Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

GAMBARAN PERSEPSI PENGGUNAAN PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS BALAWISTA

Nurdiyanti1, Indah Mei Rahajeng*1, Putu Ayu Asri Damayanti1

1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Balawista memiliki tugas sebagai pengawas para wisatawan yang melakukan kegiatan wisata bahari. Keberadaan Balawista sangat penting untuk memberikan pertolongan pada wisatawan yang mengalami kecelakaan ketika berkegiatan di pantai. Kompetensi penyelamatan yang dirasakan mumpuni membuat petugas Balawista berasumsi bahwa tidak perlu menggunakan perlengkapan keselamatan kerja, namun penggunaan perlengkapan merupakan upaya perlindungan diri penyelamatan untuk mencegah kecelakaan pada Balawista. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja pada petugas Balawista. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengumpulan data secara daring menggunakan kuesioner persepsi penggunaan keselamatan kerja dengan uji validitas dan reliabilitasnya menggunakan uji terpakai pada responden yang sama dengan responden penelitian. Sebanyak 122 petugas Balawista dilibatkan pada penelitian ini yang dipilih dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan pada petugas Balawista adalah 50,89. Berdasarkan pengkategorian, mayoritas petugas Balawista memiliki persepsi penggunaan keselamatan pada kategori baik (69,7%) dan sebagian kecil berada pada kategori cukup (30,3%). Simpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar petugas Balawista memiliki persepsi yang baik tentang penggunaan perlengkapan keselamatan kerja.

Kata kunci: balawista, keselamatan, perlengkapan keselamatan

ABSTRACT

Balawista has the task of overseeing tourists who carry out marine tourism activities. Balawista has important roles to prevent and to rescue tourists from accidents and injuries. Rescue competence that is considered qualified makes Balawista assume that there is no need to use work safety equipment, but the use of equipment is a self-protection effort to prevent accidents to Balawista. The aimed of this study was to explore the perception of safety equipment use among Balawista staffs. This study was a descriptive quantitative study with cross sectional research design. Online data collection was used a questionnaire perceptions of safety equipment use. A total of 122 respodents were involved in this study selected by random sampling technique. The results showed that the average value of the perception of the safety equipment use on Balawista officers was 50,89. The majority of Balawista officers have a perception of the use of safety in the good category (69,7%) and a small proportion are in the sufficient category (30,3%). The conclusion of this study is that most Balawista officers have a good perception of the use of work safety equipment. The results of this study are expected to provide input for Balawista officers to practice on using personal safety equipment properly.

Keywords: lifeguards, safety, safety equipments

PENDAHULUAN

Wisatawan yang melakukan kegiatan berwisata di pantai berisiko mengalami kecelakaan seperti tenggelam dan cedera. Menurut data Water Sports Accidents and Statistics (2012), tenggelam menjadi penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Berdasarkan data dari Departemen Pariwisata Badung Provinsi Bali (2013), terdapat kasus kecelakaan yang terjadi di 24 pantai di Bali pada tahun 2011, dan Case Fatality Rate (CFR) yang tidak stabil menunjukkan belum optimalnya upaya promotif dan preventif untuk mencegah risiko kecelakaan di pantai. Sebagai upaya mencegah risiko kecelakaan yang terjadi di pantai, maka dibentuklah sebuah badan penyelamat yang disebut Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista).

Balawista memiliki tugas utama melakukan tindakan preventif dan represif pada kecelakaan serta pencarian korban yang tenggelam (Chandra, 2009). Beberapa program kerja yang juga dilakukan oleh Balawista, antara lain melakukan pengawasan sistematis terhadap wisatawan dan kegiatan pantai, memberikan informasi kepada wisatawan terkait lokasi laut yang aman untuk berenang, lokasi laut berarus, lokasi laut yang berbahaya dan tata tertib di pantai serta penempatan rambu / peringatan lainnya (Balawista, 2014). Balawista juga mengikuti beberapa pelatihan dan pendidikan sesuai standar internasional di Bali, mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah kabupaten demi menunjang keterampilan menolong dan menguasai teknik renang serta menguasai

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan di Balawista Kuta, Badung pada bulan Februari - Juni 2021. Sampel pada penelitian ini adalah 122 anggota Balawista yang dipilih dengan teknik probability sampling, yaitu random sampling. Kriteria inklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini, yakni anggota Balawista yang bekerja di Kantor Balawista

medan penyelamatan.

Keberadaan Balawista di Kuta Bali sangat penting dalam melakukan pertolongan kepada wisatawan yang tenggelam atau terseret arus. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap beban kerja Balawista, antara lain berasal dari faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal yaitu etos kerja Balawista (Balawista, 2014).

Studi pendahuluan yang dilakukan dalam bentuk wawancara singkat dengan petugas menunjukkan bahwa dalam melaksanakan penyelamatan wisatawan, petugas Balawista menyebutkan hanya memerlukan alat-alat seperti jetsky, cub rescue, papan selancar, pluit, dan Handy Talky (HT). Alasan petugas Balawista yang disampaikan saat studi pendahuluan menyatakan penggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang minimal saat melakukan penyelamatan meskipun beberapa sudah tersedia, antara lain mereka berasumsi bahwa hal tersebut membuat waktu persiapan penyelamatan menjadi lebih panjang. Selain itu, petugas Balawista merasa sudah menguasai kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan penyelamatan walaupun dengan peralatan keselamatan personal yang minimal. Secara teori, penggunaan perlengkapan keselamatan kerja menjadi upaya perlindungan diri penyelamat, untuk mencegah dampak buruk kecelakaan kerja. Berdasarkan pemaparan tersebut maka studi dilakukan untuk mengetahui gambaran persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja pada petugas Balawista.

Kuta, bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent dan memiliki smartphone dan aplikasi WhatsApp. Kriteria eksklusi yang ditetapkan dalam penelitian ini yakni anggota Balawista yang sedang cuti bekerja dan sedang sakit atau dalam masa karantina Covid-19.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner Persepsi Perlengkapan

Keselamatan Kerja yang dibuat oleh peneliti sendiri. Uji reliabilitas menggunakan uji terpakai dengan hasil uji reliabilitas kuesioner menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,830. Proses pengumpulan data dilaksanakan secara daring akibat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Uji statistik menggunakan analisis univariat untuk

HASIL PENELITIAN

memaparkan data karakteristik demografi dan persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja pada anggota Balawista. Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan laik etik dari Komisi Etik Penelitian FK Unud / RSUP Sanglah dengan nomor : 1528/UN14.2.2.VII.14/LT/ 2021.

Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian (N=122)

Variabel

Mean ± SD

Min - Max        95% CI

Usia (tahun)

Lama Bekerja (tahun)

34,49 ± 8,212

10,92 ± 6,670

20 - 58            33,02; 35,96

1 - 36               9,72; 12,11

Frekuensi (N)

Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki - Laki Perempuan

120

2

98,4%

1,6%

Pendidikan Terakhir

SD

SMP

SMA/SMK

D1/D2/D3

S1

5

2

98

2

15

4,1%

1,6%

80,3%

1,6%

12,3%

Riwayat Mengikuti Pelatihan Balawista

Sudah

Belum

121

1

99,2% 0,8%

Tabel 1 menunjukkan karakteristik demografi responden penelitian. Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adala 34,49 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan usia tertua 58 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yakni 120 responden (98,4%). Sebagian besar responden memiliki

pendidikan terakhir SMA/SMK yakni 98 responden (80,3%). Rata-rata lama bekerja petugas Balawista adalah 10,92 tahun dengan waktu tersingkat adalah 1 tahun dan terlama 36 tahun. Sebagian besar petugas Balawista sudah mengikuti pelatihan sebanyak 121 responden (99,2%).

Tabel 2. Gambaran Persepsi Penggunaan Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Petugas Balawista

Variabel

Mean ± SD

Min - Max         95% CI

Persepsi Penggunaan Perlengkapan

Keselamatan Kerja Pada Petugas Balawista

50,89 ± 5,337

38 - 63             49,93 ; 51,84

Tabel 2 menunjukkan hasil pengukuran persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja pada petugas Balawista. Nilai skor rata-rata

persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja pada petugas Balawista adalah 50,89 dengan nilai persepsi terendah adalah 38 dan nilai tertinggi 63.


Tabel 3. Kategori Persepsi Penggunaan Perlengkapan Keselamatan Kerja Pada Petugas Balawista

Kategori

Frekuensi (N)

Persentase (%)

Baik

85

69,7%

Cukup

37

30,3%


Apabila dikategorikan menjadi tiga kriteria sesuai perhitungan rumus statistik yang berlaku, didapatkan bahwa sebagian besar petugas Balawista memiliki tingkat

PEMBAHASAN

Usia memiliki pengaruh terhadap produktivitas dalam bekerja seseorang karena berkaitan dengan kemampuan fisiknya. Hasil penelitian saat ini menemukan rata-rata usia responden adalah 34,49 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan tertua 58 tahun. Suyono dan Hermawan (2013) menyebutkan usia bekerja yang berada dalam rentang usia produktif adalah 15 - 60 tahun. Hal ini mengartikan bahwa usia petugas Balawista masih dalam usia produktif bekerja.

Pekerjaan sebagai petugas Balawista lebih dikenal sebagai pekerjaan laki-laki (98,4%). Pernyataan tersebut didukung hasil penelitian ini yang menemukan hampir seluruh petugas Balawista berjenis kelamin laki-laki. Laki-laki memiliki kekuatan fisik yang lebih besar daripada wanita. Hasanah dan Widowati (2011) menyatakan bahwa umumnya tingkat produktivitas kerja laki-laki lebih besar dibandingkan wanita. Lebih banyaknya laki-laki yang bekerja juga dapat disebabkan karena laki-laki lebih terlibat dalam kegiatan ekonomi karena laki-laki merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga (Hasanah & Widowati, 2011).

Selain itu, pekerjaan sebagai petugas Balawista menuntut Balawista memiliki kekuatan fisik yang besar, yang tidak dimiliki wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata lama bekerja Balawista adalah 11,28 tahun. Pengalaman atau masa kerja menjadi salah satu faktor yang menentukan sikap (Azwar, 2013). Semakin luas dan lama masa kerja seseorang, maka semakin terampil melakukan pekerjaan (Puspaningsih, 2014). Pengalaman kerja dapat diperoleh melalui proses melewati masa kerja dan jumlah masa kerja dapat meningkatkan kemampuan kerja seseorang (Sulaiman, 2014). Petugas Balawista yang memiliki masa kerja yang lebih lama dapat memiliki

persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja kategori baik sebanyak 85 responden (69,7%) dan cukup sebanyak 37 responden (30,3%).

pengalaman kerja yang lebih luas dan banyak, sehingga dapat memiliki persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja yang lebih baik.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA / SMK (80,3%). Pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki. Semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka dampaknya terhadap perubahan perilaku akan menjadi baik pula. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku aman pekerja (Fitriana & Sari, 2019). Pemberian safety briefing dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penggunaan peralatan kerja sesuai dengan jenis pekerjaan sehingga pekerja menjadi lebih sadar untuk berperilaku aman ketika menjalankan tugas (Rudyarti, 2018). Petugas Balawista dengan pendidikan terakhir dan pengetahuan yang baik dapat menerapkan penggunaan perlengkapan keselamatan dengan benar ketika melakukan penyelamatan wisatawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas petugas Balawista telah mengikuti pelatihan Balawista (99,2%). Hampir seluruh petugas Balawista telah mengikuti pelatihan karena pelatihan Balawista selalu dilaksanakan setiap setahun sekali sehingga membuka peluang bagi semua petugas Balawista untuk mengikuti pelatihan (Chandra, 2009).

Trianasari, Andayani, dan Nugraha (2017) menyebutkan bahwa pelatihan Balawista merupakan kegiatan yang penting untuk dilaksanakan demi meningkatkan kualitas dan keterampilan petugas Balawista. Priambodo, Istiningtyas, dan Rahardiantomo (2016) menyatakan salah satu bentuk pelatihan Balawista yang diberikan adalah pelatihan Bantuan Hidup Dasar penyelamatan korban wisatawan yang tenggelam. Wibawa (2014) juga menyatakan petugas Balawista yang

memiliki ijazah bronze merupakan Balawista yang sudah mengikuti pelatihan keselamatan secara khusus. Pelatihan yang diikuti oleh Balawista dapat menunjang mereka ketika melaksanakan tugas penyelamatan. Di samping itu, petugas Balawista juga harus memperhatikan keselamatan mereka ketika melakukan penyelamatan. Pemahaman yang baik mengenai keselamatan kerja dapat mencegah risiko terjadinya suatu insiden kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja (Yanti dkk,  2020). Hasil penelitian

menunjukkan mayoritas petugas Balawista memiliki      persepsi      penggunaan

perlengkapan  keselamatan kerja baik

(69,7%) dan sisanya memiliki persepsi cukup (30,3%).

Persepsi     petugas     Balawista

merupakan suata cara mengidentifikasi penilaian petugas Balawista terhadap penggunaan perlengkapan keselamatan ketika melakukan penyelamatan pada wisawatan pantai yang mengalami kecelakaan. Tugas penyelamatan petugas Balawista akan menjadi lebih optimal apabila didukung dengan kualitas dan kuantitas petugas, serta sarana yang menunjang operasionalnya, seperti alat-alat

SIMPULAN

Berdasarkan karakteristik demografi, rata-rata usia responden adalah 34,49; rata-rata lama bekerja petugas Balawista adalah 11,28 tahun. Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (98,4%), pendidikan terakhir SMA / SMK (80,3%),

DAFTAR PUSTAKA

Azwar S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:   Pustaka

Pelajar.

Amron, Imran, T. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga kerja Outlet Telekomunikasi Seluler Kota Makassar. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nobel Indonesia.

Balawista Badung. (2015). Balawista Badung. Tersedia di

http://balawistabadung.com/informatio n.html. Diakses tanggal 14 Oktober 2020.

Buku Pedoman Balawista. (2014). Pedoman balawista.

(http://balawistabadung.com/informat ion.

Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K), alat-alat keselamatan dasar seperti pelampung, perahu, jestski, dan mobil ambulans (Taofiqurohman, 2021). Keamanan dan keselamatan petugas Balawista selama bekerja dapat dipengaruhi oleh pengalaman pelatihan dan kesadaran akan pentingnya menggunakan perlengkapan keselamatan (Hendrawan, 2017).

Petugas Balawista yang merupakan SDM utama dalam menjaga keamanan dan keselamatan wisatawan pantai. Program pelatihan yang telah diikuti oleh para petugas Balawista menunjang kemampuan petugas Balawista untuk melakukan penyelamatan. Hendrawan (2017) menyatakan pelatihan untuk pengembangan SDM dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Febrianti dan Salena (2020) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan perlengkapan keselamatan di lingkungan kerja adalah tingkat kesadaran dan pengetahuan dari para pekerja. Apabila pengetahuan tentang risiko kecelakaan dan bahaya tinggi, membuat individu menjadi lebih menyadari pentingnya penggunaan perlengkapan keselamatan selama bekerja.

dan sudah mengikuti pelatihan (99,2%). Berdasarkan persepsi penggunaan perlengkapan keselamatan kerja pada petugas Balawista, sebagian besar memiliki persepsi baik (69,7%).

html), diakses 12 Oktober 2020.

Chandra. (2009). Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja balawista. Tersedia  di

http://eprints.undip.ac.id/1527/1/Anind ya_Candra.pdf diakses pada tanggal  13

Oktober 2020.

Febrianti, D., & Salena, I. Y. (2020). Faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat kesadaran pekerja dalam menggunak alat pelindung diri (Studi Kasus: PembangunanTurning Area. Pertambangan Batu Bara PT.  Mifa

Bersaudara. Kecamatan Meurebo, Kabupaten Aceh Barat). Civilla: Jurnal Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan, 5(1), 376-383.VVV.

Fitriana, R.,  & Sari, L. R. (2019). Perilaku

Keselamatan Kerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Karyawan Pt. Sar Sei. Basau Tahun 2018. Jurnal Martenity and Neonatal, 2(6), 394-399.

Hendrawan, A. (2017). Analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Nelayan. Saintara: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Maritim, 2(1), 1223.

Hasanah, Ummi, Widowati, P. (2011). Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Rumah Tangga Krecek di Kelurahan Segoroyoso. Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Vol.2, No.2, 169-182.

Priambodo, G., Istiningtyas, A., & Rahardiantomo, E. (2016). Indikator Bantuan Hidup Dasar Untuk Menolong Korban Tenggelam. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada.

Suyono, B., & Hermawan, H. (2013). Analysis of Factors Affecting Labor Productivity in Leather Craft Industry in Magetan Regency. Ekomaks Journal, 2(2).

Sulaeman, Ardika. (2014). Pengaruh Upah dan Pengalaman Kerja terhadap Produktivitas Karyawan Kerajinan Ukiran Kabupaten

Subang. Jurnal Trikonomika, Vol. 13, No.1, 91-100.

Taofiqurohman, A. (2021). Faktor-Faktor Penyebab Risiko Wisata Bahari Berdasarkan Dinamika Fisik Pantai di Pesisir Selatan Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 26(1).

Trianasari, N., Andayani, N. L. H., & Nugraha, I. G. P. (2017).  Pelatihan  dan Peningkatan

Kompetensi Balawista Buleleng Sebagai

Penunjang Wisata Pantai di Desa Sangsit. Proceeding TEAM, 2, 805-817.

Wibawa, I. M. F. (2014). Pengetahuan Wisatawan terhadap Rambu-Rambu dan Sinyal Keselamatan di Pantai Kuta. Jurnal Penjakora, 1(1), 107-123.

WHO (2017). Cardiovascular diseases (CVDs).

World       Health       Organization.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets.

Yanti, N. P. E. D., Krisnawati, K. M. S., Juniartha, I. G. N., & Karin, N. P. A. E. S. (2020). Pelayanan Kesehatan Komprehensif (Sehat Fisik, Sehat Jiwa, Dan Keselamatan Kerja) Bagi Petugas Wisata Air di Pantai Giri Emas Sangsit Singaraja Bali.

Volume 11, Nomor 2, April 2023

91