitas Pelayanan di Toya Devasya Desa Batur Kintamani. Dalam penelitian ini memiliki persamaan pada lokasi penelitian yakni daya tarik wisata toya devasya.

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di Daya Tarik Wisata Toya Devasya Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli, Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data Kualitatif dan data Kuantitatif (Sugiyono (2015) dengan sumber data yaitu data Sekunder (Moleong, 2005). Sumber data sekunder (Sugiyono, 2014) yang diperoleh dalam penelitian ini berupa profil daya tarik wisata toya devasya dan pandangan masyarakat lokal mengenai kegiatan pariwisata di daya tarik wisata toya devasya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara riset pustaka yaitu dengan memanfaatkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data lapangan dan tanpa memerlukan riset lapangan (Zed,M.2004). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984), aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya data atau informasi baru. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini terdapat 3 tahap yakni Tahap Reduksi Data yakni memilih data pustaka agar sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Hasil studi pustaka yang dianggap relevan dimasukkan dalam cartokitt sebagai codding data. Di dalam cartokitt sudah dilakukan suatu catatan deskriptif dan catatan reflektif sebagai pengkategorian,

analisis dan penafsiran data. Tahap penyajian data dalam penelitian ini sebagai proses data yang telah direduksi sudah bersifat naratif tetapi tidak hanya deskriptif melainkan disertai interpretasi. Tahap penarikan kesimpulan dan Verifikasi dalam tahapan ini kesimpulan hasil penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan penyajian data merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti – bukti kuat lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya disajikan dalam laporan hasil penelitian.

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Daya Tarik Wisata Toya Devasya

Pada Tahun 1990 Daya Tarik Wisata Toya Devasya berawal saat ditemukan sumber air panas yang terletak dipinggir danau Batur. Terletak disuatu lahan milik bapak I Ketut Marjana warga masyarakat desa Batur Tengah. Sumber air di toya devasya dari pegunungan langsung sehingga melaui banyak penyaringan secara alami dan tidak akan berbau. Sumber air panas ini dipercaya dapat menghilangkan pegal, mengembalikan kesegaran tubuh, menyembuhkan alergi pada kulit dan gatal-gatal.

Saat itu cukup banyak masyarakat yang berkunjung ke toya devasya dengan tujuan untuk berobat. Pengunjung yang datang tidak diharuskan membayar biaya masuk tetapi dipersilahkan untuk medana punia seiklasnya. Tingkat kunjungan wisatawan setiap tahunnya semakin meningkat sehingga menodorong Bapak I Ketut Marjana untuk mulai mengelola sumber air panas tersebut, dimulai dengan pembangunan kolam yang terbilang sederhana. Pembangunan Komponen produk pariwisata dilakukan secara terus menerus oleh bapak I Ketut Marjana sehingga di tahun 2020 permandian yang awalnya disebut tirta sanjiwani dan saat ini diberi nama toya devasya dikelola secara sederhana oleh keluarga Bapak I Ketut Marjana. Adanya perkembangan teknologi dimanfaatkan untuk memasarkan toya devasya dikancah nasional sehingga minat pengunjung dan wisatawan meningkat setiap tahunnya

Perpaduan air panas dengan pemandangan danau batur dan udara yang segar di toya devasya ini sangat memanjakan wisatawan dan membuat wisatawan ingin menikmati waktu lebih lama di toya devasya. Daya Tarik wisata toya devasya merupakan salah satu Healing Spa yang terdapat di bali, permandian toya devasya memiliki kandungan belerang yang begitu tinggi dan suhu

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 8 No 2, 2020

mencapai 39-40 Derajat Celcius, toya devasya dapat dijadikan sebagai salah satu daya tarik wisata pilihan untuk menikmati liburan akhir pekan bersama keluarga dan memberikan keleluasaan untuk anak-anak bermain air dengan terapi air panas dan dapat lebih dekat dengan alam. Toya devasya memiliki kolam renang kecil dan area bermain khusus untuk anak-anak serta dilengkapi dengan beberapa buah pancuran air panas (Wiramatika dkk,2018).

Suatu daya tarik wisata dapat dikatakan baik apabila memiliki komponen produk lengkap yang sangat diperlukan dan menjadi penunjang utama dalam penawaran pariwisata, meliputi Attraction (atraksi), Accesbilitiy (aksesbilitas), Aminities (fasilitas) dan Anycillary (kelembagaan).

Komponen produk pariwisata sesuai konsep 4A yang terdapat toya devasya sebagai berikut:

  • a.    Atrraction (atraksi)

Selama berada di toya devasya wisatawan dapat berendam di air panas sembari menikmati keindahan pemandangan alam gunung batur Posisinya tepat bersebelahan dengan toya devasya, berhadapan dengan gunung abang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan tiket masuk toya devasya terbagi menjadi 2 yaitu tiket gold dan platinum yang tentunya memiliki perbedaan masing-masing. Untuk tiket gold wisatawan hanya bisa memasuki beberapa kolam renang saja sedangkan untuk platinum wisatawan dapat memasuki keseluruhan kolam renang yang ada di toya devasya. Harganya tentu berbeda Tiket gold seharga Rp.100.000/wisatawan dan untuk platinum seharga Rp.300.000/wisatawan. selain itu, pihak wisatawan yang berkunjung ke toya devasya diwajibkan membayar deposit Rp. 100.000 yang nantinya digunakan untuk keperluan selama di toya devasya seperti membeli makanan dan minuman dan apabila tidak dipergunakan deposit tersebut akan dikembalikan kepada wisatawan.

  • b.    Accesbility (aksesbilitas)

Aksesbilitas berkaitan dengan mudah atau sulitnya suatu daya tarik wisata untuk dijangkau. transportasi yang dapat digunakan wisatwan dalam menjangkau toya devasya yakni kendaraan roda dua atau/atau roda empat. untuk menuju toya devasya dari Bandara Ngurah Rai membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 2 jam dan dari Denpasar menghabiskan waktu sekitar 1 jam 30 menit. Disepanjang jalan menuju toya devasya wisatawan akan di suguhkan dengan hamparan lahan luas dengan bebatuan yang merupakan sisa lahar dari letusan gunung batur yang meletus pada tahun 1926 sehingga menimbun desa batur. Lebar jalan menuju toya devasya hanya cukup untuk dua kendaraan roda empat termasuk truk pengangkut pasir.

  • c.    Aminities (fasilitas)

Toya devasya di kintamani bali ini menyediakan beberapa fasilitas dan wahana menarik untuk memastikan para pengunjung merasa betah dan memungkinkan untuk melakukan kunjungan kembali ke toya devasya. Adapun fasilitas yang dapat ditemukan yaitu waterboom, restaurant, toilet, spa, kolam air panas, watersport,villa/hotel/ penginapan, camping area, loker, ruang ganti, caffetaria dan fasilitas seperti tempat parkir yang luas juga tersedia di toya devasya.

  • d.    Anycillary (kelembagaan).

Kelembagaan yang dimaksud adalah stakeholder yang mengelola suatu daya tarik wisata baik itu pemerintah, swasta maupun masyarakat lokal. Toya devasya di kelola oleh pihak swasta dengan pemilik bernama bapak I Ketut Marjana bersama keluarganya.

  • B.    Eksistensi aktivitas pariwisata di daya tarik wisata toya devasya.

Toya devasya menjadi daya tarik wisata yang cukup dikenal dikalangan wisata nasional maupun internasional. Daya tarik wisata yang dikelola oleh pihak swasta ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan, jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan setiap tahunnya sehingga memperoleh pendapatan yang cukup besar. Keindahan alam yang dimiliki menjadikan toya devasya sebagai ikon pariwisata Bali, Pengembangan fasilitas dan atraksi wisata terus menerus dilakukan oleh pihak pengelola seperti pembangunan waterboom air panas dan penambahan kolam untuk wisatawan.

Pengembangan pariwisata dapat dikatakan baik apabila memperhatikan partisipasi aktif dari masyarakat bertujuan menyejahterakan masyarakat dan tetap menjaga serta memperhatikan lingkungan sekitar, mempertahankan kehidupan sosial dan budaya, sehingga terwujudnya tiga pilar keberlanjutan pariwisata baik keberlanjutan dalam bidang ekonomi, bidang sosial budaya dan bidang lingkungan (Asker et al, 2010 dalam Suashapa, 2016).

Partisipasi masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam kegiatan pariwisata, salah satu cara yang dapat dilakukan guna meningkatan partisipasi masyarakat lokal dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, penentu kebijakan serta memperoleh keuntungan / manfaat dari adanya kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata tentu akan menyebabkan adanya interaksi sosial antara host dan guest serta akan memberikan dampak, baik itu dampak yang bersifat positif

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 8 No 2, 2020

atau negatif dan/atau dampak secara langsung dan dampak tidak langsung antara kehidupan sosial maupun perekonomian masyarakat. Dalam Shantika dan Mahagangga 2018) dampak positif pariwisata terhadap kondisi perekonomian yaitu Yaitu jumlah tenaga kerja yang terserap, penciptaan lapangan kerja, pendapatan masyarakat, dampak pengganda (multiplier effect), masyarakat lokal yang memanfaatkan fasilitas pariwisata, peningkatan ekonomi pariwisata dalam suatu wilayah dan pengembangan perencanaan daya tarik wisata di suatu wilayah. lokal sebagai karyawan di daya tarik wisata toya devasya.

Prinsip Kebijakan dapat digunakan sebagai jalan untuk mengantisipasi terjadinya konflik, Biederman (2007) mengemukan bahwa prinsip dari kebijakan pariwisata yaitu menjamin suatu wilayah mendapat manfaat sosial ekonomi dari adanya kegiatan pariwisata. Biederman juga menyebutkan bahwa sasaran akhir dari kebijakan pariwisata yakni untuk mencapai kemajuan suatau negara dan kemajuan pada kehidupan warga negara. Kebijakan dapat diartikan sebagai aturan, strategi promosi pariwisata dan sasaran pembangunan yang menjadi pedoman dalam mengambil keputusan. (Antariksa, 2016). Tujuan utama dari kebijakan adalah membuat masyarakat terutama yang menetap di destinasi pariwisata bersangkutan memperoleh keuntungan yang optimal dari kontribusi kepariwisataan di bidang sosial dan ekonomi untuk memajukan dan meningkatkan kualitas hidup (Antariksa, 2016). Dapat dikatakan kebijakan pariwisata menjadi suatu hal yang sangat penting bertujuan sebagai upaya pengembangan pariwisata dan sebagai salah satu strategi yang digunakan untuk mengantisipasi timbulnya permasalahan pada daya tarik wisata toya devasya.

Toya devasya sebagai salah satu destinasi favorit di Bali mendapat minat kunjungan wisatawan cukup besar, wisatawan yang berkunjung didominasi oleh wisatawan domestik, jumlah kunjungan wisatawan domestik mengalami peningkatan di setiap tahunnya, hal tersebut dapat dilihat pada jumlah kunjungan wistawan ke daya tarik wisata toya devasya pada tahun 2012 sampai tahun 2016, seperti yang terlihat Pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Daya Tarik Wisata Tirta Kintamani

Tahun

Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Toya Devasya

2012

7.344

2013

8.344

2014

9.511

2015

11.981

2016

115.305

Rata-Rata

30.497

Sumber : Data Kunjungan dimasing-masing daya tarik wisata tirta 2017 (dalam Wiramatika dkk,2018)

Terlihat pada table 3.1 mengenai data kunjungan wisatawan domestik yang berkunjung ke daya tarik wisata toya devasya dari tahun 2012 sampai 2016. Toya Devasya pada lima tahun terakhir ini, dari 2012-2016 kunjungan wisatawan domestik sebanyak 30.497 kunjungan. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan mengalami peningkatan sebanyak 1.000 dari tahun 2012. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebanyak 1.167 dari tahun 2013. selanjutnya pada tahun 2015 jumlah kunjungan wisatawan juga mengalami peningkatan sebanyak 2.470 dibanding pada tahun 2014. Tahun 2016 kunjungan wistaawan meningkat sangat drastis yakni sebanyak 103.324 dari tahun 2015. Sehingga dapat disimpulkan kunjungan wisatawan ke toya devasya dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan. (Wiramatika dkk,2018).

Pariwisata sangat berkaitan pada elemen waktunya, waktu-waktu tertentu dapat menjadi pendukung dalam peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, Pengunjung yang datang ke toya devasya sebagian besar berkunjung pada saat memiliki waktu luang/leisure time seperti pada sabtu dan minggu atau hari-hari tertentu misalnya pada hari raya. Waktu yang paling tinggi mendapatkan kunjungan wisatawan biasanya pada saat lebaran sehingga tidak jarang antrean kendaraan dari berbagai pintu masuk kintamani menggular hingga sejauh 3 kilometer menyebabkan kekurangan tempat parkir diseputaran parkir toya devasya hingga memanfaatkan lokasi parkir milik banjar di sekitar toya devasya (Sutiawati, 2019). Selain didominasi oleh pengunjung yang ingin menikmati waktu luang, toya devasya tidak lepas dari kunjungan wisatawan yang menikmati

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 8 No 2, 2020

suasana toya devasya dan menghabiskan waktu berhari-hari di daya tarik wisata tersebut. hal yang menjadi pembeda antara pengunjung dan wisatawan yakni, Pengunjung adalah setiap orang yang berkunjung ke suatu daya tarik dengan tujuan menikmati waktu luang/ leisure time tidak lebih dari 24 jam sedangkan wisatawan adalah orang yang berkunjung ke suatu tempat dengan tujuan berwisata dan dalam waktu lebih dari 24 jam.

Individu dalam bermasyarakat akan saling membutuhkan dan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Interaksi yang terjadi antara host dan guest merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam kegiatan pariwisata, dikarenakan dalam berinteraksi wisatawan dan masyarakat tentu akan saling melakukan kontak demi keberlangsungan kegiatan pariwisata seperti melakukan kontak dalam membeli paket wisata dan/atau pemakaian kamar hotel serta dalam penjual souvenir (Oktaviyanti, 2013). Interaksi menjadi suatu faktor yang mendukung lancarnya pariwisata seperti percakapan wisatawan dengan masyarakat mengenai lokasi suatu daya tarik. Fasilitas pariwisata pada umumnya hanya difokuskan pada titik tertentu saja sehingga wisatawan berhubungan intensif pada sebagian anggota masyarakat sedangkan masyarakat yang berada jauh dari lokasi pariwisata berhubungan kurang intensif. Masyarakat lokal terlihat masih menerima dengan baik kedatangan pengunjung untuk berkunjung ke toya devasya hal tersebut dapat terlihat dari interaksi yang terjadi, masyarakat masih mau membantu apabila terdapat wisatawan yang kebingungan mencari lokasi daya tarik wisata toya devasya.

Aktivitas pariwisata adalah kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan selama berlibur dalam suatu destinasi aktivitas yang dilakukan wisatwan dapat berupa aktivitas yang digemari seperti shopping, spa/relaxation, cooking class, sight seeing, dancing class, dan attending culture event (Nurjaya, 2013)

Berendam dan berenang menjadi aktivitas yang wajib dilakukan pada saat mengunjungi permandian air panas toya devasya, khasiat yang di dapatkan saat berendam permandian toya devasya yakni tubuh dapat bugar kembali serta dapat menghilangkan berbagai permasalahan kulit seperti gatal-gatal dan sebagainya.

Aktivitas lain yang ditawarkan kepada wisatawan yang berlibur di daya Tarik wisata toya devasya adalah menikmati keindahan alam gunung batur, corporate/family gathering, Camping,,Team building , BBQ dinner dan restaurant Beberapa jenis olahraga air yang dapat dinikmati wisatawan selama berada di toya

devasya meliputi banana boat, jetsky, flying board, kano tradisional dan lainnya.

Toya devasya menyediakan berbagai aktivitas pariwisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan yang tengah menikamti liburan di permandian ini. Dengan adanya berbagai aktivitas tersebut maka kemungkinan besar wisatawan akan menetap lebih lama untuk menikmatinya, menetapnya wisatawan lebih lama maka uang yang dibelanjakan oleh wisatwan semakin meningkat sehingga menambah keuntungan bagi toya devasya.

Perkembangan pariwisata di suatu daerah tentu akan menimbulkan dampak, dampak tersebut dapat berupa dampak positif dan/atau dampak negatif bagi masyarakat lokal seperti peningkatan dalam bidang ekonomi, peralihan mata pencaharian masyarakat, berdampak pada pendidikan masyarakat dan lainnya. Berikut dampak yang ditimbulkan dalam perkembangan pariwisata toya devasya terhadap kondisi ekonomi masyarakat:

a Dampak kegiatan pariwisata toya devasya terhadap pendapatan masyarakat lokal.

Pariwisata toya devasya merupakan daya tarik wisata yang dikelola oleh pihak swasta. Kegiatan pariwisata di toya devasya telihat belum sepenuhnya memberdayakan masyarakat lokal sehingga dampak dari adanya kegiatan pariwisata toya devasya terhadap pendapatan masyarakat lokal tidak berpengaruh secara signifikan.

  • b.    Dampak terhadap kesempatan kerja

Kegiatan Pariwisata toya devasya tidak sepenuhnya dapat membuka kesempatan kerja terhadap masyarakat lokal, hanya masyarakat yang memiliki kemampuan dibidang pariwisata yang diberi kesempatan untuk bekerja. Sebagian besar masyarakat lokal bermata pencaharian dari sektor pertanian, beberapa bergerak disektor agribisnisdan beberapa memilih bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

  • c.    Dampak terhadap Harga

Dampak yang ditimbulkan dalam kegiatan pariwisata terhadap harga makanan pokok tampaknya belum terasa, harga pangan di sekitaran toya devasya terbilang masih normal. Kesuburan tanah yang dimiliki kintamani membuat daerah ini memiliki hasil pertanian yang dikenal antara lain jeruk, tomat, kol dan bawang merah.

  • d.    Dampak kegiatan pariwisata toya devasya terhadap distribusi manfaat bagi desa adat dan masyarakat lokal.

Distribusi manfaat/ keuntungan merupakan pembagian hasil antar pelaku pariwisata termasuk masyarakat pembagian hasil antara

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 8 No 2, 2020

investor atau pemilik usaha dan jasa pariwisata kepada masyarakat lokal dan terhadap daerah yang bersangkutan (Shantika dan mahagangga, 2018), Distribusi keuntungan menekankan pada bagaimana pariwisata sendiri memberikan keuntungan terhadap pengembangan pariwisata daerah selain itu pariwisata di suatu destinasi pariwisata harus memberikan keuntungan bagi seluruh stakeholder. Namun, perkembangan pariwisata toya devasya yang kurang melibatkan masyarakat    hanya menguntungkan pihak

tertentu saja. Desa adat nampaknya belum menentukan kebijakan terkait distribusi manfaat dan keuntungan terhadap pengelola toya devasya, hanya masyarakat yang bekerja dalam sektor pariwisata yang mendapatkan keuntungan dari adanya kegiatan pariwisata toya devasya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani.  2007.Sosiologi Skematika, Teori dan

Terapan. Jakarta:Bumi Aksara.

Abdulsyani.2006, Masyarakat Dinamika Kelompok dan    Implikasi    Kebudayaan    Dalam

Pembangunan. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Afrizal. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:Pt Raja Grafindo Persada

Anom, I Putu. Mahagangga, I Gusti Agung Oka. Suryawan, Ida Bagus. Kristianto, Yohanes. Nuruddin. 2020. Emerging Transdisciplinary Theory on Tourism Research: A Case from Bali. Vol. 11, Issue 1. UK: International Journal of Innovation, Creativity and Change

Anom, I Putu. Mahagangga, I Gusti Agung Oka. Suryawan, Ida Bagus. Koesbardiati, Toetik. 2020.     Spektrum     Ilmu     Pariwisata,

Pengembangan Mitos sebagai Modal Budaya dalam Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Prenadamedia Group (Divisi Kencana).

Anom, I Putu. Mahagangga, I Gusti Agung Oka. Suryawan, Ida Bagus. Saptono, Nugroho. 2016. Problematika Pariwisata Bali: Membangun Paradigma  Pariwisata Bali  Masa  Depan.

Laporan penelitian Hibah Unggulan Udayana yang tidak  dipublikasikan.  Bukit:  LPPM

Universitas Udayana

Antariksa Basuki. 2016. “Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan”.Malang:Intrans Publishing

Faizun, Moh. 2009. Dampak Perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini Masyarakat Setempat di Kabupaten Jepara. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Hariyana, I.Kadek, and I. Gusti Agung Oka Mahagangga. “Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawwasan Goa Peteng Sebagai Daya Tarik Wisata Di Desa Jimbaran Kuta Selatan Kabupaten Badung.”Jurnal Destinasi

Pariwisata 3.1 (2015):24-34

  • IV. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, aktivitas yang dapat dinikmati wisatawan selama berlibur ke daya Tarik wisata toya devasya yakni menikmati keindahan alam gunung batur, pertemuan keluarga, camping, BBQ dinner, jetsky, banana boat, flying board serta naik kano tradisional. Pengembangan pariwisata toya devasya ke depan harus meningkatkan peran serta masyarakat lokal dalam upaya mewujudkan pariwisata berkelanjutan (keseimbangan aspek ekonomi, aspek lingkungan dan aspek sosial).

Hutauruk, A. F. (2018).Digital Citizenship:Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Sejarah di Era Global.Historis:Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 2(2),1-6

Mathieson, A., & Wall, G. (1982). Tourism, economic, physical and social impacts. Longman.

Medlik, S (1991) Managing Tourism, Oxford : Butterworth-Heinemann.

Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Mulyani, Yaya , Abu Huraerah, and Rudi Martiawan. “KEBIJAKAN  PENGEMBANGAN DESTINASI

PARWISATA CIANJUR JAWA BARAT” JISPO: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 9.490-511.

Nazir, Muhammad.2003, Metode Penelitian.

Jakarta:Ghalia Indonesia

Nurjaya, I. Wayan. "Daya tarik dan Aktivitas pariwisata yang Digemari Wisatawan mancanegara di kelurahan Ubud." Soshum: Jurnal Sosial dan Humaniora 3.2 (2017): 175.

Oktaviyanti, Srisafitri: “Dampak Sosial Budaya interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal di kawasan  Sosrowijayan.”Jurnal  Nasional

Pariwisata 5.3(2013):201-208

Panjaitan, J,& Ariwangsa, I.M.B Respon Masyarakat Lokal Terhadap Aktivitas Hiburan Malam di Legian , Kuta. JURNAL DESTINASI PARIWISATA, 6 (1). 199-203.

Pike, E. V., & Cowan, J. H. (1967). Huajuapan Mixtec phonologyandmorphophonemics. Anthropologi cal Linguistics, 1-15.

Pitana, I Gede dan Putu Gede Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta.Andi

Republik Indonesia.2009.Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan .Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Jakarta

Shantika, B., & Mahagangga, I. G. A. O. Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Pulau Nusa

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 8 No 2, 2020

Lembongan. JURNAL             DESTINASI

PARIWISATA, 6(1), 177-183.

Sidarta,   I Wayan Tagel. 2002. Dampak

Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial dan Ekonomi Masyarakat (Studi Kasus Kawasan Pariwisata Sanur, Denpasar-Bali). Thesis, Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponogoro

Soekanto, Soerjono. 2006. Mac Iver Datn Page.Konsep-Konsep      Dasar      Dalam

Sosiologi.Systemic Linkage. Jakarta: Rajawali

Suashapa, A. H.  (2016).  Implementasi  Konsep

Pariwisata   Berbasis Masyarakat dalam

Pengelolaan Pantai Kedonganan. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA)

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:Alfabeta

SULISTYANI, Endang. Membangun Loyalitas Wisatawan Melalui Peningkatan Kualitas Obyek Wisata, Promosi    dan Kepuasan

Wisatawan     di     Kawasan     Wisata

Tawangmangu.22..Karanganyar....Journal....Publ ish.www,polines.ac.id/ragam/indexfiles/jurnlar agam/paper7.com.Diakses tanggal,2010,20.

Suwena I Kt, Widyatmaja I Gst Ngr. 2017.” Ilmu Pengetahuan       Dasar       Pariwisata”.

Denpasar:Pustaka Larasan.

Taneko, Soleman B.1994.Sistem Sosial Indonesia. Jakarta:Fajar Agung

Wiramatika, I. G. Mahadewi, N. P. E. & N. G. A. S. MOTIVASI BERKUNJUNG DAN PERSEPSI WISATAWAN NUSANTARA TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI TOYA DEVASYA DESA BATUR KINTAMANI. Jurnal IPTA, 6(1), 42-54.

Zed, M.  (2004).Metode  Penelitian Kepustakaan.

Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

393