Current Trends in Aquatic Science III(2), 37-44 (2020)

Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Kategori

Wisata Pantai di Pantai Pulau Merah Banyuwangi

Fuad Hasin Ahmad a, I Wayan Restu a, Ni Putu Putri Wijayanti a

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan/Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Badung, Bali-Indonesia

* Penulis koresponden. Tel.: +6285770819728

Alamat e-mail: fuadahmad007@gmail.com

Diterima (received) 20 Juni 2020; disetujui (accepted) 10 Agustus 2020

Abstract

The study aimed to determine the tourism suitability index and carrying capacity of Red Island Beach. The study was carried out using descriptive method. The study used purposive sampling to determine the tourism suitability index, while the data used for determination of tourism carying capacity was collected directly using QGIS software. The data was colledted from 3 stations along the Red Island Beach, and the distance of each station was 1000 m. The distance of sampling from the beach was 10 m, and performed in triplicate. Parameters measured in this study were: water depth, beach type, beach width, substrate type, water current, slope, water sharpness, land cover, dangerous biota, and freshwater availability. The results showed that the value of the tourism suitability index from 3 stations was categorized into S1 (Very Suitable) (IKW> 80%). The result indicates that the beach of Red Island Banyuwangi can support the development of recreational beach activities. As for the value of the support of the area divided into 2 categories, for the tourism category of recreational beaches obtained the value of carrying capacity of 1,500 people/day, swimming category obtained the value of the support of 240 people/day. It could be concluded that carrying capacity of Red Island Beach is categorized as under carrying capacity. The visitor should be increased up to 36% to reach a balance tourism visit.

Keywords: Carrying capacity; suitability index; Pulau Merah Beach

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks kesesuaian wisata Pantai Pulau Merah dan untuk mengetahui daya dukung wisata Pantai Pulau Merah yang berkelanjutan. Penelitian dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Pengambilan indeks kesesuaian wisata menggunakan purposive sampling sedangkan data daya dukung luasan lahan yang dimanfaatkan diambil melalui survei langsung yang kemudian diolah menggunakan Software QGIS. Penelitian ini menggunakan 3 stasiun yang terbentang sepanjang Pantai Pulau Merah dengan masing-masing jarak setiap stasiun 1000 m sedangkan jarak stasiun pengambilan sampel dari pantai 10 m ke arah laut dengan 3 kali pengulangan untuk setiap parameternya. Parameter yang diteliti untuk indeks kesesuaian wisata adalah kedalaman, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks kesesuaian wisata ketiga stasiun tersebut masuk dalam kategori S1 (Sangat Sesuai) dengan nilai IKW >80%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Pantai Pulau Merah Banyuwangi dapat menunjang pengembangan kegiatan wisata pantai rekreasi. Sedangkan untuk nilai daya dukung kawasan dibagi menjadi 2 kategori, untuk kategori wisata pantai rekreasi didapatkan nilai daya dukung sebesar 1.500 orang/hari, kategori berenang didapatkan nilai daya dukung sebesar 240 orang/hari. Dari nilai tersebut apabila dibandingkan dengan jumlah pengunjung rata-rata 1.116 orang/hari, kondisi daya dukung kawasan tersebut masih tergolong dalam under carrying capacity karena belum melebihi kapasitas daya dukung yang tersedia yaitu 1740 orang/hari, dan hal ini menunjukkan bahwa Pantai Pulau Merah Banyuwangi dapat tingkatkan secara bertahap 36% jumlah pengunjungnya agar mendapat jumlah hasil kunjungan yang seimbang.

Kata Kunci: Daya dukung kawasan; Indeks kesesuaian wisata; Pantai Pulau Merah.

1. Pendahuluan


Perkembangan konsep kepariwisataan global seiring perkembangan waktu sangat pesat dengan

adanya suatu konsep kepariwisataan yang biasa dikenal dengan Ekowisata. Menurut Yulianda (2007) Ekowisata/Ecotourism adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Dari definisi tersebut maka kegiatan ekowisata lebih mengutamakan pada usaha-usaha dalam skala kecil dan menekankan pada kepentingan pelestarian lingkungan dan sosial masyarakat setempat. Sehingga pengertian ekowisata dapat dilihat sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya (Priono, 2012).

Dalam perkembangannya, Indonesia sebagai negara yang menawarkan pariwisata yang berkonsep ekowisata mempunyai banyak daerah yang layak untuk dikunjungi, salah satunya ialah Kabupaten Banyuwangi (Jajang, 2018). Hal ini karena letak geografis Kabupaten Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa, sehingga Banyuwangi memiliki julukan yaitu “Sunrise of Java”. Selain itu, letak Kabupaten Banyuwangi yang berdekatan dengan Pulau Bali juga merupakan salah satu faktor meningkatnya kunjungan wisata di Banyuwangi. Hal itu disebabkan karena tidak sedikit wisatawan pengguna jalur darat yang meluangkan waktu untuk singgah di Kabupaten Banyuwangi (Sari, 2016).

Salah satu objek wisata di Banyuwangi yang dalam beberapa tahun terakhir ini berkembang pesat adalah Pantai Pulau Merah atau Red Island (Jajang, 2018). Pulau Merah adalah sebuah pantai dan objek wisata di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi yang mempunyai pasir putih yang terhampar seluas 3 km dan terdapat bukit kecil setinggi 200 m. Pemandangan yang ditawarkan pada pantai tersebut sangat beragam dari pemandangan perbukitan dan pemandangan sunset, karena daya tarik dari tempat tersebut meningkat maka membuat jumlah wisatawan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2014, kunjungan wisatawan ke Pulau Merah berjumlah 341.479 orang, pada tahun 2015 berjumlah 383.756 orang, pada tahun 2016 berjumlah 395.134 orang, dan pada tahun 2017 mencapai 402.017 orang (DISBUDPAR, 2017).

Seiring berkembangnya Pantai Pulau Merah dikhawatirkan akan terjadi terganggunya kestabilan ekosistem yang berada disana, karena paradigma kegiatan pemanfaatan kawasan wisata pantai saat ini lebih mengutamakan pada keuntungan ekonomi, yaitu bagaimana menarik wisatawan     sebanyak–banyaknya     tanpa

memperhatikan lingkungan yang ada (Subandi, 2017). Maka dari itu perlunya diadakan pengkajian tentang tingkat kesesuaian wisata pantai dan daya dukung kawasan. Hal tersebut dilakukan agar nantinya Pantai Pulau Merah sendiri tidak mengalami degradasi kualitas ekosistem. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian dan mengkaji lebih dalam mengenai pengembangan obyek wisata Pantai Pulau Merah dilihat dari “analisis kesesuaian dan daya dukung ekowisata kategori pantai rekreasi di Pantai Pulau Merah Banyuwangi Provinsi Jawa Timur”.

  • 2.    Metode Penelitian

    • 2.1    Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan di Pantai Pulau Merah Banyuwangi selama 2 bulan terhitung sejak bulan Desember 2018 sampai Januari 2019 .

  • 2.2    Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, GPS, kamera digital, Roll meter, Secchi disk, ADS (Alat Dasar Selam), Waterpass, Drift Pool, dan Eggman Grab.

  • 2.3    Pengambilan Data

    • 2.3.1    Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian dititik pengambilan sampel yang telah ditentukan. Data sekunder adalah Data Sekunder yang diambil dari instansi yang terkait penelitian ini berupa data pengunjung harian.

  • 2.3.2    Metode Pengambilan Data

Pengambilan data Indeks Kesesuaian Wisata di kawasan Pantai Pulau Merah Banyuwangi dilakukan dengan cara Purposive sampling. Penelitian ini memakai 3 stasiun yang terbentang sepanjang Pantai Pulau Merah dengan masing-

masing jarak setiap stasiun 1000 meter sedangkan jarak titik pengambilan sampel dari pantai 10 meter ke arah laut dengan 3 kali pengulangan untuk setiap parameternya.

  • 2.4    Analisis Data

    • 2.4.1    Analisis Kesesuaian Wisata Pantai

Analisis kesesuaian wisata pantai menggunakan hasil perhitungan bobot dan skor dianalisis menggunakan rumus IKW sebagai berikut :

IKW = ∑ [ Ni/ Nmaks] 100 %              (1)

dimana IKW adalah Indeks Kesesuaian Wisata; Ni adalah Nilai Paramater ke-i (Bobot x Skor); Nmaks adalah Nilai Maksimum wisata.

  • 2.4.2    Daya Dukung Kawasan

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata mengacu pada formulasi rumus Yulianda (2007) yaitu

DDK = K× γ-×^               (2)

Lt Wp

dimana DDK adalah daya dukung kawasan; K adalah potensi ekologis pengunjung atau kapal per satuan unit area; Lp adalah luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan; Lt adalah luas unit area untuk kebutuhan tertentu; Wt adalah waktu yang disediakan kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari; Wp adalah waktu yang dihabiskan pengunjung atau kapal untuk tiap kegiatan tertentu.

Potensi ekologis wisatawan ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang dilakukan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh     wisatawan     ditentukan     dengan

mempertimbangkan kemampuan alam dalam memberi toleransi kepada wisatawan sehingga keaslian sumberdaya alam akan tetap terjaga. Potensi ekologis wisatawan dan luas area kegiatan disajikan pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1

Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan (Lt)

Jenis           K(∑       Unit   Keterangan

Kegiatan    Pengunjung)  Area

(Lt)

Rekreasi

Pantai

1

50 m

1 org setiap

50 m panjang pantai

Berenang

1

50 m

1 org setiap

50 m panjang pantai

Sumber: Yulianda (2007)

Waktu kegiatan wisatawan (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk melakukan kegiatan wisata. Waktu wisatawan diperhitungkan dengan mempertimbangkan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata – rata waktu kerja sekitar 10 jam (07.00 - 17.00). Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2

Prediksi Waktu yang Dibutuhkan Untuk Setiap

Kegiatan Wisata

No

Jenis Kegiatan

Waktu yang dibutuhkan

Wp – (jam)

Total

Waktu 1 hari 1 Wt – (jam)

1.

Rekreasi

Pantai

6

3

2.

Berenang

2

4

Sumber: Yulianda (2007)

2.4.3 Penentuan Zona Pemanfaatan

Penentuan zona pemanfaatan di Pantai Pulau Merah Banyuwangi dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu melakukan identifikasi luas area pada masing-masing aktivitas melalui software QGIS dan melakukan Perhitungan daya dukung kawasan berdasarkan potensi ekologis aktivitas wisata. Dalam melakukan identifikasi luasan area pada masing-masing aktivitas, luas area yang dihitung ialah luas area yang dimanfaatkan secara masif pada aktivitas tersebut. Dimana aktivitas yang terdapat di pantai tersebut ialah rekreasi pantai dan berenang. Proses identifikasi luasan diawali dengan pengambilan koordinat batas di tiap-tiap luasan yang dimanfaatkan yang disesuaikan batas yang ditetapkan oleh pengelola pantai. Setelah selesai batas-batas tersebut akan

diproses melalui Software QGIS dengan melalui proses digitasi yang terdiri dari pembuatan shape file, penentuan atribut pada value map (proses ini berfungsi untuk menentukan data apa saja yang ingin dimunculkan pada area spasial contohnya seperti luas), sinkronisasi CRS (Coordinate Reference System) shape file dengan CRS (Coordinate Reference System) map project, dan digitasi. Untuk pembuatan shape file menggunakan tipe polygon karena data digitasi berupa area/luasan. Untuk mengetahui luas shape file aktivitas pantai yang dimanfaatkan akan muncul otomatis ketika proses digitasi selesai.

Proses perhitungan daya dukung kawasan berdasarkan potensi ekologis aktivitas wisata dilakukan dengan menggunakan perhitungan rumus yang mengacu pada Yulianda (2007). Dalam perhitungan Daya Dukung Kawasan dibutuhkan data luasan area yang dimanfaatkan pada Pantai Pulau Merah Banyuwangi yang didapatkan dari proses digitasi melalui Software QGIS

  • 3.    Hasil dan Pembahasan

    • 3.1    Kondisi Pantai Pulau Merah Banyuwangi

Pantai Pulau Merah terletak di ujung selatan Kabupaten Banyuwangi, tepatnya di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran. Pantai ini merupakan bagian dari pantai selatan dan masih satu rangkaian dengan Pantai Teluk Ijo, Pantai Sukamade, dan juga Pantai Pancer. Jarak tempuh dari Banyuwangi kota ke lokasi adalah 69 km, atau kurang lebih memakan waktu 2 jam perjalanan. Pantai Pulau Merah memiliki pasir putih yang terhampar sepanjang 3 km dan terdapat bukit kecil setinggi 200 m dengan luas lahan sebesar 252.000 m2 (DISBUDPAR, 2017).

Keunikan tersebut menjadi salah satu pemicu berkembangnya kegiatan pariwisata di Pantai Pulau Merah. Namun pada awalnya pemerintah dan juga masyarakat kurang peduli dengan potensi tersebut apalagi pada tahun 1994 lokasi pantai mengalami bencana tsunami yang mengakibatkan kondisinya semakin tidak menarik. Awal berkembangnya wisata Pantai Pulau Merah dimulai pada tahun 2013, yaitu ketika Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memperkenalkan lokasi wisata dengan menyelenggarakan Internasional Surf Competition. Kompetisi ini diselenggarakan pada Bulan Mei 2013 dan diikuti oleh 15 negara (Sari, 2016).

Berbagai macam infrastruktur dan fasilitas yang menunjang kegiatan wisata di Pantai Pulau Merah sudah memadai. Hal ini terlihat dari aksesbilitas berupa jalan utama, tempat makan, tempat ibadah, dan toilet yang memadai. Selain itu banyaknya homestay yang terdapat di sekitar pantai menambah kenyamanan wisatawan untuk menghabiskan waktu mereka di pantai tersebut. Selain fasilitas tersebut, terdapat fasilitas lain yang terdapat di pantai seperti menara pengawas, pusat informasi, penyewaan payung untuk bersantai, dan papan surfing.

  • 3.2    Indeks Kesesuaian Wisata

Indeks kesesuaian wisata (IKW) menunjukkan penilaian suatu kawasan mengenai tingkat kelayakan/kesesuaian untuk dijadikan suatu objek wisata. Kesesuaian wisata ini diperlukan untuk pengembangan kawasan wisata yaitu memperkirakan dampak lingkungan, pengendalian dan pembatasan pengelolaan, sehingga tujuan wisata menjadi selaras (Prathesti, 2016). Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) terdiri dari: kedalaman, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, kecerahan perairan, penutupan lahan, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar.

Pada stasiun I kedalaman perairan mempunyai nilai rata-rata yaitu 0,55 m, pada stasiun II kedalaman perairan juga mempunyai nilai rata-rata yang kurang lebih lama dengan stasiun I yaitu 0,56 m, sedangkan pada stasiun III kedalaman perairan 0,58 m. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa kedalaman Pantai Pulau Merah Banyuwangi masuk dalam Kategori S1 (Sangat Sesuai). Kedalaman juga sangat penting karena untuk kenyamanan dan keamanan wisatawan yang melakukan berenang di perairan tesebut. Biasanya para pengunjung berenang di kedalaman tidak lebih dari 1,5 meter antispasi terhadap keamanan berenang (Nugraha et al. (2013).

Hasil Pengamatan masing-masing stasiun merupakan tipe pantai yang berpasir putih. Pasir putih sendiri merupakan nilai tambah bagi Pantai Pulau Merah Banyuwangi sendiri karena keindahan hamparan pasir putih merupakan salah satu daya tarik bagi pantai ini selain Pulau yang berada didekat pantainya. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe pantai Pantai Pulau Merah Banyuwangi masuk kategori S1 (Sangat Sesuai). Menurut Ardian et al., (2015) pantai dengan jenis

pasir putih sangat diminati oleh wisatawan karena mempunyai nilai estetika bagi pantai tersebut. Selain mempunyai nilai estetika, pantai dengan jenis pantai pasir putih baik untuk kegiatan rekreasi maupun jalan-jalan.

Pada stasiun I nilai lebar Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 85 m, pada stasiun II nilai lebar Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 91,3 m, sedangkan pada stasiun III nilai lebar Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 78,3 m. Berdasarkan matrik kesesuaian wisata kategori lebar pantai, stasiun I, II, dan III termasuk dalam kesesuaian SI (Sangat Sesuai). Menurut Wunani (2013) Lebar pantai berkaitan dengan luasnya lahan pantai yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas wisata pantai. Lebar pantai yang sangat sesuai untuk wisata pantai adalah lebih dari 15 meter, sedangkan untuk lebar pantai kurang dari 3 meter dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai.

Pada stasiun I material dasarnya adalah pasir berkarang yang masuk dalam kategori kesesuaian S2 (Sesuai). Pada stasiun II dan III material dasarnya adalah pasir yang masuk dalam kategori kesesuaian S1 (Sangat Sesuai). Menurut Yulianda, (2007) Material dasar perairan merupakan parameter penting dalam mengetahui kesesuaian wilayah khususnya wilayah pantai, salah satu faktor penting dalam wisata pantai adalah kenyamanan pengunjung bermain pasir. Pasir yang tergolong halus akan memberikan kenyamanan jika dijadikan pijakan kaki. Selain itu, akan memberikan keamanan bagi pengunjung yang berenang atau hanya bermain air karena tidak harus khawatir kakinya terluka.

Pada stasiun I nilai kecepatan arus Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 0,34 m/detik. Pada stasiun II nilai kecepatan arus Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 0,29 m/detik, sedangkan Pada stasiun III nilai kecepatan arus Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 0,31 m/detik. Dari hasil pengamatan tersebut kecepatan arus pada Pantai Pulau Merah Banyuwangi tergolong dalam kategori S2 (Sesuai).

Pada stasiun I nilai kemiringan Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 5,1˚, pada stasiun II nilai kemiringan Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 6,8˚, sedangkan pada stasiun III nilai kemiringan perairan mempunyai rata-rata yaitu 4,5˚. Dari

pengamatan tersebut kemiringan pada Pantai Pulau Merah Banyuwangi tergolong dalam kategori S1 (Sangat Sesuai). Pada umummnya wisatawan menyukai pantai yang landai yang kurang dari 10˚ dianggap paling sesuai untuk wisata pantai, hal tersebut juga dibenarkan oleh Ramadhan et al. (2014) bahwa kemiringan pantai yang kurang dari 10˚ dianggap paling sesuai untuk wisata pantai, sementara kemiringan pantai yang lebih dari 45˚ dianggap tidak sesuai untuk wisata pantai karena dianggap curam.

Pada stasiun I nilai kecerahan Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 0,48 meter pada stasiun II nilai kecerahan Pantai Pulau Merah Banyuwangi mempunyai rata-rata yaitu 0,49 meter, sedangkan pada stasiun III nilai kecerahan perairan mempunyai rata-rata yaitu 0,44 meter. Berdasarkan matriks kesesuaian wisata, nilai dari kecerahan ketiga stasiun tersebut termasuk dalam kategori S3 (Sesuai Bersyarat). Pada stasiun I dan III penutupan lahan pada lokasi tersebut berupa lahan terbuka dengan didominasi tanaman Pandan Laut (Pandanus odorifer) dan Ketapang (Terminalia catapa). Pada Stasiun II penutupan lokasi tersebut berupa lahan terbuka dengan didominasi tumbuhan yang sama seperti stasiun I dan III namun terdapat beberapa bangunan semi permanen berupa kios dan bangunan permanen berupa pusat informasi.

Pada stasiun I ditemukan biota berbahaya berupa landak laut dan bulu babi. Pada stasiun II dan III tidak ditemukan biota berbahaya. Berdasarkan matriks kesesuaian wisata, pada stasiun I termasuk dalam kategori S3 (Sesuai Bersyarat) karena ditemukan 2 species biota berbahaya yaitu Landak laut (Diadema setosum) dan Bulu Babi (Mesphilia globulus) sedangkan pada stasiun II dan III termasuk dalam kategori S1 (Sangat Sesuai).

Jarak kawasan pantai dengan ketersediaan air tawar pada masing-masing yaitu stasiun I berjarak sekitar 0,6 km masuk dalam kategori S2 (Sesuai), stasiun II berjarak 0,3 km masuk dalam kategori S1 (Sangat Sesuai), dan Stasiun III Berjarak 0,5 km masuk dalam kategori S2 (Sesuai). Ketersediaan air tawar penting bagi wisatawan terutama bagi yang melakukan kegiatan wisata mandi dan berenrang karena air tawar digunakan membilas sisa air laut.

Nilai Indeks Kesesuaian wisata pada kategori wisata rekreasi dibagi menjadi 3 stasiun yaitu stasiun 1 memiliki nilai 83%, pada stasiun 2 memiliki nilai 91% dan stasiun 3 memiliki nilai 89% dan termasuk dalam kategori S1 (Sangat Sesuai).

Hasil nilai IKW tersebut juga sebanding dengan Penelitian Jayanthi (2019) di Pulau Pasir Putih sebesar 86,7% disebabkan tingginya nilai pada parameter yang terbilang parameter pokok seperti tipe pantai, biota berbahaya, dan kecerahan.

Tingginya nilai IKW pada Pantai Pulau Merah dikarenakan besarnya nilai pada parameter utama yaitu kedalaman, tipe pantai, dan lebar pantai. Hal ini dikarenakan kondisi kedalaman yang dangkal, pasir yang berwarna putih, dan lebar pantai yang tergolong luas membuat Pantai Pulau Merah tergolong dalam kondisi sangat sesuai untuk kegiatan wisata rekreasi maupun berenang. Selain parameter utama yang mempunyai nilai yang tinggi beberapa parameter pendukung juga mempunyai nilai yang tinggi seperti kemiringan pantai dan penutupan lahan.

Tabel 3

Nilai Indeks Kesesuaian Wisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi

Stasiun

Skor

Nilai

IKW

Tingkat Kesesuaian

I

130

83%

Sangat (S1)

Sesuai

II

143

91%

Sangat (S1)

Sesuai

III

140

89%

Sangat (S1)

Sesuai

Stasiun 1 memiliki nilai yang tergolong rendah diantara stasiun lainnya dikarenakan keberadaan biota berbahaya yang mengurangi bobot skor pada matriks kesesuaian wisata pantai rekreasi, selain itu kondisi material dasar yang berupa pasir berkarang dan rendahnya nilai kecerahan perairan juga mengurangi bobot skor, tetapi kondisi stasiun 1 masih tergolong sangat sesuai karena nilai IKW yang masuk kategori Sangat Sesuai (S1) berkisar 81 sampai 100% (Febyanto, 2014). Nilai indeks Kesesuaian Wisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi disajikan pada tabel 3.

  • 3.2    Daya Dukung Kawasan

Penghitungan daya dukung kawasan dilakukan terhadap tiap sub zona wisata yang dianggap sangat sesuai dengan asumsi bahwa wisatawan yang datang terspesifikasi berdasarkan jenis kegiatan wisata. Kawasan wisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi memiliki luas lahan sebesar 252.000 m2 sedangkan area yang dimanfaatkan sebesar 156.000 m2. Untuk kategori Rekreasi Pantai

Pulau Merah Banyuwangi luas lahan yang dapat dimanfaatkan sebesar 150.000 m2 dan untuk kategori Berenang luas lahan yang dapat dimanfaatkan sebanyak 6.000 m2. Daya Dukung Kawasan untuk Rekreasi Pantai Pulau Merah Banyuwangi sebanyak 1500 orang/hari, untuk Daya Dukung Kawasan untuk Surfing diperoleh hasil 500 orang/hari sedangkan untuk Daya Dukung Kawasan untuk Berenang diperoleh hasil 240 orang/hari.

Daya Dukung Kawasan Pantai Pulau Merah Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4

Nilai Daya Dukung Kawasan Pantai Banyuwangi

Pulau

Merah

No

Jenis

Kegiatan

Lt

Lp

Wp

Wt

DDK

1

Rekreasi

50 m

150.00

0 m2

6

3

1.500

2

Berenang

50 m

6.000 m2

2

4

240

Total keseluruhan daya dukung kawasan wisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi adalah 2240 orang pengunjung dengan luas kawasan wilayah baik zona darat maupun perairan adalah 252.000 m2. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pantai Pulau Merah Banyuwangi fluktuatif yaitu pengunjung yang datang hanya pada waktu-waktu tertentu seperti hari libur. Nilai daya dukung kawasan tersebut apabila dibandingkan dengan data pengunjung harian Pantai Pulau Merah Banyuwangi yang mencapai 1.116 orang/hari (DISBUDPAR, 2017), secara umum belum melebihi kapasitas daya dukung kawasan wisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Hal ini menunjukkan Pantai Pulau Merah masih tergolong dalam Under Carrying Capacity, maka dari itu untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki pantai tersebut dapat ditingkatkan secara bertahap 36% jumlah pengunjung.

Nilai daya dukung Pantai Pulau Merah Banyuwangi dapat dibandingkan dengan beberapa pantai di wilayah Indonesia yaitu Pantai Tanjung Pasir dan Pantai Untung Jawa yang pemanfaatannya digunakan untuk rekreasi pantai. Pada Tanjung Pasir memiliki luas lahan 1240 m2 dengan nilai Daya Dukung Kawasan sebanyak 162 orang/hari, sedangkan untuk Pantai Untung Jawa

yang memiliki luasan yang relatif lebih kecil daripada Pantai Tanjung Pasir maupun Pantai Pulau Merah Banyuwangi memiliki luasan sebesar 560 m2 dengan diperoleh nilai daya dukung kawasan sebesar 74 orang/hari (Muflih, 2015).

Nilai daya dukung di Pantai Pulau Merah Banyuwangi dapat digunakan sebagai dasar keputusan untuk menentukan arah pengembangan wisata di kawasan tersebut. Daya dukung wisata juga mencerminkan tingkat atau jumlah maksimum pengunjung yang dapat ditampung oleh sarana prasarana objek wisata alam. Jika daya tampung sarana dan prasarana tersebut dilampaui, akan muncul sejumlah dampak negatif berupa kemerosotan sumber daya, tidak terpenuhinya kepuasan pengunjung, merugikan masyarakat secara ekonomi dan budaya (Simon et al. 2004).

Peningkatan Pengembangan pada Pantai Pulau Merah dapat menjadi solusi dengan mempertimbangkan hasil dari nilai IKW dan daya dukung. Hasil tersebut dapat mendukung aktivitas wisatawan tanpa mengurangi kualitas lingkungan dan kepuasan pengunjung (Muflih, 2015). Pengelolaan wilayah pesisir, pantai, dan pembangunan wisata dapat diintegrasikan sehingga kualitas lingkungan dapat ditingkatkan secara periodik (Jennings, 2004).

  • 4.    Simpulan

Kawasan Pantai Pulau Merah Banyuwangi termasuk kategori Sangat Sesuai dengan nilai IKW pada stasiun 1 memiliki nilai 83%, pada stasiun 2 memiliki nilai 91% dan stasiun 3 memiliki nilai 89%. Nilai persentase ini tinggi dikarenakan parameter yang paling berpengaruh terhadap wisata rekreasi pantai menunjukkan nilai yang baik. Parameter tersebut yaitu tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kemiringan pantai, dan kedalaman. Hal ini menunjukkan bahwa Pantai Pulau Merah Banyuwangi mendukung untuk pengembangan kawasan wisata rekreasi pantai.

Hasil daya dukung kawasan pada Pantai Pulau Merah Banyuwangi memiliki estimasi daya dukung ekologis keseluruhan yaitu 2.240 orang/hari sedangkan rata-rata pengunjung tiap harinya yaitu 1.116 orang/hari. Hal ini menunjukkan Pantai Pulau Merah masih tergolong dalam Under Carrying Capacity, maka dari itu untuk mengoptimalkan potensi pemanfaatan yang berkelanjutan masih dapat ditingkatkan secara bertahap 36% jumlah pengunjung, peningkatan

harus dilakukan secara bertahap untuk mempertahankan pengembangan wisata yang berkelanjutan.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pengelola Pantai Pulau Merah Banyuwangi dan rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana atas bantuannya selama penelitian.

Daftar Pustaka

[DISBUDPAR] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. (2017). Data Jumlah Pengunjung Pantai Pulau Merah Banyuwangi: DISBUDPAR Kabupaten Banyuwangi.

Ardian, Khodijah, Zen I.W. (2015). Kajian kesesuaian kawasan wisata pantai di Kampung Pasir Panjang Tanjung Siambang Pulau Dampak Kota Tanjung Pinang. Jurnal UMRAH, 21(5): 36-45

Febyanto, F. (2014). Analisis Kesesuaian Wisata Pantai di Pantai Krakal Kabupaten Gunungkidul. Journal of Maquares, 3(4), 429438

Jajang, M. (2018). Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Berdasarkan Kualitas Pelayanan pada Pengunjung Objek Wisata Pantai Pulau Merah Kabupaten Banyuwangi. E-Journal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, 1(1), 189-193

Jayanthi, N.P.C.K., I Wayan Restu., Made Ayu Ractiwi. (2019). Kajian Kesesuaian Pulau Pasir Putih dalam Kerangka Pengembangan Ekowisata Bahari di Pantai Sumberkima, Buleleng, Bali. Current Trends in Aquatic Science, 2(1): 63-70

Jennings S. (2004). Coastal Tourism and Shoreline Management. Annals of Tourism Research, 31(4): 899-922

Muflih, A., (2015). Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Pesisir Tanjung Pasir dan Pulau Untung Jawa. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 20(2), 141-149.

Nugraha, H.P., Indarjo A., dan Helmi M. (2013). Studi Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan untuk Rekreasi Pantai di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Journal of Marine Research, 2(2), 130-139.

Prathesti, P.D.A (2016). Studi Kesesuaian Wisata Pantai Nglambor Sebagai Objek Rekreasi Pantai di Kabupaten Gunungkidul. Journal of Maquares, 5(4), 433-442

Priono, Y. (2012). Pengembangan Kawasan Ekowisata Bukit Tangkiling Berbasis Masyarakat. Jurnal Perspektif Arsitektur, 7(1), 3851.

Ramadhan, S., P. Patana, dan A. Muhtadi. (2014). Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung kawasan wisata Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Jurnal Aquacostmarine, 2(4), 3143.

Simon F.J.G., Narangajavana Y, Marques DP. (2004). Carrying Capacity in The Tourism Industry: A case Study of Hengisbury Head. Tourism Management, 25(2): 275-283.

Sari, N. (2016). Perubahan Kerangka Penghidupan Masyarakat Desa Sumberagung

Akibat Perkembangan Wisata Pantai Pulau Merah Banyuwangi. Jurnal Tata Kota dan Daerah, 8(1), 33-42

Subandi, IK. (2017). Indeks Kesesuaian Wisata di Pantai Pasir Putih Kabupaten Karang Asem. Journal of Marine and Aquatic Sciences 4(1), 45-57

Wunani, D. (2013). Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan 1(2), 89-94

Yulianda, F. (2007). Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah Seminar Sains 21 Februari 2007. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan–FPIK. Bogor : IPB.

Curr.Trends Aq. Sci. III(2): 37-44 (2020)