Jurnal Destinasi Pariwisata                              p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 10 No 1, 2022

Pengelolaan Konservasi Penyu Sebagai Daya Tarik Wisata Di Pantai Kuta

Febryanus Orlando Yoni Uskono a,1 I Gede Anom Sastrawana,2

1[email protected] 2 [email protected]

1Febryanus Orlando Yoni Uskono, 2I Gede Anom Sastrawan,

a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri Ratu Mahendradatta, Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia

Abstract

This study aims to determine the management of turtle conservation as a tourist attraction on Kuta Beach which is in a mass tourism area so it does not threaten the existence of turtle species that lay their eggs on Kuta Beach. How is the development of turtle conservation as a tourist attraction on Kuta Beach that pays attention to the balance between natural resources and tourism activities on Kuta Beach.

The type of data used in this study are primary and secondary data types. Data collection techniques used in this study were observation, in-depth interviews, and documentation. The technique of determining informants using purposive sampling. While the data analysis technique uses descriptive qualitative analysis.

The results of research conducted that the management of sea turtles conservation as a tourist attraction in Kuta Beach is very unique for domestic and foreign tourists because it is located in the mass tourism area. However, conservation support facilities are inadequate and the need for collaboration between stakeholders, namely the government, non government organization and the community to preserve sea turtles in Kuta Beach from the threat of garbage and wild animals.

Keywords: Conservation Management, Sea Turtles, Kuta Beach

  • I.    PENDAHULUAN

Sektor pariwisata merupakan salah satu aspek penting dalam suatu wilayah. Bila dikelola dengan baik maka akan menjadi suatu potensi yang tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah tersebut tetapi dapat juga menjaga kelestarian alamnya. Pada pembangunan pariwisata dibutuhkan adanya kerjasama yang baik antara pihak pemangku kepentingan (Stakeholder) pariwisata yakni, antara pemerintah, masyarakat lokal, LSM, media dan pihak swasta/investor sehingga nantinya dapat terjadi keseimbangan dalam pembangunan dan pengelolaan pengembangan pariwisata. Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang sangat terkenal di dunia. Pulau Bali terkenal akan kebudayaannya yang unik dan memiliki keindahan alam yang sangat menawan. Salah satu destinasi wisata yang unik di Bali yaitu Konservasi Penyu.

Konservasi Penyu terletak di Pantai Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung. Konservasi Penyu merupakan daya tarik wisata yang berbasis wisata alam. Daya tarik yang diunggulkan yaitu berupa sesuatu yang disediakan langsung oleh alam seperti pantai dan penyu-penyu yang ada di Konservasi Penyu di Pantai Kuta. Dalam Pengelolaan Konservasi Penyu Sebagai Daya Tarik Wisata, pihak pengelola melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengembangannya. Peran Pemangku Kepentingan (Stakeholder) pariwisata dalam pengelolaan dan

pengembangan destinasi wisata memanglah sangat penting, salah satunya ialah peranan dari masyarakat lokalnya. Pengelolaan dan perkembangan suatu destinasi wisata tidak lepas dari keterlibatan masyarakat adat sebagai pemilik dari destinasi. Berbagai kegiatan dan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak mempertimbangkan kelestarian lingkungan berdampak pada penurunan kualitas serta kerusakan lingkungan. Kegagalan pengelolaan sumber daya alam tersebut akan menjadi ancaman hilangnya keanekaragaman hayati, bahkan kepunahan pada beberapa spesies salah satunya yaitu penyu. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana peranan Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society dalam upaya pengelolaan dan pengembangan Konservasi Penyu Sebagai Daya Tarik Wisata di Pantai Kuta.

  • II.    METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Pantai Kuta. Memilih lokasi penelitian ini karena ditemui masalah dalam pengelolaan konservasi penyu yang penting untuk diteliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian atau sumber pertama di lapangan. Data ini didapatkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data langsung di lapangan, seperti data hasil wawancara. Data primer lainnya juga

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

didapat dari hasil wawancara dengan pihak Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society. Data sekunder adalah data-data pendukung yang sudah diolah atau data yang diperoleh secara tidak langsung (Wardiyanta, 2006). Data ini diperoleh dari studi pustaka buku-buku, literatur, dan jurnal-jurnal ilmiah. Data sekunder dalam penelitian ini antara lain ; data monografi desa, kondisi demografis dan sejarah perkembangan pengelolaan konservasi penyu di Pantai Kuta.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :  Observasi dalam

penelitian ini adalah pengamatan terhadap kondisi kekinian lokasi kegiatan pengelolaan konservasi penyu.     Wawancara dalam

penelitian ini adalah pengelola Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society di Pantai Kuta. Dokumentasi dalam penelitian ini adalah pengumpulan data dengan menggunakan beberapa buku , skripsi, dan jurnal sebagai acuan dan sumber pembahasan. Dokumen lainnya berupa foto lokasi penelitian dan sarana prasarana yang ada di Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center.

Menurut Koentjaraningrat (1991) informan terdiri dari informan pangkal dan informan kunci. pengambilan sampel diambil kepada orang atau tokoh yang diperkirakan mampu memberikan jawaban atau pertanyaan yang diberikan maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah Bapak I Gusti Ngurah Tresna selaku ketua Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center, dan I Wayan Wiradnyana selaku Ketua LSM Bali Sea Turtle Society. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif menurut model Miles dan Hubermen (dalam Sugiyono, 2014). Aktivitas dalam menganalisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sejarah Berdirinya Konservasi Penyu di Pantai Kuta

Pantai Kuta pada mulanya dikelola oleh Pemerintah yang ditugaskan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat pada zaman orde baru dan setelah masuk zaman reformasi pemerintah menyerahkan pengelolaan kepada Desa Adat pada tahun 1999. Selanjutnya Desa Adat Kuta membentuk pengamanan yang dinamakan Unit Pengelolaan Pantai Kuta dan diketuai oleh I Gusti Ngurah Tresna. Setelah satu tahun berjalan I Gusti Ngurah Tresna bersama Unit Pengelolaan Pantai membersihkan aktifitas penjualan narkoba dan sex di Pantai Kuta. Komitmen pun dibuat oleh Unit Pengelolaan Pantai Kuta untuk siapapun yang datang ke

Pantai Kuta berkewajiban menjaga dan melindungi kelestarian beserta ekosistem yang ada di Pantai Kuta. Unit Pengelolaan Pantai Kuta melihat bahwa penyu perlu diselamatkan dan dilestarikan demi keberlanjutan ekosistem di Pantai Kuta. Langkah untuk menyelamatkan penyu disadari oleh Unit Pengelolaan Pantai Kuta yang kemudian melakukan kerjasama dengan pemerintah yaitu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan dibantu oleh beberapa pakar erta beberapa ahli dibidang marine asal luar negeri untuk menjaga penyu dan memberikan pelatihan bagi Unit Pengelolaan Pantai Kuta.

  • b.    Tujuan Konservasi Penyu Sebagai Daya Tarik Wisata di Pantai Kuta

Untuk mengembalikan citra Bali dan khususnya Pantai Kuta setelah adanya issu tentang Bali sebagai pusat perdagangan dan pemanfaatan penyu secara tidak bertanggung jawab, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Untuk menambah daya tarik wisata khususnya di Pantai Kuta karena keunikan konservasi penyu ini berada di kawasan mass tourism. Menjadi tempat untuk sarana edukasi konservasi penyu bagi wisatawan, masyarakat, maupun lembaga pendidikan. Untuk meningkatkan jumlah populasi penyu, sehingga dapat terhindar dari adanya ancaman kepunahan dimasa mendatang

  • c.    Perkembangan Konservasi Penyu di Pantai Kuta

Berawal pada tahun 2001 dari satu sarang telur penyu yang ditemukan, sarang tersebut dilindungi oleh Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society hingga menetas dan setelah itu dilakukan pelepasan tukik ke laut. Jenis penyu yang bertelur di Pantai Kuta adalah Penyu Lekang. Dalam perkembangan konservasi penyu di Pantai Kuta, banyak gangguan yang dialami seperti : Pencurian dan perdagangan penyu oleh manusia, Adanya abrasi pantai disekitar lokasi konservasi penyu, Lokasi konservasi penyu yang berada di kawasan mass tourism, Predator yang memangsa telur penyu seperti anjing, kucing dan tikus. Dari gangguan-gangguan konservasi penyu diatas, Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society terus bekerjasama untuk menyelamatkan penyu dan hasilnya setiap tahun penyu yang bertelur di Pantai Kuta semakin banyak sehingga perkembangan konservasi penyu ini dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Vol. 10 No 1, 2022

  • D. Pengelolaan Konservasi Penyu di Pantai Kuta

Komponen Pariwisata (4A)

  • a.    Attraction (Atraksi)

Dari hasil observasi yang dilakukan, di Pantai Kuta terdapat atraksi yang sangat unik yaitu wisatawan nusantara dan mancanegara melakukan kegiatan konservasi penyu dengan cara melepas tukik (anak penyu).

Kegiatan ini sering dilakukan setiap sore hari pukul 16.30-17.00 Wita di Pantai Kuta jika ada telur penyu telah menetas. Wisatawan yang ingin mengikuti atraksi ini bisa mencari informasi pelepasan tukik (baby turtle release) di akun resmi instagram milik LSM Bali Sea Turtle Society. Wisatawan disarankan untuk datang lebih awal dan mengantre untuk mendapatkan token (tiket) dari pukul 14.00 Wita. Setiap wisatawan hanya diberi satu token untuk satu orang. Sebelum melakukan pelepasan tukik, seluruh wisatawan nusantara dan mancanegara diberikan informasi penting dalam kegiatan pelepasan tukik. Berikut informasinya :

“Mohon untuk TIDAK memegang tukik”

“Mohon untuk tidak menggunakan flash saat mengambil foto”

“Donasi Anda akan sangat membantu program perlindungan penyu ini.”

“Mengembalikan box tempat tukik ke information center”

Adapun atraksi lainnya seperti photo booth yang disediakan untuk wisatawan dan semua pengunjung agar mengabadikan momen turut ambil bagian dalam perlindungan penyu dan diharapkan dapat berbagi pengalaman yang unik ini lewat sosial media.

  • b.    Amenity (Fasilitas)

Fasilitas pendukung sangat diperlukan dalam setiap daya tarik wisata untuk menunjang kegiatan pengelolaan dan mendukung kegiatan wisatawan yang berkunjung. Fasilitas pendukung yang ada di Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center (KBSTCC) sebagai berikut :

KBSTC Center

Tempat mengedukasi wisatawan dan masyarakat oleh LSM Bali Sea Turtle Society tentang arti penting perlindungan penyu dan habitatnya. Selain itu, tempat ini dikunjungi oleh

siswa-siswi dari TK, SMA, Mahasiswa hingga kelompok-kelompok masyarakat untuk belajar dan saling berbagi tentang upaya perlindungan penyu

Giant Sea Turtle

Giant Sea Turtle ini berfungsi sebagai tempat penetasan telur penyu. Tempat ini berupa patung penyu raksasa yang berisi pasir agar sesuai dengan habitat asli penyu dan juga melindungi telur-telur penyu dari ancaman air laut yang pasang dan juga predator.

Wadah penampungan

Tempat penampungan tukik ini berfungsi menampung tukik-tukik (anak penyu) setelah menetas dari telurnya. Tukik-tukik ini diberi tempat khusus karena pada fase ini, tukik perlu perhatian khusus agar bisa bertahan hidup.

ATV (All Terrain Vehicle)

ATV sangat berguna dan bermanfaat bagi kegiatan konservasi ini, karena sangat membantu dan memudahkan dalam hal pencarian sarang penyu sehingga dengan menggunakan ATV perjalanan hanya memakan waktu sedikit.

  • c.    Accessibility (Aksesibilitas)

Letak Pantai Kuta sangat strategis karena sangat dekat dengan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai. Jarak yang dibutuhkan untuk mencapai Pantai Kuta dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai adalah sekitar 5 (lima) menit. Dengan jarak yang dekat dari bandara membuat wisatawan lebih mudah untuk mencapai lokasi Pantai Kuta. Akses berupa jalan menuju Pantai Kuta ini sangat baik dan tidak ada jalan yang rusak dan berlubang. Sebagian besar wisatawan yang ke Pantai Kuta menggunakan transportasi darat seperti sepeda motor, sepeda kayuh dan mobil kecil karena bus dilarang masuk kawasan Pantai Kuta sesuai aturan Desa Adat Kuta, sehingga bus diarahkan untuk parkir di central parkir lalu naik mobil pariwisata yang sudah dimodifikasi (komodra).

  • d.    Ancilliary (Pelayanan Tambahan)

Konservasi Penyu yang berada di Pantai Kuta ini kelembagaan pengelolaannya sudah ada karena pariwisata di Pantai Kuta sudah sangat berkembang. Salah satu caranya dengan usaha pelestarian penyu dari Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society. Pengelolaan konservasi penyu yang dilakukan oleh Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center yang bekerjasama dengan LSM Bali Sea Turtle Society terus berkembang

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

dari tahun 2001 hingga tahun 2020 saat ini. Tujuan kegiatan konservasi ini adalah agar masyarakat di sekitar Pantai Kuta paham dan sadar akan pelestarian.

Peran Penting Desa Adat Kuta Dalam Konservasi Penyu di Pantai Kuta

Desa Adat sangat berpengaruh besar bagi masyarakat karena Desa Adat memiliki peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat adat setempat. Desa Adat di Bali memiliki awig-awig (sesuatu yang baik) yang mengatur tata krama pergaulan hidup dalam masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang baik. Masyarakat Bali sangat memegang teguh ajaran Tri Hita Karana yang berarti Tiga Penyebab Terciptanya Kebahagiaan. Pada dasarnya ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan. Ketiga hubungan ini meliputi hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan Tuhan yang saling terkait satu sama lain. Prinsip dari ketiga hubungan ini harus seimbang dan selaras dan apabila tercapai keseimbangan maka akan tercipta kehidupan yang tenteram dan damai. Ajaran Tri Hita Karana inilah yang menjadi dasar fondasi Desa Adat Kuta dalam pengelolaan konservasi penyu di Pantai Kuta agar penyu tetap lestari dan manfaatnya bagi anak cucu sampai kapanpun tetap dapat melihat penyu di Pantai Kuta. Desa Adat Kuta sangat mendukung kegiatan konservasi penyu di Pantai Kuta sehingga pada tahun 2001 mempercayai Kuta Beach Sea Turtle Conservation Center dan LSM Bali Sea Turtle Society untuk menjaga dan melindungi penyu agar tetap lestari.

Desa Adat Kuta mempercayai I Gusti Ngurah Tresna atau lebih akrab dipanggil Gung Aji atau Mr. Turtle oleh wisatawan mancanegara sebagai koordinator utama dalam kegiatan konservasi penyu di Pantai Kuta. Mr.Turtle secara sukarela melakukan kegiatan ini dengan ikhlas tanpa berharap imbalan baik berupa materi maupun non materi. Namun Desa Adat Kuta memberikan kontribusi berupa dana kepada Mr.Turtle atas kepeduliaannya terhadap konservasi penyu agar penyu dan habitatnya tetap lestari.

IV. KESIMPULAN

Pantai Kuta merupakan kawasan yang dikenal sebagai mass tourism. Keberadaan lokasi konservasi di Pantai Kuta menjadi daya tarik unik sebagai bagian dari Pantai Kuta. Sebagai kawasan mass tourism, Pantai Kuta kurang dikenal sebagai wilayah yang memiliki kegiatan konservasi. Setiap tahun banyak wisatawan yang mengikuti kegiatan pelepasan tukik (baby

turtle release). Dengan perkembangan keberadaan kegiatan konservasi ini, diharapkan menjadi daya tarik wisata yang unik di Bali khususnya di Pantai Kuta serta meningkatkan kesadaran masyarakat, wisatawan maupun pemerintah untuk saling bekerjasama menjaga kelestarian lingkungan hidup secara khusus kelestarian penyu.

Dengan adanya kegiatan konservasi, pengelolaan menjadi sangat penting karena Pantai Kuta berada pada kawasan mass tourism yang sangat rentan dengan bahaya yang mengancam perlindungan penyu serta habitatnya. Oleh karena itu, kegiatan konservasi penyu harus dikelola dengan baik agar penyu-penyu tidak menjadi hewan yang langka. Lokasi konservasi penyu yang berada dalam kawasan mass tourism diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara kegiatan wisata dan pelestarian lingkungan serta yang paling utama diharapkan agar citra Pantai Kuta menjadi daya tarik wisata yang sangat unik di dunia karena wisatawan sangat berminat terhadap kegiatan pelepasan tukik (baby turtle release)

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Anonim. 1996. SK Dirjen Pelestarian Hutan dan Perlindungan Alam (PHPA) No. 129 Tahun 1996

Anonim. 2009. Undang Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Arida, Sukma. 2009. Meretas Jalan Ekowisata Bali. Denpasar: Udayana University Press.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2018. Statistik Pariwisata Bali. Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

Garrod, Brian. 2001. Local Participation in the Planning and Management of Eco-tourism: A Revised Model Approach. Bristol : University of the West of England

Hadiwijoyo, Surya Sakti. 2012. Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat:   Sebuah

Pendekatan Konsep. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Harsoyo. 1977. Manajemen Kinerja. Jakarta. Penerbit Persada Indonesia.

Kusuma, Satwika Wiguna. 2016. Pengelolaan Pulau Penyu Berbasis Masysarakat Lokal Sebagai Daya Tarik Wisata (Studi Kasus : Pengelolaan oleh Kelompok Nelayan Deluang Sari, Desa Tanjung Benoa, Kabupaten Badung).

150