Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN INTENSI MAHASISWA KEPERAWATAN DALAM MEMBERIKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN LALU LINTAS

Dewa Ayu Dwi Yaswari Temala1, I Made Suindrayasa*1, Kadek Saputra1 1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Intensi merupakan salah satu faktor penting dalam memprediksi perilaku menolong pada kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas adalah salah satu jenis kecelakaan yang banyak terjadi dan mengakibatkan kerugian dari segi mortalitas dan morbiditas. Keberadaan first responder yang mengetahui tahapan pertolongan pertama, serta mampu dan mau menolong korban sangat dibutuhkan. Salah satu responder potensial adalah mahasiswa keperawatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran intensi mahasiswa keperawatan dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif melalui pendekatan observasional. Responden penelitian ini adalah 111 orang mahasiswa aktif Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang telah lulus dalam mata kuliah keperawatan gawat darurat. Penelitian ini menggunakan total sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner Measure of Intention to Help Road Accident Victim (MIHRAV) yang telah diterjemahkan dan dimodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden merupakan angkatan 2019 (59,5%), mayoritas responden berusia 22 tahun (47,7%), berjenis kelamin perempuan (90,9%), pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait pertolongan pertama pada kecelakaan (81,1%), pernah melihat kecelakaan lalu lintas secara langsung (85,6%), dan mayoritas tidak pernah menolong korban kecelakaan lalu lintas (55,9%). Mayoritas responden memiliki intensi yang tinggi untuk memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas (53,2%).

Kata kunci: intensi menolong, kecelakaan lalu lintas, mahasiswa keperawatan

ABSTRACT

Intention is one of the important factors in predicting helping behavior in traffic accidents. Traffic accidents are one of the most common types of accidents that cause losses in terms of mortality and morbidity. The existence of first responders who know the first aid step, and are able and willing to help victims is needed. One of the potential responders is nursing students. This study aims to determine the intentions of nursing students in providing first aid in traffic accidents. This research is a quantitative study with a descriptive research design through an observational approach. Respondents of this study were 111 active students of the Bachelor of Nursing Science and Nursing Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University who had passed the emergency nursing course. This study used total sampling. Data collection using the Measure of Intention to Help Road Accident Victim (MIHRAV) questionnaire that has been translated and modified. The results showed that most of the respondents were class of 2019 (59,5%), the majority of respondents were 22 years old (47,7%), female (90,9%), had attended education and training related to first aid in accidents (81,1%), had seen traffic accidents directly (85,6%), and the majority had never helped victims of traffic accidents (55,9%). The majority of respondents had a high intention to provide first aid to traffic accident victims (53,2%).

Keywords: intention to help, nursing students, traffic accidents

PENDAHULUAN

Kecelakaan lalu lintas (lakalantas) merupakan salah satu jenis kecelakaan yang banyak terjadi. Undang-Undang No 22 Tahun 2009, mendefinisikan lakalantas sebagai suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/ atau kerugian harta benda. Lakalantas mengakibatkan kematian dari kurang lebih 1,3 juta jiwa setiap tahunnya (WHO, 2021). Kementerian Perhubungan Republik Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia (2022) menyatakan bahwa per tahun 2021, angka lakalantas sejumlah 103.645 kasus dan menyebabkan 117.913 orang mengalami luka ringan, 10.553 orang luka berat, dan 25.266 orang meninggal. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2021), mencatat angka lakalantas di Bali per tahun 2021 sebanyak 1.984 kasus dengan kematian sebanyak 318 jiwa, luka berat sebanyak 56 jiwa, dan luka ringan sejumlah 2.851 orang.

Sutanta dkk (2022) menyatakan bahwa hampir 90% mortalitas dan morbiditas yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas diakibatkan oleh lambatnya waktu pertolongan hingga melewati golden time dan ketidaktepatan pertolongan pertama saat pertama kali korban ditemukan. Kematian dalam kasus lakalantas yang berat biasanya terjadi akibat gangguan jalan napas, gagal napas, ataupun perdarahan yang tidak terkontrol (Rustagi et al., 2021a). Gauss et al (2019) menyatakan bahwa peningkatan waktu prehospital atau keterlambatan penanganan utama berpengaruh signifikan terhadap peningkatan peluang mortalitas pada pasien trauma. Oleh karena itu, korban lakalantas utamanya yang temasuk dalam kriteria kegawatdaruratan harus segera mendapatkan pertolongan pertama.

Pertolongan pertama (first aid) penting dilakukan guna menolong korban lakalantas. Pertolongan pertama merupakan tindakan pemberian pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu kepada seseorang yang

menderita luka / cedera atau terserang penyakit mendadak dan memerlukan penanganan medis dasar, sebelum akhirnya mendapatkan penanganan medis oleh profesional (Linsley, 2019). Rustagi et al (2021b) menyatakan bahwa pertolongan pertama yang tepat dan terukur dapat mengurangi risiko kematian pada korban lakalantas.

Pertolongan pertama idealnya dilakukan oleh first responder di lokasi kejadian terlebih dahulu sebelum tenaga medis datang. First responder yang sekiranya mengetahui langkah pertolongan pertama yaitu petugas kesehatan yang sedang ada di lokasi lakalantas, masyarakat awam yang memiliki pengetahuan dan terlatih dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, dan mahasiswa kesehatan, khususnya mahasiswa keperawatan (Pei et al., 2019).

Mahasiswa keperawatan merupakan seseorang yang telah dipersiapkan untuk menjadi seorang perawat profesional di masa yang akan datang (Rahmawati & Susilowati, 2019). Mahasiswa keperawatan pada tingkat tertentu, belajar mengenai keperawatan gawat darurat, yang mana di dalamnya mencakup skill Bantuan Hidup Dasar (BHD) seperti memastikan patensi jalan napas, menghilangkan distres pernapasan, hingga mengontrol perdarahan (Rustagi et al., 2021a). Mahasiswa keperawatan dapat dikatakan bisa dan diharapkan mau memberikan pertolongan pertama atau BHD kepada korban lakalantas dari segi pengetahuan. Namun, pada kenyataannya tidak semua yang tahu bagaimana memberikan pertolongan pertama bersedia memberikan pertolongan (Pei et al., 2019; Rustagi et al., 2021a).

Perilaku menolong dalam keadaan gawat darurat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Rustagi et al (2021a) menyebutkan bahwa kurangnya kepercayaan diri, takut lupa akan teknik pertolongan yang telah dipelajari, takut salah saat memberikan pertolongan, dan tidak mendapatkan pelatihan yang cukup merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya

perilaku menolong dalam keadaan darurat bahkan dengan adanya kemampuan klinis dan pelatihan yang didapat. Firdaus dkk (2018) menyebutkan bahwa setidaknya terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kemauan seseorang untuk memberikan pertolongan pertama pada korban lakalantas, yaitu faktor psikososial, faktor situasional, dan faktor intrapersonal.

Intensi merupakan salah satu faktor intrapersonal dalam memprediksi perilaku menolong pada lakalantas. Intensi dideskripsikan sebagai niat yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu (Ancok & Effendi, 1986 dalam Agustin & Mukhlis, 2022). Intensi berpengaruh terhadap motivasi dan merupakan indikator upaya individu dalam melakukan sesuatu. Intensi dipengaruhi oleh tiga domain, yaitu attitude toward behavior / sikap, norma subjektif, dan Perceived Behavior Control (PBC). Panchal et al (2015) menyatakan bahwa intensi merupakan fokus model dan mempengaruhi perilaku melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada bystander. Sementara itu, Wahyuni dkk (2020) mengidentifikasi perilaku menolong pada kecelakaan menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan antara intensi dan perilaku pemberian pertolongan pertama. Intensi merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan perilaku

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif melalui pendekatan observasional. Penelitian dilaksanakan di Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (PSSIKPN FK Unud) pada bulan Desember 2022 - Januari 2023. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa aktif PSSIKPN FK Unud yang telah mempelajari keperawatan gawat darurat, yaitu berjumlah 113 orang. Sementara itu, responden penelitian ini berjumlah 111 orang. Responden ditentukan menggunakan metode total sampling dengan kriteria inklusi mahasiswa aktif PSSIKPN FK Unud yang telah lulus dalam

menolong kecelakaan. Individu dengan intensi yang baik dalam memberikan pertolongan pertama sebagian besar akan memiliki perilaku yang baik dalam memberikan pertolongan pertama. Namun demikian, penelitian mengenai intensi dalam menolong kecelakaan lalu lintas belum banyak dilakukan.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan tertanggal 15 Oktober 2022 pada 15 orang mahasiswa keperawatan angkatan 2018 di Universitas Udayana, terkait kesediaan memberikan pertolongan pertama pada korban lakalantas. Setelah dilakukan wawancara, didapatkan bahwa seluruhnya pernah melihat lakalantas dan mengetahui prinsip pertolongan pertama pada kecelakaan, tetapi hanya 33,3% diantaranya yang pernah melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Saat dilakukan wawancara terkait hal yang akan dilakukan apabila di kemudian hari kembali dihadapkan pada lakalantas, sebanyak 46,6% menyatakan mungkin akan membantu, 26,6% mengatakan akan melihat situasi dan kondisinya terlebih dahulu, dan 26,6% sisanya mengatakan akan melewatinya saja dikarenakan takut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran intensi mahasiswa keperawatan dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan lalu lintas.

mata kuliah keperawatan gawat darurat. Sementara kriteria eksklusinya yaitu mahasiswa yang tidak responsif dan cuti saat penelitian dilaksanakan.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner Measure of Intention to Help Road Accident Victim (MIHRAV) karya Rustagi et al (2021a) yang telah diterjemahkan dan dimodifikasi. Kuesioner ini memiliki 25 item pernyataan yang merupakan pengembangan dari empat indikator, yaitu perilaku intensi untuk menolong, sikap yang mungkin dilakukan, tanggung jawab sosial dan efikasi diri. Kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya, dimana didapatkan ke-25 itemnya valid dengan reliabilitas 0,953.

Kategori hasil pengukuran intensi dihitung dengan perhitungan cut-off-point dengan menggunakan nilai mean (mean = 134,42) dikarenakan data terdistribusi normal (p value = 0,097, p > 0,05). Intensi dikategorikan menjadi intensi rendah dengan skor < 134,42 dan intensi tinggi dengan skor 134,42. .

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian terkait data demografi responden meliputi usia, jenis kelamin, angkatan, pengalaman mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat) terkait

Pengumpulan data dilakukan secara online selama satu minggu dengan menyebarkan kuesioner melalui grup Whatsapp di masing-masing angkatan. Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan laik etik dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan nomor surat 3139/UN14.2.2.VII.14/LT/2022.

P3K, pengalaman melihat lakalantas, dan pengalaman menolong lakalantas disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Gambaran Karakteristik

Penelitian

Variabel

Kategori

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Usia (tahun)

20

1

0.9%

21

47

42,3%

22

53

47,7%

23

10

9,0%

Total

111

100,0%

Jenis Kelamin

Laki-laki

10

9,0%

Perempuan

101

90,9%

Total

111

100,0%

Angkatan

2018

45

40,5%

2019

66

59,5%

Total

111

100,0%

Pengalaman Diklat

Pernah

90

81,1%

Tidak Pernah

21

18,9%

Total

111

100,0%

Melihat Lakalantas

;      Pernah

95

85,6%

Tidak pernah

16

14,4%

Total

111

100,0%

Tabel 1 menunjukkan karakteristik dari 111 orang mahasiswa aktif PSSIKPN FK Universitas Udayana yang terdiri atas 45 orang angkatan 2018 (40,5%) dan 66 orang angkatan 2019 (59,5%). Mayoritas responden berusia 22 tahun yaitu sebanyak 53 orang (47,7%), berjenis kelamin perempuan, yaitu sejumlah 101 orang (90,9%). Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 90 orang (81,1%), menyatakan

pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait P3K. Mayoritas responden pernah melihat lakalantas secara langsung (sebanyak 95 orang atau 85,6%), akan tetapi hanya 49 orang (44,1%) diantaranya yang pernah memberikan pertolongan pada korban lakalantas, sementara sebanyak 62 orang (55,9%) sisanya menyatakan tidak pernah menolong korban lakalantas.

Tabel 2. Gambaran Intensi

Penelitian

Kategorisasi

Frekuensi (n)

Persentase (%)

Rendah

52

46,8%

Tinggi

59

53,2%


Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu sebanyak 59 orang (53,2%) memiliki intensi yang tinggi untuk memberikan pertolongan pertama

pada lakalantas sementara 52 orang lainnya (46,8%) memiliki intensi yang rendah.

Tabel 3. Skor Intensi Responden Penelitian Per Indikator

No.

Indikator

Nilai Rata-Rata

1

Sikap yang mungkin dilakukan

622,8

2

Perilaku intensi untuk menolong

621,8

3.

Tanggung jawab sosial

564

4.

Efikasi diri

542

Tabel 3 menunjukkan bahwa indikator sikap yang mungkin dilakukan, memiliki rata-rata tertinggi dengan nilai rerata sebesar 622,8. Indikator perilaku intensi untuk menolong memiliki nilai rerata 621,8. Indikator tanggung jawab sosial memiliki nilai rata-rata 564.

Indikator efikasi diri memiliki nilai rata-rata 542. Keseluruhan indikator menunjukkan nilai rata-rata yang tinggi mengingat rentangan nilai yang dapat diperoleh berdasarkan jumlah responden dan kuesioner adalah 111 ≤ x ≤ 777.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden memiliki intensi yang tinggi untuk memberikan pertolongan pertama pada korban lakalantas (53,2%). Hasil ini serupa dengan penelitian Wahyuni dkk (2020) mengenai implementasi TPB dalam mengidentifikasi perilaku P3K pada anggota Korps Sukarela Palang Merah Indonesia atau KSR PMI yang mana mayoritas respondennya memiliki intensi yang tinggi untuk memberikan P3K, yaitu sebanyak 61,2%. Penelitian Magid et al (2021) mengenai penggunaan TPB untuk memahami intensi melakukan RJP pada mahasiswa sebagai bystander, di salah satu perguruan tinggi swasta di New England, mendapatkan bahwa intensi melakukan RJP pada mahasiswa sebagai bystander tinggi, yaitu 51%.

Intensi memberikan pertolongan pertama pada lakalantas dianalisis dari hasil pengukuran kuesioner MIHRAV yang diterjemahkan dan dimodifikasi. Analisis dilakukan pada ketiga dimensi intensi yang terbagi menjadi empat indikator. Dimensi sikap (attitude toward behavior) terdiri atas indikator perilaku intensi untuk menolong dan sikap yang mungkin dilakukan. Dimensi norma sosial (subjective norm) dengan indikator

tanggung jawab sosial. Dimensi persepsi kontrol perilaku (perceived behavior control) dengan indikator efikasi diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi sikap, yang terdiri atas indikator sikap yang mungkin dilakukan dan perilaku intensi untuk menolong memiliki rata-rata tertinggi, dengan nilai berturut-turut sebesar 622,8 dan 621,8. Norma sosial dengan indikator tanggung jawab sosial memiliki nilai rata-rata 564. Persepsi kontrol perilaku dengan indikator efikasi diri memiliki nilai rata-rata 542. Keseluruhan indikator menunjukkan nilai rata-rata yang tinggi mengingat rentangan nilai yang dapat diperoleh berdasarkan jumlah responden dan kuesioner adalah 111 ≤ x ≤ 777.

Dimensi sikap atau attitude toward behavior menunjukkan tingkat keadaan dimana orang memiliki evaluasi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan atau penilaian terhadap perilaku yang menjadi masalah (Butarbutar dkk, 2021). Sikap dalam penelitian ini terdiri atas indikator perilaku intensi untuk menolong dan sikap yang mungkin dilakukan. Indikator perilaku intensi untuk menolong, menunjukkan intensi responden untuk memberikan pertolongan serta kemampuan yang dirasakan dalam memberikan

pertolongan yang dibutuhkan oleh korban. Indikator perilaku intensi untuk menolong memiliki rerata 621,8 yang tergolong tinggi.

Intensi berkaitan dengan perilaku atau tindakan. Fishbein & Ajzen (1975) dalam Gross (2017) mendefinisikan intensi sebagai probabilitas subjektif yang dimiliki seseorang mengenai tindakan untuk melakukan sesuatu. Intensi diartikan sebagai faktor motivasional yang dapat mempengaruhi tindakan dan dapat memperkirakan kecenderungan perilaku pada individu. Intensi adalah prediktor terbaik perilaku, yang mana berarti apabila kita ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah dengan mengetahui kehendak orang tersebut (Gross, 2017). Intensi berpengaruh terhadap motivasi dan merupakan indikator upaya individu dalam melakukan sesuatu. Terdapat hubungan antara intensi dan perubahan perilaku, dimana perubahan intensi akan diikuti juga oleh perubahan perilaku (Panchal et al., 2015).

Indikator sikap yang mungkin dilakukan dalam penelitian ini mencerminkan sikap responden dan teman serta keluarga untuk memberikan perawatan di tempat kepada korban kecelakaan. Indikator sikap yang mungkin dilakukan memiliki rerata 622,8 yang mana menunjukkan nilai yang tinggi. TPB menyatakan bahwa sikap adalah salah satu faktor yang berkontribusi dalam meningkatkan intensi dalam berperilaku (Ajzen, 2005) dalam Gross (2017). Individu yang memiliki sikap yang baik sebagian besar akan memiliki niat yang baik dalam memberikan pertolongan pertama pada korban lakalantas. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyuni dkk (2020) yang mana mayoritas respondennya memiliki sikap yang baik (63,6%). Didapatkan juga hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku memberikan pertolongan pertama. Magid et al (2021) menyatakan sikap adalah prediktor terkuat dari intensi melakukan RJP (β=0,381, p<0,001).

Wati dkk (2017) menyatakan sikap memiliki hubungan yang signifikan dengan intensi, dimana sikap positif akan muncul ketika seseorang meyakini bahwa tindakan atau perilaku yang akan dilakukan berdampak positif dan sebaliknya. Sikap merupakan bagian penting dari jiwa manusia yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan dan berperilaku karena akan memandu penilaian situasi, penilaian tujuan, dan evaluasi pilihan. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia atau AIPNI (2015) menyatakan bahwa mahasiswa keperawatan harus memiliki sifat peka sosial dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan. Wati dkk (2017) menyatakan bahwa semakin baik sikap mahasiswa keperawatan terhadap bystander RJP, semakin kuat niat mereka untuk menjadi bystander RJP. Oleh karenanya, dalam pembelajaran keperawatan, nilai-nilai humanis, kepedulian, altruisme, perilaku menolong untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya secara optimal penting untuk ditanamkan.

Norma sosial / subjective norm atau norma subjektif adalah keyakinan individu akan norma, orang sekitarnya, dan motivasi individu untuk mengikuti norma tersebut (Chrismardani, 2016). Norma sosial di dalam penelitian ini digambarkan oleh indikator tanggung jawab sosial. Indikator tanggung jawab sosial, mencakup item-item mengenai kemungkinan peran pengamat / bystander di lokasi kecelakaan dan lingkungan yang mendukung. Indikator tanggung jawab sosial memiliki nilai rata-rata 564 yang cukup tinggi.

Norma sosial bersifat sangat subjektif dan dipengaruhi oleh keyakinan yang dianut oleh setiap individu dan keadaan lingkungan. Kumari et al (2014) menyebutkan bahwa tenaga kesehatan cenderung memiliki norma subjektif yang baik dalam hal melakukan RJP karena adanya tuntutan dari rekan sejawat dan masyarakat untuk menjalankan perannya secara ideal sebagai tenaga kesehatan. Wahyuni dkk (2020) dalam penelitiannya

menemukan bahwa norma subjektif memiliki hubungan yang signifikan dengan intensi seseorang memberikan pertolongan pertama. Hal ini sejalan dengan penelitian Magid et al (2021) yang menyatakan sikap dan norma subjektif adalah prediktor intensi yang terkuat. Individu yang memiliki norma subjektif yang baik memiliki niat yang baik pula dalam memberikan pertolongan pertama.

Perceived behavior control (PBC) atau persepsi kontrol perilaku menunjukkan perasaan mudah atau sulit individu untuk mewujudkan perilaku dan diasumsikan merupakan cerminan dari pengalaman masa lalu dan antisipasi terhadap rintangan yang dihadapi (Butarbutar dkk, 2021). Indikator efikasi diri dalam memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas, meliputi item-item mengenai kompetensi responden dalam memberikan perawatan trauma di lokasi kepada korban lakalantas dan mempelajari keterampilan yang diperlukan. Indikator efikasi diri memiliki rerata 542.

PBC merupakan faktor yang ditambahkan dalam pengembangan Theory of Planned Behavior (TPB) dengan tujuan memahami keterbatasan individu dalam melakukan perilaku tertentu (Chrismardani, 2016). PBC dibentuk berdasarkan kontrol perilaku atau perceived feasible yang merupakan pengukuran behavioral control dan sama konsepnya dengan efikasi diri (Chrismardani, 2016; Ilmiyah et al., 2022).

Efikasi diri didefinisikan sebagai ekspektasi terhadap kemampuan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu dan dianggap sebagai mediator penting antara pengetahuan dan tindakan (Rustagi et al., 2021a). Efikasi diri mengidentifikasi bagaimana individu termotivasi, merasa, berpikir dan dengan demikian mempengaruhi perilaku mereka. Seseorang dengan efikasi yang kuat memiliki kepercayaan diri yang tinggi terhadap

kemampuan mereka. Gonzi et al (2015) dan Wati dkk (2017) menyatakan bahwa tenaga kesehatan dan mahasiswa yang merupakan calon tenaga kesehatan cenderung memiliki efikasi diri yang lebih tinggi untuk melakukan RJP jika dibandingkan dengan orang awam. Hal ini dikarenakan tenaga kesehatan dan mahasiswa calon tenaga kesehatan telah mempelajari pengetahuan dan keterampilan melakukan RJP selama masa pendidikannya dan cenderung terbiasa menghadapi kondisi serupa.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tidak semua responden memiliki intensi memberikan pertolongan pertama pada lakalantas yang tinggi. Terdapat 46,8% responden yang memiliki intensi memberikan pertolongan pertama pada lakalantas yang rendah. Hal ini berarti terdapat 46,8% responden yang memiliki motivasi dan kecenderungan yang rendah dalam memberikan pertolongan pertama pada korban lakalantas. Hal ini sejalan dengan penelitian Amin dan Haswita (2022), yang menyatakan bahwa 51% mahasiswa keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Banyuwangi memiliki intensi yang rendah untuk memberikan BHD. Wati dkk (2017) dalam penelitiannya mengenai pengaplikasian TPB dalam mengidentifikasi intensi mahasiswa keperawatan di Malang dalam menjadi bystander RJP, menyatakan bahwa 51,9% respondennya memiliki intensi yang rendah dalam menjadi bystander RJP. Ajzen (2012) dalam Amin dan Haswita (2022) menyatakan bahwa intensi yang rendah terhadap perilaku seseorang terkait dengan nilai keyakinan yang kurang. Amin dan Haswita (2022) menyatakan bahwa rendahnya intensi yang rendah dalam menjadi bystander RJP dipengaruhi oleh keyakinan terhadap BHD yang rendah, yang mana ditunjukkan dengan kurangnya keyakinan akan pentingnya upaya BHD bagi diri mereka sendiri.

SIMPULAN

Simpulan dari hasil penelitian ini yaitu mayoritas responden terdiri dari angkatan 2019, berusia 22 tahun, berjenis kelamin perempuan, menyatakan pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan terkait P3K, pernah melihat lakalantas secara

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, L., & Mukhlis. (2022). Model intervensi psikologi Islam konseling kelompok tazkiyatun nafsi; salah satu bentuk upaya dalam menangani siswa korban bullying. CV. Literasi Nusantara Abadi.

Amin, Y., & Haswita. (2022). Dominant Factor Affecting to Intention of Nursing Students toward Basic Life Support (BLS) Effort: Using Theory of Planned Behavior Approach. Journal of Nursing Science Update (JNSU), 10(1), 10–17.

https://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view /582

Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia. (2015). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia (F. Haryanti, H. Kamil, K. Ibrahim, & M. Hadi, Eds.). Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. (2021). Banyaknya Kecelakaan Lalu Lintas Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 2019-2021. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali.

Butarbutar, M., Kato, I., Sahir, S. H., Nainggolan, N. T., Weya, I., Simatupang, S., Purba, S., Sisca, Butarbutar, N., Lie, D., Mu’adzah, Gandasari, D., Sugiarto, M., & Munthe, R. N. (2021). Teori Perilaku Organisasi (J. Simarmata & R. Watrianthos, Eds.). Yayasan          Kita          Menulis.

https://www.google.co.id/books/edition/Teor i_Perilaku_Organisasi/uDU0EAAAQBAJ?h l=id&gbpv=0

Chrismardani, Y. (2016). Theory  of Planned

Behavior Sebagai Prediktor Intensi Berwirausaha. Competence:  Journal of

Mangement Studies,   10(1),   90–103.

https://doi.org/https://doi.org/10.21107/kom petensi.v10i1.3426

Firdaus, A. D., Agoes, A., & Lestari, R. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan orang awam untuk memberikan pertolongan pertama pada korban kecelakaan lalu lintas di Kota Malang. Journal of Nursing Care and Biomolecular, 3(2).

Gauss, T., Ageron, F.-X., Devaud, M.-L., Debaty, G., Travers, S., Garrigue, D., Raux, M., Harrois, A.,   & Bouzat, P. (2019).

Association of Prehospital Time to InHospital Trauma Mortality in a Physician-Staffed Emergency Medicine System. JAMA

langsung, tetapi mayoritas menyatakan tidak pernah menolong korban lakalantas. Mayoritas responden memiliki intensi yang tinggi untuk memberikan pertolongan pertama pada lakalantas.

Surgery,           154(12),           1117.

https://doi.org/10.1001/jamasurg.2019.3475

Gonzi, G., Sestigiani, F., D’errico, A., Vezzani, A., Bonfanti, L., Noto, G., & Artioli, G. (2015). Correlation    between     quality     of

cardiopulmonary resuscitation and selfefficacy measured during in-hospital cardiac arrest simulation; preliminary results. Acta Bio-Medica: Atenei Parmensis, 86 Suppl 1, 40–45.

Gross, M. (2017). Planned Behavior:  The

Relationship Between Human Thought and Action (C. J. Armitage & J. Christian, Eds.). Taylor & Francis.

Ilmiyah, Z. H., Andarini, S., & Suharsono, T.

(2022). The Theory of Planned Behavior to Identify  Out-of-Hospital  Cardiac Arrest

(OHCA) Bystanders’ Intentions. Jurnal Kedokteran                   Brawijaya.

https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2022.032.01. 11

Kementrian Perhubungan Republik Indonesia, & Kepolisian Republik Indonesia.  (2022,

March 22). Focus Group Discussion: Sidang Para Pakar Keselamatan Transportasi Jalan. Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.

https://www.youtube.com/watch?v=Q7qf_X HwC-0

Kumari, M., Amberkar, M. babu, Alur, S., Bhat, P. M., & Bansal, S. (2014). Clinical Awareness of Do’s and Don’ts of Cardiopulmonary Resuscitation Among University Medical Students-A Questionnaire Study. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 8(7), 8– 11.

https://doi.org/10.7860/JCDR/2014/8541.45 67

Linsley, T. (2019). Electrical Installation Work: Level 2 (2nd ed.). Routledge. https://doi.org/10.1201/9780429203176

Magid, K. H., Ranney, M. L., & Risica, P. M. (2021). Using the theory of planned behavior to understand intentions to perform bystander CPR among college students. Journal of American College Health, 69(1), 47–52.

https://doi.org/10.1080/07448481.2019.1651 729

Panchal, A. R., Fishman, J., Camp-Rogers, T., Starodub, R., & Merchant, R. M. (2015). An

“Intention-Focused” paradigm for improving bystander CPR performance. Resuscitation, 88, 48–51.

https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2014.1 2.006

Pei, L., Liang, F., Sun, S., Wang, H., & Dou, H. (2019). Nursing students’ knowledge, willingness, and attitudes toward the first aid behavior as bystanders in traffic accident trauma: A cross-sectional survey.

International Journal of Nursing Sciences, 6(1), 65–69.

https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2018.11.003

Rahmawati, E. Q.,  & Susilowati, E. (2019).

Penerapan Komunikasi TBAK (Tulis, Baca, Konfirmasi) dalam Penyampaian Informasi Kepada Mahasiswa AKPER Dharma Husada. Jurnal Ilmu Kesehatan, 10(1), 10– 15.

Rustagi, N., Jaiswal, A., Dutt, N., Kelly, D., Sinha, A., Raghav, P., Rodha, M. S., & Rajpurohit, V. (2021b). Questionnaire development and validity to determine intention among indian youth to help a road traffic accident victim. Research Square.

Rustagi, N., Jaiswal, A., Kelly, D., Dutt, N., Sinha, A.,  & Raghav, P. (2021a). Measuring

medical graduate behavioral intention for administering on-site care to road traffic accident victims:   Development and

validation of a questionnaire. Indian Journal of Public Health, 65(1), 39–44.

https://doi.org/10.4103/ijph.IJPH_225_20

Sutanta, Saputro, B. S. D., & Sari, I. (2022).

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Kesiapan Melakukan Pertolongan Pertama Korban Kecelakaan pada Mahasiswa Keperawatan STIKES Estu Utomo. Jurnal Indonesia Sehat:   Healthy Indonesian

Journal, 1(1), 6–14.

Undang-Undang No.22 Tahun 2009, Pub. L. No. 22, 203 (2009).

https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/uu/u u_no.22_tahun_2009.pdf

Wahyuni, E. D., Ni’mah, L., & Zaenab. (2020). The Implementation of Theory of Planned Behaviour in Identifying First Aid Behaviour in Accidents. Systematic Reviews in Pharmacy, 11(6).

https://www.sysrevpharm.org/abstract/the-implementation-of-theory-of-planned-behaviour-in-identifying-first-aid-behaviour-in-accidents-66232.html

Wati, S. G., Wihastuti, T. A., & Nasution, T. H. (2017). Analysis of Factors Affecting Behavioral Intention of Nursing Student as Bystander Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) on Handling Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) in Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Science), 5(2), 230–239.

https://doi.org/10.21776/ub.jik.2017.005.02. 11

WHO. (2021). Road Traffic Injury. World Health Organization. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/road-traffic-injuries

Volume 11, Nomor 2, April 2023

46