Jurnal Destinasi Pariwisata                                                 p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 10 No 2, 2022

Potensi Wisata Edukasi Berbasis Wisata Ramah Anak di Daya Tarik Wisata Desa Coklat Bali Tabanan

Dian Pramita Sugiarti a,1,I Gusti Agung Oka Mahagangga,2 , Krista S. Romera,3 Komang Kesya Amanda Paramithaa,4 1[email protected] 2 [email protected]

a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri ratu Mahendradatta Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia

Abstract

The condition of Bali tourism during the Covid-19 pandemic has become very concerning, on the one hand, the need for travel is very high but cannot be balanced with the fact of the opening and closing of tourist destinations. Some of the tourist destinations that were closed were used as an opportunity for managers to renovate managed tourist destinations to comply with CHSE standards. The current conditions have also provided new lessons for managers and tourists regarding the safety of traveling during a pandemic. Special interest tourism such as educational tours is currently in demand by family tourists who want to spend time with family and learn about the culture of local people. Bali Chocolate Village is Chocolate Village is a new tourist destination in Bali since October 2020. It is located in Cau Village, Marga District, Tabanan Regency. The founder of Chocolate Village is Dr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si. who built the tourist attraction of Chocolate Village. Chocolate Village began to be known for educational tours that can provide insight for child tourists about how the process of growing chocolate fruit to the process of making it. Chocolate Village is a favorite destination today by local tourists and residents. The founder of Chocolate Village is I Wayan Alit Artha Wiguna who wants to provide new educational tours for child tourists to learn new lessons about the chocolate-making process and educate tourists so that they get to know the chocolate tree which is one of the plantation plants in Indonesia. This child-friendly tourism-based educational tour is expected to: 1) Become a pilot for child-friendly tourist attractions. 2) Promote childfriendly based educational tourism in every attraction of educational tours. 3) There is a change in the perspective of visitors related to the benefits of educational tourism activities.

The formulation of the problems to be raised is 1) The potential of Bali Chocolate Village as a child-friendly tourismbased educational tour 2) the existing condition of Bali Chocolate Village as a tour Child-Friendly Travel-Based Education Data were collected by observation, in-depth interviews, dissemination of questionnaires, literature studies, and documentation techniques. Data analysis techniques use descriptive qualitative and SWOT. The results of the identification of educational tourism are expected to be able to provide new knowledge in traveling, educational tourism activities can stimulate interest and creativity in children, increase children's motivation Amid a period of school saturation from home, increase the attitude of respect and care for the tourist destinations visited such as natural tourism by protecting the environment and forming closeness between families.

Keywords: Bali Chocolate Village, Child-Friendly Tourism, Educational Tourism

  • I.    PENDAHULUAN

Wisata Edukasi atau lebih dikenal sebagai Edutourism merupakan suatu kegiatan berwisata yang memberikan pengalaman belajar di suatu daya tarik wisata. Kata kunci 'belajar' menunjukkan beberapa bentuk proses. Seperti yang dinyatakan Kulich (1987), belajar adalah proses alami yang terjadi sepanjang hidup seseorang dan cukup sering terjadi secara kebetulan, sedangkan pendidikan adalah proses yang lebih sadar, terencana, dan sistematis yang bergantung pada tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran. Wisatawan keluarga dan anak memiliki harapan jika berkunjung ke suatu daya tarik wisata akan mendapatkan pengalaman belajar serta rasa aman dan nyaman saat melakukan kegiatan berwisata. Penelitian yang ada pada wisatawan keluarga cenderung untuk meneliti motif orang tua atau anak-anak dan mengabaikan untuk mempertimbangkan motif bersama dalam kelompok keluarga. Kesibukan orang tua dengan kesenangan anak-anak mereka, aktivitas menantang saat liburan. Seperti halnya perbedaan motivasi, pengalaman liburan keluarga mencerminkan apa yang ingin dilakukan anak-anak, apa yang ingin

dilakukan orang tua mereka, dan dinamika antara anggota keluarga yang berbeda (Gram, 2005; Larsen, 2013). Daya tarik wisata Desa Coklat Bali hadir sebagai daya tarik wisata baru dikabupaten Tabanan Bali. Konsep berwisata yang di tawarkan adalah wisata edukasi yang memberikan pengetahuan dan pembelajaran tentang proses pembuatan coklat dari buah menjadi coklat yang siap dikonsumsi. Kelemahan wisata edukasi adalah hanya berfokus pada pembelajaran tanpa mengindahkan keamanan dan kenyamanan serta fasilitas penunjang. Selain itu perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang paham akan menghadapi anak-anak serta ranah-ranah pendidikan yang harus perhatikan dalam pengelolaan wisata edukasi.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

  • 1.    Wisata Ramah Anak

Wisata ramah anak dalam penelitian ini adalah menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan keluarga dan anak ketika berkunjung serta melakukan kegiatan wisata di suatu daya tarik

Vol. 10 No 2, 2022

wisata. Adapun 3 hal yang akan ditekankan dalam penelitian ini adalah :

  • a) Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang termasuk didalamnya adalah orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan wisatawan anak dalam lingkungan suatu daya tarik wisata. Adapun kriteria SDM yang dibutuhkan untuk menunjang wisata ramah anak adalah :

  • 1.    Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.

  • 2.    Reliability (keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

  • 3.    Emphaty (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk dihubungi.

  • 4.    Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopanan petugas serta sifatnya dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko.

  • 5.    Tangibles (bukti nyata yang kasat mata), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan karyawan, dan sarana komunikasi.

  • 2.    Keamanan dan Kenyamanan

Prosedur keamanan dan kenyamanan yang diterapkan harus sesuai standar yang dibuat oleh pihak pengelola daya tarik wisata, dimana keamanan dan kenyamanan wisatawan anak menjadi perhatian utama. Berikut adalah definisi keamanan dan kenyaman dalam penelitian ini adalah :

  • 1.    Safety (Kenyamanan) dimana wisatawan anak merasa aman saat berekreasi di tempat wisata

  • 2.  Security (Keamanan) keamanan yang

berstandar terkait layanan wisata di sejumlah titik wisata

  • 3.  Accesibility (Akses) akses menuju lokasi

wisata yang mudah dan aman bagi anak-anak

  • 4.    Education (Pendidikan) aktivitas wisata yang memiliki edukasi yang baik bagi anak-anak yang bisa mereka praktekkan nantinya.

  • 5.    Sharing Experience (Berbagi Pengalaman) wisatawan anak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru yang bisa dibagikan ke orang-orang sekitar

  • 3.    Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang wisata ramah anak dalam penelitian ini adalah :

  • 1.    Wastafel di area cuci tangan khusus anak-anak (konsep dibuat dengan bentuk karakter yang disukai anak-anak dengan posisi yang lebih rendah)

  • 2.    Tempat sampah yang telah dipilah antara organik dan non organik serta pemanfaat hasil olahan sampah sebagai pupuk

  • 3.    Toilet (ukuran) yang dikhususkan untuk anak disertakan dengan ornamen-ornamen karakter, changing room dan nursing room.

  • 4.    CCTV dititik-titik yang dianggap rawan

  • 5.    Persediaan Kotak Obat bagi anak-anak

  • 6.    Kerjasama dengan klinik terdekat

  • 7.    Fasilitas wheelchair, penyewaan kereta

  • 4.    Attraction, Accessibility, Amenity, Ancilliary (4A)

Daya tarik wisata menurut Cooper dkk (1995:81) mengemukakakn bahwa terdapat 4 komponen yang harus dimiliki sebuahn objek wisata yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancilliary.

  • a)    Attraction (Atraksi)

Merupakan    komponen    yang

siginifikan dalam menarik wisatawan. Suatu daerah yang dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Apa yang dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan yaitu 1) Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan 3) Atraksi buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwistaan itu dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata ditempat dimana modal itu ditemukan. Ada modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati atau bahkan pada kesempatan lain wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata.

  • b)    Amenity (Fasilitas)

Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada

Vol. 10 No 2, 2022

di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti penginapan, rumah makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti hotel, atraksi wisata, marin, gedung pertunjukan dan sebagainya. Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-sarana     pariwisata     ialah     jalan

raya,persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon dan lain-lain. Mengingat hubungan antar sarana dan prasana sudah jelas bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus melalui sarana. Ada saat prasarana dibangun bersama-sana dalam rangka pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik, ada hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan syarat untuk sarana dan sebaliknya sarana dapat menyebakan perbaikan prasana.

  • c)    Acessibility (Aksesibilitas)

Acessibility merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pariwisata. Segala macam transportasi ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi          perkembangan

aksesibilitas di daerah tersebut. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi.

  • d)    Ancilliary (Pelayanan Tambahan) Pelayanan tambahan harus idsediakan oleh Pemda dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan amupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disedikan termasuk pemasaran,pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam aktifitas dengan segala perturan perundang-undnagan biak dijalan raya maupun di objek wisata. Ancilliary juga merupakan hal-hal yang medukung sebuah kepariwisatan seperti lembaga pengelolaan, tourist information, travel

agent dan stakeholder berperan dalamn kepariwisataan.

  • b. Aktivitas Wisata Edukasi

Wisata    edukasi    dalam    pariwisata,

dimaksudkan dalam kategori wisata minat khusus (special interest tourist). Ismayanti (2010) berpendapat bahwa “pariwisata minat khusus merupakan pariwisata yang menawarkan kegiatan yang tidak biasa dilakukan oleh wisatawan pada umumnya atau wisata dengan keahlian atau ketertarikan khusus”. Terdapat beberapa kriteria yang dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus (Fandeli, 2002) yaitu adanya unsur:

  • a)  Learning, yaitu pariwisata yang mendasar

pada unsur belajar.

  • b)    Rewarding, yaitu pariwisata yang memasukkan     unsur     pemberian

penghargaan atau mengakui dan mengagumi keindahan atau keunikan serta kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan.

  • c)  Enciching,    yaitu pariwisata yang

memasukkan suatu peluang terjadinya pengayaan pengetahuan antara wisatawan dengan lingkungan atau masyarakat.

  • d)    Adventuring, yaitu pariwisata yang dirancang dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan

Aktivitas wisata edukasi dapat menjadi sarana bersosialisasi dan menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya dan bangsa. Wisata edukasi merupakan aktivitas pariwisata yang dilakukan wisatawan dan bertujuan utama memperoleh pendidikan dan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, pariwisata berhubungan erat dengan mata pelajaran akademis, seperti geografi, ekonomi, sejarah, bahasa, psikologi, pemasaran, bisnis, hukum, dan sebagainya. Wisata edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini juga sebagai study tour atau perjalanan kunjungan-kunjungan pengetahuan (Suwantoro, 1997). Wisata edukasi adalah suatu program dimana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger, 1998). Wisata edukasi sangat berkaitan erat dengan konsep taksonomi, Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom. Taksonomi adalah sistem klarifikasi. Taksonomi berarti klarifikasi berhiherarki dari sesuatu atau prinsip yang

Vol. 10 No 2, 2022

mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi. Konsep taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan) (Benjamin S. Bloom, 1956):

  • 1.    Ranah kognitif adalah kemampuan berfikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

  • 2.    Ranah afektif sering berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.

  • 3.    Ranah psikomotor adalah kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (secara praktik

Jafari & Ritchie (1981) mengemukakan aktivitas pariwisata edukasi meliputi; konferensi, penelitian, pertukaran pelajar nasional dan internasional, kunjungan sekolah, sekolah bahasa, dan wisata studi, yang diorganisasi baik secara formal maupun nonformal, dengan tujuan wisata alam maupun buatan. Sedangkan Cohen (2008) mengemukakan aktivitas wisata studi, meliputi pembelajaran tentang sejarah, geografi, bahasa, agama, dan budaya, melalui kunjungan situs penting, keterlibatan dalam penelitian, maupun konferensi. Tujuan utama wisata edukasi yakni pendidikan dan penelitian, sehingga sekolah atau perguruan tinggi dan situs sejarah menjadi destinasi utama dalam wisata edukasi (Wang dan Li, 2008 dalam Wijayanti, 2017). Sebagian besar wisatawan edukasi terdiri dari mahasiswa dan pelajar yang memanfaatkan waktu liburan untuk jalan-jalan dan mendapatkan pengetahuan.

Menurut Wood (2002:28), ciri-ciri sarana dan jasa edutourism, menuju pada jenis sarana dan jasa ekowisata adalah sebagai berikut:

  • a)    Melindungi lingkungan sekitarnya baik yang berupa lingkungan alami maupun kebudayaan lokal.

  • b)    Memiliki dampak minimal terhadap lingkungan alami selama masa konstruksi dan

operasinya.

  • c)    Sesuai dengan konteks budaya dan fisik wilayah setempat, misalnya ditandai dengan arsitektur yang menyatu dengan bentuk, landscape, dan warna lingkungan setempat.

  • d)    Mengurangi tingkat konsumsi air dan menggunakan cara alternatif yang dapat berkelanjutan untuk mendapat tambahan air.

  • e)    Mengelola limbah dan sampah dengan hati-hati.

  • f)    Memenuhi kebutuhan energi melalui penggunaan alat dan sarana berdesain pasif (desain yang tidak banyak mengubah lingkungan alami).

  • g)    Dalam pembangunan dan pengelolaannya mengupayakan kerjasama dengan komunitas lokal.

  • h)    Menawarkan program yang berkualitas untuk memberikan pendidikan mengenai lingkungan alami dan kebudayaan setempat terhadap  tenaga kerja dan

wisatawan.

  • i)    Mengakomodasikan  berbagai program

penelitian dalam rangka kontribusi kegiatan      edutourism      terhadap

pengembangan berkelanjutan wilayah setempat.

  • III. METODE PENELITIAN

  • a. Bagian Alir Penelitian

Berdasarkan konsep yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat digambarkan bagan alir (road map) wisata edukasi berbasis wisata ramah anak pada gambar 3.1. Dapat dijelaskan berdasarkan bagan alir penelitian, bahwa wisata edukasi berbasis wisata ramah anak akan dilakukan secara multi tahunan, yaitu dimulai pada tahun 2021 dan berakhir pada tahun 2022. Pada tahap pertama (2021) telah digali bagaimana kondisi eksisting Desa Coklat Bali sebagai wisata edukasi yang tumbuh ditengah masa pandemi Covid-19. Informasi yang telah dihasilkan di tahun pertama ini sebagai dasar untuk melihat potensi wisata edukasi berbasis ramah anak di Desa Coklat Bali kabupaten Tabanan Bali.

  • 1.    Pendekatan Penelitian.

Guna menggali Potensi wisata edukasi berbasis ramah anak di Desa Coklat Bali kabupaten Tabanan akan digunakan metode kualitatif dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

  • 1.    Penelitian studi kasus melibatkan studi kasus (atau kasus) dalam kehidupan nyata, konteks kontemporer atau pengaturan (Yin, 2014). Kasus ini bisa menjadi entitas konkret, seperti individu, kelompok kecil, organisasi, atau kemitraan. Pada tingkat yang kurang konkret, Mungkin komunitas, hubungan, proses keputusan, atau proyek tertentu (Yin, 2014 (dalam Creswell :2018)

  • 2.    Melakukan pendekatan bottom-up yakni pendekatan yang diadopsi oleh peneliti kualitatif cenderung induktif yang berarti bahwa mereka mengembangkan teori atau

Vol. 10 No 2, 2022

mencari pola makna berdasarkan data yang telah mereka kumpulkan. Ini melibatkan perpindahan dari spesifik ke umum.

  • 3.    Implementasi, berdasarkan Buku Panduan desa wisata berbasis ramah anak bebas eksploitasi dari Kementrian Pariwisata dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan di implementasikan di Desa Coklat Bali sebagai percontohan wisata edukasi berbasis ramah anak.

  • c. Sumber, Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data. Data yang dikumpulkan adalah data primer berupa dokumentasi fasilitas, SDM, serta aktifitas wisata edukasi di Desa Coklat Bali dan Buku Panduan desa wisata berbasis ramah anak bebas eksploitasi dari Kementrian Pariwisata dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Selain itu, data sekunder diperoleh dari jurnal-jurnal yang terkait dengan potensi wisata edukasi.

Jenis data. Data yang dikumpulkan berupa data kualitatif. Adapun data kualitatif berupa hasil uraian dokumentasi fasilitas, SDM, serta aktifitas wisata edukasi di Desa Coklat Bali.

Metode pengumpulan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipan, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi.

  • a.    Observasi Partisipasif Sugiyono (2012:227) dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang di kerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan ini observasi partisipan akan memperoleh data yang lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

  • b.    Sugiyono     (2012:233)    Wawancara

semiterstruktur adalah jenis wawancara dalam kategori in-dept interview. Dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan    dengan    wawancara

terstruktur. Tujuan wawancara dari jenis ini    adalah    untuk    menemukan

permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang di ajak diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang di kemukakan informan.

  • c.    Studi Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan contohnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.

  • d.    Kuesioner (Angket)Sugiyono (2012:142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat      pertanyaan      atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan oleh responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau di kirim melalui pos atau internet.

  • IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 1.    Daya Tarik Wisata Desa Coklat Bali

Daya tarik wisata Desa Coklat Bali merupakan destinasi wisata baru di Bali sejak bulan Oktober 2020. Terletak di Desa Cau Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Founder dari Desa Coklat adalah Dr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna,M.Si. yang membangun daya Tarik wisata Desa Coklat Bersama dengan anaknya. Desa Coklat Bali mulai dikenal dengan wisata edukasi yang dapat memberikan wawasan untuk anak-anak tentang bagaimana proses penanaman buah cokelat hingga proses pembuatannya. Pemilik Desa Coklat Bali ingin memberikan wisata edukasi baru bagi anak-anak untuk memperoleh pelajaran baru tentang proses pembuatan coklat serta mengedukasi pengunjung agar mereka mengenal pohon cokelat yang menjadi salah satu tanaman perkebunan di Indonesia. Pengunjung akan difasilitasi pemandu yang nantinya akan mengajak pengunjung untuk berkunjung dan memperkenalkan berbagai jenis tanaman coklat serta bagaimana cara memulai menanam, mengolah hingga menghasilkan coklat yang dapat dimakan. Wisata edukasi ini sangat menarik bagi anak-anak yang sangat menggemari coklat, mereka dapat mengetahui dari mana asal coklat yang mereka makan selama ini. Proses pembuatan coklat sedari awal akan memberikan

Vol. 10 No 2, 2022

pengalaman baru bagi anak-anak sehingga akan menimbulkan kenangan yang tidak akan dilupakan.

Daya tarik wisata menurut Cooper dkk (1995:81) mengemukakan bahwa terdapat 4 komponen yang harus dimiliki sebuahn objek wisata yaitu attraction, accessibility, amenity dan ancilliary.

  • a)    Attraction (Atraksi)

Merupakan komponen yang siginifikan dalam menarik wisatawan. Suatu daerah yang dapat menjadi tujuan wisata jika kondisinya mendukung untuk dikembangkan menjadi sebuah atraksi wisata. Apa yang dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan yaitu 1) Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata budaya, dan 3) Atraksi buatan manusia itu sendiri. Modal kepariwistaan itu dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata ditempat dimana modal itu ditemukan. Ada modal kepariwisataan yang dapat dikembangkan sehingga dapat menahan wisatawan selama berhari-hari dan dapat berkali-kali dinikmati atau bahkan pada kesempatan lain wisatawan bisa berkunjung ketempat yang sama. Keberadaan atraksi menjadi alasan serta motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu daya tarik wisata.

Kegiatan atraksi wisata yang ada di daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah memperkenalkan berbagai jenis pohon kakau serta bagaimana cara memulai membibit, menanam, mengolah hingga menghasilkan coklat yang dapat dimakan. Adapun kegiatan ini dapat diikuti oleh pengunjung yang berkunjung ataupun mahasiswa serta siswa dari SD sampai dengan SMA untuk mendapatkan edukasi tentang coklat. Selain itu, pengunjung yang ingin belajar untuk mendalami pembibitan pohon kakau dapat mengikuti seminar khusus yang telah disediakan dalam bentuk paket.

  • b)    Amenity (Fasilitas)

Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti penginapan, rumah makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan

c)


prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana pariwisata seperti hotel, atraksi wisata, marin, gedung pertunjukan dan sebagainya. Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk pembangunan sarana-sarana pariwisata ialah jalan raya,persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan, telepon dan lain-lain. Mengingat hubungan antar sarana dan prasana sudah jelas bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus melalui sarana. Ada saat prasarana dibangun bersama-sana dalam rangka pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah dapat berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila aksesibilitasnya baik, ada hubungan timbal balik antara sarana dan prasarana. Prasarana merupakan syarat untuk sarana dan sebaliknya sarana dapat menyebakan perbaikan prasana.

Prasarana yang ada di daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah restoran dengan pemandangan sawah, pabrik pengolahan coklat, toko souvenir mini museum yang menampilkan alat pengolahan coklat tradisional dan modern, jenis-jenis olahan coklat serta penghargaan yang didapatkan oleh daya tarik wisata Desa Coklat Bali. Selain itu, prasarana lain seperti toilet yang bersih, tempat sampah organik dan non organik, tempat cuci tangan di tempat-tempat yang dapat dijangkau wisatawan serta lahan parkir yang memadai.

Acessibility (Aksesibilitas)

Acessibility merupakan hal yang paling penting dalam kegiatan pariwisata. Segala macam transportasi ataupun jasa transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses ini diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Jika suatu daerah tidak tersedia aksesibilitas yang baik seperti bandara, pelabuhan dan jalan raya, maka tidak akan ada wisatawan yang mempengaruhi perkembangan aksesibilitas di daerah tersebut. Jika suatu daerah memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi.

Aksesibilitas dari daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah wisatawan dapat mengunjungi daya tarik wisata coklat Bali dengan menggunakan mobil ataupun sepeda motor karena jaraknya yang tidak

Vol. 10 No 2, 2022

terlalu jauh dari pusat Kota Denpasar. Memiliki jarak 37.9 km dan ditempuh dalam waktu 1 jam 11 menit berdasarkan waktu yang di perkirakan oleh web milik daya tarik wisata Desa Coklat Bali.

  • d)    Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Pelayanan tambahan harus disediakan oleh Pemda dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan amupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disedikan                     termasuk

pemasaran,pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik, telepon dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam aktifitas dengan segala perturan perundang-undnagan baik dijalan raya maupun di objek wisata. Ancilliary juga merupakan hal-hal yang medukung sebuah kepariwisatan      seperti      lembaga

pengelolaan, tourist information, travel agent dan stakeholder berperan dalam kepariwisataan.

  • 2.    Potensi Wisata Edukasi

Wisata edukasi dalam pariwisata, dimaksudkan dalam kategori wisata minat khusus (special interest tourist). Ismayanti (2010) berpendapat bahwa “pariwisata minat khusus merupakan pariwisata yang menawarkan kegiatan yang tidak biasa dilakukan oleh wisatawan pada umumnya atau wisata dengan keahlian atau ketertarikan khusus”. Terdapat beberapa kriteria yang dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus (Fandeli, 2002) yaitu adanya unsur:

  • a)  Learning, yaitu pariwisata yang mendasar

pada unsur belajar.

  • b)    Rewarding,   yaitu pariwisata yang

memasukkan     unsur     pemberian

penghargaan atau mengakui dan mengagumi keindahan atau keunikan serta kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan.

  • c)  Enriching,    yaitu pariwisata yang

memasukkan suatu peluang terjadinya pengayaan pengetahuan antara wisatawan dengan lingkungan atau masyarakat.

  • d)    Adventuring,   yaitu pariwisata yang

dirancang dan dikemas sehingga terbentuk wisata petualangan

  • a)    Learning

Learning, yaitu pariwisata yang mendasar pada unsur belajar. Wisatawan yang datang berkunjung ke suatu daya tarik wisata mendapatkan pembelajaran terkait tentang apa yang ditawarkan

oleh pengelola maupun tentang menjaga lingkungan. Kegiatan belajar yang ditawarkan oleh pengelola di daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah belajar mengenal jenis-jenis pohon kakau, pengolahan    biji    coklat    hingga    cara

memfermentasikan, proses mengeringkan biji coklat dengan mesin, mengolah biji coklat menjadi coklat yang dapat dikonsumsi hinga proses untuk packaging. Bagi siswa TK-SMA akan diberikan paket pelatihan membuat coklat sendiri, membentuk coklat hingga mengkemas coklat yang sudah dibuat. Sedangkan untuk mahasiswa dan umum akan diberikan pelatihan mulai dari proses pembibitan pohon kakao.

  • b)    Rewarding

Pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan atau mengakui dan mengagumi keindahan atau keunikan serta kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan. Pada daya tarik wisata Desa Coklat Bali memiliki banyak penghargaan dibidang pertanian serta pengolahan pohon kakao menjadi coklat. Hal ini tidak terlepas dari peran pemilik sekaligus pengelola daya tarik wisata Desa Coklat Bali yaitu Bapak Dr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna,M.Si yang merupakan penyuluh aktif dalam bidang pertanian dan agrotourism baik tingkat nasional maupun internasional.

  • c)  Enriching

Pariwisata yang memasukkan suatu peluang terjadinya pengayaan pengetahuan antara wisatawan dengan lingkungan atau masyarakat. Pengelolaan sampah di daya tarik wisata Desa Coklat Bali ini adalah menggunakan konsep Eco Enzym. Dikutip dari laman web Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Repubkik Indonesia, Eko-enzim merupakan produk ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun. Pembuatannya hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, serta sampah organik sayur dan buah. Eko-enzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air dengan perbandingan 3 : 1 : 10. Pada dasarnya, eko-enzim mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna dalam pemanfaatan sampah buah atau sayuran. Enzim dari “sampah” ini adalah salah satu cara manajemen sampah yang memanfaatkan sisa-sisa dapur untuk menghasilkan cairan yang bermanfaat. Proses fermentasi dalam pembuatan eko-enzim berlangsung selama 3 (tiga) bulan. Setelah itu cairan yang dihasilkan, yaitu berwarna coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat, sudah bisa dimanfaatkan. Eko-enzim dapat digunakan sebagai pupuk cair organik tanaman, campuran deterjen, pembersih lantai, pembersih sisa pestisida, pembersih kerak, dan 281

Vol. 10 No 2, 2022

sebagai bahan spa untuk membantu melancarkan peredaran                                darah.

(https://www.menlhk.go.id/site/single_post/3998 /eko-enzim-pengolahan-sederhana-sampah-rumah-tangga-hasilkan-cairan-serbaguna) diakses pada 01 September 2022.

Aktivitas wisata edukasi dapat menjadi sarana bersosialisasi dan menumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaan terhadap budaya dan bangsa. Wisata edukasi merupakan aktivitas pariwisata yang dilakukan wisatawan dan bertujuan utama memperoleh pendidikan dan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, pariwisata berhubungan erat dengan mata pelajaran akademis, seperti geografi, ekonomi, sejarah, bahasa, psikologi, pemasaran, bisnis, hukum, dan sebagainya. Wisata edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini juga sebagai study tour atau perjalanan kunjungan-kunjungan pengetahuan (Suwantoro, 1997). Wisata edukasi adalah suatu program dimana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi (Rodger, 1998). Wisata edukasi sangat berkaitan erat dengan konsep taksonomi, Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh Benjamin S. Bloom. Taksonomi adalah sistem klarifikasi. Taksonomi berarti klarifikasi berhiherarki dari sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti ilmu yang mempelajari tentang klasifikasi. Konsep taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan) (Benjamin S. Bloom, 1956):

  • 1.    Ranah kognitif adalah kemampuan berfikir, kompetensi memperoleh pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

  • 2.    Ranah afektif sering berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.

  • 3.    Ranah psikomotor adalah kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik

    Nama Kegiatan

    Uraian Kegiatan

    Taksnomi Bloom

    Molding Chocolate

    Kegiatan mengolah  coklat

    menjadi minuman coklat       serta

    membentuk coklat menjadi   bentuk

    Ranah Kognitif dan Psikomotorik, dimana pengunjung diberikan pengetahuan tentang        cara

    yang  diinginkan.

    Untuk  membuat

    Coklat Panas, biji kakao yang sudah disangrai ditumbuk hingga halus   kemudian

    disiram air panas dan      disaring.

    Kemudian   bisa

    ditambahkan dengan      gula

    kelapa atau susu. Adapun kegiatan membentuk coklat adalah coklat cair yang   kemudian

    masukkan    ke

    dalam    cetakan

    yang        telah

    disediakan,   lalu

    diberikan topping seperti    kacang

    almond.

    menumbuk    biji

    kakao         dan

    menjadikannya sebagai      coklat

    panas.  Menumbuk

    menggunakan  alat

    tradisional    yaitu

    lesung kayu. Selain itu kegiatan untuk siswa         yaitu

    membentuk coklat dengan menggunakan cetakan

    Rice Planting

    Kegiatan menanam padi di sawah.  Kegiatan

    ini diberikan bagi siswa     sekolah

    dasar yang datang untuk  berwisata

    edukasi    coklat

    serta outbound.

    Ranah Psikomotorik, dimana siswa akan diberikan kegiatan yang menggerakkan anggota     badan

    dengan  turun ke

    sawah         lalu

    menanam bibit padi yang          telah

    disediakan.

    Subak Tour

    Aktivitas membajak sawah dengan sapi, serta menanam   padi

    dengan      cara

    tradisional.

    Ranah    Kognitif,

    Psikomotorik, pengunjung dipersilahkan untuk membajak  sawah

    menggunakan sapi dilanjutkan dengan cara memilih benih Padi yang siap untuk ditanam serta cara penanaman   padi

    yang benar.

    Chocolate Institute

    Kegiatan       ini

    dilakukan    oleh

    pengunjung  dari

    Kampus  dengan

    jurusan pertanian ataupun

    agribisnis. Karena kegiatan ini akan diawali   dengan

    seminar  tentang

    pengolahan   biji

    kakao    menjadi

    coklat        siap

    konsumsi, kemudian berkeliling kebun kakao, mengenali jenis-jenis pohon kakao, mengenali jenis-jenis     biji

    kakao,    melihat

    proses fermentasi kemudian   cara

    Ranah    Kognitif,

    Ranah Afektif dan Ranah Psikomotorik, dimana pengunjung akan menadapatkan pengetahuan, pengenalan   serta

    pemahaman tentang pengolahan     biji

    kakao     menjadi

    coklat          siap

    konsumsi.

    Kemudian pengunjung   akan

    diberikan pengalaman untuk mencoba rasa dari beberapa jenis biji kakao.  Pada  sesi

    akhir         akan

    diberikan pengetahuan untuk

Vol. 10 No 2, 2022

pengolahan biji kakao menjadi coklat.

pengolahan dan proses pengemasan biji kakao menjadi coklat siap konsumsi.

Be a Balinese

Merupakan kegiatan    yang

ditawarkan kepada wisatawan asing     melalui

Travel     Agent.

Kegiatan       ini

merupakan kegiatan dalam 1 paket    dengan

rincian  kegiatan

yang       paling

lengkap   seperti

Tracking di kebun kakao, memproses fermentasi, tur di pabrik, membuat coklat, ,menanam padi,  membajak

dengan      sapi,

memberika makan sapi,   membuat

coklat      panas

dengan     tekni

tradisional, membuat canang dan     gebogan,

memanjat pohon kelapaa,     serta

belajar tari Bali

Ranah    Kognitif,

Ranah Afektif dan

Ranah

Psikomotorik.

Berdasarkan penjelasan di atas, Jafari & Ritchie (1981) menambahkan aktivitas pariwisata edukasi meliputi; konferensi, penelitian, pertukaran pelajar nasional dan internasional, kunjungan sekolah, sekolah bahasa, dan wisata studi, yang diorganisasi baik secara formal maupun nonformal, dengan tujuan wisata alam maupun buatan. Dalam penelitian ini aktivitas wisata edukasi yang ditawarkan oleh daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah jasa pelatihan menanam bibit, memanen buah kakao, memproses buah menjadi coklat siap konsumsi. Kunjungan sekolah-sekolah kerap dilakukan dan beberapa sekolah telah memiliki kerjasama dengan daya tarik wisata Desa Coklat Bali, sehingga setiap tahunnya akan ada kunjungan dari berbagai sekolah. Pada skala internasional adapun daya tarik wisata Desa Coklat Bali telah melakukan pemasaran di seluruh wilayah Bali melalui berbagai swalayan dan supermarket, ekspor produk coklat ke luar negeri ke New Zealand, Australia, Brunei, Singapura, Malaysia, Jepang, Qatar, Saudi Arabia, dan serta memiliki distributor international Club CAU (Japan), Superlative Food Pte Ltd (Singapura), Diet Angel Sdn. Bhd. (Malaysia), Zest LLC (USA).

Menurut Wood (2002:28), ada 9 ciri-ciri sarana dan jasa edutourism yang mnegharuskan suatu daya tarik wisata dalam mewujudkan wisata edukasi.

Dalam penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dilapangan pada Jumat 30 September 2022, ditemukan hasil 9 ciri-ciri sarana dan jasa wisata edukasi di daya tarik wisata Desa Coklat Bali sebagai berikut:

9 Ciri-Ciri

Hasil di Lapangan

Melindungi lingkungan sekitarnya baik yang berupa lingkungan alami maupun kebudayaan lokal

Lingkungan sekitar Desa Coklat Bali adalah sawah serta kebun kakao yang dimiliki oleh pemilik serta petani di Desa Cau sendiri.

Memiliki dampak minimal terhadap lingkungan alami selama masa konstruksi dan operasinya.

Seluru pohon kakao di rawat tanpa pestisida, Daya tarik wisata Desa Coklat Sendiri telah mengantongi sertifikat Organik serta bekerjasama dengan petani lokal yang juga menggunakan sistem organik pada pembibitan pohon kakao sehingga menghasilkan buah kakao berkualitas baik.

Sesuai dengan konteks budaya dan fisik wilayah setempat, misalnya ditandai dengan arsitektur yang menyatu dengan bentuk, landscape, dan warna lingkungan setempat.

Pada bagian ini arsitektur pabrik coklat sendiri belum memiliki bangunan yang khas budaya Bali, hanya saja pada paket Be a Balinese wisatawan diberikan kesempatan untuk mengunjungi Rumah Adat Bali dengan konsep Tri Hita Karana.

Mengurangi tingkat konsumsi air dan menggunakan cara alternatif yang dapat

berkelanjutan untuk mendapat tambahan air.

Air yang digunakan di daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah aliran irigasi milik Desa Cau. Karena berada di dataran tinggi yang memiliki curah hujan yang cukup intens sehingga pohon kakao tidak membutuhkan banyak air dalam proses penyiraman.

Mengelola limbah dan sampah dengan hati-hati.

Limbah sampah yang dimiliki akan digunakan kembali menjadi kompos dengan menggunakan konsep eco enzym, dimana sisa kulit dari buah kakao ditanam kembali di lubang yang disediakan berdampingan dengan pohon kakao. Jadi di setiap pohon kakao memiliki lubang untuk pembuangan sisa kulit buah yang tidak digunakan.

Vol. 10 No 2, 2022

Memiliki dampak minimal terhadap lingkungan alami selama masa konstruksi dan

operasinya.

Dampak terhadap lingkungan dari proses pengolahan bji kakao sendiri sangat minimal karena keseluruhan hasil olahan menjadi produk seperti, biji utuh, butter, bubuk, coklat putih serta coklat siap konsumsi

Memenuhi kebutuhan energi melalui penggunaan alat dan sarana berdesain pasif

(desain yang tidak banyak mengubah lingkungan alami).

Menggunakan tenaga mesin modern dalam proses pengolahan buah kakao menjadi coklat siap konsumsi. Proses packaging masih bersifat manual dengan tenaga manusia. Termasuk proses fermentasi.

Dalam  pembangunan  dan

pengelolaannya mengupayakan   kerjasama

dengan

komunitas lokal.

80%    pekerja    adalah

masyarakat Lokal Desa Cau.

Menawarkan program yang berkualitas untuk memberikan pendidikan mengenai lingkungan alami dan kebudayaan setempat terhadap tenaga kerja dan wisatawan.

Jenis kegiatan yang ditawarkan, Making Chocolate, Rice Planting, Subak tour, Be a Balinese serta Chocolate Institute. Selain itu dalam setiap bulannya pekerja di daya tarik wisata Desa Coklat Bali diberikan pelatihan rutin tentang proses pembibitan buah kakao.

Mengakomodasikan berbagai program  penelitian  dalam

rangka kontribusi kegiatan

edutourism        terhadap

pengembangan berkelanjutan

wilayah setempat.

Pemilik adalah Bapak Alit Arthawiguna yang merupakan wakil ketua DPD HKTI Bali Bidang Inovasi Teknologi dan merupakan penyuluh Lingkungan yang menjadi pembicara di berbagai negara seperti Jepang, Afrika, Taiwan, Malaysia dll (berdasarkan hasil wawancara, 30 September 2022).

Chocolate Institute adalah salah satu kegiatan yang ditawarkan kepada orang yang ingin mendalami mulai dari proses pembibitan hingga menjadikan coklat siap konsumsi. Selain itu daya tarik wisata Desa Coklat

Bali memberdayakan buah kakao milik petani lokal lain seperti di daerah Kabupaten Negara.

  • 3.    Potensi Wisata Edukasi Berbasis Ramah Anak

Wisata ramah anak dalam penelitian ini adalah menjamin keamanan dan kenyamanan wisatawan keluarga dan anak ketika berkunjung serta melakukan kegiatan wisata di suatu daya tarik wisata. Adapun 3 hal yang akan ditekankan dalam penelitian ini adalah :

  • a)    Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang termasuk didalamnya adalah orang-orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan wisatawan anak dalam lingkungan suatu daya tarik wisata. Adapun kriteria SDM yang dibutuhkan untuk menunjang wisata ramah anak adalah Responsiveness (ketanggapan), Reliability (keandalan), Emphaty (empati), Assurance (jaminan), serta Tangibles (bukti nyata yang kasat mata). Berikut ini adalah hasil yang peneliti dapatkan melalui wawancara dengan Handling Guest serta Marketing yang merupakan pekerja yang berhadapan langsung dengan wisatawan serta bertugas untuk memberikan mengatur jadwal kegiatan, memberikan pelatihan serta pembelajaran pada wisatawan ;

Kriteria Sumber Daya Manusia

Hasil di Lapangan

1.   Responsiveness

(ketanggapan), yaitu kemampuan untuk  menolong

pelanggan    dan

ketersediaan untuk   melayani

pelanggan dengan baik.

“Kebanyakan     dari

pengunjung     yang

datang itu kan adalah sekolah-sekolah dengan tingkat Paud, TK,

SD,SMA,Universitas.

Kita  memperlakukan

mereka        sedikit

berbeda, kalau Paud dan TK mereka hanya dikasi edukasi di Pabrik Utama dengan melihat kebun   percontohan,

sedangkan     tingkat

SD,SMA,   Universitas

mereka diajak langsung untuk ke kebun kakao yang terletak pada 3 titik   berjarak   200

meter   dari   pabrik

utama. Kalau Paud

Vol. 10 No 2, 2022

sama TK kami edukasi dengan nyanyi2, games2 jadi lebih hidup. Kami tidak milih2 pelanggan, kalaupun ada yang walk in guest 1 atau 2 orang kami layani dengan baik” (Salsa, September 2022).

2.    Reliability

(keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan  sesuai

yang    dijanjikan

dengan    segera,

akurat,       dan

memuaskan.

“sejak tahun 2020 kita menawarkan Jasa edukasi ini enggak pernah ada komplain sih. Bahkan kita banyak punya kerjasama dengan sekolah-sekolah dari berbagai sekolah di Bali”. (Ayu, September 2022)

3.   Emphaty (empati),

yaitu rasa peduli untuk memberikan perhatian  secara

individual kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan,  serta

kemudahan untuk dihubungi.

“Sebetulnya dalam pikiran kami kalo siswa-siswa yang datang mereka adalah tanggung jawab kami semua walaupun mereka datang dengan guru-guru tapi kalo sudah ikut tur kamu berarti mereka adalah tanggung jawab kami”. (Salsa, September 2022).

“Kita selalu bertanggung jawab untuk semua wisatawan yang datang” (Ayu, September 2022)

4.   Assurance

(jaminan),   yaitu

pengetahuan, kesopanan petugas     serta

sifatnya     dapat

dipercaya sehingga pelanggan terbebas     dari

resiko.

“Kita itu selalu dapat pelatihan hospitality dari tim management, kita tahu cara men-treat wisatawan yang berkunjung, kita juga punya SOP untuk menyambut dan melayani tamu” (Ayu, September 2022)

5.   Tangibles   (bukti

nyata yang kasat mata),       yaitu

meliputi   fasilitas

fisik, perlengkapan karyawan,    dan

sarana komunikasi.

“Karyawan disini sudah di Vaksin hingga Vaksin Booster, kita juga menggunakan masker saat bertemu dengan wisatawan. kita juga karyawan yang multi tasking karena kita semua paham akan proses pembibitan, pengolahan hingga menjadi coklat siap makan” (Salsa, September 2022).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa daya tarik wisata Desa Coklat Bali memiliki Sumber daya Manusia yang memenuhi konsep Wisata Ramah Anak yang dimana SDM merupakan faktor penting dalam menerepakan wisata edukasi berbasis Ramah Anak.

  • b)    Keamanan dan Kenyamanan

Prosedur keamanan dan kenyamanan yang diterapkan harus sesuai standar yang dibuat oleh pihak pengelola daya tarik wisata, dimana keamanan dan kenyamanan wisatawan anak menjadi perhatian utama. Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada pemilik daya tarik wisata Desa Coklat Bali ;

Keamanan    dan

Kenyamanan

Hasil di Lapangan

1.   Safety (Kenyamanan)

dimana   wisatawan

anak merasa aman saat  berekreasi  di

tempat wisata

“kami memberikan yang terbaik untuk jasa edukasi ini, kenyamanan dengan keramahan staff serta adanya restoran ini, apalagi kegiatan outbond ini kan sangat disukai oleh anak2” (Alit, September 2022)

2.   Security (Keamanan)

keamanan     yang

berstandar    terkait

layanan  wisata  di

sejumlah titik wisata

“Kami memiliki lokasi yang masuk ke dalam dengan ruang terbuka hijau yang memadai dan aman bagi anak2, memiliki total luas 1 hektar dengan adanya CCTV dibeberapa titik sejumlah 16 buah tentu kami mengedepankan keamanan bagi seluruh pengunjung, fasilitas kami ada restoran, toilet, wastafel, parkir, toko souvenir, serta taman bermain untuk anak2”. (Alit, September 2022)

3.   Accesibility   (Akses)

akses menuju lokasi wisata yang mudah dan aman bagi anak-anak

“Jarak dari pusat kota Denpasar hanya 1 jam 15 menit dengan kendaraan, kami sediakan google maps di web, di sosial media juga”. (Alit, September 2022)

4. Education

(Pendidikan) aktivitas wisata yang memiliki edukasi yang baik bagi anak-anak yang bisa mereka praktekkan nantinya.

“Paket jasa edukasi kami banyak ya, bisa dilihat dari brosurnya. Semua tentang edukasi coklat, yang terbaru kita ada Be a Balinese jadi orang asing bisa merasakan jadi orang Bali dalam sehari” (Alit, September 2022)

5.   Sharing   Experience

(Berbagi

“Coklat  kan  makanan

kesukaan semua orang

Vol. 10 No 2, 2022

Pengalaman)

wisatawan     anak

mendapatkan

pengalaman     dan

pengetahuan   baru

yang bisa dibagikan ke      orang-orang

sekitar

ya, tapi yang mereka tahu kan coklat dari luar negeri, padahal di Bali kita ada, ini yang harus dikembangkan, saya suka berbagi ilmu supaya makin banyak orang tahu dan kenal coklat”. (Alit, September 2022)

c. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang wisata ramah anak dalam penelitian ini adalah :

Fasilitas Penunjang

Hasil di Lapangan

Wastafel di area cuci tangan.

Di area Restauran terdapat 1 wastafel serta di toilet ada 1 wastafel.

Tempat sampah.

Di area Restauran terdapat 1 tempat sampah.

Toilet, changing room dan nursing room.

Di keseluruhan area terdapat 6 Toilet tetapi belum ada changing room dan nursing room.

CCTV.

16 buah yang tersebar di seluruh Kawasan Daya tarik wisata Desa Coklat Bali.

Persediaan Kotak Obat.

2 buah, 1 buah biasanya dibawa ketika kegiatan wisatawan berkunjung ke kebun kakao. Terdapat Klinik dan apotek yang buka 24 jam berjarak 1 km dari Desa Coklat Bali dengan tempuh waktu 2 menit.

Fasilitas  tambahan  kursi

roda, penyewaan kereta.

Belum memiliki fasilitas ini dikarenakan biasanya wisatawan datang membawa sendiri.

V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, disimpulkan bahawa daya tarik wisata Desa Coklat Bali merupakan wisata edukasi yang mengarah kepada wisata ramah anak, hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penelitian dilapangan serta hasil wawancara yang telah dilakukan. Saat ini wisata edukasi menjadi aktivitas wisata yang banyak ingin dilakukan oleh wisatawan ataupu pengunjung baik yang keluarga maupun perserorangan. Hal ini terkait dengan pandemi Covid 19 yang memasuki Indonesia sejak tahun 2020dan mengakibatkan adanya masa jeda pariwisata hingga tahun 2021 sehingga banyak aktivitas wisata yang harus ditunda bahkan

dibatalkan. Konsep Wisata Ramah Anak akan menambah nilai dari suatu wisata edukasi yang dapat meningkatkan daya jual serta kunjungan wisatawan. Daya tarik wisata Desa Coklat Bali adalah wisata edukasi yang menerapkan wisata ramah anak guna meningkatkan pengetahuan wisatawan tentang kakao serta pengolahan kakao menjadi coklat siap konsumsi.

REFERENSI

Bloom Benjamin S. etc.1956. Taxonomy of Educational Objectives:  The Classification of Educational Goals,

Handbook I Cognitive Domain. New York: Longmans. Green and Co.

Cooper Dr and Emory. C.W.1995. Metode Penelitian Bisnis. Jilid.1. ed.5. Erlangga. Jakarta

Creswell, Jhon W. Poth, Cheryl N. 2018.Qualitative Inquiry & Research Design Choosing Among Five Approaches. SAGE Publications: UK.

Fandeli Chafid. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Ismayanti. 2010. Pengantar Pariwisata. Grasindo: Jakarta

Kusmayadi dan Sugiarto, Endar. 2000. Metodelogi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kövári, István dan Zimányi, Krisztina. 2011. Safety and Security in the Age of Global

Tourism (The changing role and conception of Safety and Security in Tourism).

Budapest. Agroinform Publishing House.

Ritchie, Brent W. 2003.Managing Educational Tourism. Channel View Publication: London.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D ), Bandung : Alfabeta

Suwantoro,      Gamal,      1997.      Dasar-Dasar

Pariwisata:Yogyakarta

UNWTO and UNEP. 2004. Making Tourism More Sustainable - A Guide for Policy Makers, p.11-12.

Yoeti Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.

(https://kbr.id/nasional/06-

2018/ini_tips_memilih_destinasi_wisata_ramah_anak/96 383.html, diakses tanggal 3 Desember 2019).

(https://news.detik.com/berita/d-4065441/kpai-dan-kemenpar-minta-semua-tempat-wisata-ramah-anak, diakses tanggal 3 Desember 2019).

286