Jurnal Destinasi Pariwisata                                      p-ISSN:2338-8811,e-ISSN:2548-8937

Vol. 6 No 2, 2018

Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Dalam Pengemasan Paket Wisata Pedesaan Di

Desa Pelaga Kecamatan Petang Kabupaten Badung

Desak Gede Sri Intan Wahyuni a, 1, I Putu Anom a, 2

1[email protected], 2[email protected]

a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

ABSTRACT

In Indonesia there are various kinds of tourism activities where one of them from the alternative tourism is rural tourism. When the rural tourism began to be developed then the community must also participate to play an active role in the development of rural tourism. Therefore, the empowerment of local people in this rural tourism activity is very important.

The focus of this research is to know the form of community empowerment, the process of community empowerment, the components of the package of rural tour packages, the forms of tour packages offered, and the distribution channel. This research method using qualitative descriptive method. The process of collecting data is done by observation, interview and literature study. The data are then grouped, described, analyzed, then summarized.

The findings of research results from community empowerment in packing of rural tourism package include: 1) The form of empowerment of community groups in Pelaga Village is the Sadar Wisata Group, 2) The empowerment of community groups in packing of rural tour packages includes components of rural tour package, Tour packages offered, and distribution channels.

From this research, it can be concluded that the empowerment of community groups in packing rural tourism packages related to the many potentials that have the need for socialization and counseling to Pelaga Village community groups to be directly involved in tourism activities. Sustainability of empowerment activities can be developed and improved again because the better the empowerment activities are held to eat the better the benefits obtained by the community.

Keywords: Empowerment, Packaging, Tour packages

  • I.    PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan pariwisata di Indonesia ini menyebabkan terbentuknya suatu kegiatan pariwisata massal (mass tourism) dan pariwisata alternatif (alternative tourism), yang dimana kedua jenis pariwisata ini dapat menjadi tolak ukur kegiatan kepariwisataan berlangsung. Kabupaten Badung ini jika dilihat sampai sekarang tetap menjadikan kegiatan pariwisata tersebut sebagai penyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang bersumber dari PHR (Pajak Hotel dan Restoran). Namun demikian, pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Badung masih terlihat kekurangan -kekurangan yang sangat perlu untuk memperoleh perhatian yang serius, seperti perkembangan pariwisata yang tidak menyeluruh serta pengelolaan kegiatan pariwisata yang masih kurang tertuju kepada pemberdayaan masyarakat. Kegiatan kepariwisataan ini jika dilihat lebih banyak berfokus di daerah Badung Selatan yaitu kawasan Kuta dan kawasan Nusa Dua akan tetapi, keunikan daya tarik wisata yang lainnya

belum digarap secara optimal. Desa Pelaga adalah salah satu desa yang letaknya berada di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung bagian utara.

Desa Pelaga sebagai salah satu tujuan wisata yang diunggulkan sudah mampu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desanya maupun dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dilihat dari peningkatan jumlah kunjungan wisatawan sehingga perlunya suatu pengelolaan yang dikelola secara lebih profesional. Wisatawan yang berkunjung hanya dapat melihat keunikan pertanian serta pola hidup masyarakat Desa Pelaga. Namun jika dilihat lebih mendalam desa ini banyak memiliki potensi yang dapat dikemas menjadi paket wisata pedesaan dengan pemberdayaan masyarakat.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

  • 2.1    Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat yaitu suatu proses yang umum dan suatu proses yang aktif untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan yang diberikan oleh seorang motivator maupun seorang fasilitator kepada

Vol. 6 No 2, 2018

suatu kelompok masyarakat yang akan diberdayakan (Sumodiningrat & Wulandari, 2015 : 20). Menurut Mardikanto dan Soebianto (2015, 127) mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan perpaduan hubungan yang sangat erat dengan faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar). Berikut merupakan tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat yaitu : penetapan dan pengenalan kawasan kerja, sosialisasi kegiatan, penyadaran, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan, advokasi kebijakan, dan politisasi.

  • 2.2    Konsep Pengemasan

Pengemasan yaitu suatu aktivitas untuk merancang serta memproduksi barang atau pembungkus yang akan dijadikan suatu produk yang memiliki nilai jual yang lebih berkesan. Pada umumnya jika dilihat lebih dalam bahwa fungsi utama dari suatu kemasan adalah untuk melindungi produk dari para pesaing yang menjual produk yang sama. Tetapi, sekarang suatu kemasan tersebut menjadi salah satu faktor yang sangat penting sebagai alat untuk pemasaran (Rangkuti, 2010 : 132). Kemasan yang dibuat dengan bagus dan unik dapat membangun merk, citra serta mendorong dan meningkatkan penjualan produk agar lebih menarik dan unik. Kemasan merupakan bagian yang pertama dari produk yang dilihat konsumen dan berpeluang menarik konsumen untuk membelinya. Pengemasan produk biasanya dibuat oleh produsen untuk mampu bersaing dengan yang lainnya sehingga menarik minat pembelian konsumen terhadap pembelian barang yang diinginkan. Penjual mengusahakan memberikan kesan yang menarik dalam suatu kemasannya serta menambahkan suatu model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lainnya yang memproduksi produk sejenis di pasar.

Seperti yang telah diketahui banyak perusahaan besar yang memperhatikan kemasan suatu produk karena dianggap bahwa fungsi suatu kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, melainkan lebih luas dari pada fungsi tersebut. Pengemasan memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi protektif dan fungsi promosional.

  • 2.3    Konsep Paket Wisata

Paket wisata merupakan rencana atau suatu perjalanan yang berkaitan dengan wisata yang disusun tetap, dengan harga yang sudah

termasuk biaya untuk transport, akomodasi, darmawisata, atraksi – atraksi wisata yang sudah tersedia di dalam kegiatan tersebut (Darmajati, 2001 : 93).

Komponen wisata dalam penyusunan paket wisata yaitu: fasilitas yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan wisata, dimana kegiatan wisata tersebut terjadi disebabkan adanya suatu keterkaitan diantara berbagai fasilitas. Berikut merupakan komponen – komponen kegiatan wisata terdiri dari : transportasi dan akomodasi, sarana makan dan minum, daya tarik wisata, hiburan, toko cenderamata dan pramuwisata (guide dan tour manager).

  • 2.4    Konsep Desa Wisata

Desa Wisata merupakan keseluruhan area desa yang mempunyai potensi atau keunikan dan atraksi wisata yang mampu digunakan untuk pengembangan kegiatan pariwisata serta yang dikelola oleh masyarakat local di desa tersebut secara berkelanjutan. Desa wisata yang berada dalam destinasi pariwisata merupakan tempat tinggal masyarakat lokal dalam melakukan berbagai aktivitas untuk keberlangsungan hidupnya. Sehingga masyarakat lokal merupakan bagian yang terkait sangat erat dengan pengembangan produk desa wisata. Dengan demikian wajib hukumnya untuk selalu mempertimbangkan dan mengikutsertakan masyarakat local di dalam pengembangan produk desa wisata. Karena potensi untuk pengembangan produk desa wisata baik produk tangible maupun intangible melekat pada kehidupan keseharian masyarakat lokal itu sendiri. Disebutkan juga desa wisata bukanlah desa yang diciptakan untuk wisatawan akan tetapi desa yang menyajikan kebudayaannya yang unik dan menarik, sehingga menarik juga bagi wisatawan (Darma Putra Dan Pitana, 2010).

  • 2.5    Konsep Wisata Pedesaan dan Wisata Perdesaan

Wisata Pedesaan merupakan suatu area pedesaan yang menyuguhkan secara keseluruhan keadaan yang menampakan suatu keaslian dari pedesaan tersebut baik itu terlihat dari kehidupan sosial, ekonomi, budaya, adat istiadat, bentuk arsitektur bangunannya serta struktur ruang desa yang sangat khas maupun suatu kegiatan perekonomian yang menarik serta memiliki potensi yang akan dikembangkan berbagai komponen kegiatan kepariwisataan (atraksi wisata, sarana

Vol. 6 No 2, 2018

akomodasi dan lain – lain) (Depbudpar, 2000 dalam Suryawan, dkk 2016). Dalam wisata perdesaan wisatawan akan diajak berwisata dari satu desa ke desa yang lainnya dalam satu paket wisata, tidak penting apakah desa – desa yang dilalui merupakan desa wisata atau bukan.

  • 2.6    Konsep Potensi Wisata

Potensi wisata merupakan keunikan serta IV keunggulan di dalam wilayah serta dapat digunakan sebagai sarana pembangunan jangka panjang, seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan hasil karya manusia (Sujali dalam Amdani, 2008). Potensi wisata dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

  • 1.    Potensi wisata alam

  • 2.    Potensi wisata budaya

  • 3.    Potensi wisata buatan

  • III.    METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah problematika pemberdayaan masyarakat yang memiliki permasalahan– permasalahan terkait dengan kepariwisataan di Desa Pelaga. Pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengemasan paket wisata pedesaan di Desa Pelaga, dimaksud dalam penelitian ini adalah :

  • 1.    Proses pemberdayaan masyarakat

  • 2.    Komponen – komponen pemberdayaan masyarakat

  • 3.    Bentuk – bentuk paket wisata yang ditawarkan

  • 4.    Saluran distribusi

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang dipergunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama yaitu potensi desa, bentuk pemberdayaan kelompok masyarakat di Desa Pelaga, pemberdayaan kelompok masyarakat dalam pengemasan paket wisata. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari lembaga yang berwenang yaitu data jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Badung yang diperoleh dari Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, profil Desa Pelaga, data demografis, serta pendapatan Desa Pelaga yang diperoleh dari arsip Desa. Metode Pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi, wawancara tak terstruktur serta dokumentasi. Teknik penentuan informan yang

digunakan yaitu purposive sampling. Teknik analisis data yang dipergunakan yaitu teknik deskriptif kualitatif yang tahapannya mulai dari pengumpulan data, reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan (conclusion drawing).

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 4.1    Pembiayaan Desa Pelaga

Berikut merupakan jenis – jenis dari pembiayaan Desa Pelaga Tahun 2015-2016 yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Pembiayaan Desa Pelaga

Jenis Pembiayaan

Nominal (Rp)

Presentase

Bidang Pemberdayaan Masyarakat

1.083.516.000,00

6,69

Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa

5.902.102.331,04

36,43

Bidang Pembinaan

5.262.781.369,33

32,48

Bidang Penyelenggara Pemerintah Desa

3.872.120.330,00

23,90

Bidang Belanja Tak Terduga

81.426.545,00

0,50

Total Belanja

16.201.946.575,37

100

Sumber : Profil Desa Pelaga, 2017

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan desa sangat diutamakan untuk pembangunan Desa Pelaga namun pembiayaan Desa Pelaga masih sangat kurang untuk di bidang pemberdayaan masyarakat. Maka dari itu perlu suatu langkah nyata untuk memberdayakan masyarakat yang akan dibahas pada rumusan masalah di penelitian ini.

  • 4.2    Problematika Pemberdayaan Masyarakat Desa Pelaga

Tepatnya pada tahun 2014 Desa Pelaga ini membentuk lembaga kelompok sadar wisata (POKDARWIS). Mengingat lembaga ini baru terbentuk 3 tahun yang lalu dan tergolong masih baru maka dari itu perlunya pembenahan kedepannya untuk mengembangkan Desa Pelaga sebagai desa wisata yang berbasiskan masyarakat. Jadi disini kelompok masyarakat yang akan diberdayakan yaitu kelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis) sebagai lembaga desa yang secara sengaja dibentuk untuk kepentingan aktivitas wisata

Vol. 6 No 2, 2018

yang berlangsung di Desa Pelaga. Kelompok masyarakat yang sebagai lembaga pengelola wisata yang masih baru dengan jumlah anggota sebanyak 40 orang dirasa belum mampu berjalan secara maksimal dikarenakan masih menghadapi permasalahan – permasalahan yang segera harus diatasi.

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) masih rendah di bidang sumber daya masyarakatnya khususnya terkait dalam mengkemas potensi yang dimiliki desa untuk dijadikan kemasan paket wisata pedesaan, serta permasalahan terkait saluran distribusi dan pemasaran produk yang belum terintegrasi karena belum memiliki kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata yang ada di Bali khususnya serta yang akan dipromosikan dan memasarkan produk dari hasil kemasan tersebut secara langsung kepada wisatawan maupun agen – agen wisata yang lainnya.

Berikut permasalahan yang dihadapi oleh POKDARWIS ini yaitu :

  • 1.    Belum bisa mengkemas paket wisata yang menarik

Seperti yang terlihat bahwa POKDARWIS Desa Pelaga belum bisa mengkemas suatu paket wisata dengan menarik, banyak potensi yang dimiliki Desa Pelaga ini tetapi masyarakat lokal mengabaikan begitu saja. Potensi – potensi tersebut baik potensi alam, budaya dan buatan hendaknya dikemas dan dijadikan suatu paket wisata yang mampu untuk dipasarkan sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Desa Pelaga.

  • 2.    Belum mampu mempresentasikan bahan olahan hasil dari pertanian

Desa Pelaga terkenal akan kayanya hasil pertanian yang dimilikinya seperti pertanian asparagus, kopi robusta dan kopi arabika, jambu kristal, kebun jeruk dan masih banyak lagi. Dari hasil pertanian ini akan bermanfaat jika kemudian disuguhkan kepada wisatawan yang berkunjung.

  • 3.    Belum mampu menjadi pemandu lokal (guide local)

Seperti yang terlihat bahwa masyarakat lokal belum mampu menjadi pemandu bagi wisatawan yang berkunjung. Berbagai faktor yang menyebabkan masyarakat lokal Desa Pelaga belum bisa memandu wisatawan seperti penguasaan bahasa

asing yang kurang. Maka dari itu perlunya latihan – latihan untuk menjadi pemandu lokal yang profesional untuk memandu aktivitas wisata pedesaan tersebut.

  • 4.    Belum bisa mengidentifikasi jenis dan manfaat dari potensi desa

Desa Pelaga banyak memiliki potensi tetapi, masyarakat belum mampu mengidentifikasi jenis dan manfaat dari potensi desanya. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke Desa Pelaga kurang mendapatkan informasi terkait potensi desa yang dimilikinya.

  • 5.    Belum adanya kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata

Desa Pelaga belum mempunyai ikatan kemitraan dengan tour and travel agent yang ada di Bali pada khususnya, untuk mempromosikan serta menjual paket wisata desa yang dimilikinya.

  • 6.    Penguasaan bahasa asing masih rendah

Masyarakat lokal belum memahami tentang penguasaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris tergolong masih sangat rendah. Maka dari itu masyarakat harusnya diberikan pelatihan – pelatihan berbahasa asing dalam aktivitas memandu wisatawan.

  • 4.3.    Pemberdayaan Kelompok Masyarakat dalam Pengemasan Paket Wisata Pedesaan

Desa wisata Pelaga mempunyai kekayaan alam dan budaya, namun seringkali tidak disertai interpretasi yang dapat dijelaskan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Agar mampu menarik lebih banyak lagi wisatawan yang dating berkunjung tentunya harus mengemas potensi – potensi tersebut ke dalam bentuk paket wisata. Pengemasan paket wisata yang ada di Desa Pelaga tentu sangat besar kontribusinya bagi daerah wisata tersebut, antara lain:

  • a.    Adanya paket wisata, akan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk berwisata ke Desa Wisata Pelaga.

  • b.    Adanya paket wisata, produk wisata dapat lebih bermacam – macam variasi serta dapat lebih menarik wisatawan untuk datang berkunjung ke Desa Pelaga.

  • c.    Adanya paket wisata, wisatawan akan lebih lama tinggal serta dapat membeli berbagai

Vol. 6 No 2, 2018

produk yang ditawarkan dari desa tersebut.

  • d.    Adanya paket wisata, wisatawan akan mampu terlibat langsung di dalam berbagai aktifitas yang ditawarkan. Hal inilah yang merupakan pengalaman (experience) bagi wisatawan untuk dijadikan kenangan serta akan mampu menceritakan pengalaman tersebut kepada orang lain.

  • e.    Adanya paket wisata, wisatawan mendapatkan informasi yang benar dan wawasan wisata yang benar dan akurat.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pengelola belum bisa mengkemas aktivitas paket wisata pedesaan yang terkait dengan kelebihan potensi wisata yang dipunyai Desa Pelaga itu sendiri, maka dari itu perlunya langkah - langkah nyata serta pendampingan untuk pengkemasan paket wisata pedesaan. Paket wisata yang telah dirancang, kemudian diwujudkan dalam bentuk brosur serta dicantumkan harga paket yang dikemas secara menarik agar mampu memikat hati para wisatawan untuk membeli paket wisata tersebut.

Dengan hal ini paket wisata tersebut juga diperlukan adanya olahan kuliner khas Desa Pelaga tersebut untuk disuguhkan kepada wisatawan yang terlibat langsung di dalam pembuatan olahan kuliner tersebut. Sehingga something to see (sesuatu yang dapat dilihat wisatawan), something to do (sesuatu yang dapat dilakukan), something to buy (sesuatu yang dapat dibeli oleh wisatawan), dan something to learn (sesuatu yang dapat dipelajari oleh wisatawan) dalam daerah tujuan wisata dapat tercapai. Seperti yang dinyatakan oleh Sukayasa selaku Ketua Kelompok Sadar Wisata yang mengelola Desa Wisata Pelaga bahwa:

“Pariwisata akan lengkap apabila jika: tersedia sesuatu yang dapat dilihat (something to see), ada sesuatu yang menarik (something to interest), dan ada sesuatu yang akan dibeli (something to buy). Ketiga hal ini harus tetap dipegang dalam penyelenggaraan kepariwisataan. Yang dimana masyarakat lokal akan turut terlibat aktif baik secara tidak langsung maupun secara langsung”.

Wawancara, 7 April 2017

Adapun proses pemberdayaan masyarakat di Desa Pelaga yaitu terdiri dari 7 tahapan yang akan dijabarkan sebagai berikut : Penyuluhan serta sosialisasi mengenai konsep desa wisata kepada kelompok sadar wisata (POKDARWIS), pengidentifikasian daya tarik wisata yang ada di Desa Pelaga baik secara tangible maupun intangible, pelatihan menyusun acara wisata village trekking tour dan kemasan paket wisata bersepeda (Pelaga rural cycling tour), pelatihan menyusun biaya dan harga, mendesain dan mencetak paket wisata pedesaan, mengadakan kerjasama melalui kontrak perjanjian secara tertulis (MOU) dengan Biro Perjalanan wisata yang nantinya akan membantu memasarkan paket wisata pedesaan yang telah dikemas dan monitoring dan evaluasi dan kerjasama dengan BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) Kabupaten Badung untuk mempromosikan Desa Wisata Pelaga. Hasil kemasan produk paket wisata pedesaan yang dibuat oleh Kelompok Sadar Wisata yang berupa kemasan paket wisata pedesaan paket wisata trekking (Pelaga village trekking tour) dan paket wisata bersepeda (Pelaga Rural Cycling Tour) dipasarkan melalui Biro Perjalanan Wisata ataupun melalui agen perjalanan yang ada di Bali khususnya yang secara berkesinambungan dengan memberikan komisi berupa contract rate. Selain itu paket wisata pedesaan ini akan dipasarkan secara langsung kepada wisatawan yang datang langsung (walk in guest) ke Desa Pelaga untuk membeli paket wisata pedesaan yang ditawarkan oleh kelompok pengelola wisata di Desa Pelaga. Adapun paket wisata pedesaan yang ditawarkan yaitu :

  • 1.    Paket Wisata Pencarian Jejak (Trekking Tour

Package)

Paket wisata ini mengambil branding Pelaga Village Trekking Tour yang dimana paket wisata trekking ini yang harus diikuti adalah melewati jalur perkebunan di mana ada banyak jenis tanaman dan tanaman yang bisa kita temui. Secara rinci, dalam aktivitas kegiatan trekking ini wisatawan akan mempelajari serta ikut berperan di dalam proses pengolahan kopi. Guide ini akan memandu wisatawan di dalam setiap tahapannya. Pertama yaitu dari bagaimana caranya menanam serta memelihara benih kopi, selanjutnya yaitu cara memetik kopi, pengeringan dan menggiling untuk olahan

Vol. 6 No 2, 2018

kopi yang kering. Berkeliling di wilayah banjar dengan dipandu oleh guide/pemandu lokal.

Selanjutnya trekking ini akan melewati kebun dan hutan. Perjalanan tersebut akan menyusuri pegunungan dan berjalan menuju sungai yang airnya masih hening. Guide lokal akan menceritakan segala jenis varian tanaman yang terdapat di hutan serta cara untuk melestarikannya. Sebelum memulai pemberangkatan dalam aktivitas trekking ini setiap orang harus membawa perbekalan seperti sebotol air untuk minum, dan tongkat yang akan digunakan di dalam perjalanan trekking dikarenakan jalur yang akan dilewati tersebut sangat terjal dan tentunya licin.

Wisatawan juga dapat menemukan jenis burung yang beterbangan di langit ketika pagi hari yang masih sangat sejuk. Jika wisatawan beruntung wisatawan dapat melihat burung titiran, burung ini berperan di dalam keberadaan masyarakat banjar Kiadan. Selain itu juga wisatawan dapat belajar dan menikmati masakan nasi dari padi lokal Desa Pelaga. Wisatawan juga akan dapat menikmati nikmatnya kopi Kiadan yang masih asli dan organic serta akan disuguhkan jajanan khas banjar Kiadan.

  • 2.    Paket Wisata Bersepeda (Cycling Tour

Package)

Paket wisata bersepeda ini mengambil branding Pelaga Rural Cycling Tour memiliki rute dari Jembatan Tukad Bangkung menuju Pura Pucak Mangu selanjutnya melewati Bagus Agro Pelaga. Bagus Agro Pelaga terdapat berbagai fasilitas untuk wisatawan, yaitu rumah makan, wantilan, toko, tempat bermain, jalanan yang melingkar dan jalanan setapak. Untuk penunjang organic farming, akan dikembangkan peternakan babi, peternakan sapi dan peternakan ayam kampung dan juga kolam ikan air tawar. Selain itu juga di kawasan Bagus Agro terdapat berbagai bermacam -macam tanaman yang tentunya sangat bernilai tinggi yang dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu sayur-mayur, bunga potong dan buah-buahan.

Selanjutnya wisatawan akan diajak bersepeda mengelilingi wilayah Banjar Kiadan untuk melihat aktivitas trekking atau juga terlibat di dalam aktivitas trekking tersebut. Selanjutnya menuju ke Banjar Nungnung, di Banjar Nungnung itu sendiri terdapat potensi yaitu wisata air terjun Nungnung yang dimana

wisatawan akan diajak melihat keindahan air terjun Nungnung tersebut. Selanjutnya perjalanan akan dilanjutkan berkeliling Desa Pelaga untuk melihat keindahan persawahan dan perkebunan masyarakat lokal Desa Pelaga.

Saluran distribusi paket wisata pedesaan ini yaitu BPPD Badung dipasarkan melalui agen perjalanan wisata, melalui wisatawan/konsumen yang datang langsung ke Desa Pelaga, maupun melalui Biro Perjalanan Wisata (BPW). Di dalam Biro Perjalanan Wisata salah satunya yaitu PT. Bali Fantastico Tour and Travel Agent adalah salah satu Biro Perjalanan Wisata yang terdapat di Bali yang sangat aktif membuat paket pariwisata alternatif, seperti paket wisata pedesaan, adventure, agrowisata, dan ekowisata.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

  • 5.1    Kesimpulan

Problematika pemberdayaan masyarakat di Desa Pelaga yaitu terdapatnya berbagai permasalahan – permasalahan yang perlunya pembenahan kedepannya untuk mengembangkan Desa Pelaga sebagai desa wisata yang berbasiskan masyarakat. Banyak permasalahan yang dihadapi POKDARWIS ini sehingga perlunya penyelesaian permasalahan tersebut.

Desa wisata Pelaga memiliki kekayaan potensi alam dan budaya, namun seringkali tidak disertai interpretasi yang dapat dijelaskan kepada wisatawan yang datang. Pengemasan paket wisata yang ada di Desa Pelaga tentu sangat besar kontribusinya bagi daerah wisata tersebut. Proses pemberdayaan masyarakat yaitu : penyuluhan serta sosialisasi mengenai konsep desa wisata, pengidentifikasian daya tarik wisata, pelatihan menyusun acara wisata, pelatihan menyusun biaya dan harga, mendesain dan mencetak paket – paket wisata pedesaan, mengadakan kerjasama melalui kontrak perjanjian secara tertulis (MOU) dengan biro perjalanan wisata , dan monitoring dan evaluasi. Komponen – komponen pemberdayaan masyarakat yaitu : Something to see (rumah adat yang unik, kebun jeruk dan jambu kristal, keindahan Pura Penataran, air terjun nungnung, persawahan, dan keindahan alam yang masih alami), Something to do (aktifitas trekking, cycling dan aktivitas menari

Vol. 6 No 2, 2018

Bali), Something to learn (aktifitas pertanian serta budaya subak Desa Pelaga, Sistem kepemimpinan yang unik, serta filosophi upacara adat Desa Pelaga), Something to buy (Kuliner khas Desa Pelaga, Kopi Arabika dan Robusta, Kerajinan anyaman bambu). Bentuk – bentuk paket wisata yang ditawarkan yaitu : Paket Wisata Pencarian Jejak (Trekking Tour Package), dan Paket Wisata Bersepeda (Cycling Rural Package). Saluran Distribusi yaitu : melalui agen – agen perjalanan, biro perjalanan wisata dan wisatawan yang datang langsung ke Desa Pelaga.

  • 5.2    Saran

Masyarakat lokal sebaiknya turut aktif ikut berperan serta di dalam kegiatan paket wisata tersebut baik itu sebagai pemandu lokal , penjual kuliner khas Desa Pelaga, jasa sewa penginapan (akomodasi) dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arianta, I. K., Diarta, I. K. S., & Sarjana, I. (2016). Faktor-Faktor Yang Menghambat Partisipasi Petani Subak Abian Sari Boga Dalam Pengembangan Ekowisata Di Banjar Kiadan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang. E-Journal Agribisnis Dan Agrowisata (Journal Of Agribusiness And Agritourism), 4(1).

Arida, S. 2017. Kajian Penyusunan Kriteria – Kriteria Desa Wisata Sebagai Instrumen Dasar Pengembangan Desa Wisata. Jurnal Analisis Pariwisata. Vol. 17 No.

  • 1,    2017.

Arismayanti, N. K. (2015). Pelatihan Pengemasan Paket “Petasan”(Produk Wisata Pedesaan) Di Desa Wisata Penglipuran Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli Bali.Jurnal Ilmiah Pariwisata, 20(2), 89-104.

Cresswell, John W. 2014. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed: Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Darmajati, R.S. 2001. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Ikhtiari, Y. P. (2016). Kampung Wayang Sebagai Salah Satu Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Kepuhsari Kecamatan Manyaran Kabupaten Wonogiri. Jurnal Elektronik Mahasiswa Pend. Luar Sekolah-S1, 5(8), 285-299.

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta: Erlangga.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I.

Edisi ke 13. Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pratiwi, K. R. I., Pascarani, N. N. D., & Winaya, I. K. (2016). Evaluasi Pelaksanaan Program One Village One Product (OVOP) dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. CITIZEN CHARTER, 1(1).

Putra, Darma dan I Gde Pitana.2010. Pariwisata ProRakyat. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kualitatif dan R & B. Bandung: Alfabeta

Sulistyaningrum, A. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengolahan Kakaodi Wisata Edukasi Kampung Coklat Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.J+ Plus Unesa, 5(1).

Suryawan. I.B , Suryasih. I.A, & Anom, I Putu. (2016).

Perkembangan dan Pengembangan Desa Wisata. Bogor : Tim Herya Media.

216