HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN WELL-BEING MAHASISWA KEPERAWATAN FK UNUD SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN WELL-BEING MAHASISWA KEPERAWATAN FK UNUD SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
Ni Kadek Sri Darmayanti*1, Made Rini Damayanti S1, I Gusti Ngurah Juniartha1 1Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan dan Profesi Ners, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Mahasiswa keperawatan merupakan salah satu kelompok mahasiswa yang ditemukan paling rentan mengalami masalah kesehatan mental seperti stres, terlebih lagi di masa pandemi Covid-19 saat ini. Stres yang dialami oleh mahasiswa sangat berdampak buruk pada kesejahteraan atau well-being mahasiswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai well-being yang optimal selama masa pendidikannya, mahasiswa keperawatan memerlukan yang namanya resiliensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan well-being pada mahasiswa Keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid-19. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan rancangan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 194 responden yang dipilih menggunakan teknik stratified random sampling. Hasil dalam penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat resiliensi dengan kategori sedang (74,7%) dan well-being dengan kategori sedang (71,6%). Analisis data dengan uji korelasi Spearman Rank dalam penelitian ini menunjukkan hasil p value = 0,000 (<0,05) dan nilai r = 0,616. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara resiliensi dan well-being dengan kekuatan hubungan yang kuat serta arah hubungan yang positif. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat resiliensi maka tingkat well-being pun akan semakin tinggi. Simpulan penelitian ini yaitu resiliensi dapat mempengaruhi well-being pada populasi penelitian.
Kata kunci: mahasiswa keperawatan, pandemi Covid-19, resiliensi, well-being
ABSTRACT
Nursing students are one of the groups of students who are found to be most vulnerable to mental health problems such as stress, especially during the Covid-19 pandemic. The stress experienced by students has a very bad impact on the well-being of the students themselves. To be able to achieve optimal well-being during their education, nursing students need resilience. The purpose of this study was to determine the relationship between resilience and well-being in nursing students, faculty of medicine, Udayana University during the Covid-19 pandemic. This study used a descriptive correlative method with a cross sectional design. The sample used in this study amounted to 194 respondents who were selected using a stratified random sampling technique. Next, the results showed that most of the respondents had a moderate level of resilience (74,7%) and moderate level of well-being (71,6%). Data analysis with the Spearman Rank correlation test showed the results of the p value = 0,000 (<0,05) and r = 0,616. These results meaning that there is a relationship between resilience and well-being with the strong and positive correlation. It means that the higher the level of resilience in this study, the higher the level of well-being. The conclusion of this study is that resilience can affect well-being in the study population.
Keywords: covid-19 pandemic, nursing students, resilience, well-being
PENDAHULUAN
Mahasiswa merupakan salah satu kelompok individu yang paling rentan mengalami masalah kesehatan mental, diantaranya seperti stres, kecemasan, depresi burnout, atau bahkan sampai bunuh diri. Salah satu kelompok mahasiswa yang ditemukan berisiko memiliki masalah kesehatan mental paling tinggi adalah mahasiswa keperawatan (Labrague et al., 2018a). Hal ini disebabkan karena selain stresor akademik yang umum dialami oleh seluruh mahasiswa di berbagai disiplin ilmu, mahasiswa keperawatan juga harus beradaptasi dengan berbagai stresor akibat tuntutan, tantangan, dan ketegangan dalam lingkup klinis selama masa pendidikannya (Labrague et al., 2018a; Labrague et al., 2018b; Ozsaban et al., 2019).
Berbagai hasil penelitian terkait stres menemukan bahwa sebagian besar stres yang dialami oleh mahasiswa keperawatan berada dalam kategori sedang hingga berat (Labrague et al., 2017; Li & Hasson, 2020; Bogaerts et al., 2021). Stres tersebut disebabkan karena beberapa stresor umum diantaranya stresor akademik yang dialami mahasiswa selama proses perkuliahan, stresor klinis yang dialami mahasiswa selama proses praktik klinis, dan stresor sosial ekonomi yang dialami mahasiswa akibat kehidupan pribadi, keluarga, maupun sosialnya di masyarakat (Labrague et al., 2018a; Li & Hasson, 2020; Wijiyanti & Linggardini, 2020).
Akibat adanya pandemi Covid-19, stres yang dialami mahasiswa keperawatan ditemukan mengalami peningkatan (Andiarna & Kusumawati, 2020). Peningkatan stres pada mahasiswa ini disebabkan karena adanya berbagai perubahan pada sistem pendidikan, diantaranya meliputi sistem yang semula dilaksanakan tatap muka menjadi daring atau online sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam surat edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), yang kemudian mengalami perubahan kembali dari sistem pendidikan daring
menjadi tatap muka terbatas sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam surat edaran Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akademik 2021/2022.
Stres yang dialami mahasiswa keperawatan ditemukan sangat berdampak negatif terhadap kesejahteraan (well-being) mahasiswa itu sendiri (Li & Hasson, 2020). Semakin tinggi tingkat stres mahasiswa, maka well-being yang dirasakan oleh mahasiswa akan semakin rendah (Desiana, 2019; Li & Hasson, 2020). Rendahnya tingkat well-being tersebut dapat berdampak buruk bagi kehidupan mahasiswa itu sendiri, diantaranya dapat menyebabkan kehilangan motivasi, depresi, merasa tidak berguna, bahkan sampai memicu timbulnya keinginan untuk berhenti kuliah atau bahkan keinginan untuk bunuh diri (Li & Hasson, 2020; Putri, 2020).
Maka dari itu, untuk mampu mencapai well-being di tengah-tengah tingginya stresor, mahasiswa keperawatan memerlukan resiliensi yang optimal (Desiana, 2019; Dwi & Pratisti, 2021). Menurut American Psychological Association, resiliensi merupakan suatu proses adaptasi positif terhadap kesulitan, trauma, tragedi atau stres, baik yang berkaitan dengan keluarga, kesehatan, ekonomi, pendidikan, ataupun pekerjaan. Jackson et al (2011) dalam Smith dan Yang (2017) menegaskan bahwa resiliensi merupakan modalitas penting bagi mahasiswa keperawatan untuk mampu bertahan dan pulih kembali dari keterpurukan atau keadaan sulit sehingga mahasiswa mampu bertahan dan sukses dalam profesi keperawatan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 30 mahasiswa keperawatan FK Unud ditemukan hasil bahwa sebanyak 89,1% mahasiswa setuju bahwa pendidikan keperawatan mempunyai beban pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari disiplin ilmu lainnya. Sebanyak 73,3% setuju bahwa sering merasa stres, gelisah, atau tertekan
selama menjalani pendidikan di keperawatan dan sebanyak 86,7% setuju bahwa adanya pandemi Covid-19 meningkatkan stres selama melaksanakan pendidikan.
Stres yang dirasakan paling banyak disebabkan karena jam perkuliahan yang terlalu padat (100%) serta tugas perkuliahan yang terlalu banyak dan sulit (76,7%). Kemudian di masa pandemi Covid-19 ini stres yang dirasakan meningkat paling banyak disebabkan karena kesulitan memahami materi via daring (90%) dan penugasan yang bertambah (76,7%). Lebih lanjut
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 194 responden yang dipilih menggunakan teknik stratified random sampling. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa aktif keperawatan FK Unud angkatan 20172021, mahasiswa yang bersedia menjadi responden, dan mengisi kuesioner penelitian.
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner penelitian melalui link google form pada WhatApps Group responden yang telah disediakan. Terdapat dua kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kuesioner Connor-Davidson Scale 10-item (CD RISC-10) untuk mengukur resiliensi dan kuesioner The Warwick-Edinburgh Mental Well-Being Scale (WEMWBS)
ditemukan juga bahwa sebanyak 46,7% mahasiswa setuju kesejahteraan hidupnya terganggu selama menjalani pendidikan keperawatan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa well-being mahasiswa keperawatan FK Unud cukup mengalami gangguan di tengah-tengah tingginya stresor selama masa pendidikan keperawatan, terlebih lagi di masa pandemi Covid-19 ini. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dengan well-being pada mahasiswa keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid-19.
untuk mengukur well-being. Kuesioner CD RISC-10 terdiri dari 10 pertanyaan dengan hasil uji validitas 0,503-0,765 dan nilai cronbach’s alpha 0,848. Kuesioner WEMWBS terdiri dari 14 pertanyaan dengan hasil uji validitas 0,361-0,681 dan nilai cronbach’s alpha 0,834. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kuesioner tersebut bersifat valid dan reliabel.
Analisis univariat dalam penelitian dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel penelitian. Analisis bivariat dalam penelitian dilakukan menggunakan uji statistik Spearman Rank karena terdapat data yang tidak berdistribusi normal. Penelitian ini telah dinyatakan laik etik oleh pihak Komisi Etik Penelitian FK Unud/RSUP Sanglah dengan nomor surat keterangan 572/UN14.2.2.VII.14/LT/2022.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian Menurut Usia (N=194)
Variabel |
Mean ± SD |
Median |
Min-Max |
Cl 95% | |
Lower |
Upper | ||||
Usia |
20,37 ± 1,569 |
20,00 |
18-24 |
20,15 |
20,59 |
Berdasarkan data pada tabel 1 tahun dengan usia paling muda adalah 18 menunjukkan bahwa usia rata-rata tahun serta usia paling tua adalah 24 tahun. responden dalam penelitian adalah 20,37
Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun Akademik, Minat | ||
terhadap Keperawatan, dan Status Tempat Tinggal (N=194) | ||
Variabel |
Frekuensi (N) |
Persentase (%) |
Jenis Kelamin | ||
Laki-Laki |
28 |
14,4% |
Perempuan |
166 |
85,6% |
Tahun Akademik | ||
2017 (Profesi) |
35 |
18,0% |
2018 |
33 |
17,0% |
2019 |
35 |
18,0% |
2020 |
44 |
22,7% |
2021 |
47 |
24,3% |
Minat terhadap Keperawatan | ||
Tinggi |
85 |
43,8% |
Sedang |
97 |
50,0% |
Rendah |
12 |
6,2% |
Status Tempat Tinggal | ||
Tinggal bersama orang tua |
135 |
69,6% |
Tinggal bersama kerabat |
8 |
4,1% |
Tinggal sendiri / kos |
51 |
26,3% |
Tabel 2 menunjukkan bahwa |
memiliki minat terhadap keperawatan yang | |
sebagian besar responden berjenis kelamin |
sedang dengan jumlah 97 orang (50,0%). | |
perempuan dengan jumlah 166 orang |
Kemudian terkait status tempat tinggal, | |
(85,6%). Paling banyak berada pada tahun |
saat ini sebagian besar responden tinggal | |
akademik 2021 dengan jumlah 47 orang |
bersama orang tua |
dengan jumlah 135 |
(24,3%) dan sebagian besar menyatakan |
orang (69,6%). | |
Tabel 3. Gambaran Resiliensi Responden Penelitian (N= |
194) | |
Variabel Mean ± SD Kategori |
Skor Frekuensi |
Persentase |
Tinggi |
≥ 32 24 |
12,4% |
Resiliensi 26,55 ± 5,25 Sedang |
21-31 145 |
74,7% |
Rendah |
< 21 25 |
12,9% |
Total |
194 |
100% |
Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai |
responden mempunyai tingkat resiliensi | |
rata-rata resiliensi responden adalah 26,55. |
dalam kategori sedang, yakni sebanyak | |
Hasil kategori resiliensi responden menunjukkan bahwa sebagian besar |
145 orang (74,7%). |
Tabel 4. Gambaran Well-Being Responden Penelitian (N=194)
Variabel Mean ± SD |
Kategori |
Skor |
Frekuensi |
Persentase |
Tinggi |
≥ 59 |
28 |
14,4% | |
51,09 ± 7,616 |
Sedang |
43-58 |
139 |
71,6% |
Rendah |
< 43 |
27 |
13,9% | |
Total |
194 |
100% | ||
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai rata-rata well-being responden adalah 51,09. Hasil kategori well-being responden menunjukkan bahwa sebagian besar |
responden mempunyai tingkat well-being dengan kategori sedang, yakni sebanyak 139 orang (71,6%). |
Tabel 5. Hasil Analisis Spearman Rank Resiliensi dengan Well-Being (N = 194)
Variabel
Hubungan resiliensi dengan well-being
Hasil analisis bivariat resiliensi dengan well-being pada tabel 5 menunjukkan bahwa p value 0,000 (<0,05). Nilai tersebut bermakna bahwa hipotesis nol (H0) dalam penelitian ini ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Hal tersebut membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar responden memiliki resiliensi dalam kategori sedang, yakni sebanyak 145 orang (74,7%). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi mahasiswa keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid-19 sudah berada pada tingkatan yang cukup baik. Hal tersebut dapat terjadi karena tingginya nilai persistence (kegigihan / ketekunan) pada mahasiswa.
Persistence merupakan salah satu nilai karakter pada individu dan merupakan suatu nilai yang memiliki hubungan yang paling kuat dalam resiliensi (Yunita, 2020). Hal ini juga didukung oleh salah satu penelitian dari Listyandini dan Akmal (2015) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara persistence dengan resiliensi, yang artinya semakin tinggi tingkat persistence (kegigihan / ketekunan), maka akan semakin tinggi pula resiliensi suatu individu.
Nilai persistence dalam individu digambarkan dengan rasa kegigihan dan keyakinan mahasiswa atas kemampuan yang dimiliki, perasaan tidak mudah menyerah, dan bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan walaupun berada dalam keadaan sulit (Yunita, 2020). Adanya persistence pada suatu individu ditemukan dapat menyebabkan individu mempunyai kesadaran yang lebih tinggi terhadap tujuan dan masa depan hidupnya, sehingga dapat membuat individu tersebut menjadi lebih tangguh dan lebih baik dari sebelumnya (Yunita, 2020; Wulandari,
N p value r
194 0,000 0,616
resiliensi dengan well-being dengan kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan positif (r = 0,616), artinya
semakin tinggi tingkat resiliensi mahasiwa keperawatan FK Unud, maka semakin tinggi pula tingkat well-being yang dirasakan selama masa pendidikannya.
2020). Selain itu, adanya persistence juga dapat membantu individu untuk tekun dan senang hati dalam menjalani serangkaian kegiatan walaupun dihadapi berbagai hambatan, tantangan, dan kesulitan (Wulandari, 2020).
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar responden memiliki well-being dalam kategori sedang, yakni sebanyak 139 orang (71,6%). Hal ini menunjukkan bahwa well-being yang dirasakan mahasiswa Keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid-19 sudah berada pada tingkatan yang cukup baik juga. Hal ini dapat ditinjau dari fungsi psikologis mahasiswa dalam mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi dalam dirinya (personal growth).
Menurut Dubu, Malelak, dan Noach (2021) personal growth merujuk pada adanya keterbukaan suatu individu terhadap hal-hal baru, pengalaman-pengalaman baru, perasaan mengenai perkembangan diri dan pertumbuhan diri yang berkelanjutan, serta keinginan untuk mewujudkan potensi yang dimiliki. Dubu, Malelak, dan Noach (2021) juga menegaskan bahwa semakin tinggi wellbeing individu, maka semakin tinggi pula keinginan individu untuk mengaktualisasikan dan mengembangkan potensi dalam dirinya (personal growth).
Selanjutnya, hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan well-being pada mahasiswa keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid-19
(p value 0,000 (<0,05), dengan tingkat kekuatan dan arah hubungan yakni kuat dan positif (r = 0,616), artinya semakin tinggi tingkat resiliensi mahasiswa keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid, maka semakin tinggi pula well-being mahasiswa keperawatan FK Unud selama masa pandemi Covid-19.
Hubungan antara resiliensi dan wellbeing menurut penelitian Zeng et al (2016) terjadi karena resiliensi menstimulasi perkembangan pola pikir individu untuk menganggap sebuah kesulitan atau tantangan sebagai sebuah peluang untuk pertumbuhan diri. Pola pikir seperti itulah yang kemudian menyebabkan individu
SIMPULAN
Sebagian besar responden memiliki resiliensi dan well-being masing-masing dalam kategori sedang. Resiliensi dan wellbeing ditemukan memiliki hubungan yang
DAFTAR PUSTAKA
Andiarna, F., & Kusumawati, E. (2020). Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Stres
Akademik Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Psikologi, 16(2), 139.
https://doi.org/10.24014/jp.v16i2.10395
Bogaerts, S., Van, W. M., Erbas, Y., Caluwe, E., Garofalo, C., Frowijn, I., Jeandarme, I., Masthoff, E., & Jankovic, M. (2021).
Associations Between Resilience,
Psychological Well-Being, Work-Related
Stres and Covid-19 Fear in Forensic Healthcare Workers Using a Network
Analysis. Frontiers in Psychiatry, 12(June), 1-11.
https://doi.org/10.3389/fpsyt.2021.678895
Desiana, N. D. (2019). Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Psychological WellBeing Pada Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).
Dubu, M., Malelak, E. O., & Noach, Y. M. C. (2021). Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Yang Telah Menikah. JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan
Pendidikan), 8(01), 55-66.
Dwi, N. A. M., & Pratisti, W. D. (2021). Korelasi Stres Akademik Dengan Kesejahteraan
Psikologis (Psychological Wellbeing)
Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-
19 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
terhindar dari berbagai sumber stresor sehingga dapat meningkatkan well-being individu itu sendiri. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan penelitian Desiana (2019) serta Li dan Hasson (2020) pada mahasiswa keperawatan yang menemukan bahwa stres mempunyai hubungan yang kuat dengan well-being, yang mana semakin tinggi tingkat stres, maka akan semakin rendah well-being yang dirasakan oleh mahasiswa. Maka dari itulah resiliensi ada untuk mengurangi bahkan mengatasi efek negatif dari stres sehingga dapat meningkatkan well-being suatu individu (Li & Hasson, 2020).
kuat dengan arah hubungan yang positif, artinya semakin tinggi resiliensi maka well-being akan semakin tinggi.
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun Akademik 2021/2022.
Labrague, L. J., McEnroe, P. D. M., Gloe, D., Thomas, L., Papathanasiou, I. V., & Tsaras, K. (2017). A literature review on stres and coping strategies in nursing students. Journal of Mental Health, 26(5), 471-480. https://doi.org/10.1080/09638237.2016.1244 721
Labrague, L. J., McEnroe, P. D. M., De Los Santos, J. A. A., & Edet, O. B. (2018a). Examining stres perceptions and coping strategies among Saudi nursing students: A systematic review. Nurse Education Today, 65(March), 192-200.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2018.03.012
Labrague, L. J., McEnroe, P. D. M., Papathanasiou, I. V., Edet, O. B., Tsaras, K., Leocadio, M. C., Colet, P., Kleisiaris, C. F., Fradelos, E. C., Rosales, R. A., Vera Santos-Lucas, K., & Velacaria, P. I. T. (2018b). Stres and coping strategies among nursing students: an international study. Journal of Mental
Health, 27(5), 402-408.
https://doi.org/10.1080/09638237.2017.1417 552
Listiyandini, R. A. dan S. Z. Akmal. (2017). Hubungan antara Kekuatan Karakter dan
Resiliensi pada Mahasiswa. Skripsi. Jakarta: Universitas YASRI Jakarta.
Li, Z. S., & Hasson, F. (2020). Resilience, stres, and psychological well-being in nursing students: A systematic review. Nurse
Education Today, 90(April), 104440.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2020.104440
Ozsaban, A., Turan, N., & Kaya, H. (2019).
Resilience in Nursing Students: The Effect of Academic Stres and Social Support. Clinical and Experimental Health Sciences, 9(1), 71–78.
https://doi.org/10.33808/marusbed.546903
Putri, C. (2022). The Gambaran Pencegahan Cedera Jarum Suntik di Rumah Sakit pada
Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Riau. Jurnal Medika Hutama, 3(02 Januari), 2457-2465.
Smith, G. D., & Yang, F. (2017). Stres, resilience and psychological well-being in Chinese undergraduate nursing students. Nurse
Education Today, 49, 90–95.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.10.004
Wijiyanti, R. A., & Linggardini, K. (2020).
Hubungan Tingkat Stres Dengan Pola Tidur Pada Mahasiswa Semester 7 Prodi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 8(1), 51.
Wulandari, R. (2020). Gambaran Resiliensi Pasien Pre Operasi Katarak DI Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Kabupaten Jember (Doctoral dissertation, Fakultas
Keperawatan Universitas Jember).
Yunita, R. N. (2020). Pengaruh Hasil Pencapaian Pendidikan Karakter Terhadap Tingkat Resiliensi pada Siswa Kelas VIII SMP Fransiskus Tanjungkarang Bandar Lampung Tahun Ajaran 2018/2029. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Santa Dharma.
Zeng, G., Hou, H., & Peng, K. (2016). Effect of growth mindset on school engagement and psychological well-being of Chinese primary and middle school students: The mediating role of resilience. Frontiers in Psychology, 7(NOV), 1–8.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2016.01873
Volume 11, Nomor 2, April 2023
15
Discussion and feedback