Jurnal Destinasi Pariwisata

Vol. 2 No. 2, 2014

ISSN: 2338-8811

BENTUK KONTRIBUSI DAYA TARIK WISATA MONKEY FOREST DALAM MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT LOKAL DI DESA PADANG TEGAL KECAMATAN UBUD

I Wayan Restu Suarmana dan I Gst Agung Oka Mahagangga Jurusan Destinasi Pariwisata fakultas Pariwisata Universitas Udayana E-mail: [email protected]

Abstrack

The tourist destination of Wanara Wana or better known as the Monkey Forest is a tourist destination which is very famous in Ubud especially in the traditional village of Padang Tegal. Existence Tourist destination of Monkey Forest provide a huge influence for the welfare of the local communities in the traditional village of Padang Tegal. It is seen from the contributions that the Monkey Forest gave to the traditional village of Padang Tegal. That was my Assumptions to choose this research topic "Contribution Travel Attractions Monkey Forest in the welfare of the local communities in the traditional village of Padang Tegal, Ubud District, Gianyar regency" for examination.

Types of data and data sources used are the data Qualitative, primary data and secondary data. Data collection by observation, in-depth interviews, documentation, literature study, research instruments such as interview guides. The analysis of data is the analysis of qualitative data is clearly presented findings based on the problems studied by accurate data source.

People's perceived contribution to the economy in a society that is ease of development and maintenance costs (temple, bale banjar, infrastructure). Socio-cultural field that consists of the livelihood aspects of community empowerment in the recruitment of staff at Monkey Forest (prioritizing local communities), the education aspect provides scholarships for high achievers, the availability of free tutoring place, aspects of ritual / religion of helping communities in spending during piodalan or mass cremation (making offerings), aspects of art and culture is the availability of free dance classes and percussion performed on banjo and wantilan hall. Environmental field are taught how to maintain natural communities through waste processing equipment provided.

Keywords: Destination, Contribution, and Welfare society.

  • I.    Pendahuluan

Dalam perkembangannya sektor pariwisata menjadi sektor andalan suatu daerah, karena pariwisata dipandang mampu memberikan kesejahteraan bahkan meningkatkan devisa negara. Kenyataan ini membuat banyak negara berlomba-lomba fokus di sektor pariwisata sesuai dengan potensi yang dimiliki. Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia yang berkembang dan sangat terkenal,

mengingat daerah Bali memilki keindahan alam yang mempesona, keunikan budayanya, adat istiadat dan tradisi yang dimiliki oleh masyarakatnya. Nilai budaya tersebut merupakan sebuah modal utama dalam berkembangnya sebuah kepariwisataan di Bali. Bali memiliki delapan kabupaten dan satu kota madya yang kaya dengan kebudayaan, keindahan alam, dan masing-masing kabupaten memliki daerah tujuan wisata yang

sangat menarik untuk dikunjungi juga menjadi andalan di daerah tersebut. Gianyar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Bali tepatnya di Bali bagian tengah. Kabupaten terkenal dengan pusat seninya, berbagai jenis seni, mulai dari seni kerajinan tangan, seni budaya, ada di Kabupaten Gianyar. Salah satu daya tarik wisata yang ramai dikunjungi di Wisatawan di Kabupaten Gianyar adalah daya tarik wisata Wanara Wana atau lebih dikenal dengan sebutan Monkey Forest. Monkey Forest merupakan salah satu kawasan yang sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Adat Padang Tegal. Daya tarik wisata Monkey Forest ini terdapat ratusan monyet yang menghuni hutan tersebut dan terdapat juga berbagai macam pohon-pohon yang merindangi kawasan hutan di daya tarik wisata Monkey Forest. Monyet-monyet yang terdapat di daya tarik wisata Monkey Forest berjumlah 612 ekor dan semua monyetnya jinak.

Keunikan tersebut mengakibatkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata tersebut, baik wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Monkey Forest Pada Tahun 2008-2012.

Tahun

Jumlah kunjungan wisatawan (Orang)

2008

57.637

2009

95.245

2010

141.975

2011

186.475

2012

204.146

Sumber : www.monkeyforestubud.com

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat jumlah kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata Monkey Forest cenderung meningkat dari tahun ke tahun kecuali di tahun 2008 mengalami penurunan karena dampak dari penyebaran penyakit rabies yang menimpa Indonesia khusunya di Bali. Banyak Negara yang melakukan Travel Warning khususnya ke Indonesia, oleh karena itu tingkat kunjungan wisatwan baik mancanegara maupun domestik enggan melakukan kunjungan wisata khususnya ke daya tarik wisata Monkey Forest. Semenjak itu Pemerintah, Masyarakat, dan Instansi terkait melakukan pembenahan dengan memberi vaksin kepada setiap monyet yang ada di daya tarik wisata Monkey

Forest agar bebas dari penyakit rabies dan wisatawan kembali berkunjung ke daya tarik wisata Monkey Forest. Evaluasi tersebut membuahkan hasil yang sangat fantastis, pada pertengahan tahun 2009 tingkat kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata Monkey Forest mengalami peningkatan, bahkan di tahun 2010-2012 mengalami peningkatan drastis.

Keberadaan daya tarik wisata Monkey Forest sangat memberikan dampak positif bagi masyarakat desa adat padang tegal, karena memberi kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat desa adat padang tegal, yang diperoleh dari keuntungan daya tarik wisata Monkey Forest. Keuntungan tersebut berasal dari hasil penjualan tiket, terhadap wisatawan mancanegara maupun domestik. Masyarakat lokal pun diberdayakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan secara berkelanjutan. Melihat fenomena tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk melihat keterlibatan masyarakat lokal dalam pembangunan pariwisata. Pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan daya tarik wisata sebagai usaha mewujudkan pariwisata berkelanjutan merupakan model pengembangan pariwisata yang ideal.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Bentuk Kontribusi Daya Tarik Wisata Monkey Forest dalam Mensejahterakan Masyarakat Lokal di Desa Adat Padang Tegal Kecamatan Ubud.

  • II.    Kepustakaan

Penelitian Bentuk Kontribusi Daya Tarik Wisata Monkey Forest terhadap kesejahteraan masyarakat mengacu kepada penelitian sebelumnya yaitu, Sarastin (2006) tentang “Kontribusi Seni Pertunjukan Kecak Fire sebagai Atraksi Wisata Terhadap Kesejahteraan Seniman di Desa Adat Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar”, dan Penelitian Rudraninggrum (2002) tentang “Kontribusi Rata-Rata Pendapatan Wanita Pengepang Rambut Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Objek Wisata Pantai Kuta” .

Konsep yang digunakan untuk memperjelas dan sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu konsep tentang Bentuk kontribusi pariwisata dari segi ekonomi ditinjau dari dua segi yaitu, kontribusi langsung terhadap ekonomi, antara lain kontribusi terhadap neraca pembayaran, kontribusi bagi penyedia lapangan kerja dalam mendistribusikan

pendapatan. Kontribusi tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan langsung pariwisata yang mencakup: hasil ganda, hasil dalam memasarkan produk-produk tertentu, hasil untuk sektor pemerintah, hasil tiruan yang mempengaruhi masyarakat Lipsey, (1985:58). Konsep tentang Daya Tarik Wisata dalam Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatwan. Konsep tentang Sosial Budaya adalah tatanan nilai-nilai yang mengatur cara berkehidupan dan berperilaku para warga masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan yang terjadi di sekitar masyarakat (Sumaatmaja 2003). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2009

tentang kesejahteraan sosial yaitu kondisi terpenuhnya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layakdan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsu sosial.

  • 2.1    Lokasi Penelitian

Desa Pakraman Padangtegal terletak sekitar 20 kilometer utara Denpasar, ibukota Provinsi Bali, di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, tepat di sebelah selatan Desa Ubud. Desa Pakraman Padangtegal, dengan luas lahan sekitar 1,28 kilometer persegi, dihuni oleh sekitar 3.034 orang, banyak dari mereka mencari nafkah sebagai petani dan seniman. Desa Padang Tegal dibagi menjadi empat dusun masyarakat Banjar atau adat -Banjar Padangtegal Kaja, Banjar Padangtegal Mekarsari, Banjar Kelod Padangtegal dan Banjar Padang Kencana (www.monkeyforestubud.com).

  • 2.2    Ruang Lingkup Penelitian

Membatasi permasalahan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan terhadap lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut, Bentuk kontribusi dalam penelitian ini adalah Pertama dari bidang ekonomi

(sistem bagi hasil, dan mata pencaharian). Kedua bidang sosial budaya dibagi menjadi tiga aspek, (aspek pendidikan, espek upacara/agama, aspek seni dan budaya). Serta ketiga bidang lingkungan (bagaimana cara pengolahan sampah dan memelihara kebersihan).

  • III.    Metode Penelitian

    • 3.1    Pendekatan Kualitatif

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk dapat menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada (Denzim dan Lincoln 1987) dalam Moleong (2004). Penelitian kualitatif adalah proses analisis data dan informasi secara induktif dengan sifat alamiah (naturalistic) yang apa adanya sehingga deskripsi konteksnya akan lebih mudah dan lebih benar Muhadjir (2003) dalam Sonny (2013). Penekanan dari penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu:

  • 3.1.1    Observasi

Guba dan lincon (1981) dalam Moleong (2004) Observasi adalah pengamatan langsung untuk mendapatkan gambaran

yang jelas mengenai fenomena sosial juga gejala-gejala psikis kemudian dilakukan pencatatan. Data yang didapat berupa gambaran umum lokasi Desa Padang Tegal dan Daya Tarik Wisata Monkey forest, Kegiatan yang dilakukan oleh Pengelola Daya Tarik Wisata Monkey Forest dalam mensejahterakan masyarakat Desa Padang Tegal.

  • 3.1.2    Teknik Dokumentasi

Guba dan Lincoln (1981:228) dalam Moleong (2004) Dokumentasi merupakan setiap bahan tertulis, film atau foto yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa. Teknik dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang diteliti berupa foto atau tulisan di lokasi penelitian di Daya Tarik Wisata Monkey Forest.

  • 3.1.3    Wawancara Mendalam

Moleong (2004:186) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (Interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara mendalam ini dilakukan untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas atau lebih mendalam. Pengumpilan data dengan mengadakan wawancara dengan pihak pengelola, tokoh masyarakat, dan masyarakat di Desa Padang Tegal yang berpedoman pada sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan kontribusi Daya Tarik Wisata Monkey Forest yang diberikan kepada masyarakat khususnya di Desa Padang Tegal.

  • 3.1.4    Studi Kepustakaan

Nasir (1988) Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan buku atau literatur yang masih berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang diperoleh dari buku atau literatur tersebut adalah tinjauan konsep, jumlah kunjungan wisatwan, serta bacaan lainnya yang terkait dengan kontribusi.

  • 3.2    Teknik Penentuan Informan

Metode yang digunakan dalam menentukan informan adalah purposive sampling. Seperti yang dikemukakan oleh Nawawi (2005:157), bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampling yang disesuaikan dengan tujuan peneliti. Dalam penelitian ini dipilih beberapa orang yang dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pemahaman keadaan setempat dan mampu mengarahkan peneliti kepada informan lain yaitu Manager Monkey Forest dan Bendesa Desa adat Padang Tegal.

  • 3.3    Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) dalam Moleong (2004) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis dilakukan pertama yaitu dengan mencari informan pangkal untuk mengetahui gambaran umum Monkey Forest, kemudian melakukan wawancara, observasi, dokumentasi

dan menginterprestasikan data untuk dideskripsikan dalam suatu kualitas yang mendekati kenyataan. Data yang dianalisis adalah Kontribusi Daya Tarik Wisata Monkey Forest dalam Mensejahterakan Masyarakat (Lokal) di Desa Padang Tegal, Kecamatan Ubud,Kabupaten Gianyar.

  • IV.    Hasil dan Pembahasan

    • 4.1    Sejarah Monkey Forest

Desa Pakraman Padangtegal, dengan luas lahan sekitar 1,28 kilometer persegi, dihuni oleh sekitar 3.034 orang, banyak dari mereka mencari nafkah sebagai petani dan seniman. Desa Padang Tegal dibagi menjadi empat dusun masyarakat Banjar atau adat Banjar Padangtegal Kaja, Banjar Padangtegal Mekarsari, Banjar Kelod Padangtegal dan Banjar Padang Kencana.

(www.monkeyforestubud.com). Monkey Forest merupakan salah satu kawasan yang sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Adat Padang Tegal. Hal ini menjadikan adanya hubungan emosional antara keduanya karena dalam kawasan daya tarik wisata ini terdapat tiga buah pura yaitu: Pura dalam Agung Padangtegal (Pura Kahyangan Tiga), Pura Beji dan Pura Prajapati yangmana masing-masing

pura ini memiliki keunikan serta fungsi tersendiri

(www.monkeyforestubud.com).

Daya tarik wisata Monkey Forest ini terdapat ratusan monyet yang menghuni hutan tersebut dan terdapat juga berbagai macam pohon-pohon yang merindangi kawasan hutan di daya tarik wisata Monkey Forest . Monyet-monyet yang terdapatdi daya tarik wisata Wanara Wana berjumlah 612 ekor dan semua monyetnya jinak. Keunikan tersebut mengakibatkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daya tarik wisata tersebut, baik wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik.

  • 4.2    Kontribusi Daya Tarik Wisata Monkey Forest dalam Mensejahterakan Masyarakat lokal di Desa Adat Padang Tegal

Daya Tarik Wisata Wanara Wana atau yang lebih dikenal dengan Monkey Forest merupakan suatu daerah tujuan wisata yang sangat terkenal di Ubud khususnya di Desa Adat Padang Tegal. Monkey Forest adalah suatu daerah tujuan wisata berupa hutan yang sangat luas ditengah kota Ubud, yang membuat hutan ini unik dan banyak

dikunjungi oleh wisatawan yaitu keberadaan monyet yang mendiami hutan tersebut. Keberadaan Monkey Forest memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat khususnya di Desa Adat Padang Tegal. Kontribusi yang diperoleh masyarakat meliputi bidang ekonomi yang terdiri dari sistem bagi hasil, dan mata pencaharian, bidang sosial budaya yang dibagi lagi menjadi beberapa aspek seperti: aspek pendidikan, aspek upacara/agama, aspek seni dan budaya. Adapun bentuk kontribusi yang diperoleh masyarakat desa adat padang tegal dengan keberadaan Monkey Forest sebagai berikut:

  • 4.2.1    Bidang Ekonomi

Daya Tarik Wisata Monkey Forest merupakan daya tarik yang sangat mapan dan berkembang dilihat dari harga tiket masuk yang dikenakan sebesar Rp 20.000 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak umur 5-12 tahun (domestik dan mancanegara). Hasil dilapangan harga tiket tersebut tidak begitu mahal, hal yang terpenting adalah suatu daya tarik wisata dapat memberikan pelayanan yang baik, dan memberikan pengalaman yang berbeda yang tidak mereka dapatkan di daerah

asal mereka. Hal itu menjadi poin utama dalam mengembangkan suatu daya tarik wisata, walaupun harga tiket tersebut murah, dengan jumlah kunjungan wisatwan yang banyak, maka penghasilan yang diperoleh juga akan meningkat. Jika kunjungan wisatwan ke Monkey Forest sekitar 300-500 orang per hari yang dominan adalah wisatawan dewasa, maka dapat diperkirakan dapat keuntungan sekitar Rp 180.000.000-300.000.000 per bulan, itu bisa dibayangkan hasil yang cukup besar bila di hitung per tahun. Penghasilan tersebut yang membuat daya tarik ini bisa dikatakan mapan dan bahkan memberi kontribusi yang sangat besar untuk desa adat padang tegal, karena daya tarik wisata ini berada di desa adat padang tegal dan dikelola oleh desa adat pang tegal. Penghasilan tersebut nantinya akan direalisasikan untuk membantu membiayai dalam segala hal di bidang ekonomi mulai dari pembanguanan, pemeliharaan, dan pelestarian khususnya untuk Desa Adat Padang Tegal. Karena dikelola oleh 4 banjar diantaranya: Banjar Padang Tegal Kaja, Banjar Padang Tegal Mekar Sari, Banjar Padang Tegal Kelod, Banjar Padang Tegal Kencana, setiap banjar yang membutuhkan dana untuk

keperluan seperti, pembangunan (balai banjar, pura, infrastruktur, biaya piodalan) setiap banjar wajib mengajukan permohonan dana tersebut ke BPK. Semua keperluan sepenuhnya akan di danai dari penghasilan Monkey Forest (I Made Gandra, bendesa sekaligus pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi Daya Tarik Wisata Monkey Forest). Sistem pendanaanya dilakukan dengan cara, pihak Monkey Forest memberikan laporan keuangan setiap bulanya keapada badan pengawas keuangan (BPK) yang terdapat di dalam struktur organisasi pengelolaan Monkey Forest dan setiap tahunnya dilakukan penjumlahan menyeluruh (laporan pertanggung jawaban) kepada Bendesa (pimpinan tertinggi) dan kepada seluruh prajuru desa dan staf pegawai (pak gunarta personalia di Daya Tarik Wisata Monkey Forest). Jadi setiap banjar yang akan membutuhkan dana perlu mengajukan permohonan terlebih dahulu ke BPK.

Aspek mata pencaharian Monkey Forest memiliki sistem khusus dalam perekrutan staf dan pegawai, (pak suartika manejer Daya Tarik WisataMonkey Forest) mengungkapkan, sebelum Monkey Forest berkembang, sistem

perekrutanya menggunakan sistem undian yang setiap banjar wajib merekomendasikan empat orang untuk ikut bekerja di Monkey Forest. Namun sekarang sitem undian tidak berlaku lagi, melainkan melalui test dan kuota, mencari karyawan yang kualitas agar dalam pelayanan di Daya Tarik Wisata Monkey Forest dilakukan dengan baik dan dituntut untuk menguasai bahasa inggris. Untuk mencari suatu kualitas SDM yang baik perlunya diadakan tes dan pelatihan sebelum mereka terjun langsung di dunia kerja. Sistem ini sangat menguntungkan semua pihak, dari pihak Monkey Forest di untungkan karena mendapatkan kualitas SDM yang handal, bagi masyarakat di untungkan karena terutama yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, dan lebih terpacu untuk menjadi lebih baik. Selain itu disekitar Daya Tarik Wisata Monkey Forest terdapat ruko-ruko yang disediakan oleh pihak Monkey Forest sitemnya disini hampir sama dengan perekrutan untuk menjadi staf di Monkey Forest, namun dikenakan biaya kontrakan. Sistem yang digunakan melalui undian yang setiap banjar merekomendasikan empat orang, namun setiap waga yang berhasil mendapat undian mereka hanya bisa berjualan

hingga lima tahun kedepan dan tidak bisa diperpanjang lagi dan kembali di undi untuk warga yang belum mendapatkan            kesempatan

sebelumnya.(pak made gandra). Pemerataan sangat perlu diterapkan untuk menghindari kecemburuan sosial antar sesama dan meminimalisir terjadinya konflik. Semenjak dikembangkanya Monkey Forest sebagai Daya Tarik Wisata, masyarakat sangat diuntungkan karena semua penghasilan Monkey Forest masuk ke desa, selain itu, mata pencaharian masyarakat yang dahulunya sebagian besar menjadi petani namun sekarang pindah ke sektor pariwisata, masyarakat di Desa Adat Padang Tegal sudah sangat bisa dikatakan sejahtera saat ini.

  • 4.2.2    Bidang Sosial-Budaya

Manfaat lain yang dapat dirasakan oleh masyarakat local khususnya di Desa Adat Padang Tegal dari bidang social-budaya yaitu

  • a.    Aspek Agama/upacara Dipandang dari segi keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, semua penduduk di Desa Adat Padang Tegal beragama Hindu. Hindu terkenal dengan banyak memuja dewa, hampir setiap

hari terdapat upacara keagamaan mulai dari lingkup yang kecil hingga lingkup yang paling besar yaitu mebanten (sembahyang) di rumah yang dilakukan setiap hari, mebanten yang yang dilakukan 15 hari sekali, mebanten yang dilakukan setiap 1 bulan sekali, mebanten yang dilakukan setiap 6 bulan sekali, bahkan setahun sekali. Upacara yang lingkupnya besar disini seperti Piodalan (upacara di pura Khayangan Tiga: Puseh, Desa, dan Dalem), disinilah terutama manfaat dari kontribusi yang diberikan oleh Daya Tarik Wisata Monkey Forest melalui penghasilannya per tahun. Prajuru desa membuat semacam proposal permohonan dana yang nantinya akan diajukan ke BPK untuk memohon dana, seperti dalam pembuatan banten, sumbangan ke pura (dalam bentuk banten ataupun uang), perawatan pura, pembangunan pura dan semua keperluan akan sepenuhnya ditanggung oleh Daya Tarik Wisata Monkey Forest dari penghasilan per tahunya, namun untuk tenaga

mereka tetap melakukannya dengan sistem ngayah (gotong royong). Begitu juga upacara yang lain seperti Ngaben masal yang dilakukan setiap 5 tahun sekali dan akan terlaksana pada pertengahan tahun ini tepatnya dibulan agustus, semua biaya pengabenan ditanggung oleh penghasilan Monkey Forest, jadi setiap warga yang ikut dalam prosesi ngaben ini tidak dikenakan biaya sepeserpun. Disinilah manfaat yang sangat besar dirasakan oleh masyarakat khususnya di Desa Adat Padang Tegal,dengan keberadaan Daya Tarik Wisata Monkey Forest, beban yang dirasakan masyarakat dapat diringankan.

  • b.    Aspek Pendidikan

Monkey forest merupakan Daya Tarik Wisata yang sangat mapan, karena dapat memberikan pemasukan yang sangat besar untuk desanya. Pak made gandra menuturkan kontribusi di bidang pendidikan yaitu tersedianya tempat Les gratis yang berlokasi di wantilan pura desa, les yang dilaksanakan ada dua jenis diantaranya : Les

Bahasa Inggris, dan Les Komputer ini untuk kalangan dari SD-SMA. Selain itu ada juga program beasiswa bagi siswa yang berprestasi untuk tingkat SD-SMA, bagi siswa khususnya yang berada di Desa Adat Padang Tegal wajib mengajukan dan mencari beasiswa tersebut dan akan di tanggung segala biaya sekolahnya mulai biaya pandaftaran, buku, spp, dan yang berhubungan dengan keperulan pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan selain menambah ilmu, wawasan pengetahuan, juga dapat mengembangkan kemampuan seseorang. Pak Gandra menambahkan, jika ada siswa yang berperestasi ingin melanjutkan ke tingkat sarjana, khususnya bagi yang ingin melanjutkan di bidang kedokteran, untuk direkrutnya menjadi staff di Monkey Forest, khususnya yang menangani tentang hewan akan ditanggung semuanya. Pak made Gandra mengungkapkan, kenapa hal ini sangat diperlukan? Karena dengan melalui program ini pak

Gandra berharap agar terciptanya         orang-orang

berpendidikan yang berkualitas dari segi SDM , dan yang nantinya mampu mengabdi untuk masyarakat.

  • c.    Aspek Kesenian dan Budaya Untuk mendukung kegiatan pariwisata di Ubud khususnya di Desa Adat Padang Tegal, pak Made    Gandra    (Bendesa

sekaligus pimpinan tertinggi di strutur    organisasi    Monkey

Forest)   membuat   program

kesenian seperti mendirikan sanggar tari, latihan megambel (intrumen tradisional bali) yang dilakukan di wantilan pura desa atau di banjar, dan setiap hari minggu kursus tari diadakan di wantilan pura yang ada di kawasan Monkey Forest ,juga untuk menarik jumlah wisatwan untuk berkunjung.   Menjaga

keutuhan budaya   menjadi

kewajiban yang mutak bagi setiap orang, untuk menghindari percampuran budaya atau akulturasi, untuk melestarikan supaya anak cucu masih bisa menikmati budaya yang kita miliki. Kegiatan ini dilakukan,

selain untuk mengembangkan kemampuan atau bakat yang dimiliki anak-anak/remaja di Desa Adat Padang Tegal, juga melestarikan budaya yang kita miliki ditengah modernisasi agar kebudayaan asli kita tidak punah. Segala biaya untuk operasional sanggar di biayai oleh penghasilan dari Monkey Forest.

  • 4.2.3    Bidang Lingkungan

Monkey Forest merupakan bentangan alam yang sangat luas, berlokasi ditengah keramaian Ubud. Merupakan sesuatu yang sangat menarik sebuah hutan berada ditengah keramaian dan masih terjaga hingga sekarang bahkan di jadikan suatu Daya Tarik Wisata yang sangat menarik atau yang sering disebut Monkey Forest. Dengan dijadikanya objek wisata, hutan ini menjadi terjaga bahkan sekarang dari pihak Monkey Forest memperluas kawasan dari 7 hektare menjadi 12,5 hektare. Pak Made Gandra mengungkapkan hal ini dilakukan untuk menambah ruang hujau, mengurangi polusi, biar adanya sirkulasi udara yang sejuk dan menjaga lingkungan supaya tidak rusak. Dalam kehidupan sehari-hari lingkungan yang baik sangat

diperlukan agar tempat hidup kita di bumi tidak cepat punah. Pak Made Gandra, khusunya di Desa Adat Padang Tegal sangat memperhatikan sekali lingkungan, bahkan, pak made Gandra dan dibantu oleh masyarakat sekitar membuat suatu alat untuk mengolah sampah organik yang pendanaanya dari penghasilan Monkey Forest. Program ini dibuat untuk mengenalkan kepada seluruh masyarakat khususnya di Desa Adat Padang Tegal dalam memilah sampah, antara organik dan an-organik, sebagai pusat edukasi dalam pengolahan sampah terutama sampah organik, dan sebagai pembuatan pupuk organic untuk mengkonservasi alam dan hutan khususnya di Daya Tarik Wisata Monkey Forest . Pak Gunarta mengungkapkan, selain tempat pengolahan sampah itu akan dibangun juga sentral parkir yang berlokasi di pengosekan, yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan di sekitar daya tarik wisata Monkey Forest.

  • V.    Penutup

    5.1    Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada Bab IV, maka selanjutnya dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut.

  • 1.    Berdasarkan hasil penelitian, kontribusi Daya Tarik Wisata Monkey Forest dalam mensejahterakan masyarakat lokal di desa adat Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bidang antara lain: Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya yang dibagi lagi menjadi beberapa aspek yaitu aspek mata pencaharian, aspek pendidikan,              aspek

upacara/agama, aspek seni dan budaya. Manfaat yang sangat besar dirasakan masyarakat dengan keberadaan Daya tarik wisata Monkey Forest yaitu di Bidang ekonomi. Kontribusi di Bidang ekonomi ini dirasakan sangat baik karena dapat memberikan mata pencaharian baru yaitu di bidang pariwisata dan membantu masyarakat khususnya di Desa Padang Tegal dalam berbagai kegiatan yang dilakukan di Desa Padang Tegal

  • 5.2    Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

  • 1)    Daya Tarik Wisata Monkey Forest merupakan suatu daya tarik yang sangat terkenal di Bali khususnya di Desa Adat Padang Tegal, kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dan digemari oleh wisatwan baik mancanegara ataupun nusantara. Oleh karena itu disarankan dari segi lingkungan, agar pihak pengelola dibantu oleh masyarakat sekitar khususnya di Desa adat Padang Tegal tetap menjaga, memelihara potensi yang ada seperti lingkungan khususnya hutan, monyet sebagai atraksi utama.

  • 2)    Segi ekonomi, pemerintah, stakeholder, dan masyarakat, agar lebih mengembangkanya daya tarik wisata yang berbasis ekowisata,seperti Daya tarik Wisata Monkey Forest, karena selain untuk menjaga dan melindungi alam, juga bisa memberdayakan masyarakat sekitar sebagai penyedia tenaga kerja, dan meratakan perekonomian masyarakat.

  • 3)    Segi mata pencaharian, Tingkatkan jumlah staf supaya disetiap titik tedapat pawang

monyet yang nantinya akan menginstruksikan larangan yang tidak boleh dan boleh dilakukan selain larangan itu sudah di temple, supaya wisatwan merasa nyaman, serta aman dalam melintasi jalan di kawasan Monkey Forest, dan tingkatkan kualitas pelayanan dengan memberikan pelatihan atau test sebelum terjun ke lapangan.

  • 4)    Segi seni dan budaya, Adakan atraksi pendukung untuk menambah tingkat kunjungan wisatwan seperti kecak dance, barong dance, tari rakyat jogged bumbung, dll. Selain mereka menikmati alam, mereka juga bisa menikmati kebudayaan yang kita miliki dengan membebankan kepada anak-anak, remaja yang ikut latihan nari atau megambel di sanggar yang berada di desa adat padang tegal, untuk sekedar menambah uang saku mereka.

  • 5)    Segi pendidikan, setiap tanaman diberikan tulisan supaya para pengunjung lebih kenal dan peduli terhadap tanaman yang ada, selain itu juga untuk mengetahui tanaman langka.

Daftar Pustaka

Antariani, 2004. Peranan Unit Pengelola Pantai di Objek Wisata Pantai Kuta Kecamatan Kuta Kabupaten    Badung.

(sebuah laporan akhir) Program        Studi

Pariwisata Universitas Udayana.

Darlita, 2005. Peranan Pemandu Wisata Lokal Dalam Menunjang Kepariwisataan di Objek Wisata Alas Kedaton Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. (sebuah laporan akhir) Program Studi Pariwisata Universitas Udayana.

Dian, Inten, 2006. Kontribusi seni Pertunjukan Kecak Fire sebagai Atraksi Wisata terhadap Kesejahteraan di Desa Adat Padang Tegal, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. (sebuah lporan Akhir) Program Studi Pariwisata Universitas Udayana.

Gregory N. Mankiw,2000. Pengantar Ekonomi Jilid 1, Jakarta, Penerbit Erlangga, 2000.

Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Ismayanti, 2010. Pengantar Pariwisata : PT Gramedia Widiasrana

Indonesia,Jakarta, 2010.

Leksono, Sonny, 2013.Penelitian Kualitatif Ilmu Ekonomi: PT Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2013.

Moleong, Lexy, 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif: PT Remaja Rodakarya Bandung,2004.

Muslich,2010. Metode Pengambilan Keputusan Kuantitatif: Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

Nasir, Mohammad. Ph. D.1988. Metode Penelitian. Jakarta Ghalia Indonesia.

Richard G. Lipsey, 1985.Pengantar Ilmu Ekonomi 2, Jakarta, PT Bina Aksara, 1985

Rudraninggrum,2002. Kontribusi Rata-rata Pendapatan Wanita Pengepang Rambut Terhadap Kesejahteraan Keluarga di Objek Wisata         Panai

Kuta.(sebuah laporan akhir) Program Studi Pariwisata Universitas Udayana.

Siahaan, N. H. T.2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta: Erlangga.

Soemartono, Gatot P.2004. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Sumaatmadja, Nursid. 2003. Manusia, dalam Konteks Sosial, Budaya          dan

Lingkungan    Hidup.

Bandung: Alfabeta.

Yoeti, Oka A, 1982. Pengantar Ilmu Kepariwisataan.

Bandung: Angkasa.

INTERNET

Kk.mercubuana.ac.id | desie_ris.staff.gu nadarma.ac.id

www.monkeyforestubud.com. Website Daya Tarik Wisata Monkey Forest. Desa Adat Padang Tegal Kecamatan Ubud Kabupaten Gianyar.

http://www.kemsos.go.id/unduh/UU-Kesos-No11-2009.pdf

28