Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Desa Wisata Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar
on
Jurnal Destinasi Pariwisata p-issn: 2338-8811, e-issn: 2548-8937
Vol. 10 No 1. 2022
Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Desa Wisata Taro, Kecamatan
Tegallalang, Kabupaten Gianyar
Philipus Wangku a,1 ,Saptono Nugroho a,2
1 [email protected], 2[email protected]
a Program Studi Pariwisata Program Sarjana, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jl. Sri ratu Mahendradatta Bukit Jimbaran, Bali 80361 Indonesia
Abstract
Taro is the one tourism village In Tegallalang subdistric, Gianyar Regency. In the development of Bali tourism, there ia saturation of moderen forms of tourism and want to feel and life in rudal areas making the development of tourism in rural areas which Will be packaged in the form of tourism. Tourism Villages in Bali have not all gone smoothly so that they still need help from stakeholder in terms of developing at tourist village. Taro village ia one of the tourist village that has a variety of wonderful potential in the form of attraction, as well as tourist attractions. The porpuse of this study was to determine the existing conditions in Taro tourism village, Tegallalalng sub distric, and to find out the attitude of the local comunity in developing Taro tourism village, Tegallalalng sub distric.
The research methodology used in this study ia qualitative research where this qualitative research uses observation techniques, in depth interview and documentation studies. And using the concept of 4A tourism produce, components in formulating the existing condition of Taro tourism village.
The result of the study show that the existing condition of Taro tourism village starting from attractions, accessibility, fasilitas, and tourism supporting institutions are still in the development proccess, so that is requires collaboration between stakeholder d in developing Taro tourism village, and attitude of local comunities in developing Taro tourism village with using the irridex ( Irritation index) concept.
Keywords: comunity attitudes, developing villages (irridex), tourism village.
Pemerintah telah menetapkan pariwisata sebagai industri yang perlu dibina dan dikembangkan dengan memanfaatkan potensi yang ada di berbagai daerah. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh organisasi pariwisata dunia (WTO) yang dikutip dari fandeli (2003:22), sumbangan sektor pariwisata terhadap pendapatan sebesar US $3,5 tryliun. Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal akan daya Tarik wisata, baik alam, budaya dan adat istiadat.
Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Bali baik wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara merupakan salah satu bukti pariwisata Bali merupakan destinasi wisata yang sangat potensial yang dijadikan andalan utama bangsa ini dalam sektor pariwisata. Keberhasilan Bali dalam dalam menarik minat kunjungan wisatawan telah banyak memberikan manfaat kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, mendorong ekspor hasil-hasil industri kerajinan serta sebagai sumber devisa daerah bahkan dalam beberapa dasa warsa sector pariwisata telah mampu menjadi generator penggerak (leading sector) perekonomian dawerah Bali. Taro adalah salah satu desa yang berlokasikan di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
Irridex (Irritation Index) yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana perkembangan desa wisata taro. Maka dalam penelitian ini irridex bertujuan untuk merumuskan sikap masyarakat dlam mengembangkan desa wisata Taro
Desa Taro terkenal akan daya tarik wisata, baik itu wisata alam, wisata buatan/ seni dan wisata budaya. Desa Taro adalah Desa wisata yang paling tua di Bali yang kaya akan kisah dan peninggalan sejarah dan budaya masa lampau. Keberadaan Desa Taro berkaitan erat dengan dengan lawatan seseorang yang sakti di masa lalu dari Jawa Timur ke Bali sekitar abad ke-8. Desa Taro memiliki potensi alam dan sangat cocok untuk dikembangkan pariwisata pedesaan. Karena Desa Taro mempunyai bentang alam yang hijau yang dapat memikat hati yang datang berkunjung.
Pentingnya melakukan penelitian di Desa Taro bertujuan untuk memperoleh informasi terkait sikap masyarakat lokal dalam mengembangkan desa wisata, yang nantinya akan memberikan jawaban berupa solusi yang tepat bagi masarakat lokal Desa Taro. Sehingga peneliti menguraikan penelitian dengan judul “Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Pengembangan Desa Wisata Taro Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar”
Vol. 10 No 1. 2022
Telaah hasil Penelitian sebelumnya guna mengetahui posisi penelitian. Adapun penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan sekarang dibedakan berdasarkan fokus dan lokus penelitian. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh " DEBORA KRISTIN" pada tahun 2016 dengan judul penelitian " Sikap Masyarakat Terhadap Perkembangan Daya Tarik Air Terjun Tegenungan di Desa Kemenuh, Kab Gianyar". Dengan metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodolog deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui Wawancara, Observasi, kuisioner, Studi Dokumentasi, dan Studi kepustakaan. Dengan penelitian saat ini dengan judul "Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Desa Wisata Taro Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Pada penelitian ini terdapat beberapa konsep yang digunakan sebagai pisau analisis dalam membahas permasalahan peneliti yaitu konsep 4A menurut Cooper dkk (1995: 81). Konsep TALC (Butler 1980), Konsep Irridex "irritation Index" (Doxey), Konsep Masyarakat Lokal (Koentjaraningrat (2009:115118), Konsep Desa Wisata (Putra 2006), Konsep Atraksi (Cooper).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif. Data yang berbetuk kata, skema, da gambar Sugiyono (2015). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah data yang akan didapat dari sumber asli Umi Narimawati (2008) Data primer yaitu mengenai sejarah Desa Taro, kondisi existing Desa Taro berupa kondisi atraksi, kondisi fasilitas, kondisi aksesibilitas, kondisi kelembagaan. Sikap masyarakat Desa Taro dalam mengembangkan desa wisata. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Uma Sekaran, (2011) Data sekunder yaitu dokumentasi Desa Taro, Media, situs atau web.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah Observasi, Wawancara, Studi Dokumentasi. Observasi yang dimaksud adalah penelitian yang secara langsung dilakukan di lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu atau kelompok (Cresswell, (2009) Observasi ini dilakukan untuk mengamati perilaku Masyarakat Desa Taro dalam mengembangkan Desa Taro. Wawancara yang dimaksud adalah pertemuan antara dua individu atau lebih (face to face) yang dilakukan peneliti di lapangan untuk menukar informasi serta ide yang mau disampaikan melalui tanya jawab (Sugiyono, (2014). Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui tentang sikap masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa Taro,
dan kondisi existing Desa Wisata Taro. Studi dokumentasi yang dimaksud berupa dokumen publik misalnya makalah, koran, buku harian dan surat mengenai Desa Taro
Teknik analisis data yang digunakan adalah Kualitatif dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan Miles & Huberman (1992:16). Pengumpulan data adalah kegiatan mencari data di lapangan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan
penelitian. Penelitian memerlukan data yang valid yang dapat diperoleh di lokasi penelitian yaitu di Desa Taro yang sesuai dengan topik penelitian. Reduksi data adalah tahapan analisis data yang dilakukan dengan memilih hal-hal yang pokok dan memfokuskan ke hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang sudah diperoleh dari lapangan diketuk atau ditulis dalam bentuk uraian atau laporan secara terperinci. Penyajian data adalah penyajian data dalam bentuk singkat, Bagan, hubungan antara kategori.
Penelitian ini dilakukan di Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar.
Gambar 4.1: Peta Wilayah Desa Taro, Tegallalang
Sumber: Data Olahan Peneliti, 16 April 2019
Secara geografis Desa Taro merupakan salah satu desa dari tujuh desa di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar sedangkan secara topografis desa Taro merupakan daerah landai dengan ketinggian 600-750 diatas permukaan laut. Curah hujan relatif basah dengan batasan wilayah administratif sebagai berikut: sebelah utar berbatasan dengan desa abuan kecamatan Kintamani, sebelah Timur berbatasan dengan desa Sebatu Kec Tegallalang, sebelah selatan berbatasan dengan desa Bresala, kecamatan Payangan, sebelah barat berbatasan dengan desa Puji, kecamatan Payangan.
Desa Taro dengan luas wilayah 130,83 Km2. Secara administratif desa Taro rerbagi kedalam empat belas Banjar Dusun yaitu Banjar dinas sengkaduan, Banjar dinas alasa pujung, Banjar dinas tebuan, Banjar dinas let, Banjar dinas pisang
Vol. 10 No 1. 2022
Kaja, Banjar dinas pisang Kelod, Banjar dinas patas, Banjar dinas belong, Banjar dinas ouakan, Banjar dinas pakuseba, Banjar dinas Taro Kaja, Banjar dinas Taro Kelod, Banjar dinas Tatah, dan Banjar dinas Ked. Penggunaan lahan di Desa Taro sekarang dipilih menjadi daerah pemukiman 32,25 ha, persawahan 248 ha, perkebunan Tegallalang 869 ha, hutan 21 ha , dan serta pengunaan lainya sepeeti fasilitas umum, pura, setra, jalan, lapangan dan sebagainya 138,06 ha. Secara demografis jumlah penduduk Desa Taro setiap tahun kecendrungan meningkat, sedangkan luas wilayah tetap. Sehingga kepadatan penduduk terus meningkat dan akan menjadi besar bila tidak di tangani secara cepat dan tepat. Penduduk mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan di segala bidang, sehingga penduduk merupakan sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu faktor penentu pembangunan. Pada tahun 2018 jumlah penduduk laki-laki 5,193 dan perempuan 5,417 dan jumlah KK 2,102.
c.
d.
Tabel 41. Mata Pencaharian Penduduk Desa Taro
NO |
MataPencaharianPenduduk |
Jumlah (Orang) |
1 |
Petani |
2934 |
2 |
Buruh |
1650 |
3 |
Pengrajin |
1412 |
4 |
Jasa |
735 |
5 |
Pengusaha |
428 |
6 |
PNS |
63 |
7 |
ABRI |
24 |
8 |
Swasta |
795 |
Sumber: Hasil Penelitian, 16 April 2019
2.
a.
b.
B. Kondisi Existing Desa Wisata Taro, Kecamatan Tegallalalng, Kabupaten Gianyar
-
1. Identifikasi Komponen Produk di Desa wisata Taro
-
a. Kondisi Atraksi (attraction)
Berdasarkan hasil wawancara peneliti, bahwa di Desa Taro ada beberapa atraksi utama yang berbasis alam yaitu: Agro Wisata, trecking, Cycling, Camping Ground, ATV Taro Adventure Tour, Wisata Alam Lembu Putih. Dan atraksi wisata buatan atau seni yaitu: Kerajinan Tangan. Adapun produksi yang dilakukan berupa kalung cincin gelang bross dan perhiasan lainya yang terbuat dari perak.. dan Atraksi Wisata Budaya diantaranya: Pura Agung Gunung Raung,Tradisi Makincang Kincung.
-
b. Kondisi Aksesibilitas (Accessibility)
Kondisi Aksesibilitas sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Desa Taro, maka untuk itu harus diperhatikan Kusus terhadap aksesibilitas guna memperlancarjan
c.
d.
e.
f.
aktifitas wisata tersebut, maka Berdasarkan observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti di desa Taro cukup baik, namun masih ada beberapa jalan dengan kondisi yang sedikit rusak seperti akses menuju tempat wisata lembu putih. Dan masih ada beberapa jalan yang belum memadai, karena kondisi ruas jalan yang sedikit sempit.
Kondisi Fasilitas (Facility)
Kondisi Fasilitas sangat vital dalam menjaga keamanan dan kenyamanan konsumen, seperti Home stay, toilet, restaurant, lahan parkir. Fasilitas yang dimiliki di desa Taro masih minim karena kurangnya lahan parkir yang disediakan oleh masyarakat desa, minimnya homstay, restaurant.
Kondisi Kelembagaan (Anchillary)
Kelembagaan adalah sebuah pergerakan yang digunakan dalam mengembangkan pariwisata yang memiliki peran masing-masing. Maka peneliti mengatakan kurangnya kelembagaan di desa Taro, terbukti bahwa kelembagaan hanya terdapat sebuah organisasi kepariwisataan yang ada di kawasan wisata lembu putih.
Siklus Hidup Destinasi Wisata Desa Taro (Teori Butler.R.W. 1980)
Tahapan Penemuan (Exploration)
Dalam tahapan ini dimana destinasi wisata memiliki Potensi wisata yang akan dikembangkan, maka desa Taro ada berbagai macam potensi wisata utama yang sudah dikembangkan seperti potensi Alam, potensi Buatan, potensi Budaya
Tahapan Pelibatan (Involvement)
Pada tahapan ini pelibatan masyarakat lokal dalam mengambil inisiatif dalam hal menyediakan jasa seperti penginapan, restaurant dan fasilitas lainya,
Tahapan Pengembangan (Development)
Pada tahapan ini kunjungan wisata mengalami peningkatan terhadap kunjungan wisata ke desa Taro, dan pemerintah sudah berani mengundang investor nasional dengan tujuan untuk menanamkan modal di kawasan wisata yang akan dikembangkan seperti perusahan.
Tahapan Konsolidasi (Consolidation)
Pada tahapan ini sektor pariwisata menunjukan dominasi dan struktur ekonomi pada suatu kawasan dan ada kecendrungan dominasi jaringan internasional semakin kuat memegang peranya pada destinasi wisata teresbut
Tahapan Stagnasi (Stagnation)
Pada tahapan ini angka kunjungan telah tercapai dan memungkinkan stagnasi terhadap tingkat kunjungan wisatawan terhadap destinasi wisata tersebut. Destinasi wisata tersebut tidak menarik lagi terhadap kacamata konsumen Tahapan Penurunan (Decline)
Vol. 10 No 1. 2022
Setelah terjadinya stagnasi ada dua kemungkinan bisa terjadi pada kelangsungan.
Dari Tahapan diatas. Sesuai observasi yang dilakukan di lapangan oleh peneliti, Maka desa Wisata Taro sudah berada pada posisi Perkembangan (Development) Kenapa? Karena desa Taro telah terjadi peningkatan terhadap kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun, baik itu wisatawan lokal maupun internasional. Desa Taro saat ini terpilih masuk nominasi 10 besar perhelatan desa wisata 19 November 2019.
-
C. Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Desa Wisata Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar
Masyarakat adalah sebagai tolak ukur dalam mengembangkan dan membangun desa, oleh karena itu tidak lari jauh dari usaha dan kerja keras masyarakat. Oleh karena itu masyarakat menjadikan tulang punggung dalam bahu membahu sebuah desa. Dan tujuan utama melakukan penelitian di desa Taro untuk mengetahui sikap masyarakat lokal terhadap perkembangan desa wisata Taro. Maka untuk itu berdasarkan hasil wawancara peneliti menurut kacamata kepala desa Taro Bapak Imade Rupa dalam mengembangkan desa wisata dari awal sampai sekarang masyarakat telah berjuang keras dalam hal mengembangkan desa. Berkat kerja keras masyarakat desa Taro akan membawa dampak positif baik ekonomi penduduk warga desa Taro, maupun pengunjung yang datang sudah menggunakan fasilitas yang sudah disediakan cukup memadai. Dan disisi lain desa Taro terjadinya perubahan terhadap kebersihan khususnya
kebersihan lingkungan, Masyarakat sudah bisa memanfaatkan alam untuk mengembangkan pariwisata. Pada hakikatnya sikap masyarakat desa Taro sangat berpengaruh terhadap pengembangan desa.
Masyarakat Desa Taro melakukan perkembangan desa dengan membuka BUMDES TARO. Adapun maksud dan tujuannya adalah
Adapun maksud BUMDes Taro guna mendorong dan menampung seluruh kegiatan ekonomi masyarakat yang berkembang sesuai adat istiadat/budaya Desa Taro untuk dikelolah bersama oleh Pemerintah desa. Dan adapun tujuan dari BUMDes Taro diantaranya adalah:
-
1. Meningkatkan perekonomian Desa Taro
-
2. Mengoptimalkan asset desa agar berguna dan bermanfaat bagi masyarakat Desa Taro
-
3. Meningkatkan usaha masyarakat dalam mengelolah potensi asset desa
-
4. Mngembangkan rencana kerjasama antara desa dengan pihak ketiga
-
5. Menciptakan peluang dan jaringan
pasar yang mendukung kebutuhan
layanan warga
-
6. Meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan
pelayanan umum dan pemerataan desa Taro
-
7. Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan pendapatan asli daerah.
-
1. Irridex (Irritation Index)
Konsep Irridex (Irritation Index) diatas untuk mengetahui perkembangan Desa Taro sampai sekarang. Maka berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti secara langsung di lapangan bahwa Desa Taro sudah pada tahap perkembangan. Dimana pada tahapan ini tingkat kunjungan wisatawan semakin meningkat. Perluasan lapangan kerja untuk masyarakat desa semakin banyak, sedikitnya pengangguran yang ada di desa tersebut,, keamanan dan kenyamanan wisatawan saat mengunjung tetap terjaga, kebersihan akan lingkungan tetap terjaga. Menurut penjelasan bapak kepala desa Taro Bapak I Wayan Mudita sebelum Taro menjadi desa wisata, masyarakat kurang menjaga kebersihan, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya pendapatan asli daerah (PAD)
Konsep Irridex ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan yang ada di Desa Taro. Maka adapun hasil penelitian berdasarkan data di lapangan bahwa perkembangan Desa Taro sampai sekarang berada pada tahapan tingkat Apathy ( sikap acuh tak acuh) karena dalam tahapan ini volume kunjungan wisatawan semakin meningkat khususnya kunjungan wisatawan di Desa Taro, maka untuk mengetahui tingkat kunjungan wisatawan di Desa Taro dari tahun ke tahun.
Tabel 4.2 Tingkat Kunjungan Wisatawan di Desa Taro
Bulan |
2017 |
2018 |
Januari |
78 |
125 |
Februari |
65 |
119 |
Maret |
63 |
113 |
April |
59 |
116 |
Mei |
73 |
160 |
Juni |
91 |
169 |
Juli |
99 |
175 |
Agustus |
74 |
189 |
September |
102 |
172 |
Oktober |
111 |
169 |
November |
143 |
151 |
Desember |
120 |
163 |
Total |
1.078 |
1.821 |
Sumber: Hasil Penelitian, 16 April 2019
Vol. 10 No 1. 2022
Tingkat kunjungan wisatawan sangat berpengaruh terutama tersedianya lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat. Dan ini akan membawa dampak positif terhadap pengangguran. Maka Samapi sekarang Desa Taro mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dimana masyarakat dengan mudah mencari pekerjaan dan terbukti sudah menampung 20 lebih karyawan yang bekerja di bidang pariwisata. Meningkatnya ekonomi masyarakat Desa Taro, perubahan gaya hidup masyarakat baik dari segi lingkungan maupun segi ekonomi. Tingkat kunjungan wisatawan di Desa Taro bukanlah sesuatu yang baru, melainkan hal yang biasa saja. Dalam menarik minat kunjungan wisatawan di Desa Taro, masyarakat memperhatikan kebudayaan lokal yang mencerminkan Nilai, Norma, serta kepercayaan dan adat istiadat.
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka ditarik kesimpulanya "mengenai sikap masyarakat lokal dalam mengembangkan Desa Wisata Taro" bahwa mendapatkan respon baik dari masyarakat khususnya dalam mengembangkan Desa Taro menjadi Desa Wisata, dan dalam mengembangkan Desa Wisata ada beberapa kendala yang di hadapi adalah kurangnya SDM sehingga sedikit menghambat perkembangan Desa Taro, dan kurangnya penyediaan lahan.
Desa Taro mempunyai atraksi wisata utama yang dikembangkan yaitu wisata alam, wisata buatan/seni, wisata budaya. Kondisi aksesibilitas Desa Taro cukup memadai, namun masih ada beberapa ruas jalan yang rusak yaitu jalan menuju wisata camping dan wisata lembu putih dan lain-lain. Kondisi fasilitas di Desa Taro baik fasilitas umum maupun fasilitas penunjang masih terbilang sangat terbatas dan minim. Karena masih ada di salah satu objek yaitu wisata camping tidak ada toilet dan tidak ada lahan parkir bagi pengunjung. Dan kondisi kelembagaan di Desa Taro yang cukup bagus karena setiap orang mempunyai peran masing masing yang sudah terbagi berdasarkan struktur dan organisasi yang ada. Desa Taro memiliki struktur dan organisasi dalam mengembangkan desa yang dibagi menjadi tiga bagian diantaranya Pendiri, Pembina, dan Pengurus. Lembaga pengurus terdiri dari BUMDesa Taro, dan pengelolah terdiri dari koordinator, dan masyarakat Desa Taro mempunyai peran masing-masing.
Sikap masyarakat Desa Taro sangat baik karena mendapatkan respon bagus khususnya dalam hal mengembangkan desa.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Maka ada beberapa saran yang mau
disampaikan guna menjadi referensi terhadap beberapa pihak:
-
a. Kepada masyarakat Desa Taro
Dalam berkembangnya Desa Taro ada beberapa masyarakat yang kurang berpartisipasi dalam mengembangkan desa. Maka untuk itu disarankan bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan Desa Taro. Karena pasti membawa dampak positif khususnya kemajuan desa. Maka untuk itu masyarakat harus menyadari bahwa ini sangat penting untuk jangka panjang masyarakat. Demi kemajuan desa maka perlu bahu membahu dari pihak masyarakat karena ini sangat mendukung segala aktivitas kepariwisataan yang dilaksanakan oleh lembaga penunjang pariwisata, baik pemerintah, desa adat, kelompok sadar wisata (POKDARWIS) guna mengembangkan Desa Taro agar lebih baik lagi. Kesadaran masyarakat akan kebersihan harus lebih di tingkatkan lagi dengan tidak membuang sampah sembarangan. Karena ini sangat berpengaruh terhadap lingkungan.
-
b. Kepada Pemerintah
Pemerintah selaku pemegang kebijakan di dalam kelembagaan pariwisata seharusnya lebih peka melihat fenomena pariwisata yang ada. Seperti kekurangan fasilitas di beberapa daya tarik yang ada, karena ini akan membuat pariwisata menjadi terhambat. Selain itu juga pemerintah harus cepat tanggap dalam menanggapi problematika yang ada di beberapa sektor pariwisata yang ada di Desa Taro.
-
c. Kepada Pihak Swasta (investor)
Pihak swasta harus bisa mendukung kegiatan kepariwisataan yang ada di Desa Taro yaitu dari sisi financial. Investor harus bekerja sama dengan Desa Adat yang ada di Desa Taro dalam menyediakan fasilitas yang ada di berbagai atraksi wisata. Ataupun kegiatan pariwisata harus memenuhi ijin dan peraturan Desa dan harus ada pengawasan dari Desa Adat. Dan setidaknya masyarakat Desa Taro harus terlibat dalam mengembangkan desa.
-
d. Kepada Pengunjung atau Wisatawan
Kepada Pengunjung atau wisatawan yang akan berkunjung ke Desa Taro diharapkan tidak melanggar regulasi yang sudah ada sebelumnya di Desa Taro demi keamanan dan kenyamanan bersama yang telah dibuat oleh pihak pengelolah Desa Taro. Maka, disini harus saling menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga terciptanya lingkungan Desa Wisata yang bersih rapih dan unggul.
DAFTAR PUSTAKA
Ardika. (2003). Pariwisata budaya berkelanjutan. Refleksi dan harapan di tengah perkembangan global, Denpasar: program pasca sarjana, Universitas Udayana.
Vol. 10 No 1. 2022
Cooper et.al. 1995. Tourism Principle &Practice. England: Longman Group Limited.
http://taro.desa.id/pemerintahan;desa-taro
http://taro.desa.id/read-more/menjelajah-potensi-desa-tua-taro
Cresswell, John. 2009. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Cresswell, J.W. (2009). Research Design. Qualitative, Quatitative, and Mixed Methods Approaches (3rd ed) Los Angeles: Sage.
Fandeli. (2003). Sumbangan Sektor Pariwisata. Pariwisata. Universitas Gadja Mada: Yokyakarta.
Koentjaraningrat. (2009). Masyarakat Kesatuan Hidup Manusia yang Berinteraksi Menuurut Suatu Sistem Adat Istiadat. UNPAS: Bandung.
Kristin, D. (2016). Sikap Masyarakat Lokal Terhadap Perkembangan Daya Tarik Air Terjun Tegenungan di Desa Kemenuh Kab Gianyar. Jurnal Laporan Penelitian Lapangan III. Pariwisata, Denpasar: Universitas Udayana.
Miles, M. B, & Huberman, M (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Putra, Darma dan I Gede Pitana (2010). Pariwisata Pro Rakyat. Jakarta: Kementrian
Kebudayaan Dan Pariwisata.
Rima (2014). Pembangunan Pariwisata Bertujuan Untuk Meningkatkan Pendapatan
Anggaran Daerah. Jurnal Mahasiswa, UNESA, Pustaka Pelajar.
Sekaran, U. (2011). Research and Methods for
Business Edisi I and, Jakarta: Salemba Empat Kotler.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif da R&B. Bandung Alfabeta.
Sugiyono. (2014) Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Umi Narimawati. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.
Sekaran, Uma (2011). Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
WEB:
http://www.taro.desa.id/read-more
60
Discussion and feedback