Jurnal Destinasi Pariwisata                                             p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 11 No 1, 2023

Pengembangan Kawasan Bendungan Jatigede Sebagai Objek Daya Tarik Wisata

Ristia Nur Hayatia, 1, Firman Aziz a, 2, Buyung Firmansyah a, 3

a Program Studi S1 Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229, Isola,

Kec. Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154

Abstract

The Jatigede Dam area is an area that has great potential as a tourist attraction in Sumedang City. This study aims to identify tourism potential in the Jatigede area and design a strategy for developing the area as a tourist attraction. This study uses a survey method through a quantitative approach, the data obtained is analyzed using a SWOT analysis. The results of the study show that the Jatigede area has great potential to become a superior tourist spot in Sumedang City. However, the area is still experiencing problems in terms of infrastructure. Based on the SWOT analysis, the recommended development strategy is to improve infrastructure, improve promotion and marketing, and develop diverse and quality tourism products. It is hoped that this development strategy can increase the attractiveness of the Jatigede area as a tourist attraction and have a positive impact on the local economy.

Keyword: Jatigede Dam, Tourist Attraction, Development, Economy

  • I.    PENDAHULUAN

Kota Sumedang merupakan salah satu kota kecil yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Meskipun tergolong kecil, kota ini memiliki kekayaan budaya dan alam yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai tempat wisata. Keberadaan beberapa destinasi wisata di kota Sumedang salah satunya ialah, Bendungan Jatigede yang telah menarik perhatian wisatawan dari dalam dan luar kota.

Bendungan Jatigede, yang dibangun di Cijeungjing, Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, memiliki biaya anggaran sebesar 467 juta US dolar atau sekitar Rp 6.538.000.000.000 dengan kurs rupiah Rp 14.000 pada saat pembangunan dimulai. Bendungan ini memiliki fungsi utama sebagai pengendali banjir dan pasokan air irigasi untuk pertanian di sekitar daerah tersebut. Dalam proses pembangunannya, Sungai Cimanuk menjadi objek utama yang dibendung dan kapasitas tampung air di bendungan mencapai 979,5 juta meter kubik (KEMENKEU RI DITJEN PERBENDAHARAAN KANWIL DJPb PROV. JABAR, 2020).

Sejak zaman Hindia Belanda, telah direncanakan pembangunan tiga bendungan di aliran Sungai Cimanuk, termasuk Bendungan Jatigede yang kini terletak di Cijeungjing,

Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Namun, rencana pembangunan tersebut tidak dapat dilaksanakan dalam waktu yang lama karena adanya pertentangan dari masyarakat di sekitar daerah tersebut. Pada akhirnya, pembangunan bendungan tersebut dibatalkan. Hingga pada tahun 1990-an, rencana pembangunan Bendungan Jatigede kembali dibahas dan dilaksanakan. Sebagai persiapan awal, pemerintah setempat melakukan pemindahan masyarakat yang tinggal di wilayah yang akan dibuat bendungan ke tempat lain pada tahun 1982 (Dinas Arsip dan Kepustakaan Daerah Kab. Sumedang, 2021).

Bendungan Jatigede memiliki area genangan seluas 4.896,22 hektar yang mencakup 28 desa di empat kecamatan, yaitu Darmaraja, Wado, Jatigede, dan Jatinunggal. Rancangan pembangunan bendungan ini sudah dilakukan pada tahun 1988, namun konstruksi baru dimulai pada tahun 2007 dan selesai pada tahun 2015. Pada 31 Agustus 2015, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimulyono meresmikan penggenangan bendungan ini. Seperti bendungan lainnya, Bendungan Jatigede digunakan untuk irigasi dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Selain itu, bendungan ini juga berfungsi untuk budidaya

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

perikanan air tawar, olahraga air, dan potensi besar untuk menjadi objek wisata (Dinas Arsip dan Kepustakaan Daerah Kab. Sumedang, 2021).

Bupati Sumedang, Eka Setiawan (2018) menyatakan bahwa, "Sumedang memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan sebagai pusat wisata dan budaya. Kami memiliki beragam destinasi wisata yang menarik seperti wisata alam, wisata sejarah, dan wisata kuliner. Kami juga memiliki berbagai acara budaya yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang dan mengenal lebih dekat kebudayaan Sumedang." (BAPPEDA JAWA BARAT, 2017)

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi upaya-upaya pengembangan kawasan bendungan Jatigede sebagai objek daya tarik wisata. Penelitian ini akan menganalisis potensi wisata kawasan bendungan Jatigede dan strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kawasan Bendungan Jatigede sebagai objek daya tarik wisata yang unggul di Kabupaten Sumedang. Diharapkan penelitian ini akan memberikan dampak positif dalam pembangunan pariwisata di Kabupaten Sumedang, khususnya di sekitar kawasan Bendungan Jatigede.

KAJIAN TEORI

  • 1.    Pariwisata

Pariwisata berasal dari dua kata dalam Bahasa Sanskerta, “pari” berarti berulang-ulang, banyak, atau berputar-putar, dan “wisata” yang mengacu pada kegiatan berpergian atau perjalanan (Revida dkk., 2020).

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah pusat maupun daerah.

  • 2.    Potensi Wisata

Potensi pariwisata di suatu daerah perlu memperhatikan kebutuhan dan preferensi wisatawan. Oleh karena itu, potensi wisata menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi daya tarik sebuah destinasi

pariwisata dan perlu dikembangkan dengan baik (Suwena & Widyatmaja, 2017).

Menurut Cooper, dalam (Permadi dkk., 2021) untuk menciptakan produk wisata yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan, diperlukan komponen yang harus ada di tempat wisata, meliputi:

  • 1.    Atraksi (attraction)

Atraksi merupakan faktor penting dalam menarik minat wisatawan dan terdiri dari tiga jenis atraksi yaitu sumber daya alam (natural resources), atraksi wisata budaya, dan atraksi buatan manusia.

  • 2.    Amenitas (amenity)

Amenitas mencakup fasilitas sarana dan prasarana yang diperlukan pengunjung pada saat berwisata.

  • 3.    Aksesibilitas (accessibility)

Aksesibilitas mencakup transportasi dan jasa transportasi yang tersedia di tempat wisata.

  • 4.    Pelayanan tambahan (ancillary)

Pelayanan tambahan yang diberikan oleh pemerintah daerah juga menjadi komponen penting yang harus disediakan di tempat tujuan wisata kepada wisatawan.

  • 3.    Daya Tarik Wisata

Objek atau tempat dapat menjadi daya tarik wisata apabila memiliki faktor-faktor yang menarik perhatian wisatawan, seperti keindahan alam, sejarah, kebudayaan, dan aktivitas yang dapat dilakukan.

Dalam penelitian (Vengesayi dkk., 2009) memaparkan, daya tarik wisata merujuk pada kemampuan suatu lokasi atau destinasi wisata untuk melengkapi kebutuhan pengunjung dan menarik minat mereka untuk mengunjungi tempat tersebut.

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif untuk mengumpulkan data dari populasi tertentu secara alami. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan angket kepada responden,

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

tanpa melakukan perlakuan eksperimental (Sugiyono, 2014). Pendekatan kuantitatif didasarkan pada filsafat positivisme, yang bertujuan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan melakukan pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan instrumen. Pengumpulan data dilakukan dengan cara yang sistematis dan analisis data bersifat statistik (Sugiyono, 2015). Penelitian ini difokuskan pada destinasi pariwisata yang terletak di sekitar Bendungan Jatigede Kabupaten Sumedang, dengan subjek penelitian yang ditujukan kepada wisatawan yang sudah pernah mengunjungi destinasi tersebut.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya di lapangan dan digunakan untuk penelitian. Terdapat empat Metode dalam pengumpulan data primer, yaitu: wawancara, observasi, kuesioner, dan eksperimen (Sekaran & Bougie, 2016). Data primer didapatkan melalui pengisian kuesioner oleh 22 orang yang menjadi responden serta melalui observasi langsung di lokasi penelitian, yakni tempat wisata yang terletak di kawasan Bendungan Jatigede.

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh secara langsung oleh peneliti dan bersumber dari dokumen-dokumen yang sudah ada, bisa berupa laporan, koran, makalah, surat, email, buku harian, foto, video, suara, atau objek seni yang memiliki nilai sejarah atau budaya (Gumilang, 2016). Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan.

Setelah semua data dari kuesioner, observasi, dan studi kepustakaan terkumpul, kemudian dianalisis menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah proses pengidentifikasian faktor-faktor yang sistematis untuk merumuskan strategi yang dapat mengatasi suatu masalah. Bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), serta meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) dengan menggunakan logika yang terstruktur (Freddy, 2014).

Analisis SWOT bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana setiap fungsi agar

mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini dilakukan dengan menganalisis semua faktor fungsi, baik faktor internal maupun eksternal. Jika tingkat kesiapan cukup, artinya tingkat persiapan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, yang dinyatakan sebagai kekuatan dalam faktor internal dan eksternal. Namun, jika tingkat persiapan tidak mencukupi, maka ini dianggap sebagai tingkat kelemahan atau ancaman dalam faktor internal dan eksternal (Freddy, 2014).

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel I.   Analisis SWOT Pengembangan Kawasan

Bendungan Jatigede Sebagai Objek Wisata

STRENGTHS (S)


  • 1.  Pemandangan alam

yang indah.

  • 2.  Lokasinya tidak jauh

dari pusat kota Sumedang.

  • 3.   Harga tiket wisata

terjangkau.

  • 4.  Masyarakat daerah

setempat yang ramah.

OPPORTUNITIES (O)

  • 1.    Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumedang.

  • 2.    Kondisi pariwisata yang semakin membaik dan dijadikan sektor unggunalan oleh pemerintah daerah.

  • 3.    Banyak kunjungan wisatawan dari berbagai daerah.

  • 4.    Pengembangan dan kemajuan teknologi Dapat mengembangkan destinasi ekowisata

    WEAKNESSES (W)


    • 1.    Infrastruktur dan yang kurang memadai.

    • 2.    Aktivitas wisata yang terbatas.

    • 3.    Kesadaran masyarakat yang rendah.


    THREATS (T)


    • 1.  Persaingan dengan

    objek wisata sejenis.

    • 2.  Degradasi lingkungan.


yang baru.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

STRATEGI SO

STRATEGI WO

1.  Mengembangkan objek

1.  Pelestarian sumber

wisata Bendungan

daya alam.

Jatigede dengan

2. Meningkatkan

menciptakan beragam

infrastruktur dan

atraksi dan daya tarik

fasilitas di tempat

wisata yang baru.

wisata.

2.  Kerjasama antara

3.   Pelatihan dan

masyarakat setempat

pengembangan

dengan pemerintah

sumber daya manusia

daerah Sumedang

di daerah setempat.

dalam pengembangan

tempat wisata.

3.  Meningkatkan promosi

tempat wisata agar

dikunjungi oleh

wisatawan luar daerah.

STRATEGI ST

STRATEGI WT

1.  Membangun sarana

1.  Meningkatkan peran

pendidikan (wisata

organisasi pengelola

sambil belajar.

objek wisata.

2. Memperkenalkan

Bendungan Jatigede

budaya asli Daerah

2.  Mengusahakan agar

Sumedang.

objek wisata

3.  Melibatkan generasi

Bendungan Jatigede

muda dalam berbagai

dijual oleh agen

kegiatan di tempat

perjalanan.

wisata.

3.  Menyusun perencanan

wisata dikawasan

bendungan Jatigede

untuk beberapa tahun

kedepan.

Sumber : Data primer yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 1. maka hasil penelitian akan dibahas lebih lanjut dalam bentuk uraian.

  • 1.    Analisi SWOT

Kekuatan (Strengths) adalah faktor internal yang menggambarkan kondisi yang menguntungkan dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang sedang dijalankan. Analisis kekuatan dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat memperkuat organisasi atau proyek, termasuk di dalamnya pariwisata. Dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki, pariwisata dapat dikembangkan dan ditingkatkan agar dapat bersaing dan bertahan di pasar yang semakin kompetitif (Freddy, 2014).

Kekuatan yang dimiliki kawasan wisata adalah keindahan alam yang dimiliki oleh Bendungan Jatigede mampu memikat para wisatawan. Dengan panorama yang

menakjubkan dari pegunungan hijau nan subur hingga air biru kehijauan yang membentang di permukaan bendungan, para pengunjung tidak akan pernah bosan untuk menikmati keindahan alam yang spektakuler ini. Terlebih lagi, ketika matahari terbit atau terbenam, warna-warni yang berkilauan di atas permukaan air membentuk sebuah pemandangan yang luar biasa indahnya. Suasana sekitar yang tenang dan sejuk juga menambah daya tarik wisatawan yang ingin menikmati ketenangan alam di tengah keramaian kota. Bendungan Jatigede memiliki lokasi yang strategis karena tidak terlalu jauh dari pusat kota Sumedang. Para wisatawan dapat dengan mudah mencapai tempat ini hanya dalam waktu beberapa menit dari pusat kota Sumedang.

Harga tiket wisata Bendungan Jatigede sangat terjangkau, sehingga tidak akan menguras kantong para pengunjung tanpa harus khawatir melebihi anggaran perjalanan. Hal tersebut menjadikan Bendungan Jatigede sebagai destinasi wisata yang cocok untuk dijelajahi oleh kelompok wisatawan dengan anggaran terbatas seperti pelajar atau mahasiswa. Selain itu, masyarakat sekitar terkenal sangat ramah dan hangat dalam menyambut para wisatawan yang datang, mereka memberikan informasi tentang tempat-tempat menarik yang dapat dikunjungi di sekitar Bendungan Jatigede serta memberikan rekomendasi tempat makan yang terjangkau dan berkualitas. Hal ini sesuai dengan pendapat (Vengesayi dkk., 2009) bahwa daya tarik wisata merujuk pada kemampuan suatu lokasi atau destinasi wisata untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dan menarik minat mereka untuk mengunjungi tempat tersebut.

Kelemahan (Weakness) adalah keadaan ketika ada kekurangan atau masalah dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis yang sedang dianalisis. Faktor kelemahan ini terdapat dalam tubuh organisasi, proyek, atau konsep bisnis itu sendiri, dan merujuk pada segala hal yang tidak menguntungkan atau dapat merugikan dalam pengembangan objek tersebut (Freddy, 2014).

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

Kelemahan yang dimiliki oleh tempat wisata disekitar Bendungan Jatigede adalah infrastruktur di kawasan wisata Bendungan Jatigede masih kurang memadai. Meskipun terdapat beberapa fasilitas umum seperti toilet, warung, dan tempat parkir, namun masih banyak kebutuhan lain yang belum terpenuhi seperti penyediaan fasilitas penginapan untuk para wisatawan yang ingin bermalam di sekitar Bendungan Jatigede. Beberapa jalan menuju tempat wisata juga belum diaspal, sehingga akses menuju ke Bendungan Jatigede menjadi kurang nyaman bagi para wisatawan yang mengendarai kendaraan roda dua maupun roda empat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Yeoti A, 2013) objek wisata tidak akan berarti banyak apabila aksesbilitas ke tempat wisata tersebut sulit dijangkau. Agar pariwisata dapat berkembang dengan baik, maka destinasi tersebut harus bisa didatangi. Oleh karena itu, aksesbilitas menuju objek wisata harus diperhatikan.

Tidak hanya itu, aktivitas wisata di Bendungan Jatigede masih terbatas. Para wisatawan yang datang ke sana hanya dapat menikmati keindahan alam sekitar bendungan, seperti pemandangan perbukitan, hamparan permukaan air bendungan, dan hijaunya pepohonan. Aktivitas lain seperti olahraga air, permainan air, atau wahana lainnya belum tersedia di kawasan wisata. Hal ini bisa membuat para wisatawan merasa kurang puas dengan pilihan aktivitas yang tersedia, ditambah rendahnya kesadaran masyarakat. Meskipun telah ada upaya dari pemerintah dan pengelola tempat wisata untuk menjaga kebersihan dan kerapian kawasan wisata, masih ada beberapa yang membuang sampah sembarangan dan merusak fasilitas yang tersedia. Hal ini menjadi ancaman serius bagi keindahan dan kenyamanan kawasan wisata Bendungan Jatigede.

Peluang (Opportunities) adalah kondisi potensi pertumbuhan yang dapat terjadi di masa depan, yang berasal dari faktor-faktor eksternal seperti persaingan, pasar, teknologi, atau perubahan sosial dan politik. Faktor-faktor

tersebut dapat memberikan peluang bagi organisasi, proyek, atau konsep bisnis untuk berkembang dan memperluas pasar atau aktivitasnya (Freddy, 2014).

Pemerintah Kabupaten Sumedang mempunyai kebijakan yang kuat untuk mendukung pengembangan wisata di kawasan Bendungan Jatigede. Hal ini terlihat dari adanya program-program yang direncanakan untuk memperbaiki infrastruktur di kawasan wisata tersebut, seperti pembangunan jalan-jalan baru yang menghubungkan lokasi wisata dengan tempat-tempat strategis lainnya. Kondisi pariwisata di Sumedang semakin membaik dan menjadi fokus sektor unggulan oleh pemerintah daerah. Hal ini dapat dilihat dari adanya program-program pembangunan dan promosi yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan potensi pariwisata di kawasan Sumedang. Sehingga, banyak wisatawan dari berbagai daerah di luar Sumedang yang tertarik untuk mengunjungi kawasan Bendungan Jatigede. Hal ini dapat dilihat dari semakin ramainya kunjungan wisatawan ke kawasan tersebut, terutama pada saat akhir pekan atau liburan nasional. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah pusat maupun daerah.

Ancaman (Threats) adalah keadaan atau kondisi yang datang dari luar yang bisa mengancam kelangsungan organisasi, proyek, atau konsep bisnis tersebut. Ancaman tersebut dapat mempengaruhi kinerja dan kemampuan organisasi dalam mencapai tujuannya (Freddy, 2014).

Banyaknya objek wisata yang sejenis dengan wisata di Bendungan Jatigede dapat menjadikan persaingan semakin ketat. Ada banyak destinasi wisata yang menawarkan berbagai macam aktivitas serupa dan masing-masing destinasi berusaha untuk menarik minat wisatawan agar datang ke kawasannya. Tidak hanya itu,

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

beberapa tahun terakhir kawasan Bendungan Jatigede mengalami degradasi lingkungan yang cukup signifikan akibat kunjungan wisatawan yang semakin meningkat. Banyak wisatawan yang tidak memperhatikan etika lingkungan dan tidak membuang sampah pada tempatnya, sehingga banyak sampah dan limbah yang berserakan di sekitar kawasan tersebut. Perilaku membuang sampah sembarangan di kawasan wisata bendungan Jatigede dapat membahayakan kesehatan masyarakat, terutama ketika sampah tersebut menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap. Selain itu, sampah yang berserakan di sekitar bendungan dapat mengganggu keindahan alam sekitar dan merusak habitat alami flora dan fauna yang ada di sekitar kawasan wisata. Hal tersebut sesuai dengan pendapat kebersihan merupakan factor penting yang dihubungkan dengan kesehatan wisatawan. Kebersihan dan fasilitas wisatawan yang higenis dapat membantu terpeliharanya kondisi kesehatan masyarakat, terjaganya keindahan dan kelestarian suatu daerah tujuan wisata.

Sumber : Dokumentasi, 2023

Berdasarkan analisis SWOT sudah dipaparkan, didapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan objek wisata di kawasan Bendungan Jatigede Kabupaten Sumedang, diantaranya:

  • 1.    Strategi SO (Strengths Opportunities)

Dalam rangka meningkatkan potensi pariwisata di sekitar Bendungan Jatigede, dapat dilakukan pengembangan objek wisata yang sudah ada dengan cara menciptakan berbagai

atraksi dan daya tarik wisata baru. Dengan demikian, wisatawan akan merasa tertarik untuk berkunjung kembali dan menikmati pengalaman wisata yang lebih beragam dan menarik di sekitar Bendungan Jatigede. Beberapa ide untuk menciptakan atraksi dan daya tarik wisata baru di area tersebut antara lain pembangunan taman bermain, wahana air, pusat kuliner dengan menu khas daerah sekitar, serta pengembangan aktivitas olahraga air seperti jet ski dan selancar angin.

Perlu dilakukan kerjasama yang baik antara masyarakat setempat dengan pemerintah daerah dalam pengembangan tempat wisata. Dalam kerjasama ini, masyarakat setempat dapat berperan aktif dengan memberikan masukan dan kontribusi dalam pengembangan objek wisata. Sedangkan pemerintah daerah dapat memberikan dukungan dan bantuan dalam hal perencanaan, pengembangan, serta pengelolaan objek wisata.

Kemudian, untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung, perlu dilakukan upaya untuk memperluas promosi tempat wisata tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan berbagai media promosi, seperti media sosial, website pariwisata, iklan, dan publikasi di media massa. Dalam promosi tempat wisata, perlu disajikan informasi yang lengkap dan menarik mengenai keindahan alam, sejarah, kebudayaan, kuliner, dan berbagai kegiatan yang dapat dilakukan di tempat wisata. Dengan adanya promosi yang lebih luas dan intensif, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata di sekitar Bendungan Jatigede.

  • 2.    Strategi WO (Weaknesses Opportunities)

Pelestarian sumber daya alam di sekitar kawasan Bendungan Jatigede menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjaga keberlanjutan alam dan lingkungan sekitar objek wisata tersebut, sehingga dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat setempat dan wisatawan yang

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

berkunjung. Untuk melakukan pelestarian sumber daya alam, perlu dilakukan berbagai upaya, seperti pengelolaan sampah yang baik, penghijauan kawasan, penanaman pohon dan tanaman endemik, serta pengembangan agrowisata yang ramah lingkungan. Melalui upaya pelestarian sumber daya alam yang dilakukan secara konsisten, diharapkan dapat mempertahankan keindahan dan keseimbangan alam sekitar Bendungan Jatigede, sehingga objek wisata tersebut dapat terus dikunjungi dan memberikan manfaat bagi masyarakat setempat serta wisatawan yang datang.

Meningkatkan infrastruktur dan fasilitas di tempat wisata sekitar Bendungan Jatigede perlu menjadi fokus dalam pengembangan objek wisata tersebut. Infrastruktur dan fasilitas yang memadai dapat meningkatkan kualitas dan kenyamanan pengalaman wisatawan saat berkunjung ke sana. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah akses transportasi menuju lokasi. Selain itu, perlu juga dilakukan perbaikan dan penambahan fasilitas seperti tempat parkir, toilet, tempat istirahat, warung, kafe, dan penginapan. Selain itu, perlu juga dilakukan peningkatan kualitas layanan dan pengelolaan objek wisata, seperti pemberian informasi yang lengkap tentang tempat wisata, sistem tiket yang mudah diakses dan terjangkau, serta peningkatan keamanan dan keselamatan di kawasan wisata.

Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia perlu menjadi perhatian dalam pengembangan objek wisata tersebut. Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai di bidang pariwisata dapat meningkatkan kualitas dan layanan di kawasan wisata. Program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dapat berupa pelatihan keterampilan dan pengetahuan dalam bidang pariwisata, seperti pemandu wisata, pengelola objek wisata, pengusaha kuliner, dan lain sebagainya. Selain itu, program pelatihan juga dapat meliputi pelatihan etika dan budaya dalam pelayanan wisata yang baik.

  • 3.    Strategi ST (Srengths Threats)

Membangun sarana pendidikan wisata sambil belajar di tempat wisata adalah salah satu bentuk upaya dalam memperkaya pengalaman wisatawan. Wisata sambil belajar memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk belajar dan mempelajari hal-hal baru tentang lingkungan sekitar tempat wisata. Sarana pendidikan yang dapat dibangun, seperti pusat informasi wisata, museum atau galeri, taman edukasi, dan tempat pertunjukan seni atau kebudayaan. Selain itu, kegiatan seperti trekking atau hiking di sekitar tempat wisata juga dapat menjadi sarana wisata sambil belajar yang menarik.

Memperkenalkan budaya asli Daerah Sumedang di tempat wisata adalah upaya untuk melestarikan dan mengenalkan warisan budaya lokal kepada wisatawan. Ini dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pameran seni dan budaya, pertunjukan musik dan tarian tradisional seperti Tari Umbul Kolosal yang diikuti oleh 5.555 penari pernah diadakan di sekitar kawasan Bendungan Jatigede pada tahun 2019. Dengan memperkenalkan budaya asli Daerah Sumedang di tempat wisata, wisatawan dapat memperoleh pengalaman yang lebih dalam dan mendalam tentang kebudayaan lokal. Hal ini juga dapat memperkuat identitas budaya daerah dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap warisan budaya mereka sendiri.

Melibatkan generasi muda dalam berbagai kegiatan di tempat wisata adalah salah satu cara untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia lokal, Generasi muda dapat terlibat dalam pengelolaan tempat wisata, misalnya dalam pengelolaan kebersihan dan lingkungan, pelayanan informasi dan pariwisata, atau bahkan dalam merancang dan mengembangkan program-program baru di tempat wisata.

  • 4.    Strategi WT (Weaknesses Threats)

Meningkatkan peran organisasi pengelola objek wisata Bendungan Jatigede sangat penting untuk memastikan pengelolaan wisata yang baik dan berkelanjutan di kawasan tersebut. Organisasi pengelola yang tanggap dan efektif

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

dapat mengambil tindakan cepat untuk mengatasi masalah yang muncul, serta meningkatkan kualitas layanan dan fasilitas bagi wisatawan. Selain itu, organisasi pengelola juga dapat berperan aktif dalam mempromosikan objek wisata ke berbagai pihak, termasuk wisatawan potensial, pemerintah daerah, dan mitra bisnis. Dengan meningkatkan peran dan kinerja organisasi pengelola, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan dan kemajuan pariwisata di sekitar Bendungan Jatigede.

Mendorong objek wisata di kawasan Bendungan Jatigede untuk menjadi bagian dari paket wisata yang ditawarkan oleh agen perjalanan dapat menjadi tindakan yang signifikan dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. Dengan objek wisata yang masuk dalam paket wisata, maka akan lebih mudah untuk mempromosikan tempat tersebut ke wisatawan yang ingin melakukan perjalanan. Karena, biro perjalanan memiliki jaringan yang luas dan bisa mencapai pasar yang lebih besar, sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Bendungan Jatigede. Selain itu, dengan objek wisata yang masuk dalam paket wisata, maka akan lebih mudah bagi wisatawan untuk merencanakan perjalanan mereka tanpa harus memikirkan banyak hal, seperti akomodasi, transportasi, dan tiket masuk. Hal ini tentunya akan memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Bendungan Jatigede, sehingga dapat meningkatkan citra dan reputasi dari daerah tersebut.

Menyusun perencanaan wisata dikawasan bendungan Jatigede merupakan suatu langkah penting yang harus dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pengembangan objek wisata tersebut. Dengan adanya perencanaan yang

matang, maka dapat ditentukan strategi dan arah pengembangan objek wisata dalam beberapa tahun ke depan. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa pengembangan objek wisata dilakukan dengan berkelanjutan dan mengakomodasi berbagai kebutuhan stakeholder terkait, seperti wisatawan, masyarakat sekitar, dan pengusaha lokal. Perlu juga dilakukan analisis pasar dan potensi wisata yang ada di bendungan Jatigede.

IV. KESIMPULAN

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kawasan Bendungan Jatigede berpotensi besar menjadi objek wisata unggulan di Kabupaten Sumedang. Namun, pengembangan kawasan wisata masih menghadapi beberapa kendala seperti infrastruktur yang belum memadai, kurangnya promosi, dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata.

Oleh karena itu, untuk mengembangkan kawasan wisata bendungan Jatigede, diperlukan upaya-upaya pengembangan kawasan wisata yang terintegrasi dan berkelanjutan dengan melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Beberapa rekomendasi strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan kawasan wisata bendungan Jatigede antara lain peningkatan infrastruktur, promosi melalui berbagai media, melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan dan pengembangan kawasan wisata, serta menjalin kemitraan antara pihak pemerintah dan swasta.

Diharapkan pengembangan kawasan wisata bendungan Jatigede sebagai objek daya tarik wisata yang menarik dan berkelanjutan, dapat meningkatkan kunjungan wisata dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA JAWA BARAT. (2017, Juni 7). Waduk Jatigede Akan Jadi Tempat Wisata Kelas Dunia. Bappeda.Jabarprov.Go.Id.

Dinas Arsip  dan  Kepustakaan  Daerah  Kab.

Sumedang. (2021, Februari 10). Waduk Jatigede. Sisemar.Sumedangkab.Go.Id.

Freddy, R. (2014). Analisis SWOT Teknik Pembeda Kasus Bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama.

Gumilang, G. S. (2016). Metode Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bimbingan dan Konseling. Jurnal Fokus Konseling, 2(2), 144– 159.

http://ejournal.stkipmpringsewulpg.ac.id/in dex.php/fokus/a

Gromang, F. (2005). Tuntunan Keselamatan dan Keamanan Wisatawan. Pradnya Paramita.

KEMENKEU RI DITJEN PERBENDAHARAAN KANWIL DJPb PROV. JABAR. (2020, Mei 31). Bendungan                        Jatigede.

Www.Djpb.Kemenkeu.Go.Id.

Permadi, Retnowati, Akhyar, & Oktaryani. (2021). Identifikasi Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, dan Ancillary TWA Gunung Tunak Desa Mertak Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Universitas Mataram, 3, 9–10.

Revida, E., Gaspersz, S., Jola, L., Uktolseja, Nasrullah, N., Warella, S., Nurmiati, Alwi, M., Simarmata, H., Manurung, T., & Purba, R. (2020). Pengantar Pariwisata (1st ed.). Yayasan Kita Menulis.

Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Methods for Business: a Skill Building Approach (7th ed.).                                      Wiley.

www.wilwypluslearningspace.com

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian (14 ed.).

Undang- Undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009. (n.d.). Retrieved May 12, 2023, from

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu _2009_10.pdf

Vengesayi, S., Mavondo, F. T., & Reisinger, Y.

(2009). Tourism Destination Attractiveness : Attraction, Facilities, and People as Predictors. Tourism Analysis, 14 (5), 621–636.

166