Jurnal Destinasi Pariwisata

p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937

Vol. 10 No 2, 2022

Analisis Tipologi Wisatawan dalam Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur

Felisha Amara Bahwono a, 1, I Made Bayu Ariwangsa a, 2

1 [email protected], 2 [email protected]

a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri ratu Mahendradatta Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia

Abstract

Komodo National Park (KNP) is one of Indonesia’s influential conservation sites that has caught the public’s attention due to a massive, ongoing tourism development model that contrasts ecotourism principles. Tourism developments are mostly based on potential and demands which generally stem from tourists. By analyzing the tourist typology of Komodo National Park, authorized stakeholders could synchronize between the development model and tourists’ demands which will result in an equilibrium that supports both the conservation and tourism functions of Komodo National Park.

This research uses a mixed-method, using both qualitative and quantitative approaches. The data were collected through non-participatory observation, literature study, documentation, and online questionnaires. It uses purposive sampling with a close-ended questionnaire using the Likert Scale. The theory used in this study is the Tourist Psychographic Typology.

The research results indicated that aggregately, tourists’ visit rate in Komodo National Park is increasing in numbers although it is still fluctuating by nature, especially with the COVID-19 Pandemic intervention. This research also found that from a psychographic model, the majority of Komodo National Park’s tourists are in the ‘near-allocentric’ pole. Therefore, it is concluded that the applied tourism policies should be re-evaluated to maintain and uphold the applicable ecotourism principles.

Keywords: Tourist Typology, Ecotourism, Psychographic, Conservation Tourism.

  • I.    PENDAHULUAN

Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang berkembang pesat di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Terdapat tiga stakeholders utama yang terlibat dalam pariwisata, yaitu: pemerintah, investor, dan wisatawan. Wisatawan merupakan orang-orang yang melakukan kegiatan pariwisata (Yoeti dalam Sulistiyana dkk, 2015). Peran wisatawan adalah sebagai konsumen dari produk pariwisata, sehingga motivasi dan perilaku wisatawan menjadi komponen yang penting dipahami oleh pemangku usaha pariwisata untuk menciptakan produk yang sesuai sasaran pasar. Untuk itu, studi klasifikasi terhadap wisatawan dilakukan sehingga membentuk suatu tipologi yang mencerminkan perilaku wisatawan ketika sedang berwisata. Tipologi wisatawan dianalisis agar kebijakan dan arah pembangunan daya tarik wisata menjadi lebih sesuai permintaan wisatawan pada pangsa pasarnya.

Berbagai kelompok masyarakat bergantung dan telah ditopang oleh industri pariwisata. Meskipun demikian, maraknya industri pariwisata di negara-negara berkembang cenderung diikuti dengan lahirnya fenomena pariwisata massal (mass tourism) yang pada basisnya bertentangan dengan komitmen pembangunan dalam agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). Untuk itu, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan

konsep pariwisata yang sejalan dengan prinsip-prinsip berkelanjutan, yaitu dengan mengembangkan ekowisata di bawah naungan program Wonderful Indonesia (Mau, 2021). Salah satu produk ekowisata yang dimaksud adalah Taman Nasional Komodo, yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Sebagai suatu produk ekowisata, Taman Nasional Komodo memiliki dua fungsi, yaitu sebagai kawasan konservasi dan kawasan pariwisata. Sebagai suatu kawasan konservasi, Taman Nasional Komodo (TNK) telah dianugerahi status World Heritage Site oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1980 (Putra, 2018). Pemberian status ini bertujuan untuk melindungi keanekaragaman hayati dengan outstanding universal values yang berada di dalam kawasan TNK (Saripa, 2022). Di sisi lain, TNK merupakan bagian dari pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (Muhammad, 2021) yang mana pembangunannya masih berlangsung tenggat tulisan ini dibuat. Dalam pembangunan tersebut, ditemukan suatu krisis pariwisata yang mana orientasi pembangunan dianggap terlalu ekspansif sehingga mengancam habitat alami satwa Komodo yang dilindungi dalam situs ini.

Pemerintah Indonesia telah diberikan peringatan dari UNESCO untuk melakukan upaya

Vol. 10 No 2, 2022

preventif terhadap krisis tersebut, sebelum memperburuk isu-isu keberlanjutan yang mengancam TNK sebagai suatu situs konservasi. Ekowisata merupakan konsep yang perlu digerakkan untuk pembangunan pariwisata yang tidak mengancam integritas ekosistem (Scheyvens, 1999). Akan tetapi, pengembangan ini perlu disesuaikan dengan permintaan wisatawan sebagai pemegang kepentingan dan penggerak aktivitas ekonomi dalam penjualan produk pariwisata (Swarbrooke dan Horner, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, kajian ini ditulis secara spesifik untuk membahas tipologi wisatawan di Taman Nasional Komodo berdasarkan model psikografik. Analisis mencakup dua rumusan, yaitu tingkat kunjungan wisatawan Taman Nasional Komodo, dan tipologi wisatawan Taman Nasional Komodo. Pemaparan tingkat kunjungan wisatawan ditujukan untuk menyajikan data statistik tingkat wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan tipologi wisatawan dikaji untuk memaparkan profil demografi, psikografik, dan pola perjalanan wisatawan.

  • II.    TINJAUAN PUSTAKA

Telaah penelitian terdahulu berisi studi-studi yang secara khusus membahas segmentasi karakteristik wisatawan dan tipologi psikografik wisatawan sebagai bahan pembanding dan acuan posisi penelitian yang dilakukan.

Telaah penelitian terdahulu pertama menunjukkan adanya perbedaan karakteristik antara wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara, dengan judul “Karakteristik dan Preferensi Wisatawan terhadap Elemen Destinasi, Studi Kasus Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT” oleh William (2018). Penelitian pertama menggunakan Teori Smith (dalam Dimanche dan Havits, 1995), serta Teori Elemen Destinasi (UNWTO dalam Carter dan Fabricius, 2007). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa survei, wawancara, dokumentasi, dan observasi. Melalui penelitian ini, ditemukan karakteristik wisatawan Labuan Bajo yang dapat disegmentasi berdasarkan perilaku dan motivasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengembangan pariwisata di kawasan Labuan Bajo bukan lagi bersifat market oriented, melainkan product oriented.

Telaah penelitian terdahulu kedua merupakan acuan model penelitian psikografik, yaitu dengan mengkaji tipe-tipe wisatawan untuk menentukan daya saing destinasi pariwisata di Sumatera Utara, dengan judul “Destination Competitiveness on The Basis of Psychographic Typology of Tourist (The Case of North Sumatra)” oleh Emrizal dkk (2015).

Penelitian kedua menggunakan Teori Tipologi Psikografik Wisatawan oleh Plog (2001), dengan metode kuantitatif melalui penyebaran angket tipe non-random sampling (convenience sampling), yaitu dibatasi pada populasi wisatawan mancanegara dari Belanda, Australia, Amerika, dan Malaysia selaku pasar utama pariwisata di Sumatera Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan di Sumatera Utara berasal dari kelompok wisatawan mid-allocentric sehingga secara akumulatif, Sumatera Utara berdaya saing untuk menarik wisatawan dari kelompok pro-allocentric, tanpa sepenuhnya mengabaikan wisatawan dari kelompok pro-psychocentric.

Dalam penelitian ini, digunakan beberapa konsep yaitu: Konsep Tipologi (Thomas, 2011), Konsep Wisatawan (Spillane dkk, 2003), Konsep Taman Nasional (UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, dan Konsep Pengembangan Ekowisata (Fandeli, 2000). Adapun teori yang digunakan adalah Teori Tipologi Psikografik Wisatawan (Plog, 1991).

  • III.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis gabungan (mixed-method), yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mengkaji tipe-tipe wisatawan yang mengunjungi Taman    Nasional    Komodo    berdasarkan

karakteristik psikografik-nya secara deskriptif. Penelitian ini berfokus pada klasifikasi tipe-tipe wisatawan dengan menelaah profil demografi, psikografik, dan pola perjalanan wisata seiring dengan pengembangan ekowisata di situs konservasi Taman Nasional Komodo. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Komodo, mencakup Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar yang merupakan situs utama biosphere spesies endemik Komodo (Varanus komodoensis). Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah observasi, angket, dokumentasi, dan studi kepustakaan, yang kemudian diolah menggunakan kemampuan    peneliti    untuk    mereduksi,

menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari informasi yang telah dikumpulkan.

Dalam penelitian ini, teknik observasi dilakukan untuk mengamati realita atau kondisi lapangan di Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipatoris (non-participatory observation), yaitu  metode pengamatan tanpa

adanya partisipasi  atau keterlibatan langsung

peneliti di dalam lokasi penelitian (Tedlock, 1991). Metode non-partisipatoris diterapkan karena adanya keterbatasan akses untuk melakukan observasi secara langsung di situs konservasi dan 174

Vol. 10 No 2, 2022

zona pariwisata Taman Nasional Komodo sehingga observasi dilakukan oleh informan dari Balai Taman Nasional Komodo, dengan memanfaatkan panggilan video (video call) untuk mengamati lapangan penelitian. Adapun informan yang terlibat adalah inisial MP selaku warga asli Manggarai Barat, serta staf di Balai Taman Nasional Komodo.

Tabel 3.1 Matriks Penilaian Model Psikografik Plog

Skala

Poin

Tipe WiMttwan

Strongly Disagree

i

Psychoccntric (dependent)

Disagree

Z

Ncar-Psychoccntnc

Neutral

3

Mid-centric

Agree

4

Near-allocιi∏tric

Strongly Agree

5

Alloccoitric I venturer)

Sumber: diadaptasi dari Plog (2022)

Penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket untuk mengetahui perilaku dan motivasi wisatawan ketika mengunjungi Taman Nasional Komodo. Kuesioner ditujukan kepada wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik di Taman Nasional Komodo. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling, dengan jumlah 100 wisatawan. Adapun bentuk kuesioner yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup, yang mana wisatawan diberikan 5 opsi skala jawaban yang disediakan dan disusun menggunakan Skala Likert, dengan spektrum ‘Sangat Tidak Setuju’, ‘Tidak Setuju’, ‘Netral’, ‘Setuju’, dan ‘Sangat Setuju’. Media Google Form digunakan untuk penyebaran angket. Melalui data yang diperoleh dari angket menggunakan Skala Likert, didapatkan matriks penilaian model psikografik oleh Plog seperti pada Tabel 3.1. Hasil angket akan menunjukkan tipologi psikografik wisatawan, sehingga dapat dikembangkan penawaran produk pariwisata yang lebih sesuai dengan permintaan pasar. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif-deskriptif untuk menguraikan kumpulan data sehingga didapatkan kesimpulan yang mewakilkan jumlah populasi yang banyak.

  • IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat Kunjungan Wisatawan Taman Nasional Komodo

Tingkat kunjungan wisatawan merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan arah pengembangan suatu daya tarik wisata. Menurut data sensus yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat (2022),

terdapat fluktuasi jumlah pengunjung di Taman Nasional Komodo. Per Desember 2020, tercatat ada sebanyak 8.528 wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo, dimana 92% (7.915 jiwa) diantaranya merupakan wisatawan domestik dan 8% (613 jiwa) sisanya merupakan wisatawan mancanegara (Gambar 3.1). Meskipun demikian, distribusi ini berbanding terbalik dengan data pada tahun 2019 dimana jumlah wisatawan mancanegara lebih banyak dari pada wisatawan domestik. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa pergeseran ini merupakan dampak dari Pandemi COVID-19 yang menutup akses internasional menuju Taman Nasional Komodo.

Gambar 4.1 Jumlah Pengunjung TNK (Jan 2019 – Des 2020)

Sumber: Kusnandar, 2021

Gambar 4.1 menunjukkan fluktuasi tingkat kunjungan wisatawan di Taman Nasional Komodo. Dapat diperhatikan melalui grafik di atas bahwa sepanjang tahun 2019, populasi wisatawan di Taman Nasional Komodo didominasi oleh wisatawan mancanegara. Adapun peak season kunjungan wisata ke Taman Nasional Komodo berada pada pertengahan tahun, yakni bulan Agustus 2019, dengan total jumlah wisatawan sebanyak 32.416 jiwa dengan distribusi wisatawan mancanegara sebanyak 24.003 jiwa dan wisatawan domestik sebanyak 8.413 jiwa. Meskipun demikian, terjadi peningkatan jumlah wisatawan domestik sejak November 2019, sehingga grafik menunjukkan berkurangnya kesenjangan antara jumlah wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik pada tiga bulan terakhir di tahun 2019.

Jumlah kunjungan di Taman Nasional Komodo juga tidak terlepas dari pengaruh Pandemi COVID-19. Sejak masuknya COVID-19 ke Tanah Air, tidak terdeteksi jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo pada bulan Maret 2020 hingga Juni 2020. Akan tetapi, diketahui bahwa terdapat 249 wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo per Juli 2020, dengan sebaran yaitu 241 jiwa wisatawan domestik dan 8 jiwa wisatawan mancanegara. Sepanjang tahun 2020, jumlah 175

Vol. 10 No 2, 2022

kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo terus mengalami peningkatan dan didominasi oleh wisatawan domestik.

Tipologi Wisatawan Taman Nasional Komodo

  • a.    Demografi

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui angket (Google Form),  diperoleh informasi

mengenai tipologi wisatawan di Taman Nasional Komodo. Diketahui terlebih dahulu data demografi wisatawan penelitian untuk menghindari timbulnya    over-generalization    (generalisasi

berlebihan). Melalui angket, terkumpul wisatawan sebanyak 67 responden yang seluruhnya (100%) merupakan wisatawan domestik atau Warga Negara Indonesia (WNI), dan tidak diperoleh wisatawan dari kelompok Warga Negara Asing. Di antara wisatawan tersebut, diketahui bahwa 35 wisatawan (52.2%) merupakan laki-laki, 32 wisatawan (47.8%) merupakan perempuan, dan tidak ada wisatawan dari kelompok non-biner. Persentase tersebut menunjukkan lebih banyak wisatawan laki-laki dari pada perempuan, serta tidak ada perwakilan wisatawan dari gender non-biner.

*β∙β∙oup «'V V VVM

  • Gambar 4.2 Kelompok Usia Wisatawan Sumber: hasil penelitian, 2022

Selain gender, dikumpulkan data kelompok usia wisatawan (Gambar 4.2). Hasil angket penelitian menunjukkan bahwa mayoritas usia wisatawan didominasi oleh kelompok usia produktif, yakni dengan jumlah 42 wisatawan (62.7%) berasal dari kelompok usia 20–29 tahun, diikuti dengan 14 wisatawan (20.9%) dari kelompok usia 17–19 tahun, 10 wisatawan (14.9%) dari kelompok usia 30–39 tahun, 1 wisatawan (1.5%) dari kelompok usia 40–49 tahun, dan tidak ada wisatawan dari kelompok usia di atas 50 tahun. Melalui temuan ini, dipahami bahwa wisatawan Taman Nasional Komodo lebih banyak berasal dari kelompok usia muda dan produktif, ketimbang kelompok usia paruh baya dan non-produktif.

Gambar 4.3 Profesi Wisatawan Sumber: hasil penelitian, 2022

Sub-indikator lain yang digunakan dalam pemetaan demografi wisatawan adalah profesi (Gambar 4.3). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas wisatawan merupakan pelajar atau mahasiswa, dengan jumlah 40 wisatawan (59.7%). Hal ini berkaitan dengan temuan di poin sebelumnya yang menyatakan bahwa mayoritas wisatawan berasal dari kelompok usia produktif. Akan tetapi melalui sub-indikator ini, ditemukan juga data yaitu: sebanyak 16 wisatawan (23.9%) memiliki profesi sebagai pegawai swasta, sebanyak 5 wisatawan (7.5%) merupakan Pegawai Negeri Sipil, sebanyak 5 wisatawan (7.5%) merupakan wirausahawan, dan 1 wisatawan (1.5%) berkarir di kategori lain-lain.

Gambar 4.4 Tingkat Pendidikan Wisatawan Sumber: hasil penelitian, 2022

Diketahui pula distribusi tingkat pendidikan wisatawan (Gambar 4.4), yakni sebanyak 36 wisatawan (53.7%) berada di tingkat universitas dan 31 wisatawan (46.3%) berada di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan Taman Nasional Komodo berasal dari kelompok sosial yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Implikasinya, wisatawan Taman Nasional Komodo memiliki kemampuan penalaran yang cukup memadai untuk mengamati isu maupun fenomena di daya tarik wisata termasuk isu pengembangan ekowisata.

Vol. 10 No 2, 2022

Gambar 4.5 Pemasukan Bulanan Wisatawan

Sumber: hasil penelitian, 2022

Pada bagian terakhir angket dikumpulkan data tingkat pemasukan bulanan wisatawan Taman Nasional Komodo (Gambar 4.5). Hasil angket menunjukkan bahwa sebagian besar wisatawan Taman Nasional Komodo memiliki tingkat pemasukan di rentang Rp. 1.000.000–2.000.000 per bulan, dengan frekuensi sebesar 27 wisatawan (40.3%). Jika diurutkan dari rentang terbesar hingga terkecil, hasil angket menunjukkan distribusi sebagai berikut: 21 wisatawan (31.3%) memiliki tingkat pemasukan lebih dari Rp. 4.000.001 per bulan, 8 wisatawan (11.9%) memiliki tingkat pemasukan di rentang Rp 2.000.001–3.000.000 per bulan, 6 wisatawan (9%) memiliki tingkat pemasukan di rentang Rp 3.000.001–4.000.000 per bulan, dan 5 wisatawan (7.5%) memiliki tingkat pemasukan kurang dari Rp 1.000.000 per bulan.

  • b.    Psikografik

Pada bagian ini, responden diminta untuk menjawab 10 butir pertanyaan berbentuk Skala Likert, dengan skala penilaian satu sampai lima. Indikator model psikografik yang digunakan merupakan pengembangan dari Model Psikografik Wisatawan oleh Plog, yang dibagi menjadi empat poin penilaian, yaitu: (1) intellectual curiosity; (2) decision making; (3) willingness to spend, dan; (4) lifestyle.

Gambar 4.6 Model Psikografik Wisatawan TNK Sumber: hasil penelitian, 2022

Gambar 4.6 menunjukkan grafik yang berisi akumulasi jawaban wisatawan terhadap indikator-indikator tipologi psikografik wisatawan.

Berdasarkan grafik tersebut, diketahui bahwa sebagian besar jawaban wisatawan terhadap angket terletak pada poin 4, yang merupakan indikator untuk tipe wisatawan near-allocentric. Kemudian pada urutan kedua, ditemukan jawaban terbanyak pada poin 5, yaitu tipe wisatawan allocentric atau petualang. Wisatawan tipe nearallocentric merupakan wisatawan yang pada dasarnya menggemari kegiatan pariwisata yang bersifat petualangan (adventure), tetapi tidak sepenuhnya berkomitmen seperti tipe wisatawan allocentric.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan model psikografik-nya, tipe wisatawan yang mendominasi Taman Nasional Komodo merupakan tipe wisatawan near-allocentric dan allocentric. Tipe-tipe wisatawan ini merupakan wisatawan yang gemar melakukan eksplorasi, mudah membuat keputusan, bersedia untuk mengeluarkan uang lebih saat berwisata, serta memiliki pola hidup adaptif. Jika dikaitkan dengan prinsip-prinsip ekowisata, maka tipologi wisatawan ini merupakan pangsa pasar ideal dalam pengembangan pariwisata di Taman Nasional Komodo. Hal ini disebabkan oleh karakteristik wisatawan near-allocentric dan allocentric yang memiliki apresiasi tinggi terhadap alam, sehingga mengurangi potensi terjadinya kerusakan lingkungan akibat pembangunan pariwisata di Taman Nasional Komodo.

  • c.    Pola Perjalanan Wisata

Bagian ini menunjukkan pola perjalanan wisatawan untuk menganalisis perilaku berwisata turis selama berwisata di Taman Nasional Komodo. Segmen ini berisi empat pertanyaan tentang repetisi kunjungan, jumlah belanja harian, atraksi wisata favorit, dan teman berkunjung.

Gambar 4.7 Tingkat Repetisi Kunjungan Sumber: hasil penelitian, 2022

Berdasarkan Gambar 4.7, ditampilkan bahwa dari 67 wisatawan yang pernah mengunjungi Taman Nasional Komodo, sebanyak 61 wisatawan (91%) hanya pernah mengunjungi Taman Nasional Komodo satu kali. Sebaliknya, terdapat 6 wisatawan (9%) yang pernah mengunjungi Taman Nasional Komodo lebih dari sekali. Maka, diketahui bahwa mayoritas wisatawan di Taman Nasional 177

Vol. 10 No 2, 2022

•-CvawitMii

  • •    i mm cmMV • >0DBH* ∙ MJUDD

  • •    10CDJOWt -*∙J0∙B • -«rim


Komodo bukan merupakan wisatawan repetisi. Meskipun demikian, hasil angket menunjukkan dari 6 wisatawan repetisi tersebut, 4 diantaranya memiliki penghasilan lebih dari Rp 3.000.000,00 per bulan, serta didominasi oleh tipe wisatawan allocentric yang merupakan tipe wisatawan ideal untuk pengembangan ekowisata.

  • 5he sr*eπ*ge Bnxxmlcrfmoney Iipend ⅛erde> during InyviiIthjKonxjdo C ctjyI Nrfboiia =⅛* roβ> .........⅛

Gambar 4.8 Tingkat Belanja Harian Sumber: hasil penelitian, 2022

Gambar 4.8 menampilkan informasi mengenai tingkat belanja harian wisatawan Taman Nasional Komodo. Pada urutan pertama, diketahui bahwa sebanyak 42 wisatawan (62.7%) mengeluarkan uang sejumlah Rp. 1.000.000–2.000.000,00 per hari untuk kebutuhan selama berwisata. Pada urutan berikutnya, diketahui bahwa sebanyak 16 wisatawan (23.9%) mengeluarkan uang sejumlah Rp. 2.000.000–3.000.000,00 per hari, 6 wisatawan (9%) mengeluarkan uang kurang dari Rp. 1.000.000,00 per hari, 2 wisatawan (3%) mengeluarkan uang sejumlah Rp. 3.000.000– 4.000.000,00 per hari, dan hanya 1 wisatawan (1.5%) mengeluarkan uang lebih dari Rp. 4.000.000,00 per hari. Data-data ini menunjukkan bahwa tingkat belanja harian wisatawan di Taman Nasional Komodo masih relatif kecil, meskipun tipe wisatawan yang mendominasi berasal dari kelompok near-allocentric. Artinya, sebagian besar wisatawan Taman Nasional Komodo memiliki kemampuan untuk belanja lebih banyak ketika berwisata, tetapi penawaran produk wisata oleh pengelola belum dapat bertemu dengan permintaan wisatawan.

My Iewrxifii Wfirwchnrl n Kixrrxi: NWmnrnJ Pwrfc w -

Gambar 4.9 Atraksi Favorit Wisatawan Sumber: hasil penelitian, 2022

Gambar 4.9 menampilkan grafik atraksi favorit wisatawan berdasarkan beberapa daya tarik yang terdapat di kawasan Taman Nasional Komodo.

Respon paling banyak diperoleh pada opsi “Komodo watching” atau melihat biawak Komodo, dengan jumlah sebanyak 29 wisatawan (43.3%) dari keseluruhan respon. Di urutan-urutan berikutnya, sebanyak 14 wisatawan (20.9%) menjawab Pantai Pasir Pink, 13 wisatawan (19.4%) menjawab Pulau Padar, 5 wisatawan (7.5%)

menjawab  Loh  Buaya,  5  wisatawan  (7.5%)

menjawab Gili Lawa, dan 1 wisatawan (1.5%) menjawab bird watching atau menonton burung. Hasil angket menunjukkan bahwa keberadaan biawak Komodo merupakan faktor penarik paling kuat bagi wisatawan untuk mengunjungi Taman Nasional Komodo. Maka, pengembangan ekowisata di taman nasional ini perlu mengutamakan konservasi dan kelestarian satwa Komodo itu sendiri.

My Vwwf ιxxnιatmι rhr nq my rrtft tn Knrrrxan NWMirwr Avfc mmj**ww e   ∙ Iwei

Gambar 4.10 Teman Perjalanan Wisatawan Sumber: hasil penelitian, 2022

Pada bagian terakhir dalam angket, wisatawan diminta untuk memberikan informasi tentang teman perjalanan selama berwisata di Taman Nasional Komodo (Gambar 4.10). Berdasarkan informasi yang diperoleh, diketahui data yaitu: sebanyak 42 wisatawan (62.7%) berwisata bersama keluarga, 18 wisatawan (26.9%) berwisata bersama teman, 6 wisatawan (9%) merupakan solo-traveller, dan 1 wisatawan (1.5%) merupakan business traveller. Temuan ini merupakan indikasi bahwa meskipun Taman Nasional Komodo didominasi oleh wisatawan tipe near-allocentric,   para wisatawan tersebut

melakukan perjalanan wisata bersama keluarga. Informasi ini berbanding terbalik dengan karakteristik wisatawan near-allocentric secara teoretis, yakni cenderung berwisata sendiri atau melakukan solo travelling. Oleh sebab itu, pengembangan ekowisata di Taman Nasional Komodo perlu disesuaikan dengan perilaku berwisata ini sehingga dapat memenuhi permintaan pasar lebih baik lagi kedepannya.

  • V.    KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipologi wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo telah sesuai dengan prinsip-prinsip dalam pengembangan ekowisata, sebelum direncanakannya pembangunan pariwisata masif 178

Vol. 10 No 2, 2022

di kawasan tersebut. Hal ini dibuktikan oleh dua faktor, yaitu tingkat pertumbuhan kunjungan wisata dan tipe wisatawan yang mengunjungi Taman Nasional Komodo. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa secara agregat, jumlah kunjungan wisatawan di Taman Nasional Komodo bersifat condong ke arah peningkatan positif, walaupun terdapat fluktuasi akibat intervensi Pandemi COVID-19. Masih terlihat kesenjangan antara distribusi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara, tetapi disparitas keduanya semakin mengecil. Sedangkan dari data psikografik wisatawan, disimpulkan bahwa mayoritas wisatawan Taman Nasional Komodo adalah tipe wisatawan near-allocentric dengan jiwa petualang tinggi, cepat dalam mengambil keputusan, memiliki tingkat belanja harian yang

REFERENSI

Badan Pusat Statistik Manggarai Barat (2022). Pengunjung Taman Nasional Komodo. Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat. Retrieved June 9, 2022, from

https://manggaraibaratkab.bps.go.id/indicator/16/ 35/1/pengunjung.html

Carter, R., & Fabricius, M. (2007, February). Destination management–an overview. In UNWTO International Conference on Destination Management. Budapest, Hungary (p. 47).

Emrizal, E., Nuryanti, W., Prayitno, B., & Sarwadi, A.

(2015). DESTINATION COMPETITIVENESS ON THE BASIS OF PSYCHOGRAPHIC TYPOLOGY OF TOURISTS (THE CASE OF NORTH SUMATRA). Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 5(2), 9-18.

Fandeli, C. (2000). Pengertian dan konsep dasar ekowisata. Yogyakarta, Fakultas Kehutanan UGM.

Indonesia, P. R., & Indonesia, P. R. (1990). Undang Undang No. 5 Tahun 1990 Tentang: Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Dan Ekosistemnya. Jakarta: Dephut.

Kusnandar, V. B. (2021, Agustus 3). Pengunjung Taman Nasional Komodo Turun 76 persen pada 2020. Retrieved             from             databoks:

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/ 08/03/pengunjung-taman-nasional-komodo-turun-76-persen-pada-2020

Mau, E. (2021). Strategi diplomasi pariwisata premium pulau Komodo sebagai perwujudan tujuan pembangunan berkelanjutan pada pemerintahan Joko Widodo (Doctoral dissertation, Universitas Pelita Harapan).

Muhammad, B. I. (2021). Pembingkaian Isu Pembangunan Destinasi Wisata Premium Komodo Melalui Media Sosial Twitter. MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, 4(1), 96-109.

Plog, S. (2001). Why destination areas rise and fall in popularity: An update of a Cornell Quarterly classic. Cornell hotel and restaurant administration quarterly, 42(3), 13-24.

lebih besar, dan memiliki pola hidup yang adaptif dengan lingkungan baru.

Pengembangan ekowisata semakin dibutuhkan untuk menghindari terjadinya mass tourism atau overtourism yang dapat membahayakan status Taman Nasional Komodo sebagai situs konservasi. Maka, evaluasi dan implementasi strategi sasaran pasar perlu dilakukan untuk menghindari pengembangan pariwisata yang eksploitatif atau mengganggu Outstanding Universal Value yang dimiliki Taman Nasional Komodo. Dengan demikian, masyarakat yang berwisata di situs-situs konservasi tidak hanya memperoleh rekreasi, tetapi juga melakukan kontribusi terhadap ekosistem.

Putra, P. S. E., & Parno, R. (2018, December). STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISAT TAMAN NASIONAL KOMODO DI DESA KOMODO NUSA TENGGARA TIMUR. In Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) (Vol. 1).

Saripa, S. (2022). Kepastian hukum hak atas tanah bagi masyarakat di desa komodo diwilayah kawasan taman nasional komodo labuan bajo. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum, 28(4), 3661-3673.

Scheyvens, R. (1999). Ecotourism and the empowerment of local communities. Tourism Management, 20(2), 245–249. Crossref.

Spillane, J. P., Diamond, J. B., & Jita, L. (2003). Leading instruction:  The distribution of leadership for

instruction. Journal of Curriculum studies, 35(5), 533543.

Sulistiyana, R. T., Hamid, D., & Azizah, D. F. (2015).

Pengaruh fasilitas wisata dan harga terhadap kepuasan konsumen (Studi pada Museum Satwa). Jurnal Administrasi Bisnis, 25(2).

Swarbrooke, J., & Horner, S. (2007). Consumer behaviour in tourism. Routledge.

Tedlock, B. (1991). From participant observation to the observation of participation: The emergence of narrative ethnography. Journal of Anthropological Research, 41, 69–94.

Thomas, G. (2011). A typology for the case study in social science following a review of definition, discourse, and structure. Qualitative inquiry, 17(6), 511-521.

William, G. (2018). (DOC) KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI WISATAWAN TERHADAP ELEMEN DESTINASI.     STUDI KASUS LABUAN BAJO,

MANGGARAI BARAT, NTT. STP Nusa Dua Bali

179