Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Di Desa Wisata Coal, Kabupaten Manggarai Barat
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937
Vol. 11 No 1, 2023
Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Di Desa Wisata Coal, Kabupaten Manggarai Barat
Maria Paulista S. Sukur a, 1, Putri Kusuma Sanjiwani a, 2
1[email protected], 2 [email protected]
-
a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia
Abstract
Coal Village is geographically located at the eastern end of West Manggarai Regency. The purpose of this study was to determine the impact of tourism on the socio-economic conditions of the local community in Coal Village. The research method used is qualitative the types of data in this study are qualitative and quantitative data and the data sources used are primary data and secondary data with the technique of determining the informant used is a purposive sampling technique. Techniques of data analysis using qualitative descriptive analysis. The results of the study found that the development of tourism had a positive impact on the socio-economic life of the community such as new job opportunities, an increase in income, and investment in education, but the impact of tourism activities was only felt by some of the people who involved in tourism activities in Coal Village.
Keyword: Impact, Tourism, Socio-Economic, Local People, and Coal Village
-
I. PENDAHULUAN
Dalam perkembangannya, pariwisata di Indonesia mengalami berbagai hambatan salah satunya adalah virus pandemic Covid-19 yang mulai menyebarpada awal tahun 2020 sehingga banyak negara yang membuat kebijakan bagi warga negaranya agar tidak melakukan aktivitas wisata. Permasalahan yang dihadapi berpengaruh pada kondisi pariwisata di Indonesia dimana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara menurun drastis. Perkembangan pariwisata di Indonesia menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan yang sangat berpengaruh dalam mendorong roda perekonomian. Kegiatan pariwisata memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat. Potensi wisata yang dimiliki oleh berbagai daerah di Indonesia telah membuktikan bahwa kontribusi pariwisata menciptakanberbagai kemajuan dengan melibatkan masyarakat sehingga masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam menciptakan kehidupan yang sejahtera di lingkungannya. Pariwisata merupakan salah satu dari berbagai upaya untuk mensejahterakan kehidupan masyrakat. Sehingga, pembangunan pariwisata harus berkelanjutan dan tetap memperhatikan kualitas pembangunan serta sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada pada suatu daya Tarik wisata.
Pariwisata sering kali dipandang sebagai salah satu sektor yang selalu memberikan berbagai manfaat. Akan tetapi, perlu diingat bahwa kegiatan pariwisata juga dapat menjadi boomerang bagi suatu daya tarik wisata. Permasalahan seperti terjadinya penguasaan daya tarik wisata oleh pihak asing, pudarnya nilai-nilai budaya masyarakat, degradasi sosial, dan lain sebagainya. Salah satu daerah yang
saat ini sedang gencar-gencarnya mengembangkan pariwisata adalah Kabupaten Manggarai Barat. Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT yang memiliki berbagai macam potensi wisata dengan Ibu Kota Kabupatennya adalah Labuan Bajo. Pariwisata menjadi modal besar dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bahkan sejak ditetapkannya Labuan Bajo sebagai salah satu Destinasi Super Prioritas pada tahun 2019 (BPIW, 2020). Berdasarkan data wisatawan di Manggarai Barat, setiap tahun jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat dan mengelami penurunan pada awal pandemi Covid-19 pada tahun 2020 yang dapat dilihat melalui Gambar Grafik berikut ini:
Gambar 1 Grafik Kunjungan Wisatawan di Manggarai Barat
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Manggarai Barat, 2021
Labuan Bajo menjadi pintu keluar masuknya wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara. Terdapat 68 desa wisata di Kabupaten Manggarai Barat terhitung sampai pada tahun 2020 yang dinyatakan resmi dan tertuang di dalam Surat Keputusan Bupati Manggarai Barat Nomor 27/KEP/HK/2020. Salah satu desa wisata yang cukup terkenal dalam list SK Bupati tersebut adalah Desa Wisata Coal. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memasukkan Desa Coal sebagai
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
salah satu desa wisata di Manggarai Barat yang telah masuk ke dalam 300 besar ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) pada tahun 2021 (Jadesta Kemenparekraf.go.id). Pengembangan desa wisata ini secara operasional terbilang cukup cepat. Masyarakat lokal Desa Coal dituntut untuk meningkatkan kesadaran potensi wisata yang dimiliki serta mengelola secara mandiri kewilayahannya.
Pencapaian Desa Coal membuat desa ini cukup populer sebagai desa wisata di Kabupaten Manggarai Barat. Perkembangan desa yang begitu pesat membutuhkan kontribusi dari masyarakat lokal untuk mendukung kehidupan desa wisata. Kontribusi yang dimaksud dapat melalui pemberdayaan masyarakat Desa Coal yang merupakan salah satu solusi alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan keberlangsungan aktivitas pariwisata di desa tersebut. Desa Coal menjadi salah satu potensi daya tarik wisata yang dapat mengundang wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara karena ketersediaan atraksi wisatanya yang beraneka ragam mulai dari atraksi alam, atraksi budaya lokal dan atraksi buatan.
Konsep wisata yang digunakan oleh pengelola menggunakan pendekatan ekowisata dan juga menerapkan storynomic tourism. Selain itu, Desa Coal merupakan satu-satunya desa wisata yang berada di bagian timur wilayah Kabupaten Manggarai Barat, letaknya yang cukup strategis sangat menarik untuk dikunjungi dan dapat menambah minat wisatawan karena atraksi wisatanya yang beraneka ragam. Masyarakat lokal sebelum mengenal pariwisata mayoritas bekerja sebagai petani. Namun, seiring berjalannya waktudan berkembangnya Desa Coal sebagai sebuah daya tarik wisata perubahan pada aktivitas dan pekerjaan masyarakat terjadi. Kegiatan pariwisata yang mulai berkembang di tengah kehidupan masyarakat tanpa disadari telah membawa begitu banyak pengaruh pada kehidupan masyarakat setempat.
Perkembangan pariwisata di Desa Coal sepenuhnya dikelola oleh masyarakat lokal dimana POKDARWIS sebagai lembaga lokal yang menjalankan tugas dalam merencanakan, mengontrol, dan mengelola aktivitas pariwisata. Kegiatan pariwisata di Desa Coal seharusnya bisa memberdayakan masyarakat setempat. Perkembangan yang terjadi memicu harapan masyarakat lokal bahwa dengan adanya kegiatan pariwisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, budaya masyarakat tetap terjaga, dan kehidupan sosial masyarakatnya bisa menjadi lebih baik. Perlu disadari juga bahwasanya pariwisata tidak hanya sekedar memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat, oleh karena itu daya tarik wisata perlu mempersiapkan diri dalam
menghadapi dampak negatif dari pariwisata.
Pariwisata memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat baik dari aspek ekonomi, aspek sosial dan budaya, serta aspek lingkungan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Fandeli dan Mukhlison (2000) dalam Gunarto (2004) yang mana dalam pergeseran paradigma pariwisata dari mass tourism ke individual atau kelompok kecil sangat berperan dalam menjaga keberadaan dan kelestarian obyek dan daya tarik wisata alam, dimana pergeseran paradigma tersebut cukup berarti dalam kepariwisataan alam sehingga perlu diperhatikan aspek ekonomi, ekologi, dan masyarakat lokal (sosial) nya. Perkembangan selama kurang lebih satu tahun menjadi sebuah desa wisata, masyarakat lokal merasakan adanya dampak positif dari kegiatan pariwisata baik secara sosial maupun ekonomi seperti bertambahnya peluang kerja baru, mengalami adanya peningkatan pendapatan, dan kemajuan pada tingkat pendidikan.
-
II. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kampung Porong, Desa Coal, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah jenis data kualitatif (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000) yang digunakan dalam penelitian ini meliputi gambaran umum Desa Wisata Coal dan dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Wisata Coal, jenis data yang kedua adalah data kuantitatif (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000) meliputi jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Coal dan jumlah penduduk di Desa Wisata Coal. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama adalah data primer (Hasan, 2002:82) yang diperoleh melalui jawaban dari informan terkait dengan dampak perkembangan pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Wisata Coal dan data strukturisasi POKDARWIS, dan data jumlah kunjungan wisatawan di Kabupaten Manggarai Barat. Sumber data yang kedua adalah data sekunder (Sugiyono, 2008:40) berupa data jumlah kunjungan wisatawan di Manggarai Barat, data geografis dan demografis Desa Wisata Coal.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi (Sugiyono, 2017), wawancara (Bungin, 2007), dokumentasi (Arikunto, 2006:231), dan studi kepustakaan (M.Nazir, 2013:93). Teknik penentuan infroman yang digunakan adalah teknik purposive sampling (Bungin, 2007) yang meliputi ketua POKDARWIS dan beberapa masyarakat lokal. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Langkah-langkah
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
aktivitas dalam teknik analisis deskriptif kualitatif menurut Miles dan Huberman (1992) adalah melakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.
-
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Coal secara geografis terletak di ujung timur Kabupaten Manggarai Barat, luas wilayah Desa Coal adalah 3,54 km² dengan ketinggian dari permukaan laut adalah 1.017 m. Wilayah Desa Coal didominasi oleh daerah perbukitan, Desa Coal sendiri termasuk dalam wilayah Kecamatan Kuwus yang wilayahnya terdiri dari daerah perbukitan dan pegunungan. Desa ini beriklim tropis dengan curah hujan terbesar adalah pada bulan Desember-April. Suasana di Desa Coal sangat sejuk meskipun beriklim tropis karena keberadaan desa yang berada pada wilayah perbukitan. Jumlah penduduk Desa Coal tahun 2021 sebanyak 1.282 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 638 jiwa serta jumlah penduduk perempuan sebesar 644 jiwa. Jumlah kepala keluarga di desa tersebutsebesar 352 kepala. Pekerjaan utama masyarakat lokal adalah petani, untuk industri kecil dan kegiatan rumah tangga berjumlah 8 berupa 2 industri kayu, 1 industri anyaman, dan 5 industri makanan.
Gambar 2 Lokasi Desa Coal di Kabupaten
Manggarai Barat
Sumber: Google Maps, 2022
Desa Coal secara geografis terletak di ujung timur Kabupaten Manggarai Barat, luas wilayah Desa Coal adalah 3,54 km² dengan ketinggian dari permukaan laut adalah 1.017 m. Wilayah Desa Coal didominasi oleh daerah perbukitan, Desa Coal sendiri termasuk dalam wilayah Kecamatan Kuwus yang wilayahnya terdiri dari daerah perbukitan dan pegunungan. Desa ini beriklim tropis dengan curah hujan terbesar adalah pada bulan Desember-April. Suasana di Desa Coal sangat sejuk meskipun beriklim tropis karena keberadaan desa yang berada pada wilayah perbukitan. Jumlah penduduk Desa Coal tahun 2021 sebanyak 1.282 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 638 jiwa serta
jumlah penduduk perempuan sebesar 644 jiwa. Jumlah kepala keluarga di desa tersebut sebesar 352 kepala. Pekerjaan utama masyarakat lokal adalah petani, untukindustri kecil dan kegiatan rumah tangga berjumlah 8 berupa 2 industri kayu, 1 industri anyaman, dan 5 industri makanan.
-
B. Perkembangan Pariwisata Di Desa Coal
Perkembangan pariwisata di suatu destinasi wisata ditinjau darisuatu siklus hidup pariwisata. Siklus hidup yang dimkasud merupakansebuah konsep Tourism Area Life Cyle yang dimuat dalam Butler (1980) dan dibagi menjadi 7 fase, diantaranya adalah Exploration (Penemuan), Involvements (Keterlibatan), Development (Pengembangan), Concolidation (Konsolidasi), Stagnation (Stagnasi), Decline (Penurunan), Rejuvenation (Peremajaan). Perkembangan Desa Wisata Coal berdasarkan analisis penulis berada pada tahap Involvement. Pada tahap ini Desa Coal telah memilliki beberapa aspek yang terdiri dari tingkat kunjungan wisatawan, ketersediaan berbagai atraksi dan fasilitas-fasillitas wisata. Berikut di bawah ini merupakan penjabarannya:
-
a. Tingkat Kunjungan Wisatawan
Sebagai desa wisata yang baru berkembang, Desa Coal dapat dikatakan sebagai desa wisata yang saat ini banyak dikenal oleh masyarakat khusunya masyarakat regional Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai. Desa Coal juga telah melakukan berbagai macam kolaborasi bersama lembaga pemerintah dan juga lembaga swasta Australia. Berdasarkan hasil wawancara bersama Pak Roni selaku ketua pokdarwis menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan selama tahun 2021 mengalami peningkata setiap bulannya. Selama tahun 2021, total kunjungan wisatawan adalah 909 orang yang didominasi oleh wisatawan lokal.
Tabel 1 Jumlah Kunjungan Wisatawan
Bulan |
2021 |
2022 |
Januari |
50 |
91 |
Februari |
45 | |
Maret |
50 | |
April |
70 | |
Mei |
65 | |
Juni |
85 | |
Juli |
80 | |
Bulan |
2021 |
2022 |
Agustus |
90 | |
September |
85 |
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
Oktober |
95 |
November |
90 |
Desmber |
104 |
Sumber: Buku Tamu Desa, 2022
-
b. Atraksi wisata
Desa Wisata Coal menawarkan berbagai atraksi wisata, diantaranya adalah:
-
1) Atraksi wisata alam, atraksi yang tersedia berupa sunrise dan AirTerjun Cunca Sekas. Sunrise di Desa Coal menjadi atraksi wisata yang paling banyak diminati oleh wisatawan Selain itu, terdapat air terjun yang dapat dinikmati oleh wisatawan jika ingin melakukan aktivitas seperti berenang, berendam, atau mengambil gambar.
-
2) Atraksi wisata budaya, masyarakat lokal menyajikan atraksi budaya yang terdiri dari tradisi tiba meka dan tari porong. Tradisitiba meka atau tradisi penjemputan tamu meruapakan sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat lokal untuk menyambut wisatawan-wisatawan melalui ritus adat dan tari tradisional.
Sedangkan,tari porong merupakan tarian yang disediakan oleh para remaja perempuan dandiperuntukan bagi wisatawan yang ingin memesan pertunjukan seni tari tersebut.
-
3) Atraksi wisata buatan, atraksi wisata buatan merupakan astraksi yang dibuat oleh masyarakat untuk menarik minat wisatawan. Atraksi wisata buatan di desa ini yaitu wisata selfie Bukit Porong.
-
c. Fasilitas
Desa Wisata Coal memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kegiatan pariwisata, diantaranya adalah tempat sampah, area parkir, spot foto, tempat makan, dan toilet. Fasilitas yang tersedia masih terbatas karena desa wisata yang masih berada pada tahap berkembang dan juga dana yang dimiliki masyarakat masih terbatas.
-
d. Partisipasi Masyarakat
Sebelum menjadi sebuah desa wisata, desa coal dibentuk atas inisiatif dan keinginan para pemuda desa untuk memberdayakan masyarakat lokal. Selama proses pembentukan menjadi sebuah desa wisata yang diawali dengan spot-spot foto di
area perbukitan desa, masyarakat turut berperan aktif dan terlibat langsung untuk membuat sebuah daya tarik wisata yang kini telah menjadi sebuah atraksi wisata buatan. Selama proses dibentuk menjadi sebuah desa wisata proses pembuatan fasilitas-fasilitas juga berlangsung dan telah terbentuk beberapa fasilitas seperti area parker, spot foto,tempat makan, toilet, dan lain sebagainya. Setelah diresmikan menjadi sebuah desa wisata pada Maret 2021 Pokdarwis Bukit Porong membentuk sejumlah atarksi wisata lainnya seperti atraksi wisata budaya. Sampai saat ini keikut sertaan masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa Coal untuk menuju ke tahap desa wisata maju tetap berlangsung dan didukung sepenuhnya.
Gambar 3 Masrakat Lokal Bersiap Untuk Menyambut Tamu Dari Kementrian
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
-
C. Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Coal
Kegiatan pariwisata yang telah berlangsung selama satu tahun di Desa Coal telah memberikan sejumlah dampak terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Dampak yang timbul akibat perkembangan pariwisata di Desa Coal dapat meliputi:
-
a. Peluang kerja
Sebelum adanya pariwisata masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani. Kehadiran pariwisata memberikan sejumlah dampak salah satunya pada peluang kerja masyarakat yang ada di Desa Coal. Semenjak pariwisata hadir, peluang kerja masyarakat mulai terbuka dan bervariatif. Adapun jenis peluang kerja yang dimiliki olehmasyarakat setempat sejak pariwisata aktif seperti usaha homestay, usaha warung, pengrajin tas, bisnis produk makanan lokal dan kopi. Karena pariwisata baru berkembang dan baru berusia 1 tahun,masyarakat masih belum bisa melepaskan pekerjaan utamanya sebagai petani.
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
“Sebenarnya pariwisata di desa kami masih belum bisamemberikan dampak yang cukup besar untuk menciptkakan peluang kerja baru mengingat bahwa pariwisata di desa ini baru berusia jagung. Jumlah wisatawan yang datang pun masih terbilang cukup sedikit sehingga masyarakat setempat belum berani untuk beralih profesi dari pekerjaan utamanya yaitu petani dan saat ini sebagian masyarakat yang turut serta mengambil peluang usaha dalam pariwisata masih tetap bekerja sebagai petani juga.”
Pernyataan dari Bapak Roni selaku ketua Pokdarwis Bukit Porong membuktikan bahwa memang pariwisata memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil peluang dari pariwisata untuk mendapatkan kesempatan kerja yang baru akan tetapi karena usia dari desa wisata tersebut yang masih begitu mudasehingga dampak yang dirasakan oleh masyarakat terhadap varian mata pencaharian baru yang dapat menjamin kehidupan masyarakatmasih sangat minim.
”Sejak pertama saya antusias sekali dengan ikatan pemuda yang kreatif membentuk tempat wisata ini sampai diresmikannya menjadi desa wisata. Kalau dulu itu saya hanya sibuk Bertani, tapi sekarang karena adanya pariwisata saya jadinya ada dua pekerjaan. Saya turut andil dan saya merasakan adanya dampak dari pariwisata dan saat ini saya mengambil bagian dalam budaya pariwisata di desa ini. Untuk pekerjaan yang saya tekuni saat ini adalah sebagai petani dan pengurus tarian caci. Jadi, kalau ada wisatawan yang ingin menyaksikan tarian caci saya yang akan mengurus bagian tersebut.”
Penjelasan dari Bapak Yos selaku masyarakat setempat yang merasakan adanya dampak dari perkembangan pariwisata.
“ee saya ni enu sejak ada ini kegiatan pariwisata, saya sibukbuat anyaman tas tradisional untuk dijual. Sebelumnya memang sibuk bekerja sebagai petani tapi saya mau juga cari kesibukan lain
makanya sekarang sibuk dengan anyaman tas saja enu”
Pernyataan Mama Teres yang merupakan masyarakat lokal Desa Coal. Berdasarkan pernyataan dari ketiga narasumber fakta bahwa hadirnya kegiatan pariwisata di Desa Coal memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial masyarakat khususnya pada peluang kerja sehingga masyarakat desa mulai membuka usaha baru dan memiliki mata pencaharian ganda.
Berdasarkan pernyataan dari beberapa narasumber fakta bahwa hadirnya kegiatan pariwisata di Desa Coal memberikan dampak positif terhadap kondisi sosial masyarakat khususnya pada peluang kerja dimana peluang kerja masyarakat mengalami peningkatan sehingga masyarakat desa mulai memiliki kesibukan dan pekerjaan lain selain menjadi petani.
Tabel 2 Jenis Peluang Kerja Masyarakat
Sebelum ada pariwisata |
Setelah ada pariwisata |
Jumlah |
Petani |
Homestay |
20 |
Petani |
Warung |
1 |
Petani |
Kerajinan Tas |
1 |
Petani dan siswa |
Sanggar tari |
2 |
Petani |
Pekerja produk lokal kopi dan rebok |
14 |
Sumber: Olah Data Penelitian, 2022
Meski menjadi suatu desa wisata baru, perkembangan pariwisata telah memberikan dampak yang positif dengan memberikan kesempatan dan peluang kerja kepada masyarakat. Selama kegiatan pariwisata berlangsung, cukup banyak masyarakatlokal yang mulai memiliki mata pencaharian baru dengan membuka usaha-usaha baru dan tidak melepas pekerjaan utama mereka sebagai petani. Dari jumlah masyarakat Desa Coal yaitu 1.282 jiwa, sebanyak 38 orang yang mendapatkan pengaruh terhadap aspek peluang kerja yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata. Sebesar 2,9% masyarakat lokal memiliki mata pencaharian ganda dari adanya kegiatan pariwisata. Hal tersebut menjelaskan bahwa pariwisata masih belum
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
memberikan dampak ekonomi dari segi peningkatan pendapatan secara menyeluruh ke masyarakat desa.
-
b. Pendapatan Masyarakat
Pariwisata yang baru berkembang di Desa Coal menjadi suatu awal baru bagi kehidupan masyarakat lokal. Pariwisata memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan masyarakat. Sebagai sebuah daya tarik wisata yang baru dibentuk, dalam proses pengembangnya masyarakat Desa Wisata Coal melewati berbagai hambatan. Meski usia Desa Wisata Coal masih muda pariwisata masih memberikan dampak baik secara sosial maupun ekonomi pada kehidupan masyarakat lokal. Salah satu dampak yang dirasakan yaitu adanya perubahan pendapatan masyarakat.
“Sejak pariwisata ada di desa ini saya memang rasa banyak perubahan yang ada ee. Terutama di kehidupankelompok masyarakat di ini desa. Terus pasti ada juga dampak dari pariwisata yang bikin berubah bagi kehidupan pribadi baik itu dari sisi ekonomi atau sisi sosialnya.”
Ungkapan dari hasil wawancara bersama Mama Sisilia yangmerupakan masyarakat lokal Desa Coal menyatakan bahwa pariwisata memberikan perubahan dan dampak pada kehidupan bermasyarakat dan khusunya pada kehidupan pribadi.
“Sebelum pariwisata ada di desa ini saya bekerja sebagai petani dengan penghasilan sebulan berkisar Rp 800.000,00– 1.500.000,00. Begitu pariwisata masuk, saya mulai merintis usaha homestay dengan biaya per malamnya Rp 200.000,00/kamar. Jadi pekerjaan saya saat ini adalah sebagai petani dan usaha homestay kecil-kecilan. Yaa paling ini usaha hanya untuk menambah pemasukan kalau ada wisatawan yang mau nginap.”
Lebih lanjut Mama Sisilia menyampaikan bahwa pariwisatamembawa dampak pada kondisi perekonomiannya. Melalui pariwisata masyarakat lokal berkesempatan untuk membuka berbagai
jenis usaha untuk menambah pemasukan tambahan.
Gambar 3 Sisilia’s Homestay Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
“Selama kurang lebih 1 tahun ini, ada beberapa wisatawan yang nginap di homestay kami khusunya tamu yang berasal dari kementrian. Setidaknya dengan kedatangan wisatawan ini penghasilan kami dapat bertambah dan jumlahnya itu bisa sampai Rp 2.000.000,00 per bulan dan itu lebih dari penghasilan biasanya yang sering kami terima selama ini. Saya harap kalau desa wisata ini sudah bisa jadi desa wisata maju, banyak wisatawan yang datang ke desa ini dan nginap di homestay kami. Pemasukannya memang tidak terlalu lancar karena desa kami baru dibentuk dan baru berkembang, tapi saya yakin nanti kalau sudah jadi desa wisata maju banyak wisatawan yang bisa menginap di homestay kami dengan segala pelayanan yang kami sediakan”
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, realita bahwa pariwisata yang baru berkembang memberikan sejumlah dampak positif bagi kehidupan masyarakat lokal khusunya pada kondisi perekonomian yaitu dirasakan adanya peningkatan pendapatan karena adanya wisatawan yang melakukan kunjungan dan menginap di beberapa homestay di Desa Coal.
Tabel 3 Pendapatan Masyarakat
Jenis pekerja an sebelu m adanya pariwis ata |
Rata-rata pendapa tan sebelum ada pariwisa ta/bulan |
Jenis pekerjaan setelah adanya pariwisata |
Pendapata n Setelah ada pariwisata /bulan |
Petani |
Rp 800.000 -1.500.00 0 |
Usaha Homestay |
>Rp 2.000.000 |
Petani |
Rp 800.000 -1.500.00 0 |
Warung |
Rp 2.000.0003.000.000 |
Petani |
Rp 800.000 -1.500.00 0 |
Kerajinan tas |
>1.700.000 |
Petani |
Rp 800.000 -1.500.00 0 |
Sanggar Tari |
1.600.000 2.000.000 |
Petani |
Rp 800.000 -1.500.00 0 |
Pekerja produk lokal kopi dan rebok |
Rp 1.800.0002.500.000 |
desa yang telah merasakan adanya pengaruh positif dari pariwisata. Kegiatan pariwisata dapat meningkatkan taraf pendidikan masyarakat setempat. Sebagai desa wisata yang berada di tahap berkembang, pendidikan menjadi satu hal yang cukup krusial untuk diperhatikan. Pendidikan diharpakan mampu meningkatkan kualitas masyarakat setempat khususnya anak-anak dan remaja Desa Coal. Pendidikan dengan kualitas yang baik akan memberikan kesempatan untuk ikut terlibat dalam mengembangakan pariwisata di desa tersebut. Di Desa Coal pendidikan formal sudah berlangsung lama sebelum adanya kegiatan pariwisata. Sedangkan, untuk pendidikan non- formal tidak ada sama sekali dan belum pernah dirasakan oleh anak-anak serta remaja setempat.
(Sumber: Olah Data Pribadi, 2022)
Beberapa masyarakat mengalami
peningkatan jumlah pendapatan, namun dampak yang dirasakan belum maksimal karenajumlah wisatawan yang minim serta Desa Wisata Coal yang baru saja dibentuk menjadi sebuah desa wisata satu tahun yang lalu sehingga perkembangan yang terjadi belum merata. Usia pariwisata desa yang masih sangat muda dan hanya sebagian masyarakat lokal yang merasakan dampak dari adanya pariwisata.
c. Investasi Pendidikan
Kegiatan pariwisata membawa segenap perubahan pada kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Perubahan yang terjadi juga diiringi oleh masuknya ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan akibat dari adanya aktivitas pariwisata membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk membaca peluang dan mengambil kesempatan dari aktivitas pariwisata. Kegiatan pariwisata diharapkan mampu memberikan pengaruh yang positif dalam meningkatkan keinginan untukmemperoleh pendidikan.
Desa Wisata Coal merupakan salah satu
Gambar 4 Ruang Baca dan Kelas Belajar
Bahasa Inggris
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2022
Pendidikan non-formal saat ini menjadi perhatian dari masyarakat setempat untuk terus dikembangkan. Berikut ini merupakan pernyataan Adriani seorang remaja SMA yang melaksanakan kegiatan belajar Bahasa Inggris.
“saya pribadi buat Kelas Belajar Bahasa Inggris karena saya rasa selama ada kegiatan pariwisata di ini kampung apalagi kalau sudah aktif sekali kegiatan pariwisata ini, pasti banyak wisatawan asing yang dating ke ini kampung. Jadi, kami harus benar-benar mempersiapakan diri untuk menyambut mereka dengan sumber daya yang kami punya. Kalau untuk kelas Bahasa Inggris saya fokuskan ke anak- anak SD dan SMP.”
Berkaitan dengan membuktikan bahwa menjadi salah satu pendidikan non-formal
pernyataan di atas, kegiatan pariwisata dorongan terciptanya
berupa kelas belajar
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
Bahasa Inggirs dan Ruang Belajar. Kelas ini menjadi pusat perhatian masyarakat desa dan mendukung adanya kegiatan kelas ini. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pariwisata yang berlangsung menimbulkan suatu perhatian pada pendidikan masyarakat lokal khusunya pendidikan non-formal. Hal ini membuktian bahwa pendidikan formal berkembang karena adanya kegiatan pariwisata. Sementara itu, pendidikan formal sudah berlangsung sebelum adanya kegiatan pariwisata. Terjadinya perubahan pendapatan masyarakat yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata tidak memberikan pengaruh terhadap keputusan orang tua untuk menyekolahkan anaknya
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan pariwisata di Desa Coal berada di tahap involevement (keterlibatan) dengan kriteria-kriteria yang dimiliki oleh Desa Wisata Coal yaitu tingkat kunjungan wisatawan yang mengalami peningkatan selama tahun 2021, atraksi wisata yang tersedia beranekaragam, ketersediaan fasilitas yang disipakan oleh masyarakat, serta partisipasi masyarakat yang selalu terlibat aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan desa wisata.
Perkembangan desa wisata yang telah berlangsung selama setahun telah memberikan beberapa dampak terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Dampak yang dirasakan mempengaruhi beberapa aspek sosial ekonomi yaitu mata pencaharian, investasi pendidikan, dan pendapatan masyarakat lokal. Pada aspek mata pencaharian, mayoritas masyarakatbekerja sebagai petani namun semenjak adanya pariwisata sebanyak 2,9% masyarakat yang memiliki mata pencaharian ganda yang berarti tdk hanya bekerja sebagai petani namun masyarakat setempat memiliki matapencaharian lain seperti membuka homestay, usaha kafe, usaha anyaman tastradisional, dan pengurus sanggar tari tradisional.
Dampak selanjutnya yang dirasakan adalah pada aspek pendapatanmasyarakat. Masyarakat Desa Coal mayoritas bekerja sebagai petani, setelah pariwisata mulai berkembang di desa tersebut beberapa masyarakatdesa mengambil peluang untuk membuka usaha kecil-kecilan. Dari sekian masyarakat tersebut menyatakan bahwa selama membuka usaha, perubahan pada pedapatan memang terjadi. Tetapi perubahan peningkatan pendapatan tesebut belum diraskaan sepenuhnya oleh masyarakat lokal dan hanya beberapa actor yang terlibat dalam kegiatan pengembangan pariwisata di Desa Coal dikarenakan jumlah wisatawan yang berkunjung masih sedikit
sehingga peningkatan pendapatan masyarakat masih belum konsisten.
Dampak yang dirasakan selanjutnya adalah pada aspek investasi pendidikan. Pendidikan formal memanmg sudah berlangsung lama bahkansebelum adanya pariwisata. Sejak pariwisata hadir dan menjadi suatu aktivitas yang sangat penting di kehidupan masyarakat, masyarakat lokal mulai mendukung adanya pendidikan non-formal dengan cara membuka kelas belajar Bahsa Inggris serta beberapa masyarakat umum memberikan sumbangan buku yang kemudian dibuka menjadi sebuah ruang belajar danmembaca bagi anak desa. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya bagi anak-anak dan remaja setempat untuk mempersiapkan kedatangan dari wisatawan asing maupun wisatawan domestik.
Berdasarkan simpulan, adapun saran yang dapat diberikan diantaranya adalah sebagai berikut Pemerintah Daerah khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Masyarakat serta Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo sebaiknya selalu mendukung dalam berbagai bentuk dan memberikan perhatian terhadap perkembangan pariwisata di Desa Coal agar bisa terus berbenah dan bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Pokdarwis dan masyarakat lokal sebaiknya mempersiapkan sumber daya manusia, melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak serta melakukan promosi agar bisa mendatangkan jumlah wisatawan dan mempersiapkan Desa Coal menjadi sebuah desa wisata yang lebih baik lagi dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika, Teori, Dan Terapan. PT.Bumi Aksara. Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
As’ad, M., 2003, Psikologi Industri : Seri Sumber Daya
Manusia. Liberty. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2022. Jumlah Pengunjung. Kabupaten ManggaraiBarat.
https://manggaraibaratkab.bps.go.id/indicator/16/35 /1/pengunjung.html
Bintarto, R., 2007. Pengantar Geografi Kota. U.P Spring.
Yogyakarta.
BPIW, L. I. 2020. BPIW Susun ITMP Labuan Bajo Untuk Mendukung PeningkatanJumlah Wisatawan.
Claudino-Sales, V. 2019. Komodo National Park, Indonesia. In Coastal Research Library (Vol. 28).
https://doi.org/10.1007/978-94-024-1528-5_80
Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 11 No 1, 2023
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut F. (2006). Perencanaan Ekowisata. Yogyakarta: PUSBAR UGM & ANDI
Yogyakarta
Jadesta Kemenparekraf. 2021. DesaWisata Coal. Diakses pada tanggal 12 Mei 2022 di laman
https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/coal
Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian dalam BidangKepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nazir, Moh. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia Pendit, Nyoman S. 1986. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.
Pitana, I Gede dan Diarta I Ketut Surya. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata, C.V AndiOffset: Yogyakarta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Walpole, M. J dan Goodwin, H. J. 2001. “Local Attitudes towards Conservation and Tourism around Komodo National Park, Indonesia”. Environmental Conservation, 28 (2): pp. 160–166.
146
Discussion and feedback