FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR DI PUSKESMAS
on
Community of Publishing in Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR DI PUSKESMAS
Sri Wahyu Gusti Fajri*1, Erwin1, Yesi Hasneli1
1Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Riau *korespondensi penulis, email: sriwahyugustifajri@gmail.com
ABSTRAK
Persepsi setiap individu berbeda-beda. Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menyamakan persepsi setiap individu merupakan hal yang sangat penting. Perawat sebagai garda terdepan pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas dituntut sanggup berperan sebagai educator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang terkait dengan persepsi pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah 97 responden dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Penelitian ini mengunakan kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Tidak ada hubungan yang signifikan antara informasi (p-value = 0,333), pengalaman (p-value = 1,000) dan pelayanan (p-value = 0,061) terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas (p-value > α = 0,05). Faktor informasi, pengalaman, dan pelayanan pasien tidak berhubungan terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas.
Kata kunci: informasi, pelayanan, pengalaman, peran perawat sebagai educator, persepsi
ABSTRACT
The perception of each individual is different. The perception is influenced by several factors. The factors that influence the perception are divided into two, namely internal factors and external factors. Equalizing the perception of each individual is very important. Nurses as the frontline providers of health services in hospitals and health centers are required to be able to act as educators. This study aims to determine the relationship of factors related to the patient's perception of the nurse's role as an educator in the puskesmas. This study uses a descriptive correlation design with a cross sectional approach. The research sample was 97 respondents with accidental sampling technique. This study uses a questionnaire that has previously been tested for validity and reliability. There was no significant relationship between information (p-value = 0,333), experience (p-value = 1,000) and service (p-value = 0,061) on the role of nurses as educators in puskesmas (p value > 0,05). The factors of information, experience, and patient care were not related to the nurse's role as educator in the puskesmas.
Keywords: experience, information, nurse’s role as educator, perception, service
PENDAHULUAN
Pelayanan puskesmas yang bermutu dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat terutama di daerah pedesaan, karena semakin berkembangnya masyarakat kelas menengah, maka tuntutan untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu juga akan semakin meningkat. Untuk menghadapi hal tersebut diupayakan suatu program agar meningkatkan pelayanan kesehatan dengan tujuan memberikan kepuasan kepada masyarakat melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan (Iskandar, 2017).
Jumlah Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) di Indonesia berdasarkan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (BPPSDMK) Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 didapatkan sebanyak 1.463.452 orang yang terdiri dari 1.072.679 orang tenaga kesehatan (73,30%) dan 390.773 orang tenaga penunjang kesehatan (26,70%). Proporsi tenaga kesehatan terbanyak, yaitu tenaga keperawatan sebanyak 438.234 dibandingkan tenaga dokter sebanyak 67.916 dari total tenaga Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita lihat bahwa jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak ditemui, yaitu perawat dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya, sehingga peran perawat menjadi penentu dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Selain itu, perawat juga lebih banyak berinteraksi dengan pasien untuk memberikan layanan keperawatan, karena keberhasilan pelayanan di Puskesmas sangat tergantung pada kinerja perawat (Asmuji, 2013).
Pelaksanaan peran Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) sangat dibutuhkan di lingkungan puskesmas. Kegiatan utama perawat dalam keperawatan kesehatan masyarakat, yaitu sebagai perawat fungsional di puskesmas, dimana sebagai perawat fungsional memiliki enam peran dan fungsi yaitu sebagai pendidik (educator), pemberi pelayanan, penemu kasus, koordinator dan kolabolator, konselor, dan panutan (Kemenkes RI, 2014). Peran perawat dalam pelayanan keperawatan salah satunya sebagai educator. Peran perawat sebagai
educator yaitu memberikan informasi, pengajaran, pelatihan, arahan dan bimbingan kepada pasien maupun keluarga pasien dalam mengatasi masalah kesehatan, sehingga diharapkan pasien dan keluarga menjadi tahu dan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya yang ada di sekitar pasien.
Perawat sebagai garda terdepan pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun puskesmas dituntut sanggup berperan sebagai educator. Perawat sebagai educator dapat meningkatkan kesehatan pasien dengan membagikan pengetahuan terkait perawatan serta tindakan medis yang diterima sehingga pasien ataupun keluarga sanggup membuat keputusan serta berupaya untuk mengoptimalkan kemampuan hidup secara mandiri (Pertiwati & Rizany, 2016). Peran perawat sebagai pendidik untuk pasien juga diperkuat oleh Patient’s Bill of Rights yang dikeluarkan oleh American Hospital Association (AHA) yang dipakai oleh rumah sakit di Amerika yang menetapkan bahwa pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap terkait dengan diagnosis penyakit, pengobatan, risiko yang dihadapi dan penyembuhan dengan cara dan bahasa yang dipahami oleh pasien (Bastable, 2002).
Jika perawat tidak melakukan perannya sebagai educator dengan baik, maka akan membuat pasien merasa cemas dan tidak siap dalam menerima tindakan keperawatan. Selain itu, hari rawat pasien berpotensi memanjang dan berisiko mengalami komplikasi karena terbatasnya pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara perawatannya (Bastable, 2002).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almirza, Supriyadi, dan Hamid (2016) mengatakan bahwa peran perawat telah dilaksanakan sepenuhnya di masyarakat. Penelitian Emelia (2017) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan, keterampilan, supervisi dengan kinerja perawat puskesmas dan tidak terdapat hubungan antara faktor sikap dan beban kerja dengan kinerja perawat puskesmas. Hasil penelitian Habeahan
(2014) tentang peran dan fungsi perawat di Puskesmas Sukaramai Sibande dan Tinada Kabupaten Pakpak Barat menunjukkan peran perawat di Puskesmas sebagai pemberi asuhan keperawatan 72,5% yang terlaksana.
Peneliti berasumsi bahwa mayoritas peran perawat sebagai educator sudah terlaksana dengan baik di tengah masyarakat, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Habeahan (2014). Kemampuan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan juga sebagai educator dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengetahuan yang dimiliki perawat, keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, serta supervisi yang dilakukan secara rutin. Faktor sikap dan beban kerja ternyata tidak berhubungan dengan kinerja perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di puskesmas (Emelia, 2017).
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi. Sensasi didefinisikan sebagai tanggapan dari sistem indera kita terhadap stimulus yang diterima. Proses persamaan persepsi antar individu merupakan hal yang penting. Jika terdapat perbedaan persepsi, berpotensi menimbulkan kesalahpahaman bahkan konflik (Etta dkk, 2013).
Hasil penelitian Fahriati (2015) menemukan bahwa 63,2% responden mempunyai persepsi baik pada profesi perawat, 59,4% responden mempunyai persepsi baik pada caring profesi perawat, 56,6% mempunyai persepsi baik pada fungsi profesi perawat. Berdasarkan layanan kesehatan yang mempunyai persepsi baik pada profesi perawat yakni rumah sakit (RS) sejumlah 53%, puskesmas sebesar 53,2%, dan klinik masyarakat sebesar 72%, caring perawat RS sebesar 60,8%, puskesmas sebesar 62,5% dan klinik masyarakat 63,6%, maka masyarakat mempunyai persepsi baik pada profesi perawat, fungsi perawatan, serta
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif korelasi. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas
caring. Persepsi setiap individu berbeda-beda. Persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang memberi pengaruh pada persepsi terbagi menjadi 2, yakni faktor eksternal dan internal. Adapun bagian dari faktor internal yakni perhatian, fisiologis, sikap, minat, kebutuhan searah, emosi, motivasi, budaya, serta pengalaman atau pengetahuan sedangkan bagian dari faktor eksternal yaitu perubahan intensitas, kontras, suatu hal baru, pengulangan, informasi.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2020 didapatkan bahwa jumlah data kunjungan pasien terbanyak berada pada wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru pada tanggal 8 Maret 2021 terhadap sepuluh pasien yang mengunjungi Puskesmas Simpang Tiga. Studi pendahuluan tersebut dilakukan dengan sistem wawancara yang dilakukan pada warga yang telah menerima pelayanan di puskesmas. Delapan dari sepuluh orang mengatakan bahwa perawat di puskesmas telah melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat seperti meningkatkan kesehatan lansia, anak, ibu, maupun kegiatan upaya meningkatkan pencegahan penyakit menular di lingkup puskesmas. Tujuh dari sepuluh orang mengatakan bahwa perawat telah melakukan kegiatan penemuan kasus ke rumah-rumah seperti meninjau jentik-jentik nyamuk, dan perawat melakukan kegiatan yang berkolaborasi untuk melaksanakan posyandu dan posbindu bekerja sama dengan tim kesehatan lain seperti dokter, bidan, serta kader posyandu untuk memberikan pelayanan pada kegiatan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas.
Simpang Tiga Kota Pekanbaru dari bulan Februari 2021 sampai dengan bulan Agustus 2021. Populasi pada penelitian ini dengan kriteria inklusi, yaitu responden yang berusia
17 - 65 tahun, pernah berkunjung ke puskesmas, dan pernah mendapat pelayanan dengan perawat puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kota Pekanbaru. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling. Dari hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 97 orang.
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa lembar kuesioner Skala Likert yang dimodifikasi dari penelitian sebelumnya dan sudah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Hasil dari uji valid pada kuesioner B indikator pertama (faktor informasi) mendapatkan hasil (rentang r hitung 0,683-0,752), pada indikator kedua (faktor pengalaman) mendapatkan hasil (rentang r hitung 0,7140,782), dan pada indikator ketiga (faktor pelayanan) mendapatkan hasil (rentang r hitung 0,779-0,816), sedangkan pada kuesioner C indikator (peran perawat sebagai educator) mendapatkan hasil (rentang r hitung 0,581-0,675). Hasil pengujian reliabilitas untuk kuesioner faktor informasi mendapatkan hasil sebesar 0,727, untuk kuesioner faktor pengalaman mendapatkan hasil sebesar 0,756, untuk kuesioner faktor pelayanan mendapatkan hasil sebesar 0,810
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini yang melibatkan 97 responden adalah sebagai berikut:
dan untuk kuesioner peran perawat sebagai educator mendapatkan hasil sebesar 0,652.
Kuesioner ini digunakan untuk mengukur faktor informasi, faktor pengalaman, dan faktor pelayanan yg diterima pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas. Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Riau No. 255/UN.19.5.1.8/KEPK.FKp/2021.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan analisis data univariat dan bivariat. Adapun analisis data univariat mencakup nama, usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, serta variabel penelitian yaitu faktor yang memberi pengaruh pada persepsi (faktor pelayanan, pengalaman, informasi) dan persepsi pasien terhadap peran perawat sebagai educator, sedangkan analisis data bivariat mencakup variabel independent pada penelitian ini, yaitu faktor informasi, faktor pengalaman, faktor pelayanan, dan variabel dependent meliputi persepsi pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas.
|
Tabel 1. Hubungan Faktor Informasi Pasien terhadap Peran Perawat sebagai Educator | ||||||||
|
Variabel |
Peran Perawat |
Total |
OR (95% CI) |
p- value (95% CI) | ||||
|
Positif |
Negatif | |||||||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% | |||
|
Informasi | ||||||||
|
Tahu |
55 |
85,9% |
9 |
14,1% |
64 |
100% |
1,956 |
0,333 |
|
Tidak Tahu |
25 |
75,8% |
8 |
24,2% |
33 |
100% |
0,675- | |
|
Jumlah |
80 |
82,5% |
17 |
17,5% |
97 |
100% |
5,663 | |
Tabel 1 menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai informasi tahu dengan peran perawat yang positif berjumlah 55 orang (85,9%) dan responden yang mempunyai informasi tidak tahu dengan peran perawat yang positif berjumlah 25
orang (75,8%). Hasil uji statistik chi square didapatkan p value = 0,333 > 0,05; berarti Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor informasi terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas.
|
Tabel 2. Hubungan Faktor Pengalaman Pasien terhadap Peran Perawat sebagai Educator | |||||
|
Peran Perawat |
Tn≠nl |
OR (95% CI) |
p- value (95% CI) | ||
|
Variabel |
Positif Negatif |
Total | |||
|
N % N % |
N |
% | |||
|
Pengalaman Baik Buruk |
66 81,9% 15 18,1% 83 12 85,7% 2 14,3% 14 |
100% 100% |
0,756 0,153- |
1,000 | |
|
Jumlah |
80 82,5% 17 17,5% 97 |
100% |
3,735 | ||
|
Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai pengalaman baik dengan peran perawat yang positif berjumlah 66 orang (81,9%) dan responden yang mempunyai pengalaman buruk dengan peran perawat yang positif berjumlah 12 |
Hasil uji statistik chi square didapatkan p value = 1,000 > 0,05; berarti Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pengalaman terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas. | ||||
orang (85,7%).
Tabel 3. Hubungan Faktor Pelayanan Pasien terhadap Peran Perawat sebagai Educator
|
Variabel |
Peran Perawat |
Total |
OR (95% CI) |
p- value (95% CI) | ||||
|
Positif |
Negatif | |||||||
|
N |
% |
N |
% |
N |
% | |||
|
Pelayanan Memuaskan |
59 |
88,1% |
8 |
11,9% |
67 |
100% |
3,161 |
0,061 |
|
Tidak Memuaskan |
21 |
70,0% |
9 |
30,0% |
30 |
100% |
1,079 | |
|
Jumlah |
80 |
82,5% |
17 |
17,5% |
97 |
100% |
9,258 | |
Tabel 3 menunjukkan bahwa proporsi responden yang mempunyai pelayanan memuaskan dengan peran perawat yang positif berjumlah 59 orang (88,1%) dan responden yang mempunyai pelayanan tidak memuaskan dengan peran perawat yang positif berjumlah 21 orang (70,0%). Hasil uji
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil Ho gagal ditolak dengan p value = 0,333 > 0,05 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara faktor informasi pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas. Hal ini dikarenakan pada faktor informasi didapatkan hasil sebanyak 25% responden yang tidak mengetahui informasi terhadap peran perawat sebagai educator dengan peran perawat yang positif, dapat diartikan bahwa informasi yang diterima setiap orang berbeda tergantung pada tingkat pendidikan seseorang. Dalam penelitian ini masih terdapat beberapa responden yang memiliki pendidikan yang rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa seseorang yg memiliki pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi pemahaman yang ia miliki dan informasi yang ia terima. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
statistik chi square didapatkan p value = 0,061 > 0,05; berarti Ho gagal ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pelayanan terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas.
oleh Damayanti (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepatuhan pasien melaksanakan terapi di Bangsal kelas 3 RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan nilai p=0,641 (>0,05).
Peran perawat sebagai educator memang sangat diperlukan bagi pengguna jasa layanan kesehatan terutama bagi orang yang tidak mengetahui tentang masalah kesehatan karena disini peran perawat sebagai educator akan dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang kesehatan atau suatu penyakit yang dialami. Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang diberikan, sehingga bisa terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah diberikan pendidikan kesehatan (Hidayat, 2007).
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil Ho gagal ditolak dengan p value = 1,000 > 0,05 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara faktor pengalaman pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas. Hal ini dikarenakan pada faktor pengalaman didapatkan hasil sebanyak 12% responden yang memiliki pengalaman buruk terhadap peran perawat sebagai educator dengan peran perawat yang positif. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang yaitu tingkat informasi dari setiap responden, dimana pada penelitian ini masih banyak responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah yang mengakibatkan masih minimnya pengetahuan dan informasi yang dimiliki responden yang menyebabkan responden tersebut kurang memahami apa saja informasi yang diberikan oleh perawat sehingga membuat pengalaman responden tersebut menjadi buruk. Ketika responden mendapatkan banyak pengetahuan dan informasi yang ia terima, maka akan meminimalisir terjadinya kesalahpahaman, sehingga responden yang tidak mengetahui informasi biasanya memiliki persepsi yang buruk terhadap segala pelayanan yang telah diberikan perawat baik itu yang positif maupun yang negatif. Hal itu berdampak pada pengalaman pasien.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sulistiyoningsih dkk (2018) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh peran perawat sebagai educator terhadap kecemasan keluarga pasien stroke di ruang Unit Stroke Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Dalam upaya ini pendidikan tidak hanya sekedar mengenalkan pada fakta-fakta baru, tetapi juga membantu seseorang untuk tidak kaku dalam mengembangkan asumsi dan cara berpikirnya. Tingkat pendidikan yang baik seperti di atas, kemungkinan dimiliki oleh responden yang memiliki tingkat intelegensi yang baik, sehingga mampu menyerap pengetahuan dan informasi yang diperoleh, maka tingkat intelegensi juga mempengaruhi tingkat informasi responden. Menurut Maramis (2006), kemampuan menyeluruh individu untuk bertindak dengan
maksud tertentu, berpikir rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif, serta mampu memecahkan masalah secara efektif dan belajar dari pengalaman.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh hasil Ho gagal ditolak dengan p value = 0,061 > 0,05 sehingga disimpulkan tidak ada hubungan signifikan antara faktor pelayanan pasien terhadap peran perawat sebagai educator di puskesmas. Hal ini dikarenakan pada faktor pelayanan didapatkan hasil sebanyak 21% responden yang mendapatkan pelayanan tidak memuaskan terhadap peran perawat sebagai educator dengan peran perawat yang positif, dikarenakan setiap responden memiliki persepsi yang berbeda tergantung pelayanan yang pernah diterima. Responden yang mendapatkan pelayanan tidak memuaskan, yaitu ketika responden tidak mendapatkan apa yang diinginkannya atau mendapatkan pelayanan yang kurang baik oleh perawat.
Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Riyadi dan Hari (2007) yang menyatakan bahwa setiap perawat harus mempunyai motivasi yang tinggi agar dapat meningkatkan kinerja sehingga mutu pelayanan semakin memuaskan. Semakin tinggi motivasi kerja seorang perawat maka diharapkan semakin tinggi pula kinerja perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien termasuk dalam perannya sebagai educator.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa 59 responden (88,1%) mengatakan pelayanan memuaskan terhadap peran perawat sebagai educator. Hal ini membuktikan bahwa peran perawat sebagai educator mempunyai peranan penting dalam pelayanan. Pendidikan kesehatan bagi pasien telah menjadi satu dari peran yang paling penting bagi perawat yang memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pasien dan anggota keluarga memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan kesehatan (Potter & Perry, 2005). Perawat sebagai pendidik bertugas untuk memberikan pengajaran baik dalam lingkungan klinik, komunitas, sekolah, maupun pusat kesehatan masyarakat (Brunner & Suddarth, 2003).
SIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 97 responden dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan faktor informasi (p value = 0,333), faktor pengalaman (p value = 1,000),
DAFTAR PUSTAKA
Almirza, A., Supriyadi, & Hamid, M. A. (2016).
Peran perawat dalam pelaksanaan program perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) di Puskesmas Sukowono Kabupaten Jember. Diperoleh tanggal 06 Februari 2018 dari http://digilib.unmuhjember.ac.id.
Asmuji. (2013). Menajemen Keperawatan : Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Aruzz Media.
Bastable, S. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1. Jakarta: EGC.
Damayanti, S. (2012). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kepatuhan Pasien Melaksanakan Terapi di Bangsal Kelas 3 RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Stikes Aisyiyah
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2020). Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2019. Pekanbaru. Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Etta, Mamang, Sangadji, & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen Pendekatan Praktis. Yogyakarta:
Andi Offset.
Emelia, S. (2017). Pengaruh Persepsi Kesehatan Terhadap Tingkat Kebahagiaan Pada Lansia, 21(2), 9.
Fahriati, P, A. (2015). Gambaran persepsi masyarakat terhadap profesi perawat diwilayah kelurahan pisang. Diperoleh pada tanggal 26 Oktober 2019 dari
https://id.scribd.com/document/360662521/Andi ka-Pujiastuti-Fahriati-fkik.
Habeahan, D.K.L. (2014). Peran dan Funsi Perawat di Puskesmas Sukaramai Sibande dan Tinada Kabupaten Pakpak Barat. Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Indonesia.
Hidayat, A. (2007). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisa data. Jakarta: Salemba Medika
dan faktor pelayanan (p value = 0,061) terhadap persepsi pasien mengenai peran perawat sebagai educator di puskesmas.
Iskandar, A. (2017). Hubungan kinerja perawat pusat keshatan masyarakat (PUSKESMAS) dengan status akreditasi puskesmas di kabupaten bantul yogyakarta. Diperoleh pada tanggal 24 Oktober 2019 dari http://repository.unjaya.ac.id.
Kemenkes RI. (2014). Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
Maramis, W. F. (2006). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press.
Pertiwati, E., Rizany, I. (2016). Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Pada Pasien di Ruang Tulip 1C RSUD Ulin Banjarmasin. Dunia Keperawatan, 4(2), 8287. http://dx.doi.org/10.20527/dk.v4i2.2509.
Potter, Perry (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktik
(Fundamentals of nursing: Concepts, process, and practice). Alih Bahasa: Renata Komalasari. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.
Riyadi, S & Hari, K. (2007). Motivasi Kerja dan Karakteristik Individu Perawat di RSD Dr. H. Moh Anwar Sumenep Madura. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, No.18, April. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Sulistyoningsih, T., Mudayatiningsih, S., &
Metrikayanto, W. D. (2018). Pengaruh peran perawat sebagai edukator terhadap kecemasan keluarga pasien stroke di unit stroke Rumah Sakit Panti Waluya Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1).
Suryadi, R. F. (2013). Hubungan Peran Educator Perawat Dalam Discharge Planning Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Rawat Inap Untuk Kontrol di Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Universitas Jember
Volume 10, Nomor 5, Oktober 2022
581
Discussion and feedback