Identifikasi dan Intensitas Rocinela sp. Pada Ikan Kerapu di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali
on
Current Trends in Aquatic Science I(2), 108-113 (2019)
Identifikasi dan Intensitas Rocinela sp. Pada Ikan Kerapu di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali
Ni Luh Ayu Trisnayanti a*, I Made Damriyasab, Endang Wulandari Suryaningtyas a
a Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia
b Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Sudirman, Bali-Indonesia
* Penulis koresponden. Tel.: +6285-883-291-131
Alamat e-mail: [email protected]
Diterima (received) 29 Juni 2019; disetujui (accepted) 15 Agustus 2019
Abstract
This research was aims to determine the intensity level of Rocinela sp. in groupers. Grouper fish samples were taken from Kedonganan Beach, Jimbaran, Bali. Grouper fish is a type of fish that lives around coral reefs, that have a high economic value. Grouper fish sampling was done by randomly method, so that the length and weight of the grouper samples used will be more diverse. The parasites in 40 fish samples at the Fisheries Laboratory, Faculty of Marine and Fisheries, Udayana University. The type of parasite found in grouper was Rocinela sp. This parasite belongs to the order of Isopoda which is a type of ectoparasite that infects the outside of a fish's body, such as the gills, mouth, eyes, and operculum. Ectoparasites can cause damage and impaired function in the infected organ. The results of the study found Rocinel sp. in 26 fish sampled with a total number of parasites of 28 individuals. Most of these parasites were found in the gills with a percentage of 92.6% and some were found in the operculum with a percentage of 7.4%. The intensity value of parasitic Rocinela sp. that is 1,067, this value indicates infection intensity of Rocinela sp. is low in grouper fish at Kedonganan Beach, Jimbaran, Bali.
Keywords: Ectoparasite; Grouper; Intensity; Isopoda; Kedonganan Beach; Rocinela sp.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat intensitas Rocinela sp. pada Ikan Kerapu. Sampel Ikan Kerapu diambil di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali. Ikan Kerapu merupakan jenis ikan yang hidup di sekitar terumbu karang, serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pengambilan sampel Ikan Kerapu dilakukan dengan menggunakan metode random sampling, sehingga panjang dan berat kerapu sampel yang digunakan akan lebih beranekaragam. Sampel Ikan yang diperoleh di Pantai Kedonganan akan dilakukan pemeriksaan parasit di Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana. Sampel Ikan Kerapu yang diamati pada penelitian ini sebanyak 40 ekor. Jenis parasit yang ditemukan pada Ikan Kerapu yaitu Rocinela sp. Parasit ini tergolong dalam ordo Isopoda yang merupakan jenis ektoparasit yang menyerang ikan. Ektoparasit merupakan jenis parasit yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan, seperti insang, mulut, mata, dan operculum. Infeksi ektoparasit dapat mengakibatkan adanya kerusakan dan gangguan fungsi pada organ yang terinfeksi. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan Rocinel sp. pada 26 ekor ikan sampel dengan jumlah total parasit sebanyak 28 individu. Sebagian besar parasit ini ditemukan pada bagian insang dengan persentase sebesar 92,6% dan beberapa ditemukan pada bagian operculum dengan persentase sebesar 7,4%. Nilai intensitas parasit Rocinela sp. yaitu sebesar 1,067, nilai tersebut menunjukkan infeksi Rocinela sp. yang rendah pada Ikan kerapu di pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali.
Kata Kunci: Ektoparasit; Intensitas; Kerapu; Isopoda; Pantai Kedonganan; Rocinela sp.
Ikan Kerapu atau grouper termasuk jenis ikan air
-
1. Pendahuluan laut yang hidup di perairan karang dan dasar
perairan dangkal. Ikan Kerapu memiliki sekitar 46
spesies, menurut Paruntu (2015) spesies Ikan Kerapu yang banyak dikenal di kalangan masyarakat indonesia yaitu ikan kerapu lumpur, ikan kerapu macan, ikan kerapu malabar, ikan kerapu sunu, dan ikan kerapu totol. Ikan Kerapu atau grouper termasuk jenis ikan hermaprodit protogini, dimana ikan ini mengalami perubahan siklus reproduksi. Sebelum melakukan pemijahan ikan Kerapu akan mengalami siklus reproduksi sebagai ikan betina dan kemudian berubah menjadi reproduksi ikan jantan setelah mengalami satu siklus pemijahan (Tadjuddah et al., 2013).
Penyakit pada ikan sebagian besar disebabkan karena adanya kontaminasi yang berasal dari luar tubuh (eksternal) baik yang bersifat infeksius maupun non infeksius. Salah satu penyebab penyakit pada ikan yaitu parasit. Adanya cacing parasitik di dalam tubuh ikan dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi ikan, serta ikan akan mengalami penurunan berat bobot ikan dan menurunkan ketahanan tubuh ikan terhadap penyakit-penyakit lainnya (Rahayu et al., 2013). Berdasarkan pada lokasi infeksinya, parasit pada ikan dibedakan menjadi 2 yaitu Endoparasit dan ektoparasit.
Menurut Ohoiulun (2002), ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan. Ektoparasit menyerang bagian kulit, sirip, mata, operculum, rongga mulut, dan insang ikan. Ektoparasit memiliki siklus hidup langsung, dimana parasit ini dapat secara langsung menginfeksi inangnya karena ektoparasit hidup bebas diperairan. Ektoparasit lebih bebas berpindah dari suatu inang ke inang yang lain sehingga potensi penyebarannya lebih besar dalam suatu perairan (Sumino et al. 2017).
Infeksi ektoparasit yang terjadi pada ikan mengakibatkan adanya kerusakan pada organ yang terinfeksi, seperti kerusakan pada insang. Menurut Yuliartati (2011), jenis parasit yang bersifat ektoparasit antara lain adalah Ciliata, Flagellata, Monogenea, Copepoda, dan Isopoda. Rocinela sp. termasuk kedalam ordo Isopoda, oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi parasit Rocinela sp. dan mengetahui intensitas parasit Rocinela sp. pada Ikan Kerapu di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali.
Penelitian ini dilakukan di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali. Pengambilan sampel dilakukan dari bulan November 2018 sampai April 2019. Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan menggunakan metode random sampling pada hasil tangkapan di Pantai Kedonganan. Pengamatan ikan dilakukan di Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana.
-
2.2 Alat dan Bahan
Pada penelitian ini alat yang digunakan yaitu coolbox, nampan, pipet tetes, dissecting set, mikroskop binokulers, mikroskop stereo, object glass, optilab, tisu, cawan petri, dan alat tulis. Untuk bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alcohol 70%, NaCl dan Ikan Kerapu sebagai ikan sampel.
-
2.3 . Pengambilan dan Pengamatan Sampel
Pengambilan sampel Ikan Kerapu dilakukan selama 6 bulan waktu penelitian dengan jumlah sampel yang diamati sebanyak 40 ekor. Ikan kerapu sampel yang diperoleh dimasukan kedalam coolbox, selanjutnya ikan dibawa ke Laboratorium Perikanan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Udayana untuk dilakukan pengamatan dan pemeriksaan parasit pada ikan. Ikan sampel selanjutnya diletakan pada nampan untuk dilakukan pemeriksaan ektoparasit.
Pada ektoparasit pemeriksaan dilakukan pada bagian sisik, kulit, sirip, insang, ronga mulut, mata dan operculum. Bagian insang, dan sirip dipotong terlebih dahulu untuk mempermudah pengamatan. Bagian yang dipotong diletakkan dalam cawan petri dan ditambahkan NaCl 0,9%, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengamati cacing parasitic pada bagian tubuh ikan dibawah mikroskop stereo. Insang selanjutnya dikerok dan hasilnya diletakkan pada object glass kemudian diberi NaCl 0,9%.
Menururt Musyaffak et al. (2010), penambahan NaCl 0,9% bertujuan untuk memberikan suasana lingkungan yang sesuai, karena NaCl bersifat sebagai garam fisiologis. Pemberian NaCl juga berfungsi untuk mencegah parasit yang diamati pada object glass menjadi kering dan rusak sehingga tidak dapat digunakan kembali untuk pengamatan. Parasit yang diperoleh selanjutnya di identifikasi menggunakan kunci Identifikasi dari
Brusca and Iverson (1985).
-
2.3 Analisis Data
Data jumlah Rocinela sp. yang ditemukan pada Ikan Kerapu sampel, selanjutnya diolah kembali untuk mendapatkan nilai intensitas. Rumur intensitas parasit adalah sebagai berikut.
Intensitas = Σparasit / ΣIkan Terinfeksi (2)
Gambar 1. Rocinela sp. yang ditemukan pada Ikan Kerapu (perbesaran 4×). Keterangan: (a.cephalon, b.antennae, c.mata, d.pereon, e.pleon, f.exsopod, dan g.pleotelson) (Dokumentasi pribadi).
Adapun Kategori penilaian intensitas menurut Williams dan Buckley-Williams (1996) dalam Syukran et al. (2017) dapat dilihat pada Tabel 1. adalah sebagai berikut.
Tabel 1
Ketegori Penilaian Intensitas
No. |
Intensitas (ind/ekor) |
Kategori |
1. |
>1000 |
Super Infeksi |
2. |
>100 |
Sangat Parah |
3. |
55-100 |
Parah |
4. |
6-55 |
Sedang |
5. |
1-5 |
Rendah |
6. |
<1 |
Sangat Rendah |
3. Hasil dan Pembahasan
-
3.1 Parasit Rocinela sp.
Rocinela sp. merupakan salah satu jenis ektoparasit yang menginfeksi Ikan Kerapu. Parasit ini tergolong dalam ordo Isopoda. Isopoda merupakan salah satu ordo dari sub-filum Crustacea yang paling beragam dan hidup di lingkungan yang luas. Oleh karena itu, Rocinela sp. juga digolongkan dalam jenis krustacea tingkat rendah. Rocinela sp. memiliki bentuk tubuh depressed, menurut Aswandy (1985), ordo Isopoda pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang pipih (dorsoventrally compressed, depressed, dan flattened). Rocinela sp. memiliki bentuk tubuh yang terbagi-bagi atas segmen-segmen. Tubuh Rocinela sp. dibagi menjadi 3 bagian yaitu bagian anterior (cephalon), bagian tubuh (pereon), dan bagian posterior (pleon). Parasit Rocinela sp. dapat dilihat pada Gambar 1. berikut.
Bagian anterior parasit Rocinela sp. disebut cephalon atau kepala. Pada bagian kepala parasit ini terdapat mata, dua pasang antenna, dan juga mulut. Menurut Waluyo (2014), pada jenis Rocinela sp. antenna 1 memiliki ukuran yang lebih pendek dibandingkan antena 2, hal ini karena article basal dari antena 1 tidak berkembang.
Pada bagian pereon atau tubuh terdiri atas tujuh pereonite yang berhubungan dan dilengkapi dengan tujuh pasang pereopods (kaki jalan). Menurut Brusca and Iverson (1985), pada parasit Rocinela sp. Pereon II-VII dilengkapi dengan coxal plate. Pereopods I-III dilengkapi propi yang berkembang menjadi bantalan lobus. Pereopods IVVII berukuran lebih kecil, dactyls tidak lebih panjang dari propi. Coxae tipis khususnya pada pereopods II-III. Bagian pleon terdiri atas 6 segmen yaitu terdiri atas enam pleonite dan pleotelson (pleonite akhir ke telson). Segmen tubuh pada bagian pleon lebih menyempit dibandingkan dengan segmen pada bagian pereon. Menurut Aswandy (1985), sebagian besar ordo Isopoda pada segmen-segmen akhir bagian pleon, satu atau beberapa segmen akan bergabung dengan telson, dan membentuk pleotelson.
-
3.2 Daur Hidup Rocinela sp.
Rocinela sp. merupakan jenis ektoparasit, sehingga memiliki daur hidup atau siklus hidup langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bharadirajan et al. (2014) bahwa daur hidup dari ordo Isopoda yang bersifat parasitik adalah secara langsung (direct cycle). Oleh karena siklus itu parasit Rocinela sp. tidak memerlukan inang perantara. Parasit Rocinela sp. juga bersifat hemaprodit protandri
(Bharadirajan et al., 2014) Hermaprodit protandri merupakan perubahan siklus reproduksi pada mahkluk hidup yang terjadi pada daur hidpnya, dimana pada fase awal organ reproduksinya adalah jantan dan kemudian berubah menjadi organ reproduksi betina.
Proses reproduksi pada Rocinela sp. terjadi saat parasit betina melakukan moulting. Menurut King (2004), Rocinela sp. betina akan dijaga oleh Rocinela sp. jantan sampai terjadi moulting. Rocinela sp. jantan selanjutnya akan mentransfer sperma ke betina melalui genital duct. Induk betina kemudian melepaskan telur yang terbuahi kedalam kantung telur (marsupium) dan dilindungi sampai telur cukup mature untuk dilepas.
Menurut Smit et al., (2014), Rocinela sp. betina akan mengeluarkan telur yang terbuahi dalam bentuk juvenile, dimana sebelum masuk fase juvenile telur yang telah terbuahi akan menetas di dalam marsupium dan mengalami 2 kali fase moulting. Pada fase moulting pertama akan berubah menjadi pullus I dan berubah menjadi pullus II pada fase moulting kedua, yang kemudian menjadi juvenile dan siap diepaskan. Menurut Waluyo (2014), Juvenil yang dilepaskan disebut mancas, selanjutnya mancas yang sudah menemukan inangnya akan masuk ke dalam inang, pada fase ini mancas masuk pada stadia infektif dan berkelamin jantan. Mancas selanjutnya melakukan moulting diikuti dengan terlihatnya tujuh segmen dan tujuh pasang pereopods dan masuk pada tahap pra-dewasa. Pada tahap dewasa parasit ini tumbuh di dalam tubuh insangnya dan berubah menjadi betina setelah mengalami satu siklus reproduksi sebagai parasit jantan (Parker dan Booth, 2013).
-
3.3 Intensitas Rocinela sp.
Data Parasit Rocinela sp. pada Ikan Kerapu
No |
Ikan Ke- |
Ektoparasit | |
Lokasi |
Jumlah | ||
i. |
Ikan 1 |
- | |
2. |
Ikan 2 |
- |
- |
3. |
Ikan 3 |
- |
- |
4. |
Ikan 4 |
Insang |
1 |
5. |
Ikan 5 |
- |
- |
6. |
Ikan 6 |
Insang |
1 |
7. |
Ikan 7 |
- |
- |
8. |
Ikan 8 |
Insang |
1 |
9. |
Ikan 9 |
- |
- |
10. |
Ikan 10 |
Insang |
1 |
11. |
Ikan 11 |
- |
- |
12. |
Ikan 12 |
Insang |
1 |
13. |
Ikan 13 |
Insang |
1 |
14. |
Ikan 14 |
- |
- |
15. |
Ikan 15 |
Insang |
1 |
16. |
Ikan 16 |
Insang |
1 |
17. |
Ikan 17 |
- |
- |
18. |
Ikan 18 |
Insang |
1 |
19. |
Ikan 19 |
Insang |
- |
20. |
Ikan 20 |
Operculum |
1 |
21. |
Ikan 21 |
Insang |
1 |
22. |
Ikan 22 |
Insang |
1 |
23. |
Ikan 23 |
- |
- |
24. |
Ikan 24 |
Insang |
1 |
25. |
Ikan 25 |
Insang |
1 |
26. |
Ikan 26 |
Insang |
1 |
27. |
Ikan 27 |
Insang |
2 |
29. |
Ikan 28 |
Insang |
1 |
29. |
Ikan 29 |
- |
- |
30. |
Ikan 30 |
Insang |
1 |
31. |
Ikan 31 |
- |
- |
32. |
Ikan 32 |
Insang |
1 |
33. |
Ikan 33 |
Insang |
2 |
34. |
Ikan 34 |
Insang |
1 |
35. |
Ikan 35 |
- |
- |
36. |
Ikan 36 |
Insang |
1 |
37. |
Ikan 37 |
Insang |
1 |
38. |
Ikan 38 |
Operculum |
1 |
39. |
Ikan 39 |
Insang |
1 |
40 |
Ikan 40 |
Insang |
1 |
Persentase Insang |
: 92,6% | ||
Persentase OpercuIum |
: 7,4% |
Pada penelitian ini parasit Rocinela sp. ditemukan pada 27 ekor sampel Ikan Kerapu. Parasit yang ditemukan sebanyak 29 individu. Sebagian besar parasit Rocinela sp. ditemukan pada insang dan beberapa pada operculum. Berdasarkan hasil penelitian, persentase Rocinela sp. yang ditemukan di insang yaitu sebesar 92,6% sedangkan persentase Rocinela sp. yang ditemukan di operculum yaitu sebesar 7,4%. Data parasit Rocinela sp. yang ditemukan pada Ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 2. berikut.
Nilai intensitas parasit Rocinela sp. yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 1,067 ind/ekor. Berdasarkan kategori penilaian intensitas menurut Williams dan Buckley-Williams (1996), nilai tersebut menunjukkan infeksi parasit Rocinela sp. yang rendah pada Ikan Kerapu di Pantai Kedonganan. Nilai intensitas parasit pada ikan akan berbeda-beda, hal ini karena tingkat infeksi parasit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu jenis parasit, kondisi lingkungan, jenis makanan, umur inang dan ukuran inang.
Tabel 2
Kondisi lingkungan perairan diduga mempengaruhi tingkat infeksi ektoparasit pada ikan. Hal ini karena kondisi perairan yang tercemar tidak dapat berpengaruh secara signifikan terhadap siklus hidup ektoparasit, sedangkan kondisi perairan yang tercemar akan sangat mempengaruhi kondisi ikan. Perairan yang tercemar akan menurunkan ketahanan ikan terhadap penyakit, sehingga ikan akan mudah terserang penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian Bayoumy et al. (2008) dan Bayoumy et al. (2015), menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara tingkat infeksi monogenea dan pencemaran logam berat yang terjadi di perairan. Berdasarkan penelitian tersebut diduga bahwa tingkat infeksi ektoparasit akan berbanding lurus dengan tingkat pencemaran yang terjadi, hal ini karena inang parasit tidak mampu beradaptasi pada kualitas perairan yang tercemar sehingga mudah terserang penyakit, salah satunya penyakit yang disebabkan oleh parasit. Nilai intensitas parasit Rocinela sp. yang rendah pada Ikan Kerapu di Pantai Kedonganan, diduga juga dapat dikarena oleh kondisi lingkungan dan habitat ikan Kerapu di Pantai Kedonganan yang masih stabil sehingga ketahanan tubuh Ikan Kerapu terhadap infeksi parasit masih baik.
Berdasarkan hasil penelitian parasit Rocinela sp. ditemukan pada 26 ekor sampel Ikan Kerapu dengan jumlah total parasit sebanyak 28 individu. Nilai intensitas parasit Rocinela sp. yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan infeksi parasit yang rendah yaitu sebesar 1,067 ind/ekor. Nilai intensitas parasit salah satunya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan. Sehingga nilai intensitas parasit Rocinela sp. yang rendah, diduga karena kondisi lingkungan dan habitat ikan Kerapu di Pantai Kedonganan yang masih stabil, sehingga ketahanan tubuh Ikan Kerapu terhadap infeksi parasit masih baik.
Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ida Bagus Made Oka dan Bapak I Made Dwinata selaku dosen Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana yang telah meminjamkan mikroksop untuk memperlancar proses penelitian
penulis, dan kepada Kelompok Nelayan Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan sampel ikan dalam penelitian.
Daftar Pustaka
Aswandy, I. (1985). Beberapa Catatan Dalam Pengenalan Isopoda. Oseana, 10(3), 106-112.
Bayoumy, E. M., Dobal, S. K.A. A.-E., & Hassanain, M. A. 2015. Assessment of Heavy Metal Pollution and Fish Parasites as Biological Indicators at Arabian Gulf off Dammam Coast, Saudi Arabia. International Journal of Zoological Research, 11(5), 198–206.
Bayoumy, E. M., Osman, H. A. M., El-Bana, L. F., & Hassanain, M. A. (2008). Monogenean parasites as bioindicatores for heavy metals status in some egyptian Red Sea fishes. Global Veterinaria, 2(3), 117–122.
Bharadirajan, P., Murugan, S., Sakthivel, A., &
Sevakumar, P. 2014. Isopods parasites infection on commercial fishes of Parangipettai waters, southeast coast of indian. Asian Pac. J. Trop. Dis., 4(1), 269.
Brusca, R. C & E. W. Iverson. (1985). A Guide to Marine Isopoda Crustacea of Pacific Costa Rica. Rev. Biol. Trop, 33(1), 6-7.
King, R. (2004). Isopods. South Carolina, USA: Southeastren Regional Taxonomy Center.
Musyaffak, M., Abida, I. W., & Muhsoni, F. F. (2010). Analisa Tingkat Prevalensi dan Derajat Infeksi Parasit Pada Ikan Kerapu Macan (Ephinephilus fuscoguttatus) di Lokasi Budidaya Berbeda. Jurnal Kelautan, 3(1), 82-90.
Ohoiulun, I. (2002). Inventarisai Parasit Pada Ikan Cupang (Betta splendens), ikan gapi (Poecilis reticulate) dan Ikan Rainbow (Melanotaenia macculochi) di Daerah Jakarta Barat, DKI Jakarta. Skripsi. Bogor,
Indonesia: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Parker, D & Booth, A. J. (2013). The Tounge Replacing Isopod Cymothoa borbonica Reduces the Growth of Large Spot Pompano Trachinotus botla. Mar. Biol, 160(11), 2943-2950.
Paruntu, C. P. (2015). Budidaya Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina, Forsskal, 1775) dan Ikan Beronang
(Siganus canaliculatus, Park, 1797) dalam Karamba Jaring Apung dengan Sistem Polikultur. E-Joulnar Budidaya Perikanan.
Rahayu, F. D, Damiana, R. E & Risa, T. (2013). Infestasi Cacing Parasitik Pada Insang Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Jurnal Acta Veterinaria Indonesiana, 1(1): 8-14.
Smit, N. J., Bruce, N. L. & Hadfield, K. A. (2014). Global Diversity of Fish Parasitic Isopod Crustaceans of the Family Cymothoidae. Parasites and Wildlife, 3(2), 188 - 197.
Sumino, Anggraeni, & Tardiono, C. T. (2017).
Inventarisasi, Prevalensi dan Intensitas
Ektoparasit Pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) di Keramba Jaring Apung Perairan Teluk Hurun Lampung. Lampung. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 7(1), 1-7.
Syukran, M., Rahimi, S. A. E., & Wijaya, S. (2017).
Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Cupang Hias (Betta splendens) di Perairaan Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah, 2(1), 221-228
Tadjuddah, M., Wiryawan, B., Purbayanto, A., &
Wiyono, ES. (2013). Parameter biologi ikan
kerapu (Epinephelus sp.) Hasil tangkapan di
perairan Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi
Tenggara Indonesia. Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut, 4(1), 11-21.
Waluyo, S.P. (2014). Identifikasi Dan Prevalensi Isopoda Pada Ikan Selar (Selar crumenophthalmus) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Panarukan Situbondo Jawa Timur. Skripsi. Surabaya, Indonesia: Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga.
Williams, E. H. & Williams, I. B. (1996). Parasites of Offshore Big Game Fishes of Puerto Rico and The Western Atlantic. Puerto Rico: Departement of Natural and Environtmental Resources.
Yuliartati, E. 2011. Tingkat Serangan Ektoparasit Pada Ikan Patin (Pangasius djambal) Pada Beberapa Pembudidaya Ikan di Kota Makassar. Skripsi.
Makasar: Universitas Hasanudin.
Curr.Trends Aq. Sci. II(2): 108-113 (2019)
Discussion and feedback