Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

EFEK REBUSAN DAUN SELEDRI TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT

Sri Maryuni*1, Vidya Dwi Astuti1,Eva Karmila Sari1 1Prodi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Mitra Indonesia *korespondensi penulis, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Arthritis asam urat disebabkan oleh produksi asam urat yang berlebihan dan penurunan ekskresi dengan ditandai nyeri. Salah satu pendekatan non-farmakologi dalam pengobatan asam urat adalah memberikan rebusan daun seledri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek air rebusan daun seledri (Apium graveolens L.) terhadap kadar asam urat pada masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2022. Metode penelitian yang digunakan adalah desain quasi-eksperimental kuantitatif dengan pre-test and post-test with control design. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh individu yang mengalami asam urat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan sejak Januari hingga Maret 2022. Total responden yang terlibat 40, di mana 20 responden berada dalam kelompok intervensi dan 20 responden berada dalam kelompok kontrol. Berdasarkan analisis statistik, ditemukan nilai p-value sebesar 0,000 atau p-value < 0,05 yang menunjukkan adanya implikasi dari pemberian rebusan daun seledri terhadap kadar asam urat pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari, Lampung Selatan pada tahun 2022.

Kata kunci: arthritis, penurunan kadar asam urat, rebusan daun seledri

ABSTRACT

Gout arthritis is caused by exercessive production of uric acid and decreased excretion, resulting in painful symptoms. One non-pharmacological approach in treating gout is the administration of boiled celery leaves. This objective of this research it to determine the effect of celery leaf decoction (Apium graveolens L.) on uric acid levels among the population in the working area of the UPTD Tanjung Sari Health Center, Natar District, South Lampung Regency in 2022. This research method employed is a quantitative quasi-experimental design with a pretest and posttest with a control group design . The study population consists of individuals who have experienced gout within the working area of the UPTD Tanjung Sari Health Center, Natar District, South Lampung Regency from Januari to March 2022. A total of 40 respondents participated, with 20 in the interventation group and 20 in the control group. Based on statistical analysis, a p-value of 0,000 or p-value < 0,05 was found, indicating the implications of providing celery leaf decoction on uric acid levels among the population in the working area of the Tanjung Sari Health Center, South Lampung Regency, in 2022.

Keywords: arthritis, celery leaf decoction, decreased uric acid levels

PENDAHULUAN

Asam urat merupakan kondisi di mana terjadi peningkatan konsentrasi asam urat dalam plasma (hiperurisemia: >7 mg/dl). Arthritis asam urat umumnya terjadi akibat peningkatan kadar asam urat dan penurunan ekskresi. Kondisi ini bisa terjadi pada pria maupun wanita, walaupun lebih sering menyerang pria. Menurut Suratun (2015), insidensi arthritis asam urat pada pria berkisar antara satu hingga tiga berbanding dengan 1.000 pria, insidensi pada wanita adalah sekitar satu berbanding 5.000 wanita. Arthritis atau asam urat mengakibatkan gejala nyeri pada kepala dan nyeri pada daerah sendi. Gejala nyeri tersebut merupakan pengalaman pribadi di mana seseorang mengekspresikan ketidaknyamanan melalui bahasa tubuh maupun lisan. Reaksi terhadap rasa nyeri dapat berpengaruh terhadap faktor emosional, tingkat kesadaran, konteks kultur, pengalaman sebelumnya mengenai nyeri, dan pemahaman tentang nyeri itu sendiri. Nyeri juga dapat menghambat seseorang untuk beristirahat, berkonsentrasi, dan melaksanakan kegiatan sehari-hari (Suratun, 2015).

Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2020, diperkirakan 355 juta populasi manusia di belahan dunia menderita penyakit asam urat. Hasil diagnosa yang dilakukan oleh tim medis di Indonesia dengan menggunakan Riset Kesehatan Dasar (Riskedas), menunjukkan angka prevalensi hiperurisemia yaitu 11,9% didasarkan pada diagnosa medis sedangkan 24,7% didasarkan pada klinis. Saat ini, Provinsi Sumatera Selatan memiliki tingkat prevalensi tertinggi untuk penyakit asam urat arthritis, mencapai 33,2%. Hal ini diperkirakan akan terjadi peningkatan terus-menerus sejalan dengan meningkatnya derajat hidup, serta semakin banyaknya individu yang

memasuki usia produktif yaitu sekitar 34% kasus asam urat arthritis terjadi pada usia di bawah 34 tahun (Riskedas, 2018).

Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2020, tingkat insidensi penyakit asam urat tertinggi berada di Kabupaten Lampung Selatan, mencapai 56,2%, sementara tingkat terendah berada di Kabupaten Pesawaran, hanya mencapai 23,4% (Lampung, 2020). Sementara itu, data dari profil kesehatan UPTD Puskesmas Tanjung Sari menyebutkan bahwa terdapat 12 Kelurahan / Desa, di mana pada tahun 2020 terdapat 92 kasus asam urat (6,26%). Mayoritas kasus asam urat ini diderita oleh terjadi golongan umur lebih dari 45 tahun. Tahun 2021, dilaporkan terdapat 97 kasus asam urat (7,50%), dengan penderita terbanyak masih berada pada golongan umur > 45 tahun (Sari, 2021).

Dua pendekatan yang dilakukan untuk pengobatan pada penyakit asam urat yaitu pendekatan farmakologis dan pendekatan non-farmakologis. Pendekatan dengan farmakologis melibatkan pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti kolkisin dan kortikosteroid, saat mengalami serangan akut. Sementara itu, pendekatan non-farmakologis atau pengobatan tradisional dapat dilakukan dengan menggunakan ramuan herbal, termasuk rebusan daun seledri. Daun seledri diketahui dapat mengurangi kadar asam urat dalam waktu yang lama tanpa menyebabkan efek samping yang berbahaya. Tumbuhan ini dapat menjadi alternatif lain yang efektif untuk penurunan konsentrasi asam urat (Mansjoer, 2012).

Komponen metabolit sekunder yang ditemukan dalam tanaman seledri meliputi apiin dan apigenin. Tanaman seledri mempunyai sifat anti-reumatik, menenangkan, diuresik rendah, serta

antiseptik pada organ perkemihan. Seledri juga mempunyai manfaat dalam mengatasi radang sendi dan penyakit rematik. Dalam pengobatan herbal, seledri sering digunakan sebagai diaphoretik, antipiretik, serta pengobatan rematik, insomnia, hipertensi, asam urat, dan untuk meningkatkan fungsi darah dengan sifat anti inflamasi. Apigenin adalah sintesis lain yang terkandung dalam seledri dan mempunyai potensi sebagai obat untuk mengatasi asam urat (Kowaalak, 2012).

Seledri dapat menjadi alternatif dalam pilihan terapi penderita asam urat dikarenakan cara memperoleh seledri cukup mudah, aman, mudah ditanam di rumah-rumah. Selain itu, belum ada studi ilmiah di Puskesmas yang membuktikan secara efektif bahwa air rebusan seledri dapat menurunkan kadar asam urat. Oleh karena itu, para peneliti perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak pemberian air rebusan seledri terhadap tingkat asam urat pada penderita asam urat (Kowalak, 2012).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Prasetya (2017) mengenai efek air seledri yang direbus terhadapa tingkat asam urat bagi pasien dengan gout di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Rasau Jaya, menunjukkan bahwa adanya perbedaan kadar asam urat pre dan post intervensi dengan nilai p-value <0,002. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan pretest dan post-test tanpa kelompok kontrol. Dalam riset lain yang dilakukan oleh Lestari (2018) mengenai penggunaan seledri (Apium graveolens L.) sebagai anti hiperurisemia pada penderita arthritis gout, disebutkan bahwa rebusan daun seledri memiliki kapasitas untuk menjadi penurun kadar

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

asam urat pada tubuh. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi infus seledri dengan kandungan flavonoids, 3-n butylphthalide (3nB), apigenin, apiin, alkaloids, tannins, dan saponins lebih efektif mempengaruhi konsentrasi asam urat pada pasien dengan arthritis.

Menurut data survei awal yang dilakukan pada 5 April 2022 di UPTD Pusat Kesehatan Masyarakat Tanjung Sari, Natar, Kabupaten Lampung Selatan, tercatat 40 orang yang telah terdiagnosis asam urat sejak Januari hingga Maret 2022. Setelah melakukan wawancara kepada 10 pasien asam urat, ditemukan 4 (40%) pasien mengatakan susah untuk mengatur pola makan yang telah dianjurkan oleh dokter, 2 (20%) pasien mengatakan jika asam uratnya kambuh, maka semua aktivitas akan terganggu, 2 (20%) pasien mengatakan sudah > 6 bulan mengkonsumsi obat medis dari dokter, dan 2 (20%) pasien mengatakan serangan nyeri pada kaki sering terjadi di malam hari. Berdasarkan prasurvei terhadap 10 responden dengan kadar asam urat tinggi > 7 mg/dl, diketahui 6 responden belum pernah mendapatkan pengobatan secara non-farmakologi seperti pemberian rebusan daun seledri, 2 responden mengatakan selama pengobatan ini, mereka hanya mengkonsumsi obat dari dokter saja, dan 2 responden lainnya hanya mengatur pola diet makanan saja.

Mengacu pada informasi di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti efek pemberian air rebusan Apium graveolens L. (seledri) terhadap asam urat pada masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Sari Kecamatan Natar Lampung Selatan tahun 2022.

quasi eksperiment dengan pendekatan pre-test and post-test with control

design yaitu peneliti ingin membandingkan dua kelompok yang menerima perlakuan dan kelompok yang tidak menerima perlakuan (Sugiyono, 2016).

Populasi dalam penelitian ini meliputi semua individu yang menderita asam urat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjung Sari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan sejak Januari hingga Maret 2022 yang berjumlah 40 responden. Jumlah sampel dalam penelitian ini terdiri dari 20 responden dalam kelompok intervensi dan 20 responden dalam kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, dengan kriteria inklusi responden (kadar asam urat lebih dari 7,5 mg/dl pada pria dan lebih dari 6 mg/dl pada wanita) berusia di atas 25 tahun, dan bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah responden yang sedang mengkonsumsi obat asam urat dan responden dengan penyakit penyerta

HASIL PENELITIAN

lainnya seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan lainnya. Peneliti memberikan rebusan daun seledri kepada tim intervensi dan memberikan edukasi kepada kelompok kontrol mengenai asam urat. Penelitian ini telah memperoleh persetujuan laik etik dari Universitas Mitra Indonesia.

Sebelum memberikan rebusan daun seledri, peneliti mengidentifikasi tingkat asam urat responden melalui data rekam medis yang tersedia di Puskesmas. Selanjutnya, peneliti memberikan daun seledri kepada responden sebanyak 40 gram yang direbus dengan 200 ml air dan dikonsumsi sebanyak 3 kali sehari selama 10 hari. Air rebusan tersebut disiapkan oleh peneliti dan diberikan kepada responden setiap pagi. Setelah 10 hari, peneliti memeriksa kembali tingkat asam urat dengan menggunakan alat GCU Meter Device dengan cara mengambil sampel darah dari perifer.

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden

Intervensi

Kontrol

Variabel

n

(%)

n

(%)

Usia

40-50 tahun

9

45

5

25

> 50 tahun

11

55

15

75

Jenis Kelamin

Pria

7

35

12

60

Wanita

13

65

8

40

Pendidikan

D3

4

20

7

35

S1

2

10

3

15

SMA

9

45

5

25

SMP

5

25

5

25

Pekerjaan

Buruh

2

10

-

-

IRT

5

25

3

15

PNS

2

10

6

30

Swasta

1

5

-

-

Wiraswasta

10

50

11

55

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan, untuk kelompok intervensi mayoritas responden berusia > 50 tahun dengan

jumlah 11 responden (55%), jenis kelamin wanita yang berjumlah 13 responden (65%), pendidikan SMA berjumlah 9 responden (45%) dan bekerja sebagai IRT berjumlah 5 responden (25%). Sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas responden

berusia > 50 tahun berjumlah 15 responden (75%), berjenis kelamin pria 12 responden (60%), pendidikan D3 berjumlah 7 responden (35%) dan pekerja wiraswasta 11 responden (55%).

Tabel 2. Rata - Rata Kadar Asam Urat Sebelum diberikan Rebusan Daun Seledri pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kadar Asam Urat

N

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Standar

Rata-Rata

Deviasi

Intervensi

20

8,3

12,5

10,505           1,283

Kontrol

20

8,3

12,5

10,650           1,565

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa rata-rata kadar asam urat sebelum diberikan rebusan daun seledri pada kelompok intervensi adalah 10,505

dan kadar tertinggi 12,5, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 10,650 dengan kadar asam urat terendah 8,3 dan tertinggi 12,5.

dengan kadar asam urat terendah 8,3

Tabel 3. Rata-Rata Kadar Asam Urat Sesudah diberikan Rebusan Daun Seledri pada Kelompok Intervensi dan Kontrol

Kadar Asam Urat    N

Nilai Terendah

Nilai Tertinggi    Rata-Rata

Standar Deviasi

Intervensi              20

7,0

8,1             8,450

1,012

Kontrol              20

7,8

12,0            10,165

1,395

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa rata-rata kadar asam urat setelah pemberian rebusan daun seledri pada kelompok intervensi adalah 8,450 dengan kadar asam urat terendah 7,0

dan tertinggi 8,1, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 10,165 dengan kadar asam urat terendah 7,8 dan tertinggi 12,0.

Tabel 4. Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri Terhadap Kadar Asam Urat

Kelompok Intervensi

N

Mean

Mean

Selisih

SD

p-value

Sebelum diberi rebusan daun seledri

10,505

1,283

Sesudah diberi rebusan daun seledri

20

8,450

2,055

1,012

0,000

Kelompok Kontrol

Awal penelitian

20

10,650

1,565

Akhir penelitian

10,165

0,485

1,395

0,024

Tabel 4 menunjukkan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, selisih kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan rebusan daun seledri adalah 2,055, sementara pada kelompok kontrol 0,485. Berdasarkan uji statistik,

diketahui bahwa nilai p-value sebesar 0,000 atau p-value < 0,05. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh antara pemberian rebusan daun seledri terhadap kadar asam urat pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari, Lampung Selatan tahun 2022.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian didapati bahwa di area kerja Puskesmas Tanjung Sari Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, untuk kelompok intervensi mayoritas responden berusia > 50 tahun dengan jumlah 11 responden (55%), jenis kelamin wanita yang berjumlah 13 responden (65%), pendidikan SMA berjumlah 9 responden (45%) dan bekerja sebagai IRT sejumlah 5 responden (25%). Sedangkan pada control group sebagian besar responden berusia >50 tahun sejumlah 15 responden (75%), dengan jenis kelamin pria 12 responden (60%), pendidikan D3 berjumlah 7 responden (35%) dan pekerja wiraswasta 11 responden (55%).

Karakteristik merupakan ciri khas individu dalam keyakinan, tindakan, dan pengalaman mereka. Berbagai teori tentang karakteristik telah berkembang untuk mendefinisikan bermacam-macam aspek kunci karakteristik dari sifat manusia (Boeree, 2019). Karakteristik adalah ciri yang dimiliki individu yang meliputi faktor demografis seperti jenis kelamin, usia, serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi, dan sebagainya.

Menurut teori Andry (2019), diketahui bahwa enzim urikinase, yang berperan dalam mengoksidasi asam urat menjadi alatonin yang mudah dibuang, cenderung mengalami penurunan seiring bertambahnya usia seseorang. Gangguan dalam pembentukan enzim ini dapat mengakibatkan peningkatan kadar asam urat dalam darah. Sebuah studi yang melibatkan 50.000 pria dan 30.000 wanita di Jepang yang tidak menderita hiperurisemia dan menjalani pemeriksaan tahunan di lembaga kesehatan antara tahun 1989-1998 menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu, serum asam urat cenderung meningkat pada semua kelompok. Namun, pada pria yang lebih tua,

tingkat asam urat cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang lebih muda. Penelitian ini juga membuktikan bahwa tidak selalu individu yang lebih tua memiliki kadar asam urat yang lebih tinggi. Menurut penelitian Sulistyo (2018) menyebutkan bahwa 30% wanita mempunyai risiko lebih tinggi mengalami asam urat dibandingkan dengan pria, hal ini disebabkan oleh adanya hormon estrogen pada perempuan dan hormon progesteron menjadi faktor pemicu dalam meningkatkan kadar asam urat.

Pekerjaan juga berpengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat. Pekerjaan yang berhubungan erat dengan aktivitas yang dilakukan oleh individu dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Salah satu contoh pekerjaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat di daerah tersebut adalah petani. Mereka menjalankan pekerjaan mereka setiap hari dari pagi hingga sore hari sebelum pulang ke rumah. Ketika seseorang melakukan kegiatan yang berat, dapat terjadi dehidrasi karena kelelahan. Selain itu, olahraga atau kegiatan fisik juga dapat mengakibatkan peningkatan kadar asam laktat dalam darah. Kenaikan kadar asam laktat ini dapat mengurangi pengeluaran asam urat sehingga menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam tubuh.

Pendapat ini juga didukung oleh Mayers (2018) yang menyatakan bahwa kegiatan berat dapat menyebabkan dehidrasi akibat kelelahan. Selain itu, olahraga atau kegiatan fisik juga dapat meningkatkan tingkat asam laktat dalam darah. Akibatnya, pengeluaran asam urat mengalami penurunan sehingga kandungan asam urat dalam tubuh meningkat.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka sejalan dengan hasil penelitian Herry (2018) tentang

hubungan karateristik responden terhadap angka kejadian asam urat di Puskesmas Batanghari Lampung Timur, menyebutkan bahwa sebagian besar responden berusia > 45 tahun yang mencapai 56%, jenis kelamin perempuan mencapai 51% dan mempunyai pendidikan rendah yang mencapai 50%.

Berdasarkan hasil penelitian, maka menurut peneliti mayoritas responden memiliki usia yang tidak produktif, sehingga berisiko tinggi tidak patuh untuk mengatur pola makan serta usia responden yang > 45 tahun sudah tidak rutin juga melakukan olah raga, sedangkan responden wanita akan lebih rutin mengunjungi pelayanan kesehatan dibandingkan dengan responden pria.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, nilai selisih kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum dan setelah diberikan rebusan daun seledri adalah 2,055, sedangkan pada kelompok kontrol 0,485. Berdasarkan uji statistik, diketahui nilai p-value 0,000 atau p-value < 0,05 yang berarti terdapat pengaruh rebusan daun seledri terhadap kadar asam urat pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari Lampung Selatan Tahun 2022.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suherman (2010), yang menyatakan bahwa kadar asam urat normal menurut tes enzimatik memiliki batas maksimal sebesar 7 mg/dl. Namun, dalam metode konvensional batas normalnya sedikit lebih tinggi yaitu maksimal 8 mg/dl. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melebihi batas normal tersebut, individu tersebut mungkin mengalami kondisi hiperurisemia. Selain itu, kadar asam urat normal juga dapat berbeda antara pria dan wanita. Pada pria, kisaran

kadar asam urat normal adalah 3-7 mg/dl, sementara pada wanita berkisar antara 2,5-6 mg/dl. Apabila kadar asam urat melebihi batas normal ini, maka individu tersebut dapat dikategorikan sebagai hiperurisemia.

Secara keseluruhan, asam urat adalah hasil dari proses metabolisme purin yang berasal dari makanan yang kita makan. Purin merupakan senyawa yang ada di dalam semua bahan makanan yang berasal dari organisme hidup. Dengan demikian, ketika kita mengkonsumsi organisme hidup tersebut, purin akan berpindah ke dalam tubuh kita. Selain itu, purin juga dihasilkan melalui pemecahan sel-sel tubuh yang terjadi secara alami atau akibat penyakit tertentu (Hidayat, 2014).

Menurut Ahmad (2014), pengobatan asam urat dapat dibagi menjadi dua, yakni farmakologi dan non-farmakologi. Pengobatan farmakologi merupakan pengobatan yang melibatkan pemberian obat-obatan guna meredakan gejala dan mencegah serangan asam urat berulang. Dokter umumnya meresepkan jenis obat seperti colchicine dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk mengatasi penyakit ini. Jika pasien tidak dapat menggunakan obat-obatan tersebut, dokter akan meresepkan kortikosteroid.

Untuk pasien yang sering mengalami serangan asam urat atau mengalami nyeri parah karena kondisi ini, dokter mungkin akan meresepkan obat lain untuk mencegah komplikasi. Salah satu jenis obat yang digunakan adalah allopurinol, yang bekerja dengan menghambat produksi asam urat di dalam tubuh. Selain itu, probenecid juga dapat diberikan untuk membantu mengeluarkan kelebihan asam urat dari tubuh. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan obat-obatan ini secara berkelanjutan dapat menimbulkan efek samping,

ketergantungan, dan mengganggu fungsi beberapa organ pada usia lanjut. Pengobatan non-farmakologi di sisi lain, melibatkan penggunaan metode pengobatan non-medis dan sering kali menggunakan terapi tradisional. Salah satu contohnya adalah pemberian rebusan daun seledri sebagai bagian dari pengobatan non-farmakologi.

Menurut penelitian Lestari (2017), telah terbukti bahwa beberapa tanaman obat alami memiliki kemampuan untuk mengurangi kadar asam urat dalam kondisi hiperurisemia, seperti rebusan seledri. Tanaman seledri mengandung berbagai senyawa seperti flavonoid, saponin, minyak atsiri, apine, apigenin, graveobioside, kolin, asparagin, zat pahit, dan vitamin A. Kandungan dalam flavonoid dan apigenin memiliki sifat menghambat produksi asam urat, sedangkan kandungan lain dari seledri adalah mempunyai efek diuresik sehingga dapat meningkatkan pengeluaran purin. Tata laksana non-farmakologi menggunakan seledri memiliki beberapa kelebihan, yaitu bahannya mudah dicari dengan harga yang relatif murah serta tidak menyebabkan gejala sampingan.

Menurut penelitian Wati (2014) mengenai pengaruh air rebusan seledri terhadap kadar asam urat pada penderita gout di Desa Prawirodirjan Yogyakarta,

SIMPULAN

Dalam penelitian ini, berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi, didapatkan selisih kadar asam urat pada kelompok intervensi sebesar 2,055, sedangkan pada kelompok kontrol selisihnya

DAFTAR PUSTAKA

Andry. (2019). 101 Penyebab Asam Urat Pada

Orang Dewasa. Yogyakarta: Nuha Medika.

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai sebelum dan sesudah pemberian air rebusan seledri dengan p-value < 0,00. Sementara itu, Prasetya (2017) dalam penelitiannya mengenai efek dari air rebusan terhadap kandungan asam urat pada penderita gout di wilayah kerja Puskesmas Rasau Jaya, menunjukkan bahwa ada pengaruh air rebusan terhadap kadar asam urat dalam darah dengan hasil p-value < 0,002.

Air rebusan daun seledri memiliki pengaruh terhadap kadar asam urat pada penderita gout, seperti yang terlihat dari selisih nilai yang baik sebesar 2,055. Hal ini disebabkan oleh kandungan zat dalam seledri yang memberikan efek pada pembentukan asam urat dengan cara menghambat pembentukannya. Penghambatan ini disebabkan oleh efek diuretik dari kandungan kimia yang terdapat pada daun seledri tersebut. Karena adanya efek diuretik maka purin akan dikeluarkan melalui urin sehingga kadar dalam darah akan berkurang. Meskipun air rebusan seledri dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah, tetapi pada kondisi klinis yang menunjukkan keparahan penyakit maka dianjurkan untuk menghubungi pelayanan kesehatan.

adalah 0,485. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai p-value adalah 0,000   (<   0,05) yang

mengindikasikan adanya pengaruh rebusan daun seledri terhadap kadar asam urat pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari, Lampung Selatan, pada tahun 2022.

Ahmad.   (2014), Hubungan Karateristik

Responden Terhadap Angka Kejadian Asam Urat Di Siliwangi.

Dhalimarta. (2016).  1001 Obat Tradsional

Dalam Menyembuhkan penyakit. Yogyakarta: Nuha Medika.

Hamidah. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia Di

Kelurahan Nambangan Kidul Kecamatan Mangunharjo  Kota Madiun. Jurnal

Kesehatan , 1-14.

Herry. (2018). Hubungan Karateristik Responden Terhadap Angka Kejadian Asam Urat Di Puskesmas Batanghari Lampung Timur.

Junaedi. (2016). Khasiat Daun Seledri. Yogyakarta: Nuha Medika.

Kowalak. (2012). Penanganan Kadar Asam Urat. Yogyakarta: Medical Book.

Lampung, P. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung: Dinas Kesehatan.

Lestari. (2018). seledri (Apium graveolens L) sebagai antihiperurisemia pada penderita gout arthritis. Jurnal Kesehatan , 1-8.

Lestari.    (2017). Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Asam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Gajah Lampung Tengah.

Mansjoer. (2012). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah. Jakarta: Media Ausculpius.

Mayers. (2018). Penatalaksanaan Asam Urat Pada Orang Dewasa. Yogyakarta: Medical Book.

Notoatmodjo. (2014). Ilmu Riset Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasetya. (2015). Pengaruh pemberian air rebusan seledri (Apium graveolens L) terhadap kadar asam urat pada penderita gout di wilayah kerja puskesmas Rasau Jaya [disertasi]. Jurnal Kesehatan , 1-12.

Prasetya.  (2017). Pengaruh Pemberian Air

Rebusan Seledri (Apium graveolens L.) Terhadap Kadar Asam Urat Pada

Penderita  Gout Di Wilayah  Kerja

Puskesmas Rasau Jaya.

Riskedas. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Profil Kesehatan .

Rukmana. (2016). Manfaat Daun Seledri Dalam Kehidupan Sehari-Hari. Yogyakarta: Medical Book.

Sari, U. P. (2021). Profil Kesehatan PKM Tanjung Sari. Natar Lampung Selatan.

Setiadi. (2017). Riset Penelitian. Yogyakarta: Medical Book.

Smeltzer. (2013). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Dan Bedah II cetakan 5. Jakarta: EGC.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyo. (2018). Pencegahan Asam Urat. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suherman. (2010), Pengobatan Asam Urat

Pada Orang Dewasa. Jakarta: Rineka Cipta

Suratun. (2015). Prevalensi Kejadian Kadar Asam Urat. Jakarta: Rineka Cipta

Wati. (2014). Pengaruh pemberian air rebusan seledri terhadap kadar asam urat pada penderita arhtritis gout di kelurahan Prawirodirjan Yogyakarta [disertasi]. Jurnal Kesehatan , 1-10.

Wijayakusuma.  (2016).  Buku Ajar Ilmu

Penyakit  Dalam  Edisi III. Jakarta:

Salemba Medika.

Wati. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Terhadap Kadar Asam Urat Pada Penderita Arhtritis Asam urat Di Kelurahan Prawirodirjan Yogyakarta.

Volume 11, Nomor 3, Juni 2023

133