Jurnal Destinasi Pariwisata

p-ISSN:2338-8811,e-ISSN:2548-8937

Vol. 6 No 2, 2018

Dampak Sosial Budaya Pro-Poor Tourism: Social Humanity Tour Di Jakarta (Studi Kasus Di Kampung Tongkol dan Kampung Luar Batang)

Dita Ayu Lestari a, 1, I Made Bayu Ariwangsa a, 2

1 [email protected], 2 [email protected]

a program studi s1 destinasi pariwisata, fakultas pariwisata,universitas udayana, jl. dr. r. goris, denpasar, bali 80232 indonesia

ABSTRACT

The background of this research begins when one travel agent in Jakarta provides a tour package based on Pro-Poor Tourism called Social Humanity Tour. In Social Humanity Tour tourists will be invited to see people’s lives, interact and conduct social activities in the slum area in Jakarta. Kampung Tongkol and Kampung Luar Batang are the most visited destinations for tourists. The purpose of this research is to know the socio-cultural impact of Pro-Por Tourism in Kampung Tongkol and Kampung Luar Batang based on the Social Humanity Tour.

Data collection in this research is done through observation,interview, and documentation. The method used in this research is qualitative method and the collected data is analyzed using the descriptive qualitative method. The result obtained in this research regarding the changes in the form of community in Kampung Tongkol and Kampung Luar Batang is that there is a positive change. From 9 aspects of socio-cultural impacts used in the research, there are only 2 aspect that have changed in both villages. Communities become open-minded towards the tourism, the community becomes braver while interacting with tourists, and the community,especially the children, receives many benefits both in the material and non-material form. In addition tourists often educate the children there.

Some suggestions that must be considered in this research is, that the communities should not be oriented with material assistance from tourists because it can threaten the sustainability of the tourism in both villages. Keyword : Alternative Tourism, Pro-Poor Tourism, Social Humanity Tour

  • I.    PENDAHULUAN

Di dunia internasional, pariwisata dikenal sebagai salah satu penghasil visa terbesar, maka dari itu UNWTO memiliki tujuan mengentaskan kemiskinan dengan pariwisata. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya Suistanable Tourism as an effective tool for eleminating poverty (ST-EP). Komitmen mengembangkan pariwisata terus berlanjut. hal ini bisa dilihat dari semakin berkembangnya banyak kegiatan pariwisata alternatif. Salah satu kegiatan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat miskin adalah Pro-Poor Tourim. Ide Pro-Poor Tourism mulai mucul pada tahun 1990 an oleh agen pembangunan internasional atau Department for international Development (DFID) yang berkedudukan di Inggris. Pro-Poor Tourism mulai dikembangkan di Indonesia pada tahun 2009 dimana ada salah satu tour dan travel yang menyediakan kegiatan tour berbasis masyarakat miskin. Tour dan travel yang dimaksud adalah Jakarta Hidden Tour yang didirikan oleh Ronny Poluan. Jakarta Hidden Tour berlokasi di Ibu Kota Negara Indonesia yaitu Jakarta yang merupakan salah satu destinasi terkenal di Indonesia yang banyak mendatangkan wisatawan.

Pariwisata Jakarta memang mengalami peningkatan, namun Jakarta memerlukan kegiatan wisata alternatif baru untuk memberikan kepuasan kepada wisatawan. Ronny Poluan muncul dengan menawarkan kegiatan pariwisata terbaru di Jakarta yaitu Jakarta Hidden. Tour. Jakarta Hidden Tour muncul dengan mengaplikasikan konsep ProPoor Tourism ke Indonesia. Banyak tour yang ditawarkan Jakarta Hidden Tour, konsep tournya adalah wisata yang menjual daerah kumuh sebagai daya tariknya, dari kehidupan sosialnya maupun fisiknya. Salah satu tour yang memiliki unsur Pro-Poor Tourism adalah Social Humanity Tour. Social Humanity Tour tidak hanya menawarkan kegiatan wisata namun ada kegiatan sosial di dalamnya. Beberapa daerah kumuh yang sering dikunjungi oleh wisatawan yang mengikuti Social Humanity Tour ini adalah Kampung Tongkol dan Kampung Luar Batang. Peneliti mengambil studi kasus di Kampung Tongkol dan Kampung Luar Batang untuk mengetahui dampak sosial budaya yang muncul dengan adanya Social Humanity Tour di kedua kampung tersebut.

Berdasaran latar belakang di atas maka rumusan masalah yang didapat adalah apa dampak sosial budaya bagi masyarakat lokal dengan adanya Social Humanity Tour dan

Vol. 6 No 2, 2018

tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui dampak sosial budaya yang muncul dengan adanya Social Humanity Tour di tempat yang ada di dalam tour tersebut.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

    • 2.1    Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya

Telaah hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud adalah kajian terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini. Hasil Penelitian tersebut diuraikan secara singkat, selanjutnya penjelasan tersebut akan dijadikan rujukan guna melengkapi penelitian ini. Penelitian dari Mutiara Ramadani yang dilakukan pada tahun 2012 dengan judul ‘’Perencanaan Pariwisata    Pro-Masyarakat

Miskin di Kampung Baru, Jakarta Barat ‘’ penelitian ini lebih menyorot pada perencanaan pariwisata pro-masyarakat. Penelitian sebelumnya yang terkait Dampak sosial budaya adalah Penelitian dari Elena Spanou pada tahun 2006 yang berjudul “ The Impact of Tourism on the Sociocultural Structure of Cyprus “. Penelitian ini didasarkan pada evaluasi pengembangan pariwisata di Cyprus, Eropa, IV dan dampaknya terhadap struktur sosial budayanya di negara tersebut.

  • 2.2    Landasan Konsep dan Teori Analisis

Dalam artikel ini digunakan beberapa konsep yang digunakan untuk mengakaji diantaranya, konsep Pro-poor Tourism ( Chok , Macbeth , dan Warren 2007:144), konsep paket wisata (Suyitno 2001:67), konsep Masyarakat lokal (Koentjaraningrat,2009) dan Dampak sosial budaya (Fox,1997:19). Untuk teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data kualitatif (Sugiyono,2007:91)

  • III.    METODE

Penelitian ini dilakukan di Kampung Tongkol Dan Kampung Luar Batang yang berada di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kulaitatif (Sugiyono, 2010). yang akan terfokus pada dampak sosial budaya yang terjadi di Kampung Tongkol dan Kampung Luar Batang dengan adanya Social Humanity Tour. Dalam penelitian ini digunakan data primer (Kuncoro, 2003 : 127) yang didapatkan langsung oleh Peneliti berupa kondisi sosial budaya dengan adanya Social Humanity Tour di Kampung Tongkol Dan Kampung Luar Batang

meliputi aspek tingkah laku individu, hubungan keluarga, gaya hidup kolektif, tingkat keamanan, organisasi masyarakat, sistem nilai, perilaku moral, ekspresi kreatif dan upacara adat

Data yang ada dalam penelitian ini didapat melalui participant observation (Denzin, 1998 : 157-8 dalam Flick, 2002 : 139) , wawancara (Lincoln dan Guba, 1985 : 266) dengan kepala dusun Tokoh dalam Masyarakat lokal di setiap tempat, Pemilik Jakarta Hidden Tour dan pemandu wisata . Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis data kualitatif (Sugiyono,2007:91) dimana data yang telah terkumpul kemudian diverifikasi dari awal kemudian data mengenai perubahan-perubahan sosial budaya yang terjadi di Kampung Tongkol Dan Kampung Luar Batang dengan adanya Social Humanity Tour di sajikan dalam bentuk pemaparan analisis untuk kemudian ditarik kesimpulan tentang dampak sosial budaya yang terjadi di Kampung Tongkol Dan Kampung Luar Batang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 4.1    Dampak sosial budaya Kampung Tongkol

  • a.    Sistem Nilai

Dampak sosial budaya di Kampung tongkol mengenai sistem nilai tidak mengalami perubahan akibat adanya pariwisata. Masyarakat menyambut baik para wisatawan yang datang. Masyarakat yang awalnya tidak terbiasa dengan wisatawan, lambat laun mulai terbiasa dan bisa berkomunikasi dengan wisatawan, meskipun dengan bantuan Pak Ronny sebagai penerjemah. Masyarakat tetap dapat menikmati interaksi dengan wisatawan. Empat orang informan yang berasal dari masyarakat lokal Kampung Tongkol menjelaskan bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan pada masyarakat. Bagi masyarakat lokal wisatawan bukanlah prioritas yang harus selalu diperdulikan, namun masyarakat tidak menutup hati untuk tidak mengharapkan wisatawan akan banyak berkunjung ke tempat mereka. Hal ini dikarenakan hubungan antara wisatawan dengan masyrakat lokal tidak berkelanjutan dan tidak terjadi setiap hari . Berdasarkan pernyatan ini, dan disesuaikan dengan pengertian sistem nilai menurut Koentjaraningrat, 2013, Masyarakat tidak

Vol. 6 No 2, 2018

mengalami perubahan dalam sistem nilai, Hal ini bisa dibuktikan karena masyarakat belum sampai titik dimana masyarakat lokal di Kampung Lorong tidak berorientasi pada kedatangan wisatawan ataupun pada bantuan yang diberikan oleh wisatawan, untuk dijadikan pedoman atau arah dalam kehidupan masyarakat di Kampung Tongkol.

  • b.    Tingkah Laku Individu

Sebelum adanya wisatawan masyarakat Kampung Tongkol merasa minder apabila bertemu dengan orang asing. Namun, setelah adanya wisatawan yang masuk, masyarakat menjadi senang dan berani untuk berineraksi dengan wisatawan. Dampak tingkah laku individu dibuktikan dimana masyarakat lokal mulai berani untuk mendekat, bercengkrama dan menjadi terbiasa dengan adanya wisatawan, Selain itu masyarakat lokal terutama anak-anak kecil mulai memiliki keinginan untuk menyapa dan mengajak berkomunikasi wisatawan yang berkunjung.. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa masyrakat Kampung Lorong mengalami perubahan dalam tingkah laku individu yang sesuai dengan yang dikemukakan oleh Leavitt. Dimana tiga asumsi yang dikemukakan mengalami perubahan yaitu asumsi pertama, dimana masyarakat lokal mengalami perubahan tingkah laku akibat berkomunikasi dengan wisatawan. Asumsi kedua dimana masyarakat menuju sesuatu yaitu menyerap ilmu dan mengharapkan bantuan dari wisatawan. Asumsi yang terakhir yaitu adanya motivasi dan keinginan darimasyarakat itu sendiri untuk berinteraksi dengan wisatawan. c. Hubungan Keluarga

Untuk dampak sosial budaya hubungan keluarga sesuai yang dikemukakan Robert R. Bell (Ihromi, 2004: 91), Dampak hubungan keluarga di Kampung Tongkol tidak terdapat perubahan, masyarakat lokal di Kampung Tongkol menyatakan bahwa tidak terjadinya hubungan baru antara masyarakat dengan wisatawan baik terbentuknya hubungan kerabat jauh, keluarga baru atau hubungan darah baru antara wisatawan dengan masyarakat lokal . Hal ini dikarenakan komunikasi yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat lokal hanya terjadi selama tour. Tidak terjadinya komunikasi yang berkepanjangan, selain itu komunikasi juga

tidak sering terjadi karena wisatawan tidak setiap hari berkunjung ke Kampung Tongkol. d. Gaya Hidup Kolektif

Dampak sosial gaya hidup kolektif di Kampung Tongkol tidak mengalami perubahan, dimana masyarakat lokal di Kampung Tongkol tidak mengalami perubahan gaya hidup setelah adanya wisatawan. Masyarakat mash melakukan aktivitas dan kebiasaan sehari-hari seperti biasanya . Masyarakat tidak terpengaruh gaya hidup wisatawan yang datang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lokal di kampung tersebut tidak mengalami perubahan dalam gaya hidup kolektif .

  • e.    Tingkat Keamanan

Tingkat keamanan di Kampung Tongkol tidak mengalami perubahan, tidak adanya perubahan ataupun peningkatan keamanan di wilayah Kampung Tongkol setelah adanya pariwisata dan wisatawan. Hal ini dikarenakan Kampung Tongkol memang merupakan kawasan yang minim kriminalitas sehingga masyarakat masih belum melakukan peningkatan keamanan.

  • f.    Perilaku Moral

Berdasarkan pengertian Moral menurut Hurlock (1990), Masyarakat tidak mengalami perubahan dalam hal perilaku moral. Masyarakat lokal di Kampung Tongkol tidak mengalami perubahan dan tidak menyerap budaya ataupun kebiasaan wisatawan yang berkunjung. Masyarakat lokal di Kampung Lorong masih memegang teguh budaya atau kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku orang Indonesia. Masyarakat telah mengerti mana budaya yag positif dan negatif yang bisa diserap dari wisatawan untuk kehidupan sehari-hari.

  • g.    Ekspresi Kreatif

Masyarakat lokal Kampung Tongkol mengalami perubahan dari segi ekspresi kreatif dimana masyarakat lokal terutama anak-anak mulai bisa menguasai lagu-lagu berbahasa asing yang diajarkan oleh wisatawan dan anak-anak akan menyanyikan kembali lagu-lagu tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan terkadang anak-anak menggunakan ilmu yang didapat dari wisatawan apa wisatawan untuk ditampilkan kepada wisatawan lainnya di kemudian hari.

Vol. 6 No 2, 2018

  • h.    Upacara Adat

Masyarakat Kampung Tongkol tidak memiliki budaya khusus ataupun upacara adat khas dari Kampung Tongkol. Hal ini dikarenakan banyaknya budaya atau adat yang ada di Kampung Tongkol, selain itu dikarenakan banyaknya masyarakat pendatang yang tinggal di Kampung Tongkol, wisatawan tidak banyak membawa perubahan dalam hal upacara adat karena Kampung Tongkol tidak memiliki kegiatan upacara adat.

  • i.    Organisasi Masyarakat.

Dampak sosial budaya organisasi masyarakat di Kampung Tongkol tidak mengalami perubahan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya organisasi masyarakat yang tercipta setelah adanya wisatawan dikarenakan masyarakat tidak berfokus pada pariwisata.

Selain itu tidak adanya pembentukan organisasi baru untuk kepentingan pariwisata di Kampung Tongkol, dikarenakan kurangnya SDM yang berpengalaman dalam hal pariwisata.

  • 4.2 Dampak sosial budaya di Kampung Luar Batang

  • a.    Sistem Nilai

Masyarakat Kampung Luar Batang menerima dengan baik adanya wisatawan di kampungnya. Masyarakat yang awalnya tidak terbiasa dengan wisatawan, lambat laun mulai terbiasa dan bisa berkomunikasi dengan wisatawan. Masyarakat memang merasakan banyak dampak positif diantaranya bantuan berupa materiil dan edukasi dengan adanya wisatawan. Ada atau tidaknya wisatawan ,masyarakat lokal masih menjalani kegiatan sehari-hari mereka seperti biasanya. Bagi masyarakat lokal wisatawan bukanlah prioritas. Hal ini dikarenakan hubungan antara wisatawan dengan masyrakat lokal tidak berkelanjutan dan tidak terjadi setiap hari. Masyarakat tidak mengalami perubahan dalam sistem nilai, Hal ini bisa dilihat dimana masyarakat belum sampai titik dimana masyarakat lokal di Kampung Luar Batang tidak menganggap penting atau tidak mengganggap berharga wisatawan ataupun dijadikan pedoman dalam masyarakat di Kampung Luar Batang.

  • b.    Tingkah Laku Individu

Masyarakat Kampung Luar Batang awalnya merasa takut apabila bertemu dengan

orang asing. Namun, setelah adanya wisatawan yang masuk, masyarakat menjadi lebih berani untuk berinteraksi dengan wisatawan. Dampak tingkah laku individu dibuktikan dimana masyarakat lokal mulai berani untuk bercinteraksi dengan wisatawan, Selain itu masyarakat lokal terutama anak-anak kecil mulai memiliki keinginan untuk berkomunikasi dengan wisatawan. Berdasarkan hal ini, dapat dikatakan bahwa Masyarakat Kampung Luar Batang mengalami perubahan dalam tingkah laku individu yang sesuai dengan yang dikemukakan oleh Leavitt. Dimana tiga asumsi yang dikemukakan mengalami perubahan yaitu asumsi pertama, dimana masyarakat lokal mengalami perubahan tingkah laku akibat berkomunikasi dengan wisatawan. Asumsi kedua dimana masyarakat menuju sesuatu yaitu menyerap ilmu dari wisatawan. Asumsi yang terakhir yaitu adanya motivasi dan keinginan dari masyarakat itu sendiri untuk berinteraksi dengan wisatawan.

  • c.    Hubungan Keluarga

Masyarakat lokal di Kampung Luar Batang menyatakan bahwa masyarakat lokal di Kampung Luar Batang menyatakan bahwa tidak adanya perubahan dalam dampak sosial budaya hubungan keluarga, Tidak terjadinya hubungan baru antara masyarakat dengan wisatawan baik terbentuknya hubungan kerabat jauh, keluarga baru atau hubungan darah baru antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Hal ini sesuai dengan dampak hubungan keluarga yang dikemukakan Robert R. Bell (Ihromi, 2004: 91) , Hal ini dikarenakan komunikasi yang terjalin antara wisatawan dengan masyarakat lokal tidak terjadi berkepanjangan, selain itu komunikasi juga tidak sering terjadi karena wisatawan tidak setiap hari berkunjung ke Kampung Luar Batang.

  • d.    Gaya Hidup Kolektif

Dampak sosial gaya hidup kolektif di Kampung Luar Batang tidak mengalami perubahan, dimana masyarakat lokal di Kampung Luar Batang tidak mengalami perubahan gaya hidup setelah adanya wisatawan. Masyarakat masih melakukan aktivitas dan kebiasaan sehari-hari seperti biasanya. Masyarakat tidak terpengaruh gaya hidup wisatawan yang datang. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lokal di

Vol. 6 No 2, 2018

kampung tersebut tidak mengalami perubahan dalam gaya hidup kolektif.

  • e.    Tingkat Keamanan

Tingkat keamanan di Kampung Luar Batang tidak mengalami perubahan. Masyarakat lokal di Kampung Luar Batang menyatakan bahwa tidak terjadinya perubahan ataupun peningkatan keamanan di wilayah Kampung Luar Batang setelah adanya pariwisata dan wisatawan.

  • f.    Perilaku Moral

Masyarakat Kampung Luar Batang tidak mengalami perubahan dalam hal perilaku moral. Masyarakat lokal di Kampung Luar Batang tidak mengalami perubahan dan tidak menyerap budaya ataupun kebiasaan wisatawan yang berkunjung. Masyarakat lokal di Kampung Luar Batang masih memegang teguh budaya atau kebiasaan, adat istiadat dan aturan perilaku orang Indonesia. Masyarakat telah mengerti mana budaya yag positif dan negatif yang bisa diserap dari wisatawan untuk kehidupan sehari-hari.

  • g.    Ekspresi Kreatif

Masyarakat lokal Kampung Luar Batang mengalami perubahan dari segi ekspresi kreatif masyarakat terutama anak-anak mengalami perubahan dalam hal ekspresi kreatif dimana anak-anak telah banyak menyerap ilmu dari wisatawan, berupa belajar bahasa dan lagu-lagu asing dalam berbagai bahasa dunia. Masyarakat lokal terutama anak-anak mulai bisa menguasai lagu-lagu berbahasa asing yang diajarkan oleh wisatawan dan anak-anak akan menyanyikan kembali lagu-lagu tersebut dalam kehidupan sehari-hari    dan terkadang anak-anak

menggunakan ilmu yang didapat dari wisatawan apa wisatawan untuk ditampilkan kepada wisatawan lainnya di kemudian hari. h. Upacara Adat

Masyarakat Kampung Luar Batang tidak memiliki budaya khusus ataupun upacara adat khas dari Kampung Luar Batang. Masyarakat tidak merasakan adanya perubahan dari segi upacara adat. Hal ini dikarenakan banyaknya budaya atau adat yang ada di Kampung Luar Batang, selain itu dikarenakan banyaknya masyarakat pendatang yang tinggal di Kampung Luar Batang, wisatawan tidak banyak membawa perubahan dalam hal upacara adat karena Kampung Luar Batang tidak memiliki kegiatan upacara adat .

  • i.    Organisasi Masyarakat.

Dampak sosial budaya organisasi masyarakat di Kampung Luar Batang tidak mengalami perubahan. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya organisasi masyarakat yang tercipta setelah adanya wisatawan dikarenakan masyarakat tidak berfokus pada pariwisata.

Selain itu tidak adanya pembentukan organisasi baru untuk kepentingan pariwisata di Kampung Luar Batang, dikarenakan kurangnya SDM yang berpengalaman dalam hal pariwisata.

  • V. SIMPULAN DAN SARAN

  • 5.1    Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan:

  • 1.    Masyarakat Kampung Tongkol mengalami perubahan setelah adanya pariwisata, perubahan yang dimaksud adalah perubahan kearah positif dimana masyarakat lokal di Kampung Tongkol mulai menerima dan terbuka dengan adanya wisatawan. Dari 9 aspek ruang lingkup penelitian,hanya 2 aspek yang mengalami perubahan. Masyarakat lokal menjadi tidak asing dengan wisatawan, menjadi berani untuk berkomunikasi, serta mendapat banyak manfaat dari adanya wisatawan . Selain itu anak-anak di Kampung Tongkol juga mendapat ilmu dari wisatawan yang datang misalnya tentang belajar bahasa asing dan nyanyian-nyanyian dalam berbagai bahasa , anak-anak juga sering mendapat hadiah berupa uang dan peralatan sekolah dari wisatawan yang datang. Hal ini membuat masyarakat merasa senang dengan adanya wisatawan di Kampung Tongkol.

  • 2.    Masyarakat Kampung Luar Batang menyambut baik dengan adanya pariwisata dan wisatawan . Masyarakat lokal pun mengalami perubahan kearah positif dimana masyarakat lokal di Kampung Luar Batang sudah menerima dan terbuka dengan adanya wisatawan. Dari 9 aspek ruang lingkup penelitian, hanya 2 aspek yang mengalami perubahan. Masyarakat lokal menjadi tidak minder dengan wisatawan, menjadi berani untuk mengajak berkomunikasi. Masyarakat Kampung Luar Batang juga mendapat banyak manfaat dari adanya wisatawan. Anak-anak di Kampung Luar Batang juga mendapat banyak pelajaran dari wisatawan yang datang misalnya tentang

Vol. 6 No 2, 2018

belajar bahasa asing dan nyanyian-nyanyian dalam berbagai bahasa asing, selain itu wisatawan bersikap baik pada masyarakat lokal. Hal ini membuat masyarakat merasa senang dan terbantu dengan adanya wisatawan di Kampung Luar Batang.

  • 5.2    Saran

Adapun saran yang bisa disampaikan adalah sebagai berikut:

  • 1.    Sebenarnya masyarakat Kampung Tongkol telah mengerti tentang hal yang baik dan salah . Hal ini terbukti dari perubahan yang terjadi menuju kearah positif . Hanya saja , masyarakat harus terus menjaga ketentraman dan kerukunan agar tidak terjadi konflik di masyarakat lokal dan juga agar masyarakat bisa bersama-sama     memanfaatkan adanya

wisatawan untuk berubah kearah yang lebih baik sebagai penunjang kehidupan masyarakat di Kampung Tongkol .

  • 2.    Masyarakat Kampung Luar Batang,telah merasakan manisnya pariwisata setelah adanya wisatawan yang datang, dimana masyarakat merasa terbantu dengan kehadiran wisatawan . Namun tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat harus berhati-hati agar masyarakat tidak berorientasi bahwa wisatawan selalu memberikan bantuan materiil, karena hal itu bisa menjadi berbahaya bagi keberlangsungan pariwisata di Kampung Luar Batang.

Selanjutnya, Masyarakat harusnya lebih mendapat perhatian dan edukasi yang berkelanjutan baik dari pemerintah ataupun wisatawan yang bisa menjadi donatur untuk membuat sebuah kegiatan bagi warga dan masyarakat yang ingin belajar , baik belajar bahasa ataupun peningkatan kreatifitas sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan agar hidup masyarakat lokal bisa menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Unda ng-Unda ng Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:Konsep, Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

E.B.Hurlock,(1990).PsikologiPerkembanganEdisi 5.Jakarta :Erlangga

Flick. 2002. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia

Engel, J. F., R.D. Blackwell and P.W. Miniard. 1995. Consumer Behaviour. Eight Edition. The Dryden Press, p. 449 – 455.

Harahap, E.St, dkk, 2007 , Kamus Bahasa Indonesia, Bandung : Balai Pustaka

Ihromi. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, 2008, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Antropologi,Edisi Revisi 2009 .Jakarta: Rineka Cipta,.

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.

Kuncoro,Mudrajad.2003.Metode Riset untuk Bisnis dan ekonomi.Jakarta : Erlangga

Lincoln, Y. and E. Guba. (1985). Naturalistic Inquiry. Newbury Park, CA: Sage Publications.

Moleong,Lexy J.2015.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya .

Pitana,I Gde.Diarta, I Ketut Surya.2009 . Pengantar Ilmu Pariwisata.Jakarta : Penerbit Andi

Putra, I Nyoman Darma. Dan Pitana, I Gde.2010. Pariwisata   Pro-Kemiskinan.Jakarta. Jakarta :

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia

Ramadani, Mutiara. (2012). Perencanaan Pariwisata Pro-Masyarakat Miskin Di kampung Baru, Jakarta Barat (Tesis / dipublikasikan di repository.upi.edu). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Razak, Yusron, 2008 ed. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran Sosiologi Perspektif Islam. Tangerang: Mitra Sejahtera,.

Sobur, Alex. 2010. Psikologi Umum. Yogyakarta; Pustaka Setia

Soemarman, Anton. 2003. Hukum Adat Perspektif Sekarang dan Mendatang, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung. Alfabeta

Sulistyo-Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Suyanto,Bagong.2005.Metode Penelitian Sosial Bergabai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media

Suyitno.2001. Perencanaan Wisata , Yogyakarta: Kanisius

Sumber Lain :

//www.bps.go.id/brs/view/id/1229(diakses pada 1

Maret 2017 pada pukul 19.23)

https://mpra.ub.uni-

muenchen.de/.25392/1/1MPRA_paper_25392.pdf www.shs-

conferences.org/articles/shsconf/pdf/2014/09/shsconf_4 ictr2014_01097.pdf

realjakarta.blogspot.co.id diakses pada 10 April 2017 pada pukul 22.21

https://jakarta.bps.go.id/backend/brs_ind/brsInd-20160901125102.pdf diakses pada 11 Mei 2017 pada pukul 19.45

https://2dheart.wordpress.com/2010/04/28/wisata-kota-tua-jakarta/diakses pada 22 Mei 2017 pada pukul 21.32

http://www.jakartastreetatlas.com/penjaringan/sunda_k elapa.htm diakses pada 22 Mei 2017 pada pukul 20.00

209