Jurnal Destinasi Pariwisata                                             p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937

Vol. 10 No 1, 2022

Potensi Pengelolaan Wisata Edukasi Pabrik Gula Kebon Agung Di Kabupaten Malang Jawa Timur

Yohanes Hessel Salomo Patiunga, 1, Ida Ayu Suryasih a, 2

a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri Ratu Mahendradatta, Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia

Abstract

The Kebon Agung Sugar Factory has a lot of tourism potential that can be managed as an educational tour. However, its tourism potential has not been managed properly because the Kebon Agung Sugar Factory currently only focuses on carrying out the factory's main function, namely producing sugar. So that the potential for managing educational tourism at the Kebon Agung Sugar Factory is considered important to be a guideline for the company in managing its educational tourism potential.

This research uses qualitative methods, namely by conducting observations, interviews, and documentation studies. The technique of determining the informants used purposive sampling. Qualitative data were analyzed using descriptive qualitative analysis and using concepts of tourism potential concepts, educational tourism concepts, tourist attraction concepts, tourism management concepts, sustainable tourism concepts and analyzed using SWOT analysis. The results of this research indicate that the existing conditions of tourism potential at the Kebon Agung Sugar Factory are all managed to carry out and support the main functions of the factory activities. Every tourism potential of the Kebon Agung Sugar Factory is analyzed using a SWOT analysis all of the tourism potential can be managed into an educational tour of the Kebon Agung Sugar Factory.

Keyword: Tourism Potential, Educational Tourism, Sugar Factory.

  • I.    PENDAHULUAN

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan pabrik gula tertua di Kabupaten Malang. PG. Kebon Agung merupakan pabrik gula yang sudah berdiri sejak tahun 1905 dan masih eksis sampai sekarang. PG. Kebon Agung selain sebagaimana pabrik gula pada umumnya yang memproduksi gula juga mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan dan citra untuk perusahaan PG. Kebon Agung maupun untuk Kabupaten Malang.

PG. Kebon Agung sejatinya sudah membuka pabrik baik itu secara langsung maupun tidak langsung untuk pariwisata. PG. Kebon Agung secara langsung membuka pabrik mereka untuk pariwisata melalui study tour kepada perusahaan- perusahan ataupun lembaga pendidikan seperti sekolah ataupun universitas. Namun secara tidak langsung PG. Kebon Agung juga membuka area pabrik mereka untuk pariwisata dengan tetap memperbolehkan orangorang untuk memasuki wilayah pabrik terluar, wilayah perumahan dinas khususnya rumah dinas pimpinan pabrik untuk berfoto atau selfie, serta area masjid pabrik untuk umum karena berhubungan dengan letak masjid pabrik yang berada didepan pabrik dan berada tepat dipinggir jalan besar yang menguhubungkan antar kabupaten di Jawa Timur.

PG. Kebon Agung memiliki potensi wisata dari segi historical berdirinya pabrik sampai dengan sekarang, bentuk bangunan pabrik yang megah, bentuk bangunan perumahan dinas yang khas akan zaman kolonial, potensi dari lingkungan sumber mata air milik pabrik yang subur dan masih sangat luas,

kompleks aset Sempalwadak yang dimana terdapat perkebunan tebu, kantor penelitian dan pengembangan, laboratorium hama, dan rumah produksi single chip bud atau bibit tebu. Potensi wisata dari segi proses produksi pabrik hingga menghasilkan gula. Hal-hal tersebut membuat PG. Kebon Agung banyak memiliki potensi yang dapat dijadikan potensi wisata edukasi namun belum dikelola. Oleh karena itu, bagaimana kondisi saat ini dari pengelolaan potensi pariwisata yang ada di PG. Kebon Agung dan bagaimana potensi pengelolaan wisata edukasi di PG. Kebon Agung menarik untuk dibahas.

Telaah penelitian sebelumnya yang pertama yaitu oleh Ida Ayu Sinta Devi, Damiat, dan Ni Desak Made Sri Adnyawati (2018) dengan judul “Potensi Objek Wisata Edukasi di Kabupaten Gianyar” dimana dalam penelitian tersebut memiliki persamaan pada fokus penelitian yaitu potensi wisata edukasi. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian beserta dengan konsep ataupun teori yang digunakan.

Telaah penelitian sebelumnya yang kedua yaitu dengan judul ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Pabrikasi Pada Pabrik Gula Kebon Agung di Kota Malang oleh Anidia Soraya (2018). Penelitian tersebut memiliki persamaan lokasi penelitian yaitu di PG. Kebon Agung. Perbedaannya yaitu pada fokus penelitian dimana penelitian tersebut membahas tentang produktivitas kerja karyawan.

Telaah penelitian sebelumnya yang ketiga yaitu “Pengelolaan Wisata Edukasi Kampung Coklat di Desa Plosorejo Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar”

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

yang diteliti oleh Ferdina Esty Wilujeng (2018). Persamaan dengan penelitian tersebut terdapat pada fokus penelitiannya. Persamaan fokus penelitiannya yaitu pengelolaan wisata edukasi. Perbedaannya yaitu pada lokasi penelitian dimana lokasi penelitian tersebut yaitu di Kabupaten Blitar.

Telaah penelitian sebelumnya yang keempat yaitu dengan judul “Penguatan SDM dalam e-Marketing Untuk Promosi Desa Wisata di Kabupaten Malang Jawa Timur” oleh Destha Titi Raharjana dan Heddy Shri Ahimsa Putra (2020). Persaman dengan penelitian tersebut terdapat pada lokasi penelitiannya yaitu di Kabupaten Malang Jawa Timur. Sedangkan fokus penelitiannya mememiliki fokus yang berbeda.

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep potensi wisata, konsep daya tarik wisata, konsep wisata edukasi, konsep pengelolaan pariwisata dan konsep pariwisata berkelanjutan. “Potensi wisata adalah segala sumber daya yang ditemui disuatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata” (Pendhit, 2002). Oleh karena itu, Potensi Wisata adalah segala sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah atau tempat yang dimana dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Potensi sendiri terbagi menjadi dua yaitu potensi fisik dan potensi non fisik. Potensi fisik yaitu potensi yang berwujud. Contoh dari potensi fisik seperti tanar, air, perkebunan, bangunan, dan lain sebagainya yang ada wujud fisiknya. Sedangkan potensi non fisik yaitu kebalikan dari potensi fisik, dimana potensi non fisik merupakan potensi yang tidak berwujud. Contoh dari potensi non fisik yaitu budaya masyarakat, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Potensi wisata tentunya memiliki daya tarik sehingga bisa dikatakan menjadi sebuah daya tarik wisata. “Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suuatu daerah tujuan wisata” (Yoeti, 2006). Daya tarik wisata dapat dibagi menjadi empat yaitu daya tarik wisata alam, daya tarik wisata buatan dalam bentuk bangunan, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata sosial.

Konsep wisata edukasi tentunya harus dipahami terlebih dahulu apa itu edukasi. “Edukasi sama halnya dengan Pendidikan” (KBBI, 2016). “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003). Sehingga, “Wisata edukasi adalah suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. Wisata jenis ini juga sebagai study tour atau perjalanan kunjungan-kunjungan pengetahuan”

(Suwantoro, 1997). Sedangkan menurut (Rodger, 1998) “Wisata edukasi adalah suatu program dimana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Wisata Edukasi adalah suatu program yang menggabungkan unsur kegiatan wisata dengan muatan pendidikan didalamnya.

Lalu, pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan, komunitas lokal, dan nilai-nilai sosial daerah tersebut sehingga wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar daerah pariwisata. Dalam (Pitana, 2009) pengelolaan pariwisata harus mengikuti beberapa prinsip-prinsip yaitu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus didasarkan pada kearifan lokal; preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang berbasis pengembangan kawasan pariwisata, pengembangan atraksi wisata yang berakhar pada khasanah budaya lokal, pelayanan kepada wisatawan yang berbasis kepada keunikan budaya dan lingkungan lokal, serta memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan penegmbangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif. Namun sebaliknya, membatasi ataupun menghentikan aktivitas pariwisata jika melampaui ambang batas lingkungan alam dan aksesibilitas sosial walaupun disisi lain meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal-hal tersebut tentunya berkaitan dengan pariwisata berkelanjutan.

“Pariwisata berkelanjutan merupakan dimana mempertemukan wisatawan dan daerah tujuan pariwisata dalam usaha menyelamtakan dan memberi peluang untuk menjadi lebih menarik lagi di waktu yang akan datang” (Yoeti, 2008). Pariwisata berkelanjutan erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan. Prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan yaitu kualitas sumber daya pariwisata harus tetap terjaga baik itu sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun pelestariannya. Lalu, prinsip lainnya yaitu kualitas hidup masyarakat harus tetap baik. Kualitas hidup ini berkaitan erat dengan adanya partisipasi masyarakat, meminimalisir dampak sosial, dan adanya juga dampak ekonomi yang lebih baik. Prinsip yang terakhir yaitu kualitas pengalaman wisatawan harus baik. Kualiatas pengalaman wisatawan terukur dari adanya imajinasi atau interpretasi, adanya keingintahuan yang mendalam juga dapat terpenuhi, serta adanya keunikan yang dapat menambah nilai dari kualiatas pengalaman wisatawan. Prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan haruslah terpenuhi secara baik dan maksimal agar pariwisata berkelanjutan dapat terwujud.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

  • II.    METODE PENELITIAN

PG. Kebon Agung sebagai lokasi peneltian karena PG. Kebon Agung merupakan sebuah pabrik gula yang sudah berdiri sejak lama dari tahun 1905 dari zaman kolonialisme Belanda. PG. Kebon Agung selain itu tentunya memiliki potensi-potensi wisata yang belum dikelola. PG. Kebon Agung sendiri berada dilokasi yang sangat strategis masuk dalam wilayah kabupaten Malang namun berada diperbatasan kabupaten Malang dengan kota Malang.

Ruang lingkup penelitian guna mempertegas batas lingkup permasalahan pada penelitian ini yang pertama yaitu kondisi saat ini dari pengelolaan potensi wisata PG. Kebon Agung. Kondisi saat ini tentunya melihat dari seluruh aset milik PG. Kebon Agung yang termasuk potensi wisata, struktur organisasi dari PG. Kebon Agung, serta sistem pengelolaan potensi wisata yang dimilik PG. Kebon Agung. Batas lingkup permasalahan kedua yaitu Identifikasi potensi pengelolaan wisata edukasi PG. Kebon Agung menuju pariwisata berkelanjutan.

Jenis data yang terdiri dari data kualitatif yaitu data yang digambarkan dengan kata-kata atau penjelasan mengenai objek yang diteliti serta tidak dapat diangkakan atau dihitung (Kusmayadi, 2000) Data kualitatif meliputi gambaran umum dan profile PG. Kebon Agung, mekanisme pengelolaan potensi wisata, kondisi dari atraksi wisata, fasilitas, aksesibilitas, kondisi kelembagaan atau pengelola, kondisi lingkungan, dan juga kekurangan dan kelebihan dari potensi wisata dan data kuantitatif yaitu data yang nilainya berupa angka atau numerik (Kusmayadi, 2000). Data kuantitatif meliputi monografi PG. Kebon Agung, luas wilayah, jumlah pekerja, dan jumlah aset pabrik.

Sumber data terdiri dari data primer. Data pokok atau utama yaitu kata-kata dan tindakan atau perilaku orang-orang yang diamati atau diwawancarai. Data primer dicatat lewat catatan tertulis atau dengan perekaman video maupun audio serta pengambilan foto. Pencatatan data primer berdasarkan interview dan observasi pengamatan yang merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya (Moleong, 2005). Data primer meliputi gambaran umum lokasi, sejarah perusahaan, kondisi aset pabrik, kondisi potensi wisata, kondisi aksesibilitas, kondisi amenitas, peran perusahaan, pemerintah, bahkan masyarakat sekitar dalam mengelola pabrik maupun potensi wisata menuju pariwisata berkelanjutan dan data sekunder yaitu data yang diambil dari sumber tertulis misalnya sumber dari buku, artikel ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi serta dokumen resmi (Moleong, 2005). Data sekunder meliputi telaah hasil penelitian sebelumnya, letak geografis ataupun peta dari lokasi PG. Kebon Agung, dan juga data monografi PG. Kebon Agung.

Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, wawancara, dan studi dokumentasi mendapatkan data di PG. Kebon Agung. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah metode dimana peneliti menetapkan lebih awal siapa saja yang menjadi sampelnya, serta menyebutkan statusnya masing-masing sesuai dengan keinginan dan tujuan peneliti (Mukhtar, 2013). Adapun dua informan yang dipilih yaitu kepala bagian quality control PG. Kebon Agung dan kepala sub seksi personalia PG. Kebon Agung.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, hingga datanya jenuh lalu menggunakan pendekatan analisis SWOT. Lalu, akktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclution drawing (penarikan kesimpulan) (Sugiyono, 2014).

  • III.    HASIL DAN PEMBAHASAN

  • 3.1    Gambaran Umum PG. Kebon Agung

    1.    Sejarah PG. Kebon Agung

Pabrik Gula (PG) Kebon Agung merupakan pabrik gula yang saat ini berada di bawah naungan PT. Kebon Agung. PT. Kebon Agung sendiri memiliki dua pabrik gula (PG) yaitu PG. Kebon Agung & PG. Trangkil. Cikal bakal PT. Kebon Agung sendiri salah satunya berasal dari berdirinya PG. Kebon Agung. PG. Kebon Agung berdiri pada tahun 1905. PG. Kebon Agung didirikan oleh seorang pengusaha Tionghoa yang bernama Tan Tjwan Bie. Pada tahun 1917 pengelolaan PG. Kebon Agung diserahkan kepada Biro Manajemen Namlooze Ven-nootschap (NV) Handel - Landbouw Maatschappij Tiedeman & van Kerchem (TvK). Tepat satu tahun sesudah itu pada 1918 dibentuk Namlooze Ven-nootschap (NV) Suiker Fabriek Kebon Agoeng atau singkatnya disebut NV S.F. Kebon Agoeng.

Pada tahun 1931 karena adanya pemerosotan harga gula dunia maka dibuatlah kesepakatan antar produsen gula dunia yang disebut dengan The Chardbourne Agreement. Hal tersebut berdampak pada seluruh pabrik gula di Jawa termasuk NV S.F. Kebon Agoeng. Pada tahun 1932 kurang lebih satu tahun setelah terjadinya The Chardbourne Agreement, seluruh saham NV. S.F. Kebon Agoeng tergadaikan kepada De Javasche Bank Malang. Hal tersebut terjadi karena kelesuhan usaha yang terjadi pada industri gula Jawa. Lalu pada tahun 1935 NV S.F. Kebon Agoeng sepenuhnya menjadi milik De Javasche Bank Malang. Pada tahun 1946 sesudah Indonesia merdeka seluruh perusahaan gula harus dikelola oleh Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN).

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

Namun karena ada agresi militer Belanda maka BPPGN tidak berjalan dan dibubarkan pada tahun 1949. Tetapi pada tahun 1950 keluarlah keputusan pengumuman pemerintah yang berisikan tentang pembentukan Panitia Pengembalian Perkebunan Kepada Pemiliknya. Oleh karena itu, mulai tahun 1950 PG. Kebon Agung kembali dikelola oleh Tiedeman & van Kerchem (TvK).

Pada tahun 1954 diadkanlah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang menghasilkan beberapa keputusan. Keputusan yang dihasilkan dari RUPS adalah mengubah nama perusahaan yang semula NV S.F. Kebon Agoeng menjadi PT. Pabrik Gula (PG) Kebon Agung, memberhentikan Tuan Tan Tjwan Bie dari jabatan direktur, dan menetapkan Yayasan Dana Tabungan Pegawai Bank Indonesia dan Dana Pensiun dan Tunjangan Bank Indonesia sebagai pemegang saham. Pada tahun 1958, pengelolaan pabrik dikelola oleh Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan (BPU-PPN). Hal itu dikarenakan oleh pengambil alihan perusahan yang masih dikelola oleh asing atau menasionalisasikan semua perusahaan yang dikelola perusahaan asing. Pada tahun 1967 pemerintah Indonesia melikuidasi BPU-PPN Gula. Pada Tahun 1968, dengan Surat Penetapan Direksi Bank Negara Indonesia Unit I yang kemudian bernama Bank Indonesia dalam kedudukannya sebagai pengurus dari Dana Pensiun dan Tunjangan Bank Negara Indonesia Unit I berserta Yayasan Dana Tabungan Pegawai-Pegawai Bank Negara Indonesia Unit I selaku Pemegang Saham dan Pemilik PT. PG. Kebon Agung menunjuk PT. Biro Management Tri Gunabina sebagai Direksi Pengelola. Sejak saat itulah, tepatnya pada tanggal 1 Juli 1968 PT. Tri Gunabina bertindak penuh sebagai Direksi dari PT. PG. Kebon Agung yang dimana PG. Kebon Agung berada dibawah pengelolaan PT. PG. Kebon Agung.

Pada tahun 1972, Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia (YDPTHT-BI) dengan surat kuasa dari Bank Indonesia menjadi YDPTHT-BI menjadi Pemegang Saham Tunggal dari PT. PG. Kebon Agung menggantikan dua pemegang saham sebelumnya. pada tahun 1992 dengan adanya Undang-Undang No.11 tentang Dana Pensiun, maka Bank Indonesia membentuk Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKK-BI) dengan akte notaris Abdul Latif No. 29 tanggal 23 Februari 1992. Dimana YKK-BI berfungsi memberikan pembayaran bantuan dan tunjangan hari tua. Lalu dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) tanggal 23 Maret 1993 memutuskan bahwa YKK-BI menjadi Pemegang Saham Tunggal PT. PG. Kebon Agung. PT. PG. Kebon Agung mempunyai masa pengoperasian yang berkahir pada tanggal 20 Maret 1993. Namun telah diperpanjang hingga 75 tahun kedepan dengan Akta Notaris Achmad Bajumi, S.H. No. 120 tanggal 27 Februari 1993. Momen tersebut juga

sekaligus menetapkan nama baru PT. PG. Kebon Agung menjadi PT. Kebon Agung.

Berdasarkan kebijakan Departemen Kehakiman yang mengatur bahwa Direksi suatu Perseroan tidak boleh berupa badan hukum melainkan harus oleh orang perseorangan, maka era pengelolaan PT. Kebon Agung oleh PT. Tri Gunabina berakhir sudah. Selanjutnya perusahaan dikelola oleh pengurus perseroan yang sudah ditetapkan oleh pemegang saham. Lalu berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas yang mewajibkan pemagang saham PT lebih dari dua, maka dalam RUPS-LB pada tanggal 22 Juli 1996 diputuskan bahwa pemegang saham PT. Kebon Agung masing-masing terdiri dari YKK-BI dengan total kepemilikan saham sebanyak 2.490 lembar atau 99,6% dan Koperasi Karyawan PT. Kebon Agung dengan kepemilikan saham sebesar 0,4% atau sebanyak 10 lembar.

Selama perjalanan sampai saat ini, PT. PG. Kebon Agung berkelanjutan mengadakan penggantian dan ataupun penambahan mesin peralatan dalam menunjang upaya peningkatan kinerja dan efisiensi kedua pabrik gula milik perusahaan termasuk PG. Kebon Agung agar bisa bersaing dalam era pasar bebas saat ini. PT. Kebon Agung dengan kedua pabrik gula miliknya termasuk PG. Kebon Agung telah mewakili sejarah panjang industri gula tebu di Jawa dan tetap bisa eksis sampai saat ini. Perusahaan juga terus bertekad agar terus dapat menjadi bagian dari industri gula Indonesia yang berkontribusi kepada ketersediaan gula nasional dan tentunya dapat memajukan perekonomian wilayah.

  • 2.    Struktur Organisasi PG. Kebon Agung

PG. Kebon Agung adalah sebuah perusahaan pabrik gula yang tentunya memiliki struktur organisasi tersendiri seperti perusahan lainnya. Struktur organisasi dari PG. Kebon Agung tentunya berfungsi untuk mengatur alur tugas, tanggung jawab, kewenangan, dan pekerjaan pada masing-masing bagiannya. Secara garis besar, berikut struktur organisasi dari PG.Kebon Agung dalam hal ini struktur organisasi tingkat atas dari PG. Kebon Agung :

Gambar 1.

Struktur Organisasi Tingkat Atas PG. Kebon Agung

Sumber : Hasil Penelitian 2021.

Struktur organisasi tingkat atas dari PG. Kebon Agung bisa dikatakan struktur organisasi utama dari PG. Kebon Agung. Hal tersebut dikarenakan dari setiap bagian didalam struktur organisasi utama PG.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

Kebon Agung memiliki struktur organisasinya masing-masing yang menjelaskan lebih terperinci perihal sturuktur organisasi perusahaan. Namun, berdasarkan sturuktur organisasi utama atau struktur tingkat atas dari PG. Kebon Agung sudah cukup menjelaskan apa tugas dan fungsi dari setiap bagian di perusahaan.

PG. Kebon Agung mempunyai seorang pimpinan pabrik. Tugas pimpinan pabrik yaitu untuk melaksanakan fungsi staffing kepada Dewan Direksi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasional di Pabrik Gula Kebon Agung yang terdiri dari lima bagian untuk mencapai efektivitas tujuan perusahaan. Lima bagian tersebut meliputi Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK), Tanaman, Teknik, Pabrikasi, dan Quality Control.

Tugas dari setiap bagian tentunya berbeda-beda. Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) yang dikepalai oleh Kepala Bagian (Kabag) TUK mempunyai tugas yaitu bertugas dalam melaksanakan fungsi staffing kepada Pemimpin Pabrik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian di Bagian Tata Usaha dan Keuangan yang meliputi bidang Akuntansi, Keuangan, Personalia, Umum, Logistik, dan Gudang untuk mencapai efektivitas tujuan perusahaan. Selanjutnya, bagian tanaman yang dikepalai oleh Kabag Tanaman mempunyai tugas yaitu melaksanakan fungsi staffing kepada Pemimpin Pabrik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian di bidang budi daya tanaman Tebu Rakyat maupun Tebu Sendiri yang meliputi aspek budi daya, mekanisasi, dan tebang angkut, serta bidang pengembangan untuk mencapai efektivitas tujuan perusahaan. Lalu ada bagian teknik yang dikepalai oleh Kabag Teknik mempunyai tugas untuk melaksanakan fungsi staffing kepada Pemimpin Pabrik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian di Bagian Teknik yang meliputi pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana pabrik serta pengembangan teknologi untuk mencapai efektivitas tujuan perusahaan. Selanjutnya ada bagian Pabrikasi yang dikepalai oleh Kabag Pabrikasi bertugas untuk melaksanakan fungsi staffing kepada Pemimpin Pabrik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian di Bagian Pabrikasi yang meliputi pemeliharaan dan perbaikan sarana dan prasarana pabrik serta pengembangan teknologi untuk mencapai efektivitas tujuan perusahaan. Selanjutnya yang terakhir yaitu bagian Quality Control (QC) yang dikepalai oleh Kabag QC bertugas untuk melaksanakan fungsi staffing kepada Pemimpin Pabrik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian di Bagian Quality Control yang meliputi monitoring dan pengendalian kualitas pada bahan baku dan bahan pendukung dalam proses produksi dan barang jadi sehingga mencapai efektivitas tujuan perusahaan.

  • 3.    Aset Potensi Wisata PG. Kebon Agung

PG. Kebon Agung memiliki berbagai macam jenis aset yang termasuk dalam potensi wisata. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995), Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, serta kesanggupan daya. “Potensi Wisata adalah segala sesuatu yang terdapat didalam daerah tujuan wisata dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tempat tersebut” (Mariotti dalam Yoeti, 1983). Berdasarkan hal tersebut maka berikut daftar aset kepemilikan PG. Kebon Agung yang tergolong dalam potensi wisata :

a.) Bangunan dan Kegiatan Pabrik Gula.

Bangunan PG. Kebon Agung yang megah dan khas akan bentuk bangunan lama peninggalan zaman Belanda tergolong potensi wisata. Kegiatan Pabrik Gula yaitu dalam proses pembuatan gula hingga menghasilkan gula tentunya menjadi potensi wisata di PG. Kebon Agung.

Kegiatan pabrik dalam proses pembuatan pembuatan gula tentunya menjadi daya tarik tersendiri. Namun saat ini PG. Kebon Agung belum membuka pabriknya ke masyarakat umum untuk melihat bagaimana proses pembuatan gula dari tebu. Saat ini PG. Kebon Agung hanya menerima mahasiswa yang pelatihan, kunjungan kerja pemerintahan, kunjungan kerja antar perusahan, atau kunjungan yang sudah memiliki izin khusus dari pihak PG. Kebon Agung. Hal tersebut tentunya bertujuan untuk agar tetap menjaga kualitas dari gula yang dihasilkan dari PG. Kebon Agung serta tetap menjaga aspek keselamatan dan keamanan jiwa manusia dan juga keamanan dari alat-alat ataupun mesin yang berada di dalam pabrik agar dapat tetap berjalan baik. Saat ini perusahaan belum bisa sepenuhnya menjamin akan keselamatan dan keamanan jiwa dari pengunjung jikalau terbuka untuk umum karena masih terbatasnya sumber daya yang dapat menjamin keselamatan dan keamanan jiwa. Oleh karena itu saat ini hanya masih terbuka tapi terbatas agar masih dapat terkontrol oleh perusahaan.

Gambar 2. Pabrik Gula Kebon Agung

Sumber : PG. Kebon Agung 2021

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

b.) Rumah Dinas Pimpinan PG. Kebon Agung.

Rumah Dinas Pimpinan PG. Kebon Agung dengan kemegahannya menjadi potensi wisata karena memiliki bentuk bangunan lama peninggalan khas rumah besar zaman Belanda yang dimiliki oleh PG. Kebon Agung. Rumah Dinas Pimpinan (RD-1) PG. Kebon Agung berada tepat diseberang dari bangunan pabrik. RD-1 PG. Kebon Agung adalah rumah dinas yang ditempati oleh pemimpin pabrik, pemimpin PG. Kebon Agung. Pengelolaan RD-1 saat ini tentunya dikelola oleh PG. Kebon Agung secara penuh. Fungsi dari RD-1 sampai saat ini masih sepenuhnya menjadi rumah tinggal bagi pimpinan dan keluarga pimpinan dari PG. Kebon Agung.

Di RD-1, PG. Kebon Agung menyediakan satpam untuk menjaga keamanan dari lingkungan RD-1. PG. Kebon Agung juga menyediakan asisten rumah tangga untuk membantu pimpinan beserta keluarganya dalam menjaga dan memelihara lingkungan RD-1. Selain itu, PG. Kebon Agung menyediakan orang-orang khusus untuk merawat halaman lingkungan RD-1 yang luas serta banyak ditanami berbagai jenis tanaman. Segala bentuk pemeliharaan atau renovasi jikalau dibutuhkan di RD-1 sepenuhnya menjadi tanggung jawab PG. Kebon Agung. Jadi, hal-hal yang berkaitan dengan finansial untuk pemeliharan dan renovasi RD-1 sepenuhnya diurus oleh PG. Kebon Agung. Pemeliharaan dan renovasi RD-1 sampai saat ini juga tetap dilakukan dengan menjaga bentuk asli dari bangunan RD-1 yang sudah ada sejak zaman kolonialisme. Hal tersebut terkait dengan prinsip untuk tetap menjaga bangunan peninggalan zaman kolonialisme agar tetap terjaga kelestariannya. RD-1 sering kali menjadi daya tarik orang-orang untuk berfoto karena bentuk bangunannya yang khas peninggalan zaman kolonialisme. Orang-orang yang ingin berfoto dengan latar bangunan RD-1 dan masuk kedalam lingkungan atau halaman RD-1 biasanya harus izin dahulu kepada satpam yang bertugas di depan yang khusus untuk menjaga RD-1. Namun ada juga orang-orang yang hanya sekedar berfoto dari luar pagar atau luar halaman lingkungan RD-1.

Gambar 3. Rumah Dinas Pimpinan Pabrik

Sumber : Hasil Penelitian, 2021.

c.) Perumahan Dinas Karyawan PG. Kebon Agung.

PG. Kebon Agung memiki lima kompleks perumahan dinas karyawan. Dari kelima kompleks perumahan dinas karyawan terdapat dua kompleks perumahan yang menjadi potensi wisata di PG. Kebon Agung. Dua kompleks perumahan tersebut yaitu Perumahan Dinas Karyawan di Sempalwadak dan Perumahan Dinas Karyawan di Jalan Raya Kebon Agung. Kedua komplek perumahan tersebut tergolong potensi wisata karena bangunan-bangunannya sebagian besar masih berbentuk peninggalan lama khas zaman Belanda.

Pengelolaan dari perumahan dinas karyawan PG. Kebon Agung secara umum juga kurang lebih sama dengan pengelolaan Rumah Dinas Pimpinan (RD-1) PG. Kebon Agung. Perbedaan jabatan karyawan dan komplek perumahan dinasnya yang tentunya membedakan perlakuan PG. Kebon Agung dalam memberikan layanan dalam pengelolaan. Sebagai contoh, pengelolaan dan pelayanan di RD-1 tentunya akan berbeda dengan pelayanan di rumah dinas jabatan lainnya yang semakin kebawah. Sebagai contoh, PG. Kebon Agung hanya menyediakan asisten rumah tangga untuk RD-1, tidak untuk rumah dinas karyawan lainnya. Jadi, jikalau ada asisten rumah tangga di rumah dinas karyawan, itu menjadi tanggung jawab pribadi dari karyawan tersebut. Bukan menjadi tanggung jawab PG. Kebon Agung. Tetapi untuk masalah perawatan lingkungan halaman rumah dinas, PG. Kebon Agung menyediakan orang yang bertugas sama seperti untuk RD-1 tetapi tidak untuk khusus per rumah, melainkan untuk seluruh rumah dinas karyawan. Oleh karena itu perumahan dinas karyawan secara penataan dan pemeliharaan lingkungan maupun bangunan masih kurang baik dan maksimal, tidak seperti penataan dan pemeliharaan di rumah dinas pimpinan pabrik.

Gambar 4. Perumahan Dinas Karyawan Pabrik

Sumber : Hasil Penelitian, 2021.

d.) Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang.

Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang menjadi potensi wisata milik PG. Kebon Agung karena Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang berdiri diatas lahan yang cukup luas sebesar 16.666 m2 atau setara dengan kurang lebih 16,6 Ha dengan lingkungan yang masih sangat asri. Selain daripada itu lahan yang berada di Sumber Mata Air PG. Kebon

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

Agung Sumberpang juga sangat subur karena berada di pegunungan khas akan sifat tanah pegunungan yang subur. Akan tetapi masih banyak sekali sisa lahan yang masih bisa dikelola agar lebih efektif namun belum dikelola dengan baik.

Pengelolaan Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang sepenuhnya menjadi tanggung jawab PG. Kebon Agung. Kondisi pengelolaan dari Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang secara umum hanya berfokus pada agar fungsi dari sumber mata air tetap bisa berjalan dengan baik seperti hanya fokus pada pengelolaan alat atau mesin air. Hal tersebut karena sampai saat ini Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang pengelolaannya hanya dimanfaatkan atau digunakan sebagaimana sumber mata air bisa difungsikan. Namun perawatan dan pembersihan lingkungan sumber mata air tetap dilakukan oleh PG. Kebon Agung dengan adanya keterbatasan kuantitas dari sumber daya manusia yang disediakan khusus untuk bertugas di sumber mata air. Tugas utama dari pekerja yang ditugaskan khusus tersebut adalah tentunya untuk memastikan agar air tetap mengalir untuk dialirkan. Menjaga, merawat, dan mebersihkan lingkungan sumber mata air tetap juga menjadi tanggung jawab dari kedua orang orang yang ditugaskan di Sumber Mata Air oleh PG. Kebon Agung. Namun selain itu, pekerja khusus yang berada di sumber mata air tersebut juga mempunyai tugas yaitu untuk selalu mengomunikasikan kepada PG. Kebon Agung segala yang terjadi di lingkungan sumber mata air ataupun yang berkaitan dengan Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang.

Gambar 5.

Sumber Mata Air PG. Kebon Agung Sumberpang

Sumber : Hasil Penelitian, 2021.

e.) Kompleks Aset Perusahaan di Desa Sempalwadak.

Perkebunan Tebu, Rumah Produksi Single Chip Bud, Laboratorium Hama, beserta Kantor Penelitian dan Pengembangan PG. Kebon Agung yang beradai di satu area Desa Sempalwadak. Kompleks Aset PG. Kebon Agung di Sempalwadak juga tergolong dalam potensi wisata yang dimiliki oleh PG. Kebon Agung. Kompleks Aset Wisata PG. Kebon Agung Sempalwadak tergolong dalam potensi wisata karena didalamnya terdapat Perkebunan Tebu, Kantor Litbang PG. Kebon Agung, Laborarorium Hama, dan Rumah Produksi Single Chip Bud. Chip Bud atau Bud Chip merupakan metode pembibitan tebu yang diadopsi dari teknologi

pembibitan tebu di Colombia namun dilakukan dengan cara manual. Apa yang terdapat di area Kompleks Aset PG. Kebon Agung Sempalwadak menjadi potensi wisata yang di miliki oleh PG. Kebon Agung.

Pengelolaan kompleks aset PG. Kebon Agung di Desa Sempalwadak saat ini sebagian besar menjadi tugas dan kewenangan dari Bagian Tanaman. Bagian Tanaman memegang tugas dan kewenangan sebagian besar di Kompleks Aset PG. Kebon Agung di Desa Sempalwadak karena Kompleks Aset PG. Kebon Agung di Desa Sempalwadak hampir semuanya merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tanaman. Perkebunan Tebu mengambil cakupan wilayah terluas di Kompleks Aset PG. Kebon Agung. Perkebunan Tebu tersebut juga menjadi lahan penelitian dan pengembangan PG. Kebon Agung. Namun selain daripada itu, hasil panen daari Perkebunan Tebu tersebut dipakai untuk menjadi sebagian kecil bahan baku pembuatan gula di pabrik. Hanya menjadi sebagian kecil bahan baku pembuatan gula di pabrik karena PG. Kebon Agung juga mendapat bahan baku tebu dari perkebunan-perkebunan lain diluar kepemilikan PG. Kebon Agung.

Pengelolaan Rumah Produksi Single Chip Bud juga tentunya menjadi tugas dan kewenangan Bagian Tanaman di PG. Kebon Agung. Rumah Produksi Single Chip Bud menjadi hal yang menarik karena di tempat tersebut kita dapat melihat proses pembuatan Bud Chip atau pembibitan pembenihan tebu dengan cara yang masih konvensional atau manual. Rumah Produksi Single Chip Bud saat ini dalam pengelolaannya hanya befokus pada produksi Bud Chip. Lalu, pengelolaan Laboratorium Hama milik PG. Kebon Agung saat ini juga menjadi tugas dan kewenangan Bagian Tanaman khususnya Sub Bagian Litbang. Laboratorium Hama milik PG. Kebon Agung dalam pengelolaannya saat ini hanya untuk fungsi laboratorium hama tanaman. Pengelolaan Kantor Penelitian dan Pengembangan milik PG. Kebon Agung tentunya menjadi tugas dan kewenangan Bagian Tanaman khususnya Sub Bagian Litbang di PG. Kebon Agung. Kantor Penelitian dan Pengembangan milik PG. Kebon Agung yang berada di Sempalwadak ini tentunya menjadi pusat dari penelitian dan pengembangan PG. Kebon Agung yang berkaitan dengan masalah tanaman khususnya tebu.

Jadi, Kompleks Aset PG. Kebon Agung saat ini dikelola dan dijalankan oleh Bagian Tanaman di PG. Kebon Agung. Namun tentunya dalam hal penataan, pemeliharaan, dan hal-hal yang tidak berhubungan dengan Bagian Tanaman tentunya menjadi ranah tugas dan kewenangan keempat bagian lainnya di PG. Kebon Agung tergantung tugas dan kewenangan bagian tersebut di struktur organisasi perusahaan. Kompleks Aset PG. Kebon Agung di Sempalwadak saat ini hanya terbuka untuk orang-orang yang mempunyai kepentingan khusus ataupun ijin khusus. Kepentingan

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

khusus disini yaitu biasanya tentunya berhubungan dengan tanaman khususnya tanamanan tebu.

Gambar 6.

Kompleks Aset PG. Kebon Agung Sempalwadak

Sumber : Hasil Penelitian, 2021.

  • 3.2    Potensi Pengelolaan Wisata Edukasi PG. Kebon Agung.

Potensi-potensi wisata yang dimiliki oleh PG. Kebon Agung dengan melihat kondisi pengelolaan saat ini tentunya berpotensi untuk dikelola menjadi wisata edukasi. Namun potensi-potensi tersebut masih membutuhkan pengelolaan yang lebih baik dari kondisi saat ini agar dapat dikelola menjadi wisata edukasi. Potensi pengelolaan wisata edukasi PG. Kebon Agung tentunya harus melihat dari situasi dan kondisi yang dimiliki oleh PG. Kebon Agung dan dari setiap potensi wisata yang ada.

Situasi dan kondisi yang ada saat ini dari potensi wisata di PG. Kebon Agung tentunya memiliki kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Berdasarkan hal tersebut maka potensi pengelolaan wisata edukasi PG. Kebon Agung dianalis melalui pendekatan SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threaths) untuk menentukan strategi terbaik dalam pengelolaan potensi wisata edukasi PG. Kebon Agung. Berikut Tabel pendekatan SWOT (Strenght, Weaknesses, Opportunities, Threath) Potensi Wisata PG. Kebon Agung :

Tabel 3.1. Pendekatan Analisis SWOT

(Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threaths) Potensi Wisata PG. Kebon Agung

r xkTOR IMtRXAl

FAkWK FkMFRXAl

MTlfSGTHCM MKl ATAX

I UctmIAt Vvtdbw ItopBUtt PctungfAjn Iktoda Kentta min Stilnrcal atan icpnA

2 Mθ∏∙llL>p<σHiιtoι ∙eρeτtι pcrltoauw lto to Bttta a#

5 MctmIAi Ata*» LxguCan ρatvA Mns *λA<φ far*, A

1 I Aav EhLtt l⅛ttgan FAnL to Miato Dtoto

Wt AkXFASlW I IkElT-UAMAX

L Hklini Vi PowUia Maaial I rtd Kanfmgai AauWikMa

2 Manana in

MxlwnajehfiiimkTiwiwi xtr* wank ιawua

1 MaiLaawona

KaagiaaaiadipuFrW.

ofporπ Mn «1 PH I AXC

I PG MKwi Vpre ire w<Wι '«Lap Icdxnd

2 StBttta pψιto «■mu c⅛Ajbj

I MnMwKepMai Inai<iι FG Kd*x> Voaag

I Xlcrwhatt PmgetotBB KInBmIjttuL KcfiBto WttBta A PC; Ktott MmnjL

2 XlcmncLalJtt KcattMUtt to KciXtaMtoAPCj Kton ApBtt!

C XIcbAb I j∏gKιaφtt A HwflBUtt

IlllUAllini LXCAMax

1 IixjnatJB) Mma jutwA icKjjli ρAwA

<kΦ* UrgmffB

2 KxivmLjm

L Lknaiakaii FmfctoBin dan FπτκUurunl BtfiwyrJn

  • 2    Twt PG Ktoro Kpmt

  • 3    > ∏Ma EAAbm

I Kcguto Utou pahπL A Kvpjto Wiuta JtthrA JActoa lcτyvMι runaι KftjaLttiiccWBhavjmBjn ιaifflf hciιvwdπum

2 Xlcinkut AUtJB Aw KAfMO UlKlAU 1AK OfKngjttr Ututo pah A to LvnAai WKfLa

Sumber : Hasil Penelitian, 2021.

Berdasarkan tabel analis swot dari potensi wisata PG. Kebon Agung terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam potensi pengelolaan wisata edukasi PG. Kebon Agung.

  • 1.    Strategi Strenght-Opportunity (S-O)

Strategi strength – opportunity adalah strategi dengan menggunakan kekuatan dengan semaksimal mungkin dan juga memanfaatkan peluang dengan sebaik – baiknya. Dari hal ini kemudian menghasilkan strategi yaitu membuka kegiatan wisata di PG. Kebon Agung.

Membuka kegiatan wisata di Pabrik Gula Kebon Agung merupakan suatu keuntungan baru untuk PG. Kebon Agung. Keuntungan yang didapatkan selain pemasukan secara materi atau finansial tapi keuntungan untuk meningkatkan branding dan citra dari PG. Kebon Agung yang bukan terkenal hanya sebagai pabrik gula namun juga karena wisatanya. Membuka kegiatan wisata tentunya harus tetap berdasarkan prinsip pariwisata berkelanjutan dengan menjaga kualitas sumber daya pariwisata yaitu dimana lingkungan pabrik harus tetap terjaga, sumber daya pariwisata buatan pabrik tetap baik, serta ada

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

pelestarian lingkungan pabrik. Kegiatan pariwisata di pabrik haruslah dapat meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan juga masyarakat lokal secara ekonomi, namun tetap bisa meminimalisir dampak sosial dan budaya yang terjadi jikalau pabrik dibuka untuk kegiatan wisata. Selain itu, membuka pabrik untuk kegiatan wisata haruslah dengan kegiatan wisata yang dapat meningkatkan kualitas pengalaman dari pengunjung dan wisatawan.

  • 2.    Strategi Weakness-Opportunity (W-O)

Strategi weakness – opportunity yaitu strategi yang dipergunakan untuk meminimalkan kelemahan yang ada sehingga dapat memanfaatkan peluang. Maka dari itu stategi weakness-opportunity adalah membuat pengelolaan khusus untuk wisata di PG. Kebon Agung, meningkatkan keselamatan dan keamanan di PG. Kebon Agung, dan menata lingkungan dan bangunan.

PG. Kebon Agung tidak memiliki pengelolaan khusus untuk wisata. Namun jikalau, PG. Kebon Agung membuka kegiatan wisata haruslah memiliki bagian pengelolaan khusus yang menanangi mengenai kegiatan wisata di PG. Kebon Agung. Pengelolaan khusus untuk kegiatan wsiata wisata haruslah peka dan paham akan aspek-aspek dari pabrik serta tentunya peka dan paham aham akan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan dan dapat menjalankannya dengan baik.

Pabrik dengan kegiatan pabriknya haruslah mempunyai keamanan dan keselamatan yang baik untuk menjamin para pekerjanya. Jadi, dengan membuka kegiatan wisata yang tentunya menerima kunjungan wisatawan haruslah juga dapat menjamin perlindungan akan keamanan dan keselamatan dari pengunjung atau wisatawan. Kondisi pabrik yang saat ini hanya menjamin keamanan dan keselamatan para pekerja yang tentunya dengan jumlah yang lebih sedikit harus bisa meningkatkan keamanan dan keselamatan pengunjung atau wisatawan yang jumlahnya lebih banyak dimana para pengunjung atau wisatawan tersebut juga tidak mempunyai keahlian atau pemahaman tentang lingkungan kerja pabrik. Jadi, meningkatkan keamanan dan keselamatan di pabrik untuk semua pihak merupakan hal yang penting.

Membuka pabrik untuk kegiatan wisata tentunya juga harus ada usaha dengan menata lingkungan dan bangunan yang dimiliki oleh pabrik. Lingkungan dan bangunan yang dimiliki oleh pabrik haruslah ditata agar lebih teratur, rapi, dan bersih. Hal itu agar dapat meningkatkan daya tarik pabrik untuk kegiatan wisata. Penataan lingkungan dan bangunan selain untuk meningkatkan daya tarik tentunya dapat membuat nyaman para pengunjung nantinya serta membuat nyaman juga seluruh para pekerja yang dimiliki oleh perusahaan. Penataan lingkungan dan bangunan yang dimiliki oleh pabrik juga dapat meningkatkan branding atau citra dari perusahaan.

Penataan lingkungan dan bangunan yang dimiliki oleh pabrik atau perusahaan meliputi penataan lingukan potensi wisata di Sempalwadak, perumahan dinas karyawan, dan juga tentunya di Sumber Mata Air Pabrik Sumberpang. Menata lingkungan dan bangunan haruslah tetap mengikuti prinsip pariwisata berkelanjutan dengan tetap mengikuti konsep pariwisata berkelanjutan. Beberapa contohnya yaitu penataan lingkungan dan bangunan perusahaan haruslah tetap sebisa mungkin mempertahankan bentuk bangunan lama peninggalan zaman kolonialisme yang kental akan bentuk arsitektur yang dulu. Selain itu contoh lainnya adalah penataan lingkungan dan bangunan di Sumber Mata Air Pabrik Sumberpang adalah dengan tidak mengeksploitasi lahan yang sangat besar dan kosong. Lahan yang besar dan kosong tersebut bisa ditata dengan tetap mempertahankan kualitas sumber daya alam namun juga tetap dapat dimanfaatkan. Hal-hal tersebut tentunya sudah cukup sesuai dengan konsep dari pariwisata berkelanjutan.

  • 3.    Strategi Weakness-Threath (W-T)

Strategi weakness – threat yakni strategi yang dihasilkan dari meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Dari hal tersebut memunculkan strategi yaitu kegiatan utama pabrik dan kegiatan wisata pabrik dikelola secara terpisah namun berjalan bersama saling bekoordinasi dan membuat aturan atau batasan tertentu yang mengatur kegiatan pabrik dan kegiatan wisata.

Membuka pabrik untuk kegiatan wisata tentunya harus mempunyai pengelolaan yang berbeda dengan kegiatan pabrik biasa saat ini. Kegiatan utama pabrik dan kegiatan wisata pabrik seharusnya dikelola secara terpisah agar pengelolaan bisa berjalan baik. Namun karena kegiatan wisata tentunya akan ada berhubungan ataupun berkaitan dengan kegiatan pabrik jadi sudah semestinya pengelolaan utama pabrik dan wisata pabrik harus berjalan bersamaan namun tetap saling bekoordinasi agar semua dapat berjalan lancar. Pengelolaan yang terpisah antara pengelolaan pabrik sebagai fungsi pabrik dengan pengeloaan pabrik ataupun lingkungan pabrik untuk kegiatan wisata berguna juga agar pengeloaan lebih terfokus dan sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sehingga dengan adanya pengelolaan yang terpisah fungsi pabrik sebagai pabrik bisa tetap berjalan dengan baik untuk menghasilkan gula yang berkualitas dan juga fungsi pabrik sebagai daya tarik wisata juga dapat berjalan dengan baik serta tetap dapat mewujudkan prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan.

Membuka pabrik dan lingkungannya untuk kegiatan wisata berarti membuka pabrik dan lingkungannya untuk khalayak umum. Oleh karena itu tentunya membutuhkan adanya aturan dan batasan tertentu agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

baik namun juga tidak mengganggu kegiatan atau aktivitas pabrik, penghuni rumah-rumah dinas, ataupun tidak mengganggu pekerja pabrik dan lingkungan sekitar pabrik termasuk masyarakat lokal. Membuat aturan dan batasan tertentu berguna untuk menjaga keamanan, keselamatan, dan kenyamanan semua pihak termasuk wisatawan. Membuat aturan dan batasan tertentu ini juga dapat sesuai dengan prinsip pariwisata berkelanjutan agar bisa dapat terwujud. Dengan adanya aturan dan batasan tertentu tentunya akan dapat menjaga kualitas dari sumber daya pariwisata, menjaga kualitas hidup masyarakat, namun tetap bisa mendapatkan kualitas pengalaman yang baik untuk wisatawan. Contoh aturan dan batasan tertntu yang dapat diaplikasikan adalah dengan membuat sistem buka tutup perumahan atau dengan pembatasan area tertentu yang dapat dibuka untuk umum merupakan contoh yang dapat diterapkan pada lingkungan perumahan dinas. Selain itu dengan adanya alur keluar masuk yang baik untuk akses wisatawan dan juga akses kegiatan pabrik merupakan contoh aturan untuk pabrik untuk meminilmalisir terganggunya lingkungan pabrik perumahan dinas, dan juga termasuk lingkungan sekitar yang dimana terdapat masyarakat lokal.

  • 4.    Strategi Strenght-Threat (S-T)

Strategi strenght – threat merupakan strategi yang dihasilkan dari penggunaan kekuatan dengan maksimal yang kemudian digunakan untuk mengatasi ancaman. Strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan, Tour PG. Kebon Agung, dan Wisata Edukasi.

Membuka pabrik untuk kegiatan wisata tentunya juga harus ada usaha dengan meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan tentunya agar lingkungan pabrik beserta seluruh potensi wisata pabrik bisa lebih terjaga lingkungannya ketika pengunjung atau wisatawan datang. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharan disini dapat berupa penataan lingkungan yang lebih terjadwal, adanya penambahan petugas kebersihan, dan adanya petugas lingkungan yang bertugas khusus di setiap potensi wisata yang dimiliki oleh pabrik beserta lingkungannya. Penambahan petugas kebersihan, petugas lingkungan, ataupun pekerja yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan tentunya dapat membuka lahan pekerjaan baru. Lahan pekerjaan ini tentunya dapat ditawarkan atau diutamakan untuk masyarakat sekitar atau masyarakat lokal agar dapat meningkatkan partisipasi dan ekonomi dari masyarakat sekitar yang dimana sesuai dengan salah prinsip pariwisata berkelanjutan.

Tour PG. Kebon Agung yaitu kegiatan wisata yang dapat dilakukan untuk berwisata mengelilingi PG. Kebon Agung maupun potensi wisata yang dimiliki

oleh PG. Kebon Agung. Tour PG. Kebon Agung dapat dilakukan agar seluruh aktivitas di lingkungan pabrik atau disetiap potensi wisata pabrik tetap berjalan dengan baik namun kegiatan wisata tetap bisa berjalan dengan menjaga kualitas pengalaman dari wisatawan.. Hal tersebut tentunya memenuhi salah satu prinsip dari pariwisata berkelanjutan. Tour PG. Kebon Agung haruslah dijalankan dengan prinsip pariwisata berkelanjutan. Tour PG. Kebon Agung dapat dilakukan dimana ada pendampingan dari pihak pabrik untuk wisatawan yang berwisata. Pendampingan disini selain berguna untuk menjaga keselematan para wisatawan namun juga berguna agar lingkungan pabrik tetap terjaga. Tour PG. Kebon Agung ini juga dapat mengatur kegiatan kunjungan orang atau wisatawan yang berwisata. Sehingga kegiatan kunjungan orang atau wisatawan dapat lebih teratur, terarah, dan terpantau. Hal tersebut berguna untuk menjaga keamanan dan kenyamaan seluruh pihak baik itu wisatawan, pekerja di lingkungan pabrik, penghuni rumah-rumah dinas pabrik, dan juga masyarakat lokal. Tour PG. Kebon Agung dengan lebih teratur, terarah, dan terpantaunya wisatawan tentunya lebih dapat menjaga kualitas dari lingkungan disetiap potensi wisata pabrik namun tetap juga membarikan kualitas pengalaman dari wisatawan. Hal tersebut sesuai dengan prinsip pariwisata berkelanjutan.

Wisata edukasi dalam hal ini bisa berupa wisata edukasi sejarah pabrik dan pembuatan gula, wisata edukasi penanaman tebu, ataupun wisata edukasi pengenalan tanaman tebu dan hama. Wisata edukasi sejarah pabrik dan pembuatan gula yaitu kegiatan wisata dimana pengunjung atau wisatawan dapat berkeliling aset pabrik sekaligus beriwisata akan sejarah dari pabrik. Selain itu wisatawan juga dapat melihat secara langsung proses pembuatan gula di pabrik. Wisata penanaman tebu adalah kegiatan wisata yang dimana wisatawan dapat secara langsung melakukan proses penanaman tebu dari bentuk bibit tebu. Lalu, ada wisata edukasi pengenalan tanaman tebu dan hama. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh wisatawan yang ingin mengetahui secara jelas akan tanaman tebu dan hama yang ada di perkebunan tebu milik perusahaan.

Semua wisata edukasi, baik itu wisata edukasi sejarah pabrik dan pembuatan gula, wisata edukasi penanaman tebu, maupun wisata edukasi pengenalan tanaman tebu dan hama merupakan kegiatan wisata yang dapat dilakukan agar kegiatan utama pabrik dan kegiatan wisata pabrik dapat berjalan bersamaan serta saling mendukung agar kegiatan pabrik dan kegiatan wisata dapat berjalan di PG. Kebon Agung. Jadi, dengan adanya wisata edukasi dapat memenuhi aspek kualitas pengalaman wisatawan dalam prinsip pariwisata berkelanjutan yaitu adanya keunikan, dapat menarik keingintahuan yang mendalam, serta

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

dapat menarik imajinasi ataupun intepretasi dari pengunjung atau wisatawan.

  • IV. SIMPULAN DAN SARAN

  • 1.    Simpulan

Dari hasil dan pembahasan didapatkan dua kesimpulan yaitu kondisi potensi wisata saat ini yang ada di PG. Kebon Agung dan potensi pengelolaan wisata edukasi PG. Kebon Agung menuju pariwisata berkelanjutan.

Kondisi potensi wisata saat ini yang ada di PG. Kebon Agung secara umum hanya dikelola agar fungsi utama dari setiap potensi wisata yang ada tetap berjalan dengan semestinya untuk pabrik. Dimana pabrik gula tetap berjalan baik dan optimal untuk memproduksi gula yang berkualitas terbaik, Rumah Dinas Pimpinan Pabrik tetap dapat dihuni oleh pimpinan pabrik dengan memfokuskan pada kondisi bangunan dan lingkungan serta keamanan dan kenyamanan untuk tetap bisa layak huni, Perumahan Dinas Karyawan juga seperti itu memfokuskan pada kondisi lingkungan dan bangunan beserta keamanan dan kenyamanan agar tetap layak huni, Sumber Mata Air PG. Kebon Agung tetap menjalankan fungsinya sebagai sumber air pemasok air untuk kegiatan pabrik dan perumahan pabrik, dan Aset-aset di Kompleks Aset PG. Kebon Agung Sempalwadak tetap bisa menjalankan fungsinya masing-masing sebagai perkebunan tebu, kantor penelitian dan pengembangan, laboratorium hama, dan rumah produksi single chip bud atau bibit tebu.

Potensi pengelolaan wisata edukasi PG. Kebon Agung menuju pariwisata berkelanjutan dapat dijalankan pengelolaannya dengan cara membuka potensi-potensi wisata yang ada untuk kegiatan wisata. Membuka potensi-potensi wisata untuk kegiataan wisata tentunya harus ada penataan lingkungan dan bangunan yang tetap menjaga kualitas dari sumber daya pariwisata. Selain dari pada itu haruslah juga ada peningkatan pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan yang dapat melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Membuka kegiatan wisata, melakukan penataan lingkungan dan bangunan dari potensi wisata, serta peningkatan pengelolaan dan pemeliharaan membutuhkan adanya pengelolaan khusus untuk kegiatan wisata. Pengelolaan khusus untuk kegiatan wisata ini

haruslah dapat berjalan bersamaan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pabrik. Pengelolaan khusus untuk kegiatan wisata ini juga tentunya dapat membuat aturan atau batasan tertentu demi mewujudkan prinsip-prinsip dari pariwisata berkelanjutan. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan dengan potensi yang ada yaitu salah satunya dengan tour PG. Kebon Agung. Wisata yang dapat mengunjungi semua potensi wisata yang dimiliki oleh PG. Kebon Agung. Kegiatan wisata yang dapat dilakukan dengan potensi yang ada serta dapat mendukung dan menjadi bagian dalam kegiatan tour PG. Kebon Agung antara lain wisata edukasi pembuatan gula di pabrik, wisata edukasi mengunjungi mengelilingi Rumah Dinas Pimpinan dan perumahan karyawan pabrik, wisata alam dan edukasi perkebunan di Sumberbang, wisata alam mengelilingi perkebunan tebu, wisata alam dan edukasi penanaman bibit tebu, wisata edukasi mengunjungi Kantor Litbang dan Laboratoriun Hama PG. Kebon Agung.

  • 2.    Saran-Saran

Sehingga dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai upaya memberi masukan dalam pengelolaan potensi wisata edukasi PG. Kebon Agung.

Saran untuk PG. Kebon Agung dengan segala potensi wisata yang dimiliki dan jika ingin membuka seluruh potensi yang ada untuk kegiatan wisata khususnya wisata edukasi haruslah tetap memperhatikan dan mewujudkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Selain dari pada itu sebelum membuka seluruh potensi wisata untuk kegiatan wisata haruslah dengan pertimbangan, pembicaraan, dan kajian lebih lanjut dengan berbagai pihak untuk tetap dapat mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

Saran untuk PG. Kebon Agung dan masyarakat lokal haruslah membangun dan mempunyai hubungan yang lebih baik lagi antara pihak perusahaan pabrik maupun pihak masyarat. Hubungan yang lebih baik lagi haruslah dibangun dari kedua belah pihak. Pentingnya hubungan yang lebih baik lagi yaitu untuk saling kerjasama guna mewujudkan pariwisata berkelanjutan.

Jurnal Destinasi Pariwisata Vol. 10 No 1, 2022

DAFTAR PUSTAKA/REFERENSI

Anonim. Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Depdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdikbud. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Kusmayadi. Dkk. 2020. Metode Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Press Group.

Pendit, N.S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Pitana, I Gede dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata.Yogyakarta. Andi Offset.

Rangkuti, F. 2009. SWOT Balance Scorecard: Teknik Menyusun Strategi Korporat yang Efektif Plus Cara Mengelola Kinerja dan Resiko. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rodger, David, 1998, Leisure, learning and travel “Journal of Physical Education, Research and Dance”

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Yoeti, Oka A. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka A. 2006. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Yoeti, Oka A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

126