Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

EFEKTIFITAS PROMOSI KESEHATAN MELALUI VIDEO ANIMASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG BAHAYA ROKOK

Sulistiowati Kusuma Hadi1, Aisyiah Aisyiah*1, Susanti Widiastuti1 1Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Perilaku merokok pada remaja saat ini menjadi masalah yang masih tinggi di Indonesia. Masalah ini akan sangat berpengaruh bagi masa depan remaja. Para remaja mulai mengkonsumsi rokok karena rasa ingin tahu yang tinggi serta terpengaruh dari lingkungannya. Perilaku merokok pada remaja timbul akibat kurangnya informasi yang didapatkan yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan.dan sikap remaja mengenai bahaya rokok. Tujuan penelitian ini untuk melihat efektifitas promosi kesehatan melalui video animasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang bahaya rokok. Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment dengan one group pre-test and post-test without control group design. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 111 remaja. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang yang telah diuji validitas dan reliabilitas, serta video animasi. Kuesioner tersebut terdiri dari 20 kuesioner pengetahuan dengan nilai koefisien cronbach’s alpha yaitu 0,971 dan 20 kuesioner sikap dengan nilai koefisien cronbach’s.alpha yaitu 0,952. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada skor pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan intervensi melalui media audio visual (video animasi) tentang bahaya rokok. Pada skor pengetahuan yaitu p value = 0,000 (p < 0,05) dan sikap remaja yaitu p value = 0,000 (p < 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa media audio visual (video animasi) mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap para remaja, sehingga pengetahuan dan sikap menjadi lebih baik.

Kata kunci: bahaya rokok, pengetahuan, remaja, sikap, video animasi

ABSTRACT

Smoking behavior of the youth is a high stakes problem in Indonesian. This issue will profound impact on a youth’s future, for the youth began to consume cigarettes out of curiosity and the influence of the the environment. Smoking behavior in adolescents results from a lack of information. It is obtained that affects the level of knowledge and youth's attitudes regarding dangers a cigarette. This research aims to see the effectiveness of health promotions through the animated videos to the level of adolescents' knowledge and attitudes about the dangers of smoking. The study use quasi method of experimenting with one group pre-test and post-test without control group design. The number of samples in this study is 111 sampling. The instruments in this study use questionnaires that have been examined as validity and reliability as well as visual audio media. The questionnaire consists of 20 knowledge questionnaires with cronbach’s.alpha that is 0,971; and 20 questionnaires with a cronbach’s.alpha 0,952. The statistic test that was used is that wilcoxon signed rank test. The research show that there is a significant difference between the scores of knowledge and the attitudes of the youth before and after being given interventions through audio media visual (animated video) on the dangers of cigarettes. At the knowledge score that is p value = 0,000 and their attitude is that p value = 0,000. Then it may be concluded that visual media (animated videos) can enhance the knowledge and attitude of the youth, thereby improving knowledge and attitude.

Keywords: attitude, dangers of smoking, knowledge, youth

PENDAHULUAN

Remaja di Indonesia merupakan kelompok usia yang cukup besar yaitu mencapai 20% dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia. Remaja dapat diartikan sebagai regenerasi pemimpin masa depan serta sebagai poros penggerak dalam pembangunan bangsa. Pada masa remaja terjadi proses pengenalan jati diri dan proses ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah pada remaja (Kemenkes RI, 2017). Remaja merupakan masa yang paling rawan, baik secara psikologis dan sosial. Pada periode ini banyak terjadi perubahan, baik dari segi fisik, kognitif, dan emosi (Utami dkk., 2020).

Apabila aktivitas yang dijalankan oleh remaja tidak mampu memenuhi kebutuhan sosial dan emosionalnya maka seringkali remaja meluapkannya ke arah yang negatif. Hal tersebut dapat terjadi karena lingkungan yang ada di sekitar remaja tidak sesuai dengan harapan mereka sehingga menimbulkan kekecewaan akibat ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan (Fadila & Nugroho, 2018). Pada masa ini remaja menganggap diri mereka sudah dewasa dan sudah dapat mengambil keputusan sesuai kemauan mereka. Banyaknya kasus-kasus menyimpang yang dapat menjerumuskan remaja ke arah yang negatif, salah satunya yaitu merokok.

Merokok masih menjadi salah satu masalah. kesehatan, yang masih. tinggi di Indonesia. Menurut Kemenkes RI (2013), yang dimaksud dengan rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus kemudian dibakar,.dihisap, ataupun..dihirup. Terdapat beberapa jenis rokok diantaranya yaitu rokok kretek, rokok putih, rokok cerutu, dan berbagai bentuk lainnya. Saat ini kebiasaan merokok tidak hanya menjadi masalah pada orang dewasa tetapi juga pada remaja. Tentu kenaikan angka prevalensi merokok tidaklah terbilang kecil karena menyangkut masalah kesehatan pada remaja untuk kedepannya.

Berdasarkan pada data yang diambil ,dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2020 disebutkan bahwa terjadi kenaikan angka prevelensi merokok pada

usia. 10 tahun dari 28,8% di tahun. 2013 menjadi 29,3% di tahun 2018 (Kemenkes RI, 2020).

Menghentikan perilaku merokok masih sangat sulit untuk dihilangkan. Karena di dalam sebatang rokok terdapat adanya efek adiktif yang menyebabkan kecanduan. Dalam tembakau sendiri mengandung lebih dari 3000 senyawa, salah satunya yaitu nikotin, nikotin dapat menimbulkan rasa kecanduan yang sangat kuat, pengaruh nikotin dalam rokok dapat menyebabkan penggunanya sulit untuk berhenti karena nikotin berkaitan dengan reseptor asetilkolin nikotik pada saraf otak. Aktivasi ini dapat mengakibatkan keluarnya dopamin. Hal inilah yang menimbulkan rasa ketergantungan terhadap rokok (Health Promoting University (HPU) UGM, 2020).

Kelompok usia perokok dengan jumlah terbanyak adalah usia 15-19 tahun, kemudian di urutan kedua yaitu usia 10-14 tahun. Dampak merokok pada usia remaja dapat menimbulkan berbagai macam masalah. Masalah yang timbul yaitu mengganggu prestasi belajar di sekolah, terlihat lebih tua dari usianya, serta mengalami kecanduan terhadap rokok. Merokok juga dapat berdampak. buruk bagi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian (P2PTM Kemenkes RI, 2019). Telah banyak upaya yang dilakukan sebagai tindakan sosialisasi bahaya merokok hingga pembuatan dan penetapan kawasan bebas asap rokok yang telah diterapkan di beberapa titik wilayah di Indonesia. Maka dari itu pemerintah membuat membuat suatu gerakan perubahan yang disebut dengan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Salah satu langkah GERMAS yaitu tidak merokok. Berhenti merokok merupakan, salah satu bagian yang sangat penting. dari Gerakan hidup sehat serta akan berdampak baik untuk masa depan (Promkes Kemkes, 2017).

Melihat saat ini. masih, banyak remaja yang menjadi, perokok aktif, maka dari itu diperlukan adanya upaya pendidikan atau edukasi kesehatan pada

para remaja guna meningkatkan pengetahuan dan terciptanya sikap yang baik, pada. remaja. Kognitif merupakan suatu domain. yang, penting agar terbentuknya suatu tindakan seseorang. Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang didapatkan dari adanya pengalaman seseorang sehingga mereka menjadi tahu akan seseuatu hal. Proses tersebut, diperoleh dari. proses kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai (Hidayati dkk, 2019). Dengan demikian jika pengetahuan remaja sudah baik maka akan timbul sikap dan perilaku yang baik untuk masa depan remaja.

Terdapat media yang dapat digunakan dalam melakukan promosi kesehatan, salah satunya yaitu melalui media audio visual (video animasi). Media audio.visual adalah media penyalur pesan dengan memanfaatkan indera pendengaran dan, penglihatan. Penelitian ini dilakukan dengan menampilkan video animasi bahaya rokok karena dapat menarik perhatian responden terkait materi yang akan diberikan. Selain sederhana dan

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan yaitu metode quasi,experiment dengan one group pre,-,test and post-test without control group design. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan observasi pertama (pre-test) sebelum diberikan intervensi. Kemudian setelah peserta didik mengisi lembar pre-test, barulah diberikan intervensi yaitu dengan menyajikan video animasi bahaya rokok kepada para remaja. Intervensi ini diberikan selama 7 hari berturut-turut. Setelah dilakukan intervensi, kemudian peserta didik mengisi lembar post-test sebagai bentuk observasi akhir.

Jumlah populasi, dalam penelitian ini, yaitu sebesar 153 remaja yang berusia 1020 tahun. Cara menentukan sampel dalam penelitian ini yaitu berdasarkan rumus Slovin dan didapatkan hasil sebanyak 111 sampel. Teknik sampling yang digunakan yaitu probability sampling dengan jenis simple random sampling. Sampel yang

menyenangkan, video animasi juga memiliki beberapa kelebihan. Menurut Johari dkk (2016), terdapat beberapa kelebihan dari video animasi, salah satunya adalah video animasi dapat diterima di semua kalangan usia dan dapat digunakan dalam waktu yang panjang serta dimanapun dan kapanpun.

Penelitian ini dilakukan di RW 02 Kelurahan Jatipadang, Pasar Minggu Jakarta Selatan. Menurut pengamatan peneliti di daerah tersebut banyak remaja berusia sekitar 13-15 tahun yang mengkonsumsi rokok dan ketika peneliti bertanya dengan beberapa remaja di sana, mereka mengatakan belum mengetahui akibat lanjut yang akan ditimbulkan dari penggunaan rokok. Beberapa dari mereka berkata bahwa mereka hanya mengikuti teman sebayanya dan melihat terdapat anggota keluarganya yang merokok. Hal tersebut membuat peneliti ingin melakukan suatu gerakan perubahan pada daerah tersebut. Intervensi yang peneliti lakukan yaitu melalui media audio visual (video animasi) bahaya rokok pada remaja.

digunakan dalam penelitian ini yaitu responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: 1) responden berusia 10-20 tahun, 2) responden bertempat tinggal di RW 02 Keluraha Jatipadang, 3) bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed consent, 4) responden tidak mengalami gangguan penglihatan dan pendengaran. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah: 1) remaja yang tidak memiliki handphone dan aplikasi WhatsApp, 2) remaja yang tidak masuk kedalam grup WhatsApp pada saat dilaksanakannya penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner berbentuk pre-test dan post test. Kuesioner tersebut berisi pertanyaan mengenai pengetahuan dan sikap terhadap bahaya rokok, dan terdapat juga media yang akan

dijadikan sebagai instrumen penelitian yaitu video animasi.

Pada tahap ini prosedur pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan mempersiapkan video animasi tentang bahaya rokok serta kuesioner yang berisi karakteristik responden, kuesioner pengetahuan, dan kuesioner sikap. Setelah itu peneliti melakukan prosedur penelitian adalah : 1) melakukan studi pendahuluan, 2) melakukan konsultasi mengenai penelitian yang dilakukan dengan dosen pembimbing, 3) mengurus surat perizinan untuk pengambilan data penelitian dengan meminta surat pengantar dari Fakultas Ilmu Kesehatan untuk RW 02 Kelurahan Jatipadang, 4) melakukan uji validitas dan reliabilitas, 5) mengumpulkan data para remaja melalui media elektronik (nomor WhatsApp), 6) mengirimkan kuesioner pretest dalam bentuk google form, 7) mengirimkan video animasi melalui media elektronik (WhatsApp), 8) meminta responden untuk menonton video animasi

yang telah dikirimkan selama 7 hari berturut-turut, 9) mengirimkan kuesioner post-test dalam bentuk google form, 10) mengolah data dari hasil penelitian dengan melakukan editing dan coding.

Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki dan mempertimbangkan aspek etika, karena yang menjadi subjek penelitian merupakan manusia yang memiliki hak asasi sehingga kita tidak boleh melanggar hak asasi (Sinaga, 2018). Dalam penelitian ini yaitu menggunakan informed consent (lembar persetujuan). Lembar persetujuan responden berisi tentang persetujuan menjadi responden dalam penelitian.

Analisa data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden, sedangkan analisa bivariat pada penelitian ini adalah melakukan uji beda dengan uji statistik Wilcoxon.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Remaja di RW 02

No

Karakteristik

Frekuensi

Persentase (%)

1.

Jenis Kelamin

Laki-Laki

64

57,7

Perempuan

47

42,3

2.

Usia

Remaja Awal (10-14 tahun)

47

42,3

Remaja Pertengahan (15-17 tahun)

37

33,4

Remaja Akhir (18-20 tahun)

27

24,3

3.

Kebiasaan Merokok

Merokok

53

47,7

Tidak merokok

58

52,3

4.

Usia Awal Merokok

Di bawah usia 15 tahun

43

38,7

Di atas usia 15 tahun

10

9,0

Tidak merokok

58

52,3

5.

Alasan Awal Merokok

Coba-coba

20

18,0

Diajak oleh teman

18

16,2

Melihat anggota keluarga

15

13,5

Tidak merokok

58

52,3

Total

111

100

Pada tabel 1 menunjukan bahwa dari 111 remaja didapatkan 57,7% berjenis kelamin laki-laki. 42,3% berusia 10-14 tahun, 47,7% memiliki kebiasaan merokok

dan 52,3% tidak merokok, 38,7 % remaja mulai mengkonsumsi rokok pada usia di bawah 15 tahun, 18% alasan awal remaja merokok karena coba-coba.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Bahaya Rokok Sebelum diberikan Intervensi

Kategori

Frekuensi              Persentase (%)

Pengetahuan

Baik

Cukup

Kurang Baik

0                           0

43                         38,7

68                         61,3

Sikap

Baik

Kurang Baik

51                         45,9

60                         54,1

Total

111                         100

Berdasarkan analisis pada tabel 2 diketahui tingkat pengetahuan remaja sebelum dilakukan intervensi melalui media audio visual (video animasi) tentang bahaya rokok sebagian besar remaja

memiliki pengetahuan yang kurang baik yaitu sebesar 61,3%, dan sebagian besar remaja memiliki sikap yang kurang baik yaitu sebesar 54,1%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Skor Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Bahaya Rokok Sesudah diberikan Intervensi

Kategori

Frekuensi               Persentase (%)

Pengetahuan

Baik

Cukup

Kurang Baik

105                         94,6

6                             5,4

0                            0

Sikap

Baik

Kurang Baik

107                         96,4

4                             3,6

Total

111                          100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil skor pengetahuan sesudah dilakukannya intervensi melalui media audio visual (video animasi) pada 111 remaja di RW 02

Jatipadang didapatkan sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebesar 94,6%, dan remaja dengan sikap baik sebesar 96,4%.

Tabel 4. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Bahaya Rokok Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi

Variabel

Sebelum               Sesudah

M        SD        M        SD        p-value

Tingkat Pengetahuan

0,39        0,489         1,95         0,227          0,000

Sikap

0,46        0,501         0,96         0,187          0,000

Keterangan: M = Mean; SD = Standar Deviasi

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil sesudah intervensi yaitu p value = 0,000 < yang bermakna dengan menggunakan uji 0,05. Sedangkan untuk sikap sebelum dan statistik Wilcoxon yang menunjukkan sesudah dilakukannya intervensi yaitu p perbedaan pengetahuan sebelum dan value = 0,000 < 0,05.

PEMBAHASAN

Pada hasil penelitian didapatkan 57,7% responden berjenis kelamin laki-laki, 42,3% responden merupakan remaja awal usia 10-14 tahun, 47,7% responden memiliki perilaku merokok, 38,7% diantaranya mulai merokok pada usia dibawah 15 tahun, dan 18% merokok karena coba-coba. Remaja sudah mulai memiliki pemikiran yang kritis dan memiliki cara berfikir yang kausalitas. Menurut Marchandante et al (2018), kategori usia remaja yaitu 10-20,tahun yang dibagi menjadi,3 bagian yaitu remaja awal (10-14,,tahun), remaja pertengahan (15-17,,tahun), dan remaja akhir .(18-20 tahun). Usia seseorang dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola pikir seseorang. Remaja juga memiliki emosi yang masih labil sehingga mudah sekali terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya.

Penelitian ini,, sejalan dengan penelitian, yang dilakukan,,oleh Sofia dkk (2021) yang mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap serta perilaku seseorang yaitu karena lingkungan, pengalaman, dan pengaruh orang lain yang dianggap penting. Dimana pada penelitian tersebut dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan tentang Covid-19. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2018), dimana dalam penelitian tersebut didapatkan 52,4% remaja merokok karena terpengaruh dari orang tua mereka yang mengkonsumsi rokok, dan 42,9% remaja mendapatkan rokok tersebut dari temannya.

Dengan demikian, peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pengetahuan dan sikap remaja. Hal ini disebabkan karena kurangnya paparan informasi yang didapatkan baik oleh remaja laki-laki maupun perempuan, informasi tersebut dapat diperoleh baik dari media massa, lingkungan, dan juga keluarga. Tidak semua remaja laki-laki berada di dalam lingkungan yang negatif dan begitu pula sebaliknya, tidak semua remaja perempuan berada di lingkungan yang positif. Peran

gender tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor penyerta lainnya.

Hasil penelitian sebelum dilakukan intervensi didapatkan 61,3% remaja memiliki pengetahuan kurang baik dan 54,1% remaja memiliki sikap yang kurang baik. Menurut Notoatmodjo (2010) dalam Piana (2021) pengetahuan didapatkan melalui informasi yang diterima, informasi tersebut didapatkan melalui hasil dari penginderaan manusia (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Terdapat 6 tingkatan dalam pengetahuan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan sikap dapat timbul karena adanya rangsangan yang berkaitan dengan objek tersebut dan dapat menjadi suatu penilaian terhadap objek yang dipersepsikan melalui proses kognitif, afektif, dan perilaku. Terdapat beberapa tingkatan sikap menurut Syafira (2021), diantaranya yaitu : menerima, menanggapi, menghargai, dan bertanggung jawab.

Penelitian ini,, sejalan dengan penelitian, yang dilakukan,,oleh Hidayati dkk (2019), menjelaskan bahwa faktor penyebab yang mempengaruhi seseorang adalah faktor informasi, karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh seseorang dapat memperlambat tingkat pengetahuan. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian Kasman dkk (2017), dimana dalam penelitian tersebut didapatkan hasil pengetahuan para responden sebelum dilakukannya intervensi melalui media audio visual (video animasi) yaitu 65% responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai bahaya rokok. Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sinundeng & Engkeng (2020), dimana hasil penelitian tersebut didapatkan data bahwa sebelum dilakukannya intervensi melalui media audio visual (video animasi) terdapat 42,4% sikap kurang baik.

Menurut asumsi peneliti, hal tersebut dikarenakan oleh kurangnya paparan

informasi yang didapatkan oleh para remaja dan juga pengaruh teman sebaya. Hal ini menyebabkan para remaja tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari satu batang rokok. Tingkat pengetahuan remaja yang kurang juga disebabkan oleh faktor usia dan lingkungan. Pengetahuan dan sikap remaja yang kurang baik juga disebabkan karena para remaja tidak mempedulikan iklan layanan masyarakat tentang bahaya rokok dan juga tidak mempedulikan himbauan yang ada di dalam satu bungkus rokok. Para remaja tidak mencari tahu lebih dalam tentang rokok dan bahaya yang ditimbulkan, sehingga membuat mereka tidak peduli dengan kesehatan diri sendiri dan juga kurangnya pengawasan oleh orangtua terhadap para remaja. Terdapat adanya kesinambungan antara pengetahuan dan sikap seseorang. Ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik, maka akan terbentuk sikap yang baik pula.

Setelah dilakukan intervensi promosi kesehatan selama 7 hari berturut-turut melalui aplikasi WhatsApp dengan media audio visual (video animasi) didapatkan hasil yang meningkat yaitu 94,6% remaja memiliki pengetahuan baik dan 96,4% remaja memiliki sikap yang baik. Ketika seseorang telah mengetahui suatu hal maka dapat mempengaruhi kehidupannya, terutama pada segi kesehatan. Karena seseorang dengan pengetahuan yang baik akan memiliki sikap dan perilaku yang baik pula.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian, yang dilakukan,,oleh Difinubun & Anwar (2018), dimana dalam penelitian tersebut didapatkan peningkatan tingkat pengetahuan responden setelah diberikan intervensi melalui media audio visual (video animasi) tentang bahaya rokok yaitu 60% responden memiliki pengetahuan yang baik. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Feriyanti dkk (2020), pada penelitian tersebut dikatakan bahwa terdapat perubahan pengetahuan dan sikap remaja sebelum dan sesudah dilakukan intervensi melalui media audio visual

tentang Dangers of Smoking pada remaja dengan menggunakan perantara aplikasi WhatsApp.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa perubahan suatu sikap yang didasarkan pada pengetahuan berasal dari stimulus, dengan adanya stimulus maka diharapkan pengetahuan dan sikap remaja dapat meningkat. Stimulus tersebut datang dari adanya informasi yang mereka terima melalui panca indera. Informasi tersebut kemudian dipersepsikan menjadi suatu pengetahuan yang akan mereka implementasikan menjadi sikap dan perilaku di dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu seseorang harus banyak memiliki informasi agar menjadi suatu pengetahuan yang baik untuk kehidupan.

Analisis bivariat merupakan analisa yang digunakan untuk melihat suatu perbedaan dari pengetahuan dan sikap saat sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi. Sebelum dilakukan uji beda, data yang bersifat numerik (sikap) harus dilakukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov Smirnov karena sampel dari penelitian ini >50 responden. Namun setelah dilakukan uji normalitas data, didapatkan data tersebut tidak terdistribusi normal. Maka dari itu dilakukan uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan sebelum dan setelah dilakukan intervensi.

Berdasarkan dari hasil uji beda tersebut didapatkan tingkat pengetahuan remaja sebelum dilakukan intervensi melalui media audio visual (video animasi) memiliki skor mean 0,39, sedangkan pengetahuan remaja setelah dilakukan intervensi melalui media audio visual (video animasi) skor mean meningkat menjadi 1,95 dengan hasil test statistik yaitu p value = 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan remaja sebelum dan setelah dilakukan intervensi menggunakan media audio visual (video animasi). Sedangkan untuk uji beda pada sikap remaja sebelum dan sesudah intervensi didapatkan skor mean 0,46. Sedangkan sesudah dilakukan

intervensi mengalami perubahan yaitu mean 0,96. Hasil test statistik menunjukan bahwa p value = 0,000 (p < 0,05). Dengan demikian dapat dinyataan bahwa terdapat perbedaan sikap remaja antara sebelum dan setelah diberikan intervensi melalui media audio visual (video animasi).

Arsyad (2016) menjelaskan bahwa media audio visual dapat mendorong rasa ingin tahu yang tinggi, terutama pada anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena sifat media audio visual yang menarik dengan berbagai gambar yang unik dan juga hisup membuat remaja tertarik dan juga tidak bosan untuk melihatnya. Media audio visual juga dapat mempercepat daya serap remaja dalam memahami pesan yang disampaikan di dalamnya. Menurut Simons-Morton et al (2012) dalam Sarmaida Siregar & Sandika (2019) menyatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang akan merangsang terjadinya suatu perubahan sikap dan perilaku. Maka dari itu jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik terhadap suatu objek maka sudut pandang orang tersebut akan berubah sehingga mampu memiliki sikap dan perilaku yang baik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Azizah dkk, 2020 yang menemukan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan remaja sebelum dan sesudah intervensi video animasi yaitu p-value = 0,000 < 0,05. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Meidiana dkk (2018) tentang pengaruh edukasi melalui media audio visual terhadap pengetahuan dan sikap remaja tentang overweight. Dimana dalam penelitian tersebut terdapat pengaruh yang signifikan mengenai sikap remaja sebelum dan sesudah diberikan intervensi melalui media audio visual dengan hasil p-value = 0,001.

Berdasarkan pembahasan tersebut, peneliti memiliki asumsi bahwa sebelum

SIMPULAN

Karakteristik responden pada penelitian ini yaitu sebesar 57,7%

terciptanya sikap yang baik bagi para remaja maka harus ada pengetahuan yang baik agar mereka memahami manfaat yang akan ditimbulkan bagi dirinya sendiri. Intervensi yang diberikan melalui promosi kesehatan menggunakan audio visual yang berisikan tentang seputar informasi mengenai bahaya rokok untuk kesehatan maka akan mengubah sudut pandang para remaja terhadap rokok, sehingga dapat terjadi perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik dan mencapai derajat kesehatan yang di inginkan. Promosi kesehatan tentang bahaya rokok menggunakan media audio visual (video animasi) yang diberikan selama 7 hari berturut-turut melalui aplikasi WhatsApp dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan para remaja di RW 02 Kelurahan Jatipadang. Media audio visual (video animasi) bukan hanya menarik untuk ditonton, namun juga dapat merangsang stimulus para remaja untuk menerima suatu informasi baru yang belum mereka ketahui.

Dengan diberikannya intervensi melalui media audio visual, para remaja dapat lebih mudah menerima informasi atau pesan yang disampaikan dan membuat dirinya tergerak untuk melakukan suatu perubahan sikap yang baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap remaja setelah dilakukan intervensi melalui media audio visual (video animasi) tentang bahaya rokok juga dapat dilihat melalui perilaku para remaja yang ada di RW 02 Jatipadang. Menurut hasil observasi akhir yang dilakukan oleh peneliti menggunakan aplikasi WhatsApp Group didapatkan bahwa sebagian besar para remaja sudah tahu tentang bahan kimia yang terkandung dalam satu batang rokok, bahaya yang ditimbulkan dari rokok, dan akibatnya bagi tubuh, sehingga mereka akan menjauhi rokok agar terhindar dari penyakit yang ditimbulkan dari satu batang rokok.

responden berjenis kelamin laki-laki dan 42,3% berjenis kelamin perempuan. 42,3%

responden merupakan remaja awal yang berusia 10-14 tahun, 52,3% responden memiliki kebiasaan tidak merokok, 47,7% memiliki kebiasaan merokok dan 38,7% diantaranya merokok sejak usia di bawah 15 tahun, serta 18% remaja merokok karena coba-coba.

Sebelum dilakukan intervensi melalui media audio visual didapatkan 61,3% responden memiliki pengetahuan yang kurang baik, dan 62,2% responden memiliki sikap yang kurang baik. Sesudah dilakukan intervensi promosi kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. (2016). Jenis Jenis Media Audio Visual. Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.

Difinubun, N., & Anwar, S. (2018). Pengaruh

Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Merokok Siswa Di Smk Negeri 39 Jakarta Tahun 2018 the Effect of Using Audio Visual Media on Smoking Knowledge of Students in Vocational School. 1–17.

Fadila, W., & Nugroho, D. N. A. (2018). Masa Remaja Dan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Analisis Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 Dan 2012. Jurnal Kesehatan Reproduksi,   9(1),   15–25.

https://doi.org/10.22435/kespro.v9i1.895.15-25

Feriyanti, A., Ab, I.,  & Ifroh, R. H. (2020).

Efektivitas Audio-Visual Dangers of Smoking dalam Meningkatkan Pengetahuan , Efikasi Diri dan Sikap Remaja di SMP Negeri 32 Kota Samarinda The Effectiveness  of

Dangers of Smoking  Audio-Visual  in

Improving Teenagers.   2(2),   70–75.

https://doi.org/10.47034/ppk.v2i2.4182

Health Promoting University (HPU) UGM. (2020). Bagaimana     Rokok     Menyebabkan

Kecanduan? In hpu.ugm.ac.id.

Hidayati, I. R., Pujiana, D., & Fadillah, M. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Bahaya Rokok. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentangbahaya Merokok Kelas Xi Sma Yayasan Wanita Kereta Apipalembang Tahun 2019, 12(2), 125–135. http://journals.ums.ac.id/index.php/JK/articl e/download/9769/5093

Johari, A., Hasan, S., & Rakhman, M. (2016). Penerapan Media Video Dan Animasi Pada Materi Memvakum Dan Mengisi Refrigeran Terhadap Hasil Belajar Siswa. Journal of Mechanical Engineering Education, 1(1), 8. https://doi.org/10.17509/jmee.v1i1.3731

Kasman, K., Noorhidayah, N., & Persada, K. B.

Volume 11, Nomor 3, Juni 2023

melalui media audio visual selama 7 hari berturut-turut melalui aplikasi WhatsApp didapatkan perubahan yang signifikan yaitu 94,6% responden memiliki pengetahuan yang baik, dan 57,7% responden memiliki sikap yang baik.

Terdapat pengaruh promosi kesehatan melalui media audio visual (video animasi) tentang bahaya rokok terhadap tingkat pengetahuan remaja dengan hasil p value = 0,000 dan sikap remaja dengan hasil p value = 0,000.

(2017). Studi Eksperimen Penggunaan Media Leaflet Dan Video Bahaya Merokok Pada Remaja. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia,   4(2),   10–14.

https://doi.org/10.20527/jpkmi.v4i2.3842

Kemenkes RI. (n.d.). Tidak merokok. Kementerian Kesehatan       Republik      Indonesia.

https://promkes.kemkes.go.id/download/dqj n/files329364-TIDAK      MEROKOK-

kedaruratan.pdf

Kemenkes RI. (2017). Hidup Sehat Tanpa Rokok. Kementrian Kesehatan Indonesia, ISSN 2442-7659,                          1–39.

http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbk

VobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/11 /Hidup_Sehat_Tanpa_Rokok.pdf

KemenkesRI. (2013). Permenkes RI No. 28 Tahun 2013. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1-46.

Marchandante, K. J., Kliegman, R. M., Jenson, H. B., & Behrman, R. E. (2018). Ilmu Kesehatan Anak Esensial (Edisi Ke-6). ELSEVIER.

P2PTM Kemenkes RI. (2019). Masalah Yang Muncul Bagi Remaja Perokok. In p2ptm.kemkes.go.id.

https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-paru-

kronik/page/14/beberapa-masalah-yang-muncul-bagi-remaja-perokok

Promkes Kemkes. (2017). Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. In  promkes.kemkes.go.id.

https://promkes.kemkes.go.id/germas%0A

Sinaga, M. (2018). Riset Kesehatan.

Sinundeng, O. M., & Engkeng, S. (2020). Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Pengetauan Dan Sikap Peserta Didik Tentang Bahaya Merokok Di Sma Dan Smk Lirung Talaud. Jurnal KESMAS, 9(7), 95–105.

Siregar, Samarinda. (2018). Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok Di Smp Negeri 2 Kecamatan Halongonan Timur Kabupaten Padang Lawas Utara. Universitas Sumatera                          Utara.

http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/1 23456789/9541/157032040.pdf?sequence=1 &isAllowed=y

Siregar, Sarmaida, & Sandika, T. W. (2019). Pengaruh Media Audio Visual pada Sikap Remaja tentang Bahaya Merokok. 557–563.

Sofia, R., Magfirah, S., Kedokteran,  P. S.,

Kedokteran, F., & Malikussaleh, U. (2021). Hubungan Karakteristik Dan  Tingkat

Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan

Covid-19. 6(1), 1–11.

Syafira, R. dinda. (2021). Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Masyarakat tentang Protokol Kesehatan dalam Pencegahan Covid-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Bagansiapiapi SKRIPSI.

Utami, A. T., Tawar, A., & Barat, S. (2020).

Fenomena remaja dalam masa transisi. 09(1),                               11–21.

https://doi.org/10.24036/stjae.v9i1.107986

Volume 11, Nomor 3, Juni 2023

208